Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170555 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yogyakarta : Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2005
364.13 KER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
M. Riza Sihbudi, 1957-
Jakarta: Grasindo, 2001
364.13 Ker
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Studi yang mendalam tentang kerusuhan sosial yang telah dilakukan di delapan propinsi di Indonesia. Para peneliti adalah para ahli masalah sosial kemasyarakatan yang berdomisili di daerah atau sekitar lokasi tempat terjadinya kerusuhan. Studi dibawah pengarahan Prof. Dr.. Selo Sumardjan ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang faktor penyebab yang mendasar serta menjadi pemicu timbulnya pertikaian antar kelompok yang telah terjadi di beberapa daerah. Dalam kajian dan analisisnya para peneliti telah diminta untuk memberikan pandangannya secara komprehensif berikut langkah-langkah dan saran sebagai solusi untuk mencegah terulangnya peristiwa dimasa mendatang."
JSI 5 (2001)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Mardiani
"Pada 26 Desember 1996 meletus kerusuhan di Tasikmalaya, Jawa Barat. Skripsi ini berupaya untuk mengungkapkan sebab-sebab serta dampak kerusuhan tersebut dengan menggunakan metode penelitian, yakni metode sejarah. Pemicu terjadinya kerusuhan tersebut adalah kasus penganiayaan ustadz oleh oknum Polisi. Kasus penganiayaan kemudian menimbulkan rasa solidaritas dari generasi muda Islam Tasikmalaya yang direpresentasikan dalam bentuk acara doa bersama pada 26 Desember 1996 di Mesjid Agung Tasikmalaya. Setelah acara doa bersama, ketidakpuasan akan penanganan kasus penganiaayaan membuat massa melakukan tindak kekerasan terhadap simbol kepolisian lalu bergeser pada tindak kekerasan terhadap aset etnis Tionghoa. Pergeseran sasaran kekerasan tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan teori collective action dari Charles Tilly. Kerusuhan di Tasikmalaya pada 1996, meminjam istilah Charles Tilly, termasuk dalam aksi kolektif dengan kekerasan bentuk brawls (aksi tanpa kekerasan yang berakhir dengan penyerangan) yang bergeser menjadi opportunism (kekerasan yang memanfaatkan kesempatan).

At December 26th 1996 a soical riot emerged in Tasikmalaya, West Java. Using methods of history as its research method, this thesis tries to explain causes and affects of that riot. The triger of the riot was ustadz’s mistreatment case by policemen. Hence, arising of the solidarity from Islam youth of Tasikmalaya. Then, they reacted by doing doa bersama at Mesjid Agung Tasikmalaya. At the end, mass felt unsatisfied toward mistreatment case handling, they did violence action to police symbol and shift to Chinese assets. Based on Charles Tilly’s collective action theory, the riot in Tasikmalaya is collective action by violence. The type of this collective action is brawls (nonviolence action which end by attacking) which is switching to opportunism (violence that exploiting opportunity)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46305
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S6311
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Amiruddin D.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1983
899.231 AMI p
Koleksi Publik  Universitas Indonesia Library
cover
Amiruddin D.
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1983
899.231 AMI p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Tulisan ini bertujuan untuk menunjukkan hakekat kerusuhan antar-suku bangsa yang terjadi di Ambon yang telah berlangsung sejak tanggal 19 Januari 1999, yang melibatkan suku bangsa Ambon di satu pihak dengan golongan suku bangsa, Buton, Bugis, Makassar
(BEM) di lain pihak, dan antarapengaruh agama Islam (warga
Ambon, BBM, dan warga berbagai sukubangsa. dan asal dari
Propinsi Maluku) "
Jurnal Polisi Indonesia, 3 (2001): 1-30, 2001
JPI-3-2001-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Udi Rusadi
"Studi ini berangkat dari kajian teoritis yang melihat terbatasnya studi kritikal di bidang komunikasi massa di Indonesia. Sementara itu fenomena empiris menunjukkan terjadinya transisi dari tatanan pemerintahan yang didominasi satu kekuasaan menuju tatanan yang demokratis dan di bidang ekonomi praktek kapitalisme menunjukkan perkembangan yang banyak mempengaruhi karakteristik media massa.
Hal itulah yang mendorong penulis untuk mengkaji fenomena di bidang media massa yang sudah tumbuh dan berkembang sebagai suatu industri. Studi ini bertujuan untuk mengungkap artikulasi kapitalisme dalam diskursus media (suratkabar) tentang peristiwa kerusuhan sosial dan hubungan kekuasaan yang diproduksi serta di reproduksi.
Perspektif yang digunakan dalam menjawab permasalahan tersebut ialah kritikal pasca strukturalis, dengan pedoman dan arahan kerangka teoritis mengenai diskursus kritikal, ekonomi politik kultural dan ekonomi politik kekuasaan simbolik. Methodologi yang digunakan ialah analisis diskursus kritikal. Media yang diteliti ialah Kompas, Media Indonesia dan Republika, dengan kasus kerusuhan sosial melipuli kerusuhan Tasikmalaya, Semanggi II, Cibadak Mall dan Glodok Plaza, tawuran antar warga dan antar pelajar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peristiwa nyata kerusuhan secara tekstual di suratkabar dikembangkan menjadi produksi imaji pertarungan antara kekuasaan mayoritas dengan minoritas pemeluk agama, kekuasaan yang melegitimasi dengan delegitimasi rezim, elit penguasa dengan massa, kekuasaan ekonomi lemah dengan kuat, kekuasan sipil dengan militer. Hubungan kekuasan tersebut diakumulasi dengan memberikan nilai tambah terhadap makna yang dikandungnya sehingga media memiliki daya jual yang tinggi.
Akumulasi imaji konflik membiakkan makna konflik, dan merepresentasikan perjuangan aktor pelaku sosial di dalam dan diluar media untuk memperoleh legitimasi dalam posisinya baik di dalam struktur kemasyarakatan maupun pemerintahan (kapital politik). Selain itu media juga merepresentasikan aktor pelaku sosial untuk memperjuangkan penguasaan sumberdaya ekonomi (kapital material).
Artikulasi media tersebut merefleksikan proses produksi dan konsumsi yang bertumpu pada kapitalisme yang masih belum jelas tatanan dan arahnya. Industri Media cenderung untuk berusaha memelihara kelangsungan hidupnya dan berusaha untuk mengakumulasi kapital sebanyak-banyaknya dengan menggambarkan ketidakpastian dan disharmony sebagai komoditas. Dalam konteks itu, terjadi akumulasi kapital tanpa akhir yang berspiral dengan akumulasi imaji yang terus menerus tanpa akhir pula.
Refeksi teoritis dari temuan tersebut ialah bahwa dalam situasi transisi, struktur yaitu aturan-aturan dan sumber daya menjadi anomi sehingga peranan aktor pelaku sosial (human agency) di lingkungan media massa menjadi dominan. Namun demikian peranan dominan pelaku sosial (human agency) tersebut berada pada tekanan pasar dan kekuasaan massa. Selain itu temuan penelitian memberikan stimulan kesadaran bahwa media massa dalam konteks transisi cenderung memproduksi imaji ketidakpastian semakin tidak pasti, kemurnian semakin tidak murni karena media kehilangan pegangan dan larut dalam pertarungan kekuasaan. Pertarungan tersebut oleh media dijadikan komoditas dalam memelihara kelangsungan institusi bisnis untuk mempertahankan eksistensinya.
Implikasi sosial dari temuan tersebut ialah diperlukan perjuangan untuk merumuskan doxa khususnya di bidang media di Indonesia setelah dominasi kekuasaan otoriter berkahir pada era orde baru. Media sebaiknya merenungkan posisinya untuk tidak larut dalam upaya melanggengkan status quo institusi bisnis semata, tetapi juga berupaya mengedepankan upaya melakukan pencerahan dan perjuangan dalam mencerdaskan dan menegakkan nilai-nilai moral masyarakat."
2002
D282
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>