Ditemukan 10562 dokumen yang sesuai dengan query
Holder, Robyn
Jakarta: Rosda Jayaputra , 1986
306.089 HOL ot
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Melbourne: Cheshire, 1973
329.009 AUS
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
"Desain kemasan dengan identitas budaya lokal sangat diminati oleh wisatawan akan tetapi masih perlu dikembangkan, karena Bali memiliki keaneka ragaman warisan budaya adiluhung yang belum banyak diperkenalkan. Kaidah-kaidah dalam pengemasan dan perancangan aspek-aspek grafis kemasan masih belum digarap secara maksimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berbagai identitas budaya lokal sebagai daya tarik pada desain kemasan oleh-oleh kopi Bali yang dijual di pasar oleh-oleh. Fokus penelitian ini adalah mengidentifikasi identitas komunikasi visual dengan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa identitas budaya lokal yang paling dominan ditonjolkan sebagai identitas kemasan oleh-oleh kopi Bali adalah kesenian, arsitektur dan upacara ritual dengan tampilan kemasan yang bervariasi. Hasil penelitian ini dapat dijadikan pijakan bagi sektor IKM dalam merancang daya tarik desain kemasan dengan menampilkan identitas budaya lokal, agar memiliki perbedaan dengan produk lain sejenis. Sehingga identitas budaya lokal Bali yang beraneka ragam dapat dihadirkan dengan konsep berbeda dan produk IKM mampu bersaing dengan produk kompetitor yang telah memiliki nama dibenak konsumen.
"
SWISID 2:2 (2014)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Bernadetha Indreswari Wisnuputri
"Tugas karya akhir ini membahas peran Australia dalam mengentaskan konflik etnis di Kepulauan Solomon. Peran Australia ini akan dilihat melalui tiga paradigma besar dalam Ilmu Hubungan Internasional, yaitu Realisme, Liberalisme, dan Konstruktivisme. Pembahasan ini bertujuan untuk memberikan penjelasan yang komprehensif mengenai andil Australia dalam pengembalian perdamaian dan stabilitas di Kep. Solomon melalui misi bantuan Regional Assistance Mission to the Solomon Islands (RAMSI). Dinamika hubungan antara Australia dan Kep. Solomon dalam misi RAMSI ini akan dijelaskan melalui teori Hegemonic Stability pada paradigma Realisme, konsep Interdependensi pada paradigma Liberalisme, dan konsep sosialisasi norma, nilai, ide dan keyakinan pada paradigma Konstruktivisme. Hasil yang didapatkan adalah dari penjelasan dalam masing-masing paradigma bahwa Australia adalah negara besar yang bertanggungjawab dengan menanggung cost tertentu bagi penanggulangan konflik etnis di Kep. Solomon.
This final assignment discusses about Australia’s big role in tackling ethnic conflict in the Solomon Islands. This role will be explained through three major paradigms within the International Relations Studies, which are Realism, Liberalism and Constructivism. The analysis within this final assignment will provide a comprehensive understanding about how Australia’s role really matters in terms of peacekeeping and regaining stability in Solomon Islands through Regional Assistance Mission to the Solomon Islands (RAMSI). The relationship dynamics between Australia and Solomon Islands will be explained through Hegemonic Stability Theory in Realism perspective, the concept of Interdependence in Liberalism perspective, and the concept of Socialization of Norms, Values, Ideas and Beliefs within the Constructivism perspective. The outcome of this research is a clear analysis in each paradigm on how Australia, a big power player in the Pacific, is responsible and willing to sacrifice some important costs in tackling ethnic conflict in the Solomon Islands."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Ngan, Lucille Lok-Sun
"The book explains how multi-generational Australian-born Chinese (ABC) negotiate the balance of two cultures. It explores both the philosophical and theoretical levels, focusing on deconstructing and re-evaluating the concept of ?Chineseness.? At a social and experiential level, it concentrates on how successive generations of early migrants experience, negotiate and express their Chinese identity. This study reveals a contrasting picture of ethnic identification."
New York: Springer, 2012
e20400978
eBooks Universitas Indonesia Library
Dugan, Michael
Melbourne: The MAcmillian Company of Australia; 1984,
R 305.800994 DUG t
Buku Referensi Universitas Indonesia Library
Sudirman
"
ABSTRAKPenelitian yang berjudl Penduduk dan Kenegerian di Pantai Barat Daya Aceh pada Abad XIX ini membahas asal-usul dan persebaran penduduk, serta bentuk dan sebab munculnya kenegerian di Pantai Barat Daya Aceh. Untuk pengumpulan data digunakan metode sejarah. Penggunaan metode sejarah dimaksudkan supaya mendapatkan data yang akurat. Melalu metode sejarah dilakukan studi secara mendalam sehingga diperoleh pemahaman yang meneluruh tentang objek penelitian ini. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka dan wawancara. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebelum masuk pengaruh Islam, penduduk Aceh berasal dari suku-suku bangsa yang datang dari India, Siam, Funan, Kamboja, dan Campa. Mereka adalah pecahan dari bangsa Mon Khmer dan suku Mantra (Mantir), orang Aceh menyebutnya dengan Manteu, sedangkan penduduk pertama yang mendiami daerah Pantai Barat Daya Aceh adalah orang Batak. Orang Batak terdesak oleh pendatang baru dari Sumatera Barat, Aceh Besar, dan Pidie. Faktor ekonomi dan konflik sosial di daerah asal merupakan sebab kedatangan mereka ke Pantai Barat Daya Aceh. Mereka membentuk unit-unit teritorial berupa kenegerian setelah tiba di tempat tersebut. Hal itu dimaksudkan untuk memudahkan dalam berbagai hal, seperti memenuhi kebutuhan hidup dan keamanan."
Denpasar: Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, 2017
902 JPSNT 24:1 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Syarifah Nurqamariah
"Indonesia adalah negara yang memiliki budaya yang beraneka ragam. Budaya ini perlu dilestarikan untuk mempertahankan identitas bangsa. Hunian etnik adalah wujud fisik kebudayaan yang juga layak dilestarikan. Namun gaya hidup telah mengalami perkembangan dan lingkungan mengalami perubahan. Hanya sedikit yang masih mau mempertahankan eksistensi hunian etnik ini, termasuk di antaranya masyarakat adat. Padahal hunian etnik adalah hunian yang dirancang dengan mengadaptasi keadaan lingkungan. Hunian ini mampu bertahan cukup lama dan memiliki kenyamanan termal yang cukup baik. Dengan menelusuri kearifan hunian etnik terhadap lingkungan alam kita dapat belajar dari masyarakat adat mengenai bagaimana mereka merancang hunian yang tanggap iklim.
Faktor lingkungan alam yang mempengaruhi rancangan suatu hunian adalah kondisi iklim, kondisi tapak dan peristiwa alam. Untuk mengetahui kearifan budaya pada hunian terhadap lingkungan alam, saya menelusuri hunian etnik pada kondisi tapak berbeda. Tapak terbagi dua yaitu daratan dan perairan. Bagaimana budaya pada hunian diterapkan pada kondisi tapak berbeda. Jika dibandingkan, apa yang sama dan apa yang terlihat berbeda pada rancangan hunian berbeda tapak ini. Studi kasusnya adalah hunian etnik milik suku Melayu Petalangan di Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau. Dari studi kasus, saya menemukan bahwa perbedaan terdapat pada pencerminan nilai budaya pada ornamentasi dan konstruksi, sementara orientasi dan susunan ruang hampir sama.
Indonesia is a country that has a diverse cultures. This cultures should be preserved to maintain our national identity. Ethnic house is the physical appearance of culture which also deserve to be conserved. But the lifestyle has been progressing and environment is changing. Only a few are still willing to defend the existence of these ethnic house, including indigenous peoples. Yet ethnic house is a residential dwelling that is designed by adapting environmental circumstances. This ethnic house can survive long enough and have good thermal comfort. By tracing the ethnic residential wisdom to the natural environment we can learn from indigenous peoples about how they design a shelter that responses climate. Natural environmental factors that affect the design of a shelter are climatic conditions, site conditions and natural events. To know the cultural wisdom of house for the natural environment, I trace the ethnic house at a different site conditions. Site divided into two, namely land and waters. How the culture applied to this two different site conditions. In comparison, what is the same and what looks different of the design. Case study is the ethnic house of Malays called Petalangan in Pelalawan Regency of Riau Province. From the case studies, I find that there are differences in the reflection of cultural values on ornamentation and construction, while the orientation and arrangement of space is almost the same."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52259
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Revina Dewanti
"
ABSTRAKDiskriminasi etnis Tionghoa-Indonesia masih ada sampai sekarang, salah satu konteks untuk melihat diskriminasi tersebut melalui hubungan intim, spesifiknya hubungan romantis pada pasangan Tionghoa-Indonesia dan Indonesia asli. Peneliti pun mengangkat fenomena ini untuk melihat hubungan antara perceived discrimination dan kualitas hubungan romantis pada pasangan tersebut. Metode kuantitatif dan kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Sebanyak 40 partisipan penelitian beretnis Tionghoa-Indonesia dengan rentang umur 20-40 tahun dan sedang menjalani hubungan romantis dengan Indonesia asli selama minimal 6 bulan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur adaptasi PEDQ (Perceived Ethnic Discrimination Questionnaire) dan adaptasi PBSC (Partner Behaviours as Social Context). Sebanyak 2 subjek menjadi partisipan untuk diwawancarai lebih mendalam. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara perceived discrimination dan dimensi-dimensi kualitas hubungan romantis (autonomy support, warmth, structure, chaos, rejection), sementara tidak ditemukan hubungan antara perceived discrimination dan dimensi coercion.
ABSTRACTDiscrimination against Chinese-Indonesian is still happening in Indonesia. It can be seen in the context of intimate relationship, specifically romantic relationship between Chinese-Indonesian and Native Indonesian. The purpose of this research is to identify the relationship between perceived discrimination and romantic relationship quality among these couples. Both quantitative and qualitative methods were used in this research. Forty Chinese-Indonesian around the age of 20-40 years old who have been in romantic relationship with Native Indonesian for at least 6 months were recruited as participants for this study. Perceived discrimination was measured with adapted versions of PEDQ (Perceived Ethnic Discrimination Questionnaire) and PBSC (Partner Behaviours as Social Context). Two participants were interviewed to discover more detailed informations. Results showed there was a significant correlation between perceived discrimination and dimensions of romantic relationship quality (autonomy support, warmth, structure, chaos, rejection), while significant correlation between perceived discrimination and coercion was not found."
2016
S63086
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Achmadi Jayaputra
Jakarta: Departemen Sosial, 2005
301.451 ACH
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library