Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 41963 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta : Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, 2004
915.98 IND c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Ali Rievyanto
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai upacara Grebeg Maulud di keraton Kasepuhan Cirebon. Grebeg Maulud di keraton Kasepuhan Cirebon unik karena selain memiliki penamaan yang berbeda dari upacara Grebeg Maulud dibeberapa kota lain, yaitu Panjang Jimat, proses akulturasi antara ajaran agama Hindu Pajajaran dan ajaran agama Islam juga menarik untuk ditelaah. Penelitian bertujuan membuktikan bahwa Grebeg Maulud dapat dipertahankan karena peran keraton Kasepuhan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan cara studi kepustakaan dari beberapa sumber bacaan seperti, buku-buku, skripsi, tesis, jurnal, e-book, dan juga artikel di internet; observasi partisipatif ke dalam acara dan kegiatan di keraton Kasepuhan; dan juga wawancara mendalam dengan narasumber-narasumber terkait upacara Grebeg Maulud di keraton Kasepuhan Cirebon. Adapun teori yang digunakan berupa teori yang berkaitan tentang budaya, agama juga tradisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi Grebeg Maulud diperkenalkan oleh kalangan keraton dan pemertahanannya dilakukan oleh keraton Kasepuhan sebagai pusat kebudayaan di Cirebon.

ABSTRACT
This undergraduate thesis discusses about Grebeg Maulud in the palace of Kasepuhan Cirebon. Grebeg Maulud in the palace of Kasepuhan Cirebon is unique because in addition to having a different naming from other cities, namely Panjang Jimat, the acculturation process between the doctrine of Hindu Pajajaran and Islam are also interesting to study. The research aims to prove that Grebeg Maulud can be maintained because of the role of Kasepuhan palace. The research method used a qualitative method by literature research from several reading sources such as books, undergraduate theses, theses, journals, e books, and also articles on the internet participatory observation into events and activities at Kasepuhan palace and also in depth interviews with informants related to the Grebeg Maulud ceremony at the Kasepuhan palace in Cirebon. The theory used in the form of theories relating to culture, religion and also tradition. The results showed that the Grebeg Maulud tradition was introduced by the palace and its preservation was carried out by the Kasepuhan palace as a cultural center in Cirebon."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imas Emalia
"Awal abad ke-20 adalah masa yang penuh dengan gejolak perjuangan rakyat. Semua penderitaan yang dialami masyarakat Indonesia memunculkan berbagai protes sosial hampir di setiap pelosok Nusantara. Di Keresidenan Cirebon akibat adanya Landreform 1918 ternyata lebih banyak merugikan masyarakat petani dibandingkan dengan keuntungannya yang diambil pihak perkebunan swasta. Bencana kelaparan terjadi hampir di setiap daerah Keresidenan Cirebon. Banyak penduduk yang mengalami perpindahan ke daerah-daerah pegunungan untuk sekedar sekedar mencari makanan sebagai penyambung kehidupan.
Hal semacam ini yang memicu masyarakat untuk mendukung berbagai gerakan politik, termasuk gerakan politik keagamaan islam yang marak saat itu. Melalui para ulama yang pulang dari berhaji dan membawa budaya baru yang dipengaruhi gerakan Wahabbiyah di sana, mereka terorganisasikan dalam menuntut hak dan kebebasan. Seperti kemunculan Sarekat Islam (SI) di Surakarta dan Muhammadiyah di Yogyakarta yang dipelopori kaum santri dan pedagang yang datang dari berhaji, adalah awal dari kebangkitan Islam di Indonesia.
Di Keresidenan Cirebon ini pengaruh kraton juga sangat kuat di hati masyarakat. Campur tangan pemerintah kolonial dalam kraton sangat dirasakan sebagai momok dalam kehidupan. Akan tetapi kenyataan itu selalu mewarnai kehidupan. Akibat hal itu para penghulu kraton menjauhkan diri dari kehidupannya di kraton Kasepuhan dan Kanoman. Pendirian tarekat merupakan cara untuk menggalang umat dalam membela hak dan kebebasannya menjalankan peribadatan dan membebaskan dari keterkungkungan penderitaan yang dialaminya. Dukungan gerakan tarekat terhadap SI dan PO di Keresidenan Cirebon semakin memperkuat perjuangan masyarakat Keresidenan cirebon.
Bahkan pusat kegiatan tarekat ini selain di pesantren-pesantren juga di kraton. Konsep gerakan tarekat ini adalah selain menjalankan ajaran Islam yang sebenar-benarnya juga adalah nonkooperatif dengan kolonialisme. Dukungan kraton terhadap gerakan tarekat ini juga menunjukkan kraton bersifat antikolonialisme. Kraton juga mendukung terhadap berbagai kegiatan SI dan PO dalam memprotes dan mengkritik sistem sewa tanah dan perpajakan yang diterapkan pemerintah Hindia Belanda, Kraton juga mendukung berlakunya sistem pendidikan yang berdasarkan al Qur'an yang diterapkan oleh SI dan PO.
Keberhasilan organisasi ini adalah merupakan suatu cara untuk menyuarakan persatuan di antara organisasi-organisasi Islam. Selain itu juga dalam rangka membebaskan umat Islam dari keterbelakangan, kebodohan, kemiskinan, dan ketertindasan dari kolonialisme. Usahausaha ini ditempuh juga dengan diselenggarakannya kongres Al Islam I yang mula pertama diprakarsai oleh Central Sarekat Islam (CSI) dan disambut baik oleh seluruh organisasi Islam Indonesia, dan SI Cirebon yang akhirnya menerima kepercayaan sebagai tuan rumah penyelenggara. Hal ini menunjukkan bahwa dinamika pergerakan di Keresidenan Cirebon sangat berarti dalam jajaran sejarah pergeran."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T11614
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah UR.42 ini berisi risalah singkat penelitian tentang kebiasaan-kebiasaan orang desa sehubungan dengan adanya peraturan dan pembagian tanah sewaan di desa Cikulak dan Cileduk, distrik Losari, Cirebon pada tahun 1878. Risalah ini disusun oleh D. de Wit dan van den Bosch pada tanggal 10 April 1878 di Cileduk, Cirebon. Salinan risalah diterima Pigeaud dari Mr. Ter Haar pada bulan September 1929."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
UR.42-B 7.11
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Lim, Lawrence, photographer
Singapore: Times Editions, 1990
R 959.82 LIM c
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Fina Haryanti Azzahra
"Satuan lingual -e bahasa Jawa memiliki dua variasi (alomorf), yaitu -e dan -ne. Berdasarkan buku Tata Bahasa Jawa Mutakhir, secara umum, alomorf -e dapat melekat pada kata berakhiran fonem konsonan dan alomorf -ne dapat melekat pada kata berakhiran fonem vokal. Akan tetapi, dalam data bahasa Jawa di Cirebon, terdapat alomorf -e dan -ne yang sama-sama dapat melekat pada kata berakhiran fonem vokal. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh fonem akhir kata terhadap alomorf -e dan -ne dalam bahasa Jawa di Cirebon dengan ragam sumber data yang berbeda. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Sumber data ragam tulis yang digunakan adalah buku (BK) Kumpulan Jogregan dan Demang Karang Kletak (Naskah Drama Cerbonan). Sumber data ragam lisan yang digunakan berupa wawancara (WR) dan obrolan WhatsApp (WA) berbahasa Jawa di Cirebon. Pengumpulan data BK dilakukan dengan cara memindai teks dalam bentuk digital. Data WR dikumpulkan dengan melakukan perekaman dan wawancara yang kemudian ditrankripsi menggunakan ELAN. Data WA dikumpulkan menggunakan fitur ekspor riwayat obrolan. Penyediaan data diproses menggunakan Antconc. Data pada penelitian ini adalah kata-kata berakhiran satuan lingual -e. Analisis dilakukan berdasarkan fonem akhir kata, suku kata, dan kategori. Penelitian ini menunjukkan bahwa -e bahasa Jawa di Cirebon tidak dipengaruhi oleh fonem akhir kata yang dilekati, sedangkan -ne mendapat pengaruh. Satuan lingual -e yang melekat pada fonem vokal mempengaruhi fonotaktik bahasa Jawa dan membentuk deret vokal baru.

Lingual constituents -e Javanese in Cirebon has two variations (allomorphs), there are -e and -ne. Based on Tata Bahasa Jawa Mutakhir book, the -e allomorph generally can be attached to words ending by consonant phoneme, while the -ne allomorph can be attached to words ending by vowel phoneme. However, data from the Javanese language in Cirebon, there are -e and -ne allomorphs which can be attached to words ending by vowel phonemes. Based on this background, this research aims to explain the influence of phonemes in the ending of words towards -e and -ne allomorphs Javanese in Cirebon using a variety of different data sources. This research uses a descriptive qualitative approach. The written variety data sources are books (BK) Kumpulan Jogregan dan Demang Karang Kletak (Naskah Drama Cerbonan). The verbal data sources are interviews (WR) and WhatsApp chats (WA) that used Javanese in Cirebon. BK data collection is carried out by scanning text in digital form. WR data was collected by recording and interviewing which was then transcribed using ELAN. WA data is collected using the chat history export feature. Data provision is processed using AntConc. The data in this study are words ending by the lingual constituents -e. Analysis was carried out based on phonemes in the end of words, syllables, and categories. This research shows that -e in the Javanese language in Cirebon is not influenced by the phoneme of words ending that attached to, while -ne is influenced. The lingual constituents -e that attached to the vowel phoneme, influences the phonotactics of the Javanese language and forms a new vowel series."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Oka A. Yoeti
Jakarta: Proyek Penulisan dan Penerbitan Buku/Majalah, Pengetahuan Umum dan Profesi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985
306.4 OKA m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Masyarakat Sasak di Kabupaten Lombok Utara memiliki ekologi budaya masyarakat hutan, karena sebagian besar wilayah budaya mereka berada di kaki Gunung Rinjani. Sejak ratusan tahun lalu mereka memiliki kebudayaan yang berasal dari strategi adaptasi mereka terhadap lingkungannya. Salah satu kearifan lokal tersebut adalah Sawineh yaitu kearifan lokal hubungan resiprositas antara petani dengan pemangku adat di bidang pertanian. Saat ini kearifan lokal tersebut coba diadopsi oleh beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) bersama dengan pemerintah baik pusat maupun daerah untuk dihidupkan kembali dalam bentuk sebuah gerakan filantropi, yang mereka beri nama Gerakan Sawineh Sadu. Gerakan yang berumur belum terlalu lama ini mempunyai manfaat yang besar dalam pelestarian hutan dan juga peningkatan kesejahteraan para keluarga yang tinggal di sekitar hutan Rinjani. Melalui gerakan ini, masyarakat Sasak, khususnya di Kabupatcn Lombok Utara diingatkan kembali bahwa kearifan lokal yang dahulu pernah dimiliki mereka, sejatinya masih relevan dipakai dalam kehidupan dewasa ini. Nilai-nilai kerjasama dan gotong royong yang menjadi “roh” dari gerakan ini terbukti dapat menjadi altematif pemecahan berbagai permasalahan aktual."
JPSNT 20:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Rayhan Rasyidin
"Serangkaian perubahan kini telah terjadi di Rawa Belong yang sejatinya merupakan wilayah berlabel Betawi, juga identik dengan profesi pedagang tanaman hias dan pekerja taman. Perubahan kondisi ekonomi dan datangnya pemodal besar di Rawa Belong memaksa masyarakatnya untuk meninggalkan profesi lama mereka demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sementara itu, realitas ibu kota yang dibanjiri oleh pendatang menghadirkan permintaan besar akan kebutuhan tempat tinggal. Realitas ini kemudian memunculkan praktik bisnis baru bagi orang Betawi Rawa Belong, yaitu menjual lahan dan membangun kontrakan – yang mengubah Rawa Belong secara spasial. Praktik ini kemudian menyebabkan semakin sedikit orang Betawi yang mendiami Rawa Belong dan semakin banyak pendatang yang turut menghidupi Rawa Belong. Perubahan ini mengakibatkan pergeseran praktik dan nilai sehingga berujung kepada Rawa Belong yang kini dihidupi secara berbeda. Dengan menggunakan metode observasi partisipatoris, wawancara mendalam, dan analisis deskriptif, saya berusaha mengungkap bagaimana aktor, faktor, dan proses saling berartikulasi pada perubahan ruang di Rawa Belong juga konsekuensinya terhadap bagaimana Rawa Belong dikonstruksikan oleh para penduduk aslinya – orang Betawi Rawa Belong.

A series of changes have taken place in Rawa Belong, which is originally a Betawi-labeled area, and is also associated with the profession of ornamental plant traders and landscape workers. The changes in the economic conditions and the influx of large investors in Rawa Belong have forced its community to abandon their old professions in order to meet their daily needs. Meanwhile, the reality of the capital city being flooded by migrants has created a high demand for housing. This reality has led to the emergence of new business practices for the Betawi people of Rawa Belong, namely selling land and building rental properties, which have spatially transformed Rawa Belong. As a result, fewer Betawi people inhabit Rawa Belong, while more migrants contribute to its livelihood. These changes have caused a shift in practices and values, ultimately leading to a different way of life in Rawa Belong. By using participatory observation methods, in-depth interviews, and descriptive analysis, I aim to uncover how actors, factors, and processes interact in the spatial changes in Rawa Belong, as well as the consequences for how Rawa Belong is constructed by its original inhabitants—the Betawi people of Rawa Belong."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>