Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150049 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Soepanto Soemokaryo
Malang : Agritek , 2001
639.2 SOE m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Pusat Riset Perikanan Budidaya, 2001
639.2 GLO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Intensive explotation of flyingfish roe in Makasar Strait and flores Sea has been occured sine 1970 's therefore its fishery product degraded signifantly. in the last 30 years. Requirement of fishery management plan for flyingfish, espicially in Makassar strait and flores sea is urgent to keep sustainable fishery. This article shows several updated information regarding flyingfish roe production, and a management plan for its fishery resource."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
S26380
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Fadillah
"Produk perikanan yang bermutu rendah dan kurang terjamin keamanannya akan berakibat pada tidak tercapainya misi pembangunan kelautan dan perikanan dalam meningkatkan kecerdasan dan kesehatan masyarakat melalui konsumsi ikan. Hal ini dikarenakan produk perikanan terkandung bahan tambahan makanan (BTM) terlarang dan tidak aman dikonsumsi, sehingga akan memengaruhi kesehatan (efek akut dan kronis) bahkan mengakibatkan kematian bagi konsumen.
Tujuan penelitian untuk (1) Mengetahui kandungan BTM terlatang pada ikan segar dan produk olahan di PPN Palabuhanratu; (2) Mengetahui aspek sosial budaya meliputi hubungan karakteristik, persepsi dan sikap pengolah ikan, nelayan dan konsumen mengenai BTM terlarang; dan (3) Mengetahui aspek kelembagaan meliputi identifikasi regulasi dan kebijakan keamanan pangan produk hasil perikanan.
Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari hingga April 2013 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi terhadap produk ikan segar dan ikan olahan (ikan asin/kering, ikan pindang, kerupuk ikan, bakso ikan dan terasi). Metode pengambilan sampel untuk pengolah/pedagang dan nelayan dilakukan secara proportionate stratified random sampling masing-masing berjumlah 76 sampel pengolah ikan dan 169 sampel nelayan. Adapun teknik pengambilan sampel konsumen menggunakan metode sampling yang secara kebetulan dijumpai sebanyak 100 sampel. Metode pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner terdiri dari pertanyaan tentang persepsi, sikap dan aspek teknis unit pengolahan ikan di Palabuhanratu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan BTM terlarang pada produk hasil perikanan di PPN Palabuhanratu sangat signifikan terhadap jenis produk olahan. Kandungan boraks 100% negatif, formalin 58,5% positif, Hidrogen peroksida 84,0% positif serta rhodamin B pada terasi 66,7% positif.
Persepsi pengolah/pedagang ikan terhadap keamanan produk hasil perikanan "cukup baik" (55,12%), akan tetapi sikap terhadap keamanan produk hasil perikanan "sangat baik" (91,67%) dan persepsi terhadap upaya pemerintah juga "baik" (61,23%). Selanjutnya persepsi nelayan "cukup baik" (50,82%), adapun sikap nelayan "sangat baik" (98,07%) dan persepsi terhadap upaya pemerintah "cukup baik" (53,89%). Berikutnya persepsi konsumen "cukup baik" (55,61%), sikap konsumen "sangat baik" (99,0%), dan persepsi terhadap upaya pemerintah pada keamanan dan mutu hasil perikanan "baik" (61,37%). Selanjutnya regulasi tentang keamanan produk hasil perikanan yang intinya dibuat untuk melindungi konsumen jenis BTM terlarang sesuai dengan upaya pemerintah, khususnya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi dan PPN Palabuhanratu, dalam melaksanakan kebijakan keamanan produk hasil perikanan sudah baik, akan tetapi dalam pengawasan dan monitoringnya belum terealisasi secara berkala dan berkesinambungan.

Low quality dan safety fishery products will result in failure to achieve the mission on marine and fisheries development to increase the society intelligence and healthy through fish consumption. The objectives of the research were: (1) To understand content of illegal food additives on fresh fish and processed product in Palabuhanratu; (2) To understand social aspects on the relationship of characteristics, perception and attitude of the fish processors, fishermen, and consumers on those illegal food additives, and (3) To understand institutional aspects on regulation identification and food safety policy of fishery products.
The research was carried out on January-April 2013 in Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi. The products tested were fresh fish and processed products (salted/dried fish, boiled fish, fish crackers, fish ball and belachan). Sampling method for processors/traders and fishermen was carried out by proportionate stratified random sampling, 76 samples and 169 samples respectively. Consumers sampling technique was carried out by random sampling of 100 samples. The method for collecting data was carried out by quesioner related to perception, attitude and technical aspects of the establishment in di Palabuhanratu. The data was analyzed descriptively and laboratory tested.
The results of the research showed the difference of additives chemical content on fishery products in PPN Palabuhanratu were very significant to the type of products. Borax content 100% negative, formalin 58,5% positive. Hydrogen peroxide 84,0% positive, rhodamine B on belachan 66,7% positive.
Processors/traders perception on food safety of fishery products were good enough (55.12%), attitude on safety of fishery products were very good (91.67%), and perception on government effort were good (61.23%). Then fishermen perception were good enough (50.82%), fishremen attitude were very good (98.07%), and perception on government effort were good enough (53.89%). Further that consumers perception were good enough (55.61%), consumers attitude were very good (99,0%), and perception on government effort to quality and safety of fishery products were good (61.73%). The regulation related to safety of fishery products to protect consumers on illegal additives as the government effort, especially for Marine and Fisheries service of Sukabumi and PPN Palabuhanratu, has been implemented well, nevertheless for controlling and monitoring periodically and continously has not been implemented yet.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35657
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan : Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2010
639.2 IND i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"penelitisan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian efisiensi teknis usaha budidaya udang dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. data dianalisis dengan pendekatan Stochastic Production Frontier dan diduga dengan metoda Maximum Likelihood. hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat efisiensi teknis yang dicapai tergolong rendah--sedang dan terbukti belum efisien secara teknis. faktor utama yang mempengaruhi efisiensi teknis adalah tingkat pangsa pendapatan keluarga dari usaha budidaya udang, pendapatan total per kapita, umur pembudidaya dan peubah dummy showcase"
Bogor: Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan ,
639 JIPPI
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
M. Anief Zainuddin
"Jumlah penduduk JABOTABEK dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 1984 penduduk JABOTABEK berjumlah 11.925.985 jiwa dengan kepadatan 1 .751 Jiwa/km2 dan pada tahun 1994 meningkat menjadi 17.710.988 jiwa dengan kepadatan 2.532 Jiwa/km2. Kenaikan jumlah penduduk juga diikuti dengan meningkatnya Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita. Pada tahun 1984 Produk Domestik Regional Bruto per Kapita JABOTABEK adalah Rp. 984.960.93 dan pada tahun 1994 menirlgkat menjadi kp. 4.394.168.85. Meningkatnya Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita (PDRD Per Kapita) adalah indicator meningkatnya pendapatan per kapita penduduk JABOTABEK. Meningkatnya Jumlah penduduk juga diikuti dengan meningkatnya Jumlah sampah dan volume limbah cair tahun 1984 produksi sampah di JABOTABEK berjumlah 8.622.395 m3 dari pada tahun 1994 naik menjadi 14.720.815 m3. Pada tahun 1984 volume limbah cair berjumlah 870.863.910 ribu m3 dari pada tahun 1994 meningkat men jadi 1 .366 .252.445 ribu m3. Kenaikan jumlah penduduk dan PDRB Per Kapita JABOTAbEK memperlihatkan pengaruh yang sangat kuat pada kenaikan produksi sampah per tahun dengan nilai korelasi positif sebesar 0,99591. Uji hipotesis P-test sebesar 485.83732 yang signifikan pada tingkat kepercayaan 99 %. Kenaikan jumlah penduduk dan PDRB Per Kapita JABOTABEK memperlihatkan pengaruh yang sangat kuat pada kenaikan volume limbah cair per tahun dengan nilai korelasi sebesar 0, 99657 . Uji hipotesis P test sebesar 580,4638 adalah signifikan dengan tingkat kepercayaan sebesar 99 %. Sampah dan limbah cair yang terlepas ke tanah atau masuk ke sungai dapat mencemari air sungai di JABOTABEK dan akhirnya juga air laut Teluk Jakarta. RPPL uhi Jakarta yang melakukun pemantauan kualitas air sungai di Jakarta untuk parameter COD, BOD Ammonia, Besi, Tembaga, Timah Hitam, Chromium, Nikel, Seng dan Mangan, mendapatkan baku mutu air sungai berdasarkan peraturan yang ada untuk hampir semua pareimeter telah melebihi baku mutu yang ditentukan. Kenaikan produksi sampah dan limbah cair berpengaruh pada parameter kualitas air sungai di muara sungai di Jakarta dari tahun 1984 hingga 1994 yang memperlihatkan nilai korelasi positif untuk COD sebesar 0,99234, Besi sebesar 0,58449, Seng sebesar 0,31116 dan Mandan sebesar 0,55982. Uji hipotesis Ptest memberikan nilai yang signifikan untuk COD pada tingkat kepercayaan 99%?

The number of Jabodetabek population keeps on increasing as year went by. In 1984 JABODETABEK population was 11.925.985 tirh a density or 1.751 people/km. in 1994 is increased to 17.710.988 with a sensity or 2.532 people/km. The increase in population was followed by an increase in groos regional domestic product per capita. which in 1984 was Rp 984.960,93. In 1994 it increased to become Rp. 4.894.168,65. This increace in gross regional domestic product per capita (GRDP per kapita) is indicator 01 per capita income elevation or JABOTABEK population. The increase in the number or population was also followed by an increase in the volume of both solid and liquid wastes in JABOTABEK. In 1964, the waste produced was 8.022.395 m3 and in 1994, it increades to become 14.720.813 m3. In 1984 the volume or liquid waste wa 870.883.910 m3 and in 1994 it increased to become 1.366.252.445 thousand m3. The Influence of population number increase and per capita gross regional domestic product in JABOTABEK towards the increase in solid waste produstion per year is very strong with a positive correlation value or u. 99591. Hypothesis test with Ftest was 580.4638 and significant at the level of confidence of 99%. Whereas, the influece or population increase and per capita gross regional domestic product in JABODETABEK towards an increase in liquid wast volume per year has very strong influence also with the positive correlation value of 0.99657. Hypothesis test with ftest was 485.9373 that which is significant at the level of confidence of 99%.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1988
R 639.03 MAL i
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Sutiman
"Dampak dari krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997 hingga saat ini masih membawa dampak bagi perekonomian Indonesia, terutama dibidang ekonorni yaitu melemahnya kinerja sektor keuangan domestik khususnya perbankan. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap sector riil perekonomian sehingga menimbulkan permasalahan sosial seperti pengangguran dan kemiskinan yang meningkat tajam (Penduduk miskin pada ahun 1997 berjumlah 22,5 juta jiwa meningkat menjadi menjadi 98 juta atau naik sebesar 48% pada tahun 1998 dan sekitar 70%nya merupakan penduduk desa).
Dampak posistif dari krisis ekonomi tersebut, yaitu bangkitnya kegiatan usaha yang berbasis pada usaha kecil dan menengah khususnya yang berbasis pada sector produksi yang berpeluang strategis dapat memberikan nilai tambah cukup besar bail( nasional maupun daerah yaitu sektor perikanan dan kelautan.
DKI Jakarta sebagai salah satu daerah yang mempunyai sumber pendapatan dari sektor perikanan dan kelautan, terlihat kontribusinya yang cukup dominan dalam PDRB yaitu menyumbang sebesar 71% kepada sektor pertanian, walaupun sektor pertanian hanya menyumbang sebesar 0,28 bagi pembentukan PDRB DKI Jakarta.
Kotamadya Jakarta Utara dengan wilayah 97,8% merupakan wilayah lautan, sudah barang tentu sektor perikanan merupakan unggulan dari segi PAD. Dengan kapal motor sebanyak 3.299 buah dan 4 TPI (tempat pelelangan ikan) pada tahun 1999 telah menghasilkan produksi ikan sebanyak 70,119,5 ton dengan nilai sebesar Rp 120,1 milyar meskipun pada tahun 2000 menurun dengan nilai sebesar Rp 92,8 milyar.
Pendapatan regional perkapita merupakan, salah satu indikator kesejahteraan penduduk yang dilihat dari segi produk yang dihasilkan. Selama kurun waktu 1996-1999 pendapatan regional perkapita atas harga berlaku naik dari Rp12,9. juta menjadi Rp.22,5 juta. Namun pada tahun 1998 turun sebesar 19,08% dibanding tahun 1997.
Jumlah nelayan yang ada di Jakarta Utara sebanyak 21.012 orang atau 2,94% dari jumlah penduduk. Jumlah tersebut sebanyak 9.460 nelayan penduduk tetap selebihnya merupakan pendatang. Sedangkan jumlah nelayan di Kepulauan Seribu sebanyak 4.717 orang nelayan atau 56,5% dari jumlah penduduk di kepulauan Seribu. Persentase jumlah nelayan pekerja terhadap pemilik di Kepulauan Seribu mencapai 362, artinya sebagian besar nelayan (65%) yang ada di Kepulauan Seribu hanya sebagai pekerja.
Kabupaten Kepulauan Seribu dibentuk dengan PP nomor 55 tahun 2001 dan SK Gubernur DKI Jakarta Nomor 186 tahun 2000 tentang pembentukan Kelurahan di Kepulauan Seribu. Dengan pembentukan kecamatan menjadi kabupaten Kepulauan Seribu dapat diartikan bahwa Pemda Kepulauan Seribu harus dapat membiayai berbagai sarana dan prasarana maupun SDM untuk mendukung kegiatan pelayanan masyarakat maupun dalam membangun prasarana publik dan mencari sumber pembiyaannya.
Kondisi sumberdaya alam Kepulauan Seribu memberikan peluang bagi sektor pariwisata dan perikanan laut. Komoditas yang dikembangkan adalah budidaya rumput laut dan ikan kerapu dengan jumlah petani sebanyak 460 nrang. Produksi perikanan laut mencapai 57,2 juta kg dengan nilai Rp 97,26 milyar pada tahun 2000 menurun dibanding pada tahun 1999 yang mencapai 63 juta ton. Meskipun produksi sektor perikanan di Kepulauan Seribu cukup besar namun masyarakat nelayan belum dapat menikmati hasilnya atau dapat diartikan tidak merubah kesejahteraannya atau masih tetap miskin. Dalam hal ini tidak ada hubungan antara jumlah penduduk pada satu wilayah dengan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan para nelayan berdasarkan data yang tersedia adalah rendahnya kualitas sumberdaya manusia, alat tangkap yang masih tradisional, kurangnya sarana dan prasarana dasar (transportasi/Kapal/perahu motor, pendidikan, kesehatan), tempat pelelangan ikan (TPI), pencemaran laut, tingginya biaya hidup, namun masih perlu dibuktikan dengan suatu penelitian secara komprehensif.
Penanggulangan kemiskinan masyarakat nelayan di Kepulauan Seribu, baik Pemerintah pusat maupun daerah telah mengambil beberapa kebijakan. Penanggulangan masyarakat pesisir/nelayan oleh pemerintah pusat melalui pemerintah daerah adalah bantuan PDM-DKE selama 2 tahun (1998-1999), bantuan ingub sudah cukup lama dan sampai sekarang (2002) dan Program PEMP dimulai tahun 2001 sampai sekarang (2002). Masalahnya adalah hanya sebagian kecil yang menerima bantuan dengan kriteria-kriteria tertentu dibandingkan dengan jumlah masyarakat miskin yang ada kepulauan Seribu.
Program Penanggulangan Kemiskinan untuk pengelolaan wilayah pesisir dan pemberdayaan masyarakat nelayan, pada umumnya dengan menggunakan perencanaan strategis. Artinya penanganan suatu wilayah akan berbeda dengan wilayah lain karena harus didasarkan kepada permasalahannya. Perbedaan ini juga dapat dilihat dari Strength, Weakness, Opportunuity dan Threat. Namun perbedaan tersebut juga bisa dilihat dari segi nisi, misi, strategi dan sasaran yang hendak dicapai.
Kebijakan-kebijakan yang ada di Kepulauan Seribu, pada umumnya masih bersifat Top Down, yaitu kebijakan yang dilahirkan dari pendekatan manajemen strategis, sementara masyarakatnya masih bersifat pasif atau menerima apa adanya, apalagi kegiatannya adalah bersifat bantuan dana.
Pemilihan prioritas strategi kebijakan dalam tesis ini dilakukan dengan menggunakan metode TOWS dan metode Game Theory atau teori permainan. Kebijakan tersebut diharapkan dapat mengidentifikasi permasalahan dan prioritas strategi serta dapat memecahkan masalah konflik antar stakeholder dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pemberdayaan nelayan karena prioritas strateginya merupakan kombinasi dari para stakeholder yang ada. Prioritas strategi kebijakan yang diusulkan sebagai suatu kebijakan baru adalah peningkatan kematnpuan teknis keterampilan penangkapan dan budidaya ikan serta konservasi bagi para nelayan dan masyarakat pesisir pada umumnya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T8603
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>