Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 59645 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yogyakarta: Gama Media, 2002
305.3 BIA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nasruddin Umar
Yogyakarta: Gama Media, 2002
305.3 PEM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan Bustamam
"Pada prinsipnya wacana jender dalam Islam di Indonesia telah "disuarakan" sekitar akhir tahun 1980 atau awal tahun 1990. Semenjak itu banyak muncul penelitian tentang persoalan jender dalam konteks Islam. Kesimpulan yang diperoleh para peneliti adalah wacana jender yang ada sekerang, baik tafsir, hadis, dan terutama fiqih dirumuskan dan ditulis oleh laki-laki dengan tidak menyertakan atau mengabaikan sudut pandang perempuan.
Tesis ini menempatkan institusi pendidikan Islam sebagai faktor yang paling menentukan dalam pelanggengan ideologi patriarki dalam masyarakat. Alasannya, dalam pendidikan Islam, fiqih bagi umat Islam merupakan standar nilai dan norma dalam kehidupan individu, bermasyarakat, dan bernegara.
Menelaah lebih serius buku ajar fiqih dan buku ajar agama Islam yang memaparkan persoalan relasi jender menjadi signifikan. Hal paling mendasar yang harus dipertanyakan adalah mengapa rumusan buku ajar yang telah banyak mendapat kritik para ahli, tetap saja dipertahankan dan diajarkan sebagaimana adanya. Tesis ini menjawab pertanyaan itu dengan mengungkap aspek-aspek terpenting yang berperan dan berpengaruh dalam penyusunan buku ajar sehingga gambaran relasi jender tradisoanal yang dirumuskannya seolah-oleh tidak tergugat atau tergantikan.
Dengan menggunakan metode hermeneutik, persoalan relasi jender yang begitu luas dan kompleks dalam konteks pendidikan keagamaan dapat diidentifikasi secara sederhana, yaitu dengan mengemukakan jawaban terhadap tiga pertanyaan pokok metode hermeneutik:
1) Bagaimana komposisi bahasa yang digunakan teks atau cara pengungkapan dan hal apa yang dibicarakan teks;
2) Bagaimana pandangan dunia (weltanschauung) yang terkandung dalam teks;
3) Dalam konteks apa sebuah teks ditulis.
Pertama, bagaimana komposisi bahasa yang digunakan teks atau cara pengungkapan dan hal apa yang dibicarakan. Penelitian ini menemukan bahwa komposisi bahasa yang digunakan atau cara pengungkapan relasi jender dalam buku ajar, dapat dikatakan hanya berupa pengutipan dan bahkan penyaduran total dari rumusan relasi jender yang ada dalam wacana Islam klasik. Sedangkan tema di seputar relasi jender yang pemaparannya dikategorikan banyak mengandung asumsi bias laki-laki adalah konsep rumah tangga, seperti konsep nikah, peranan wali nikah, hak dan kewajiban suami istri, poligini, perceraian, dan harta waris. Selain itu, konsep kepemimpinan perempuan, baik kepemimpinan di dunia publik maupun kepemimpinan dalam ritual keagamaan merupakan konsep yang perlu ditinjau kembali, seperti prnyataan tidak bolehnya wanita menjadi hakim apalagi presiden. Sementara itu, konsep kepribadian perempuan yang harus diluruskan kembali dalam buku ajar adalah asumsi tentang perempuan yang memiliki cacat psikologis dan lemah dari segi fisik dibanding laki-laki.
Kedua, bagaimana pandangan dunia (weltanschauung) yang terkandung dalam teks. Penelaahan di sini menemukan bahwa para perumus buku ajar hanya menggunakan asumsi dan cara berpikir laki-laki saja dalam pemaparannya. Kenyataan membuktikan bahwa setiap peaulis kitab-kitab klasik yang dirujuk, dan semua perumus buku ajar itu berjenis kelamin laki-laki, walaupun persoalan yang mereka bahas berkaitan dengan "keperempuanan" itu sendiri. Kenyataan itu membuktikan bahwa sosialisasi jender belum "menyentuh" mereka sama sekali.
Ketiga, dalam konteks apa sebuah teks ditulis. Tesis ini menemukan bahwa walaupun rumusan buku ajar itu telah banyak mengalami penyempumaan, akan tetapi pembahasan tentang relasi jender tidak perenah terbebaskan dari bias jender. Kenyataan itu juga menunjukkan bahwa institusi yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan sangat berperan dalam pengambilan keputusan tentang dapat atau tidak dapat suatu rumusan buku ajar direvisi atau dirubah. Jadi, dalam proses produksi buku ajar, institusi pendidikan keagamaan telah didominasi dan dikendalikan oleh pemegang kekuasan yang berideologi patriarkis.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa persoalan .relasi jender yang dipaparkan dalam buku ajar figih dan agama Islam banyak mengandung bias jender, pada proses perumusan para penyusun telah menggunakan asumsi bias yang bersumber dari kitab klasik. Hal yang lama juga terjadi pada pihak yang memproduksi dan merekomendasi penggunaan sebuah buku ajar. Kesan yang diperolah adalah bahwa institusi atau pihak penguasa sangat lamban dalam merespons dan mensosialisasi isu-isu kesetaraan jender dalam lembaga pendidikan Islam. Padahal, isu kesetaraan jender itu sendiri telah disuarakan lebih dari satu dekade.
Oleh sebab itu, peneliti menyarankan agar pihak yang terkait dalam penyelenggaraan pendidikan Islam untuk lebih sensitif dan tanggap terhadap setiap upaya penyetaraan jender. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah merumus ulang konsep relasi jender dalam buku ajar yang dianggap mengandung bias jender, dan menggantinya dengan rumusan yang lebih adil jender.

Principally, the discourse of gender in Islam in Indonesia had been voiced around late 1980s or at the beginning of 1990s. From that moment, the research of gender issues in Islam point of view had been widely appeared. As the result of the research, the researchers conclude that the discourse of gender known as tafsir, hadis and particularly fiqih had been formulated and written by men without any supportive reference from women's point of view at all.
This thesis puts institution of Islam education as the determining factor in preserving patriarchy ideology society. Why? Because in religious education, Islam follower had set up fiqih as value and norm standard both in individual or in national society as a whole.
It is deemed significant to analyze more seriously problems related to gender in the form of fiqih and Islam discourse book. To this respect, this thesis analyzes significant aspect which affect and play certain role in composing the discourse book. At the end, it is expected that formula of traditional gender's relation will not be claimed or replaceable.
By applying hermeneutic method, it is hoped that the complexity of gender problem in religious educational context can be identified more simply; by finding the answers to three main questions in hermeneutic method; 1) How language composition is used in the text, the way of expression and what problems we discuss are; 2) How the world view (weltanschauung) pour out in the text; 3) In what context a text is written.
First, how language composition is used in the text, the way of expression and what problems we discuss are. This research finds that composition of grammar used in expressing issues of gender relation in the .discourse as a whole is in the form of total translation and adaptation of the available formula of gender relation in the classic bible. Some themes regarding gender relation which categorized to bear much reflection of men's assumption is a concept of family life such as marriage, spouse's rights and obligations, poliginy divorce, inheritance/legacy. Besides, concept of women leader; to forbid women to become a president, judge, and the leader in religious ritual need to be reviewed. Meanwhile, the concept of women's personality which also need to be reviewed in discourse book is the assumption that women possess psychological defects as well as physically weaker than men.
Second, how the world view (weltanschauung) pour out in the text. This research finds that the formulator of discourse book had applied mere men's assumption and men's way of thinking. The fact had showed that almost all references of classic bible formulators, and all formulators of discourse book are men though the main problem discussed is related to women itself.
Third, in what context a text is written. This thesis finds that even discourse book had been through lots of act of perfecting, but gender analysis had never been freed from gender's reflection. This fact shows that the religious institution plays such an important role in making decision about formulation of discourse book that can or can not be revised and changed. To this respect, institution of religious education `s role in producing the discourse book is still dominated and influenced by patriarchic authorities.
Finally, the conclusion can be drawn that fiqih and Islam discourse books which discuss gender relation still apply the reflection of men's assumption based on classic bible, both formulated by experts or authorized institution. The impression of this fact is that the authority is seemed to act sluggish in responding and socializing issues of gender equality in Islam education whereas this issue has been voiced for more that a decade.
Therefore, the author suggests that related parties to be more sensitive and responsive toward the issues of gender equality in performing Islam education. One of the steps that can be taken is by re-formulate the concept of gender relation which tends to be gender bias in the discourse book and replace it with the more fair formulation.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T14632
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Basically, all the phenomena and realities that we know the language. Language is a human entity that is able to give meaning and significance. Expression and its use in day-to-day, the language used by men and women sometimes differ. This difference occurs because the sociocultural factors even the biological, so that gender differences can be understood as the natural. In various groups of people with a religious background, ideology, ethnic, geographic, educational, economic background appears to register the language. Individual groups have potential to bring forth or "stylistic" withrawn, including the style of language between men and women. Thus, the difference between the language of men and women show the existence of multiculturalism, remain in the diversity of similarity in both aspects of any kind, including speaking. Participated in the development of civilization to bring changes in attitude and style of speaking. Women with a style of language that seemed shy, closed, flirty, less confident and has begun to be abandoned. Conversely, women now have intelligent conversation style, open, independent and when they reflected the thoughts and ideas both verbally and written. With the incessant movement of mainstream gender between men and women and the opening access to information, the women now have more confidence in speaking, together with men, so that is difficult to be clear with the style of language used by men and women."
LIND 27:2 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Wiega Permana
"Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana queer muslim memproduksi ruang alternatif melalui praktik reorientasi pemahaman mengenai gender dan seksualitas dalam Islam. Interpretasi Islam tradisional yang cenderung heteronormatif mengkooptasi ruang dan mode pertukaran narasi yang dapat digunakan oleh kelompok queer muslim sehingga menciptakan perasaan disorientasi. Untuk itu, queer muslim membangun ruang alternatif sebagai situs bagi mereka untuk menukarkan narasi-narasi Islam yang akomodatif. Penelitian ini menemukan bahwa queer muslim menjadikan pengalaman marginalisasi sebagai alat untuk mengonstruksi identitas dan ruang alternatif. Ruang tersebut tidak bersifat eksklusif dan separatis, tetapi dihidupi oleh kelompok queer dan hetero, terutama ustad atau ulama melalui praktik reorientasi dengan cara membaca ulang pengalaman marginalitas dan narasi Islam. Pengetahuan mengenai Islam yang dipertukarkan berakar dari prinsip-prinsip keadilan dan kesetaraan, serta rahmatan lil alamin. Namun, ruang alternatif tidak bersifat vakum dari heteronormativitas sehingga memaksa queer muslim dan ulama melakukan taktik-taktik yang meliputi penavigasian diri dalam jejaring sesama dan struktur heteronormativitas yang dalam kapasitas tertentu menciptakan jarak antara kedua kelompok. Peran orang perantara yang mampu masuk ke dalam jaringan kedua kelompok dan mengorganisasikan sumber daya menjadi penting untuk bisa memperluas dan membuka ruang-ruang alternatif baru.

This study seeks to explore how queer muslims create alternative spaces by reorienting understandings of gender and sexuality in Islam. Traditional Islamic interpretations, which are typically heteronormative, co-opt the spaces and modes of narrative exchange that are used by queer groups, resulting in a sense of disorientation. For this reason, queer muslims create alternative spaces where they can exchange inclusive Islamic narratives. This study discovers that queer muslims use marginalization experiences as a tool to construct identities and alternative spaces. These spaces are neither exclusive or separatist, but are inhabited by queer and hetero groups, particularly ustad or ulama, through reorientation practices that involve rereading marginalized experiences and Islamic narratives. The knowledge of Islam that is shared is rooted on the principles of justice and equality, as well as rahmatan lil alamin. However, alternative spaces are not a vacuum of heteronormativity, therefore forcing queer muslims and ulama to engage in tactics such as navigating between group networks and heteronormativity structures, which can create a gap between the two groups. Intermediary persons who can access both groups' networks and coordinate resources become important in expanding and opening up new alternative spaces."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masjfuk Zuhdi
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1993
297 ZUH s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mufti Muhammadi
"Buku ini menceritakan tentang Babad Nabi Muhammad SAW yang diambil dari karangan Muhyidinil Khayad."
Solo: AB. Siti Sjamsijah, 1927
BKL.0740-IS 76
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy
Jakarta: Bulan Bintang, 1980
297.4 TEU p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Partini, atuhor
Sleman: Tiara Wacana, 2013
305.3 PAR b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>