Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61378 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lily Pudjiastuti
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998
613.19 LIL k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ezra Ganesha Prihardanu
"Urbanisasi terus mendegradasi komponen vital lingkungan, termasuk kualitas udara. Studi BPS menunjukkan mayoritas ventilasi udara di rumah secara nasional tidak memadai. Studi ini mengaitkan kualitas udara dalam ruang (KUDR) hunian urban dengan status sosioekonomi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh status sosioekonomi terhadap karakteristik penghuni yang berhubungan dengan kualitas udara lingkungan, kondisi fisik hunian, dan KUDR hunian; dan merumuskan strategi kebijakan pemerintah terkait KUDR hunian. Penentuan sampel riset di RW 10, Pasar Manggis, Jakarta Selatan, ini menggunakan stratified convenience sampling, dengan 2 tipe akses rumah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan mixed method. Pengambilan data dengan wawancara, observasi fisik hunian, dan pemantauan KUDR selama 12 jam untuk PM2.5, suhu, dan kelembaban. Data kualitas udara lingkungan dari stasiun pengukuran udara ambien terdekat didapat secara daring. Analisis deskriptif menunjukkan status sosioekonomi berpengaruh terhadap karakteristik penghuni yang memengaruhi KUDR. Analisis regresi linier berganda dengan Statplus dan Microsoft Excel menunjukkan tingkat pengaruh antar variabel dan menghasilkan persamaan prediksi. Temuan kesenjangan terhadap standar menjadi masukan untuk strategi kebijakan pemerintah terkait KUDR hunian. Temuan kualitatif menunjukkan komunitas hunian urban padat yang sudah tinggal bersama dalam waktu lama memiliki toleransi yang tinggi terhadap penurunan KUDR akibat akitivitas usaha tetangganya dan perilaku merokok di rumah.

Urbanization continues to degrade vital components of environment, including air quality. BPS study showed the majority of home air ventilation is not adequate. This study associates indoor air quality (IAQ) of urban residentials with socioeconomic status. The aims of this study were to analyze the influence of socioeconomic status on occupant characteristics related to the environmental air quality, residential physical condition, and IAQ; and formulate government policy strategies related to residential IAQ. Determination of the research sample in RW 10, Pasar Manggis, South Jakarta, used stratified convenience sampling, with 2 types of home access. This research used quantitative approach and mixed method. Data were collected by interviews, physical observation, and 12-hour IAQ monitoring for PM2.5, temperature, and humidity. Environmental air quality data from the nearest ambient air measurement station is obtained online. Descriptive analysis showed that socioeconomic status has an influence on occupant characteristics that affect IAQ. Multiple linear regression analysis with Statplus and Microsoft Excel showed the level of influence between variables and produced predictive equation. The finding of gaps against standards becomes input for the government's policy strategy related to residential IAQ. Qualitative findings show that dense urban residential communities who have lived together for a long time have a high tolerance for the decline in IAQ due to the businesses activities of their neighbors and home-smoking behaviour."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Uiniversitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhy Prasetyo Widodo
"Kualitas udara yang buruk dalam ruang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Pemantauan kualitas udara dalam ruang saat ini dilakukan oleh petugas kesehatan lingkungan dengan membawa alat ukur dan melakukan pengukuran langsung di lokasi. Kesulitan dalam pemantauan kualitas udara dalam ruang, keterbatasan jumlah petugas kesehatan lingkungan, dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengukur kualitas udara dalam ruang menjadi permasalahan utama dalam sistem pemantauan, pencatatan, dan pelaporan kualitas udara dalam ruang. Sistem pemantauan, pencatatan, dan pelaporan dengan metode yang lama perlu digantikan dengan sistem pemantauan kualitas udara dalam ruang berbasis lokasi dan jaringan nirkabel dengan data yang didapat secara real time.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sistem pengumpul data, menyediakan database management system, dan membangun dasbor (dashboard) penyedia informasi pemantauan kualitas udara dalam ruang. Daur hidup pengembangan sistem (systems development life cycle/SDLC) adalah proses pengembangan sistem informasi yang dapat mendukung kebutuhan bisnis, merancang sistem, membangun, dan mengirimkannya kepada pengguna. Pengembangan Agile adalah salah satu metode pengembangan sistem yang dilakukan dengan cara sederhana yaitu pemilik gagasan merencanakan pengembangan dari sistem yang sudah ada.
Kerja sama dengan pengembang dilakukan untuk menganalisis sistem yang ada, pembuatan desain, dan implementasi sistem. Sistem pemantauan kualitas udara dalam ruang berbasis lokasi dan jaringan nirkabel dapat mengukur enam parameter kualitas udara dalam ruang yang meliputi partikel debu, suhu udara, kelembaban relatif, karbonmonoksida, dan senyawa mudah menguap. Pemantauan parameter tersebut dilakukan secara real time dan dapat menjadi solusi agar sistem pemantauan, pencatatan, dan pelaporan bisa dijalankan lebih cepat dengan sumber daya minimal.

Poor air indoor quality can cause health problems. Monitoring of indoor air quality is currently carried out by environmental health officer by carrying a measuring instrument and making measurements directly at the location. Difficulties in monitoring indoor air quality, the limited number of environmental health officer, and the length of time needed to measure the indoor air quality are the main problems in the monitoring, recording and reporting system of indoor air quality. The old method of monitoring, recording and reporting systems needs to be replaced with wireless and location-based indoor air quality monitoring system with data obtained in real time.
This study aims to develop a data collection system, provide a database management system, and build dashboards that provide information on monitoring indoor air quality. Systems development life cycle (SDLC) is an information system development process that can support business needs, design systems, build and send them to users. Agile development is one method of system development that is done in a simple way, the author of the idea plans the development of an existing system.
Collaboration with the developer is carried out to analyze existing systems, design system, and implement systems. Wireless and location-based indoor air quality monitoring system can measure six air quality parameters which include dust particles, air temperature, relative humidity, carbon monoxide, and volatile organic compounds. Monitoring these parameters is done in real time and it can be a solution so that the monitoring, recording and reporting systems can be done swiftly with minimal resources.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Fitria
"Salah satu ruangan yang berpotensi tinggi untuk mengalami masalah polusi udara dalam ruang adalah ruang perpustakaan. Di antara berbagai polutan yang memiliki peran penting terhadap kesehatan adalah terdapatnya kapang di dalam udara ruangan. Gangguan kesehatan akibat kapang di dalam ruangan perpustakaan dapat dialami oleh orangorang yang beraktivitas di dalam perpustakaan, misalnya petugas perpustakaan, dosen, dan mahasiswa. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan identifikasi terhadap kapang di dalam udara ruang perpustakaan di tiga fakultas (FA, FB, dan FC) di lingkungan Universitas ?X?. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Data yang dikumpulkan meliputi keberadaan kapang, serta kualitas fisik dan kimiawi udara dalam ruang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu udara dalam ruang di ketiga perpustakaan berada di atas standar peraturan. Intensitas cahaya sangat rendah di perpustakaan FB dan FC, sementara konsentrasi debu di perpustakaan FA sangat tinggi. Di perpustakaan FA ditemukan kapang pathogen, yaitu Aspergillus fumigatus, sementara di perpustakaan FB ditemukan Scopulariopsis candida, dan Fusarium verticilloides di perpustakaan FC. Secara umum, kualitas fisik, kimiawi, dan mikrobiologi udara dalam ruang di ketiga perpustakaan telah melebihi ambang batas.

The objective of this research was to identify mould in university?s library using cross sectional design. The existence of mould and physical and chemical quality of air in library have been investigated and observed in three faculties; they were in FA, FB, and FC. To identify the mould, it used petri dish in Potato Dextrose Agar medium. There were 6-9 samples from each library. The temperature in three libraries were higher than standard, the intensity of light were very low in location FB and FC, and the dust concentration in FA was very high. It was found the pathogenic mould; they were Aspergillus fumigatus in FA, Scopulariopsis candida in FB, and Fusarium verticilloides in FC. In general, the physical, chemical and microbial quality of air in libraries exceeded the legal standard."
Universitas Indonesia, 2008
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Saptarini
Jakarta: Proyek Pengembangan Pusat Studi Lingkungan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 1995
333.91 DIA p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Syafira Ayu Ningtyas
"Kualitas udara di dalam ruangan memiliki dampak 2-5 kali lebih buruk dibandingkan dengan kualitas udara di luar ruangan. Salah satu ruangan yang berpotensi mengalami pencemaran udara dalam ruangan yaitu perpustakaan, karena banyaknya tumpukan buku-buku yang jarang digunakan dan dibersihkan. Penelitian ini dilakukan di Gedung Perpustakaan UI dan bertujuan untuk mengetahui konsentrasi bakteri dan jamur di udara serta menganalisis faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Pengambilan sampel menggunakan metode EMS Bioaerosol Sampler Single-Stage dengan debit aliran 0,0283 m3/menit selama 2,5 menit. Media yang digunakan adalah Malt Extract Agar (MEA) untuk jamur dan Tryptic Soy Agar (TSA) untuk bakteri.  Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi bakteri tertinggi berada pada koridor ruang baca sebesar 338,3±113,1 CFU/m3 dan konsentrasi bakteri terendah berada pada rak buku B sebesar 188,2±45,4 CFU/m3. Konsentrasi jamur tertinggi berada di koridor ruang baca sebesar 301±218,3 CFU/m3 dan konsentrasi jamur terendah berada pada rak buku B sebesar 143,7±94,3 CFU/m3. Konsentrasi bakteri dan jamur berada dibawah standar baku mutu. Parameter yang digunakan untuk penelitian yaitu suhu, kelembaban dan intensitas cahaya. Gedung Perpustakaan UI memiliki rentang suhu 23-28°C, kelembaban 60-80% dan intensitas cahaya sebesar 40-340 lux. Korelasi antara faktor lingkungan dan konsentrasi bakteri dan jamur hanya ditemukan pada beberapa lokasi.

Indoor air quality has an impact 2-5 times worse than outdoor air quality. One room that has the potential for indoor air pollution is the Library Room, because there are many stacks of books that are rarely used and cleaned. This research was conducted at the UI Library Building and aimed to know the concentration of bacteria and fungi in the air and also analyzing the environmental factors that influence them. The sampling are using the EMS Bioaerosol Sampler Single-Stage method with flow discharge 0,0283 m3/minute for 2,5 minutes. The media used is Malt Extract Agar (MEA) for Fungi and Tryptic Soy Agar (TSA) for Bacteria. The results showed the highest bacterial concentration in the reading room corridor was 338,3 ± 113,1 CFU/m3 and the lowest bacterial concentration was in book B rack at 188,2 ± 45,4 CFU/m3. The highest fungal concentration was in the reading room corridor of 301 ± 218,3 CFU/m3 and the lowest fungal concentration was in book B rack of 143,7 ± 94,3 CFU/m3. The concentration of bacteria and fungi is below the quality standard. The parameters used for the study are temperature, humidity and light intensity. The UI Library Building has a temperature range of 23-28 ° C, humidity range of 60-80% and light intensity range of 40-340 lux. The correlation between environmental factors and the concentration of bacteria and fungi is only found in several locations."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
; Anggi Sukma Dewi; Anggi Sukma Dewi
"Memiliki hewan pendamping atau companion animal mengalami tren kenaikan pada setiap tahunnya. Selaras dengan hal tersebut maka terdapat potensi adanya permintaan yang tinggi terkait fasilitas untuk menunjang kebutuhan hewan pendamping. Salah satu dari fasilitas penunjang kebutuhan hewan yaitu animal boarding atau tempat penitipan. Terdapat potensi ancaman polutan pada fasilitas penunjang kesehatan hewan seperti  patogen zoonosis, zat alergen, potensi meledaknya jumlah okupan sebagai penghasil polutan karbon dioksida (CO2), dan polutan dari gas amonia yang disebabkan oleh perilaku spraying dari companion animal. Di beberapa tempat, hampir setengah dari pekerja yang bekerja di fasilitas hewan telah dilaporkan mengalami gejala terkait alergi seperti rhinitis, konjungtivitis, asma, urtikaria kontak, dan jenis dermatitis alergi lainnya. Karena adanya potensi tercemarnya udara ruang dalam pada animal boarding dari polutan-polutan berbahaya, sistem penjernihan udara banyak diaplikasikan pada ruangan-ruangan yang rentan terhadap polutan di animal boarding. Dengan demikian, penelusuran mengenai mekanisme penjernihan udara pada animal boarding sangat menarik dilakukan.

Having a companion animal experiences an increasing trend every year. The number of pets worldwide has also been systematically increasing since 2010. Over the past 10 years, the pet population has grown. In line with this, it can be ensured that there is a high demand for facilities to support the well-being and health of companion animals. The presence of pollutants is one of the factors that affect Kualitas Udara Ruang Dalam. There is a potential threat of pollutants in animal  facilities such as zoonotic pathogens , allergenic substances, the potential for an increase in occupant numbers leading to carbon dioxide (CO2) emissions, and pollutants from ammonia gas caused by spraying behavior from companion animals. In some places, almost half of the workers in animal facilities have reported allergy-related symptoms such as rhinitis, conjunctivitis, asthma, contact urticaria, and other types of allergic dermatitis. Due to the potential air contamination in animal boarding from harmful pollutants, air purification systems are widely applied in rooms susceptible to pollutants in animal boarding. Therefore, exploring the mechanisms of air purification in animal boarding is highly interesting to be conducted."
[Depok;Depok;Depok;Depok, Depok]: [Fakultas Teknik Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia], 2023
S-pdf;S-pdf;S-pdf;S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Nurwidyaningrum
"ABSTRAK
Penghuni di hunian vertikal perkotaan lebih rentan mengalami Building Related Illness karena sistem tata udara Air Conditioning (AC) yang mengalami penyusutan mutu. Ini menyebabkan Kualitas Udara Dalam Ruang (KUDR) di unit hunian perkotaan cenderung lebih buruk daripada hunian horisontal di Jakarta. Tujuan penelitian ini menyusun model dimensi manusia penghuni dan pengelola dengan pengetahuan, persepsi, dan partisipasi untuk mencapai hunian vertikal perkotaan yang sehat dan berkelanjutan dengan KUDR. Metode riset yang digunakan ialah korelasional multivariat dengan analisis PLS-SEM (Partial Least Square-Structural Equation Model) dan mengaplikasikan model dengan ANN-SOM (Artificial Neural Network-Self Organizing Map). Hasil penelitian menunjukkan kesatuan dimensi penghuni dan dimensi pengelola yang efektif untuk KUDR adalah dengan konstruk dimensi pengelola sebagai variabel penekan kepada dimensi penghuni yang mempengaruhi KUDR. Kompetensi pengelola sangat mempengaruhi penghuni untuk mengupayakan KUDR dan mendorong perubahan perilaku sehat di hunian vertikal perkotaan. Keselarasan dalam pengetahuan, persepsi, dan partisipasi. Pemenuhan kenyamanan fisik dan psikis penghuni oleh pengelola mempengaruhi perilaku partisipasi dalam kesehatan dan menggerakkan keberlanjutan hunian perkotaan.

ABSTRACT
Residents in urban vertical housing are more susceptible to Building Related Illness due to the depreciation of air conditioning (AC) systems, causing Indoor Air Quality (IAQ) in urban residential units is worse than in horizontal housing in Jakarta. The purpose of this study is to develop a model of the human dimensions of the residents and the managers with knowledge, perception, and participation to achieve the healthy and sustainable urban vertical housing with the IAQ. The research method is a multivariate correlation, analyze with Partial Least Square-Structural Equation model (PLS-SEM) and application to the model with Artificial Neural Network-Self Organizing Map(ANN-SOM). The result of the study shows the unity of the resident and manager dimensions is effective with the construct of the manager dimensions as the suppressing variable of the resident dimensions that influence IAQ. The manager competency significantly affects the residents to strive for IAQ and encourage healthy behavioral changes in urban vertical housing. The conformity of knowledge, perception, and participation then the fulfillment of the physical and psychological comfort for the residents by the managers influences the behavior of participants in health and drives the sustainability of urban housings.
"
Depok: Universitas Indonesia. Sekolah Ilmu Lingkungan, 2019
D2585
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadeak, Christie Patricia Demak
"Sick Building Syndrome (SBS) merupakan gejala-gejala kesehatan yang sering dialami oleh penghuni yang tinggal di dalam gedung dalam waktu tertentu yang disebabkan oleh berbagai faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas udara dalam ruang dengan kejadian SBS di Graha Sucofindo Jakarta. Desain studi yang digunakan pada penelitian ini adalah cross-sectional dengan variabel independen sebagai berikut, koloni bakteri, suhu, kelembaban relatif, usia, jenis kelamin, masa kerja, dan riwayat alergi. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang signifikan antara koloni bakteri, usia, jenis kelamin, masa kerja, dan riwayat alergi dengan kejadian SBS. Dari hasil analisis multivariat, ditemukan bahwa variabel riwayat alergi menjadi variabel dominan yang memengaruhi terjadinya SBS. Dari hasil uji interaksi ditemukan adanya interaksi antara kedua variabel yaitu jumlah koloni bakteri dan jenis kelamin dalam menyebabkan kejadian SBS. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa riwayat alergi dapat meningkatkan risiko terjadinya SBS di tempat kerja dan interaksi antara jumlah koloni bakteri dengan jenis kelamin dapat menyebabkan kejadian SBS di tempat kerja. Disarankan untuk mengontrol kualitas udara dalam ruang, menciptakan ruangan yang sehat bagi pekerja, dan menempatkan pekerja dengan riwayat alergi pada ruangan dengan kualitas udara yang baik.

Sick Building Syndrome (SBS) has been defined as a term used to describe common symptoms which, for no obvious reason, are associated with particular buildings. This study aims to determine the relationship between indoor air quality with SBS occurrence in Graha Sucofindo Jakarta. The cross-sectional study was used in this research with the following independent variables, colonies of bacteria, temperature, relative humidity, age, gender, year of services, and history of allergies. From the data analysis showed a significant relationship between bacterial colonies, age, gender, year of services, and history of allergies to the occurrence of SBS. Multivariate analysis found that history of allergies becomes dominant variables that affect the occurrence of SBS. Furthermore, it is found that there is interaction between bacterial colonies and gender in making the incidence of SBS. It can be concluded that history of allergies may increase the risk of SBS and the interaction between bacterial colonies and gender can causing the incidence of SBS. It is advisable to control the indoor air quality, create a healthy space for workers and avoid allergic workers to work in bad indoor air quality."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64644
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Oktora
"Sick Building Syndrome (SBS) merupakan kumpulan gejala non-spesifik yang dialami saat berada dalam suatu gedung yang terkait dengan kualitas udara dalam ruang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara kualitas fisik udara dalam ruang (suhu dan kelembaban) dengan kejadian Sick Building Syndrome pada pekerja yang bekerja di dalam gedung. Metode penelitian yang digunakan adalah disain studi cross sectional. Pada penelitian ini, suhu dan kelembaban udara merupakan variabel independen, dan kejadian SBS adalah variabel dependen. Karakteristik responden (umur, jenis kelamin, lama/masa kerja, kebiasaan merokok, riwayat penyakit alergi dingin, dan kondisi psikososial) juga turut diteliti sebagai variabel independen lainnya. Jenis AC dan kepadatan orang dalam ruang diteliti sebagai faktor lain yang mempengaruhi kualitas udara dalam ruang. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa factor karakteristik responden yang memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian SBS hanya riwayat penyakit alergi dingin. Dari hasil penelitian, ditemukan adanya hubungan yang signifikan kualitas fisik udara dalam ruang (suhu dan kelembaban) dengan kejadian SBS. Hasil uji statistik chi-square, hubungan antara suhu udara dan SBS, diperoleh Pv = 0,011 dan OR = 3,363. Hasil uji statistik chisquare, hubungan antara kelembaban relatif dan SBS, diperoleh nilai Pv = 0,031 dan OR = 2,923."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>