Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3566 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Julia Maria
Jakarta: UI-Press, 1993
306 JUL k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Julia Maria
Jakarta: UI-Press, 1993
306 JUL k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ellya Retno Sudihertutiek Sudiyadi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
S10561
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jacob Ajawaila
"The Ambonese is a community that underwent changes from time to time as a result of the influence of religion, government's policies and global culture. The changes have further implications. A considerable 'in group' solidarity of village as totality (supported by villagers and their special rights, excluding the newcomers) became segregated because of religion. Religion has taken over the traditional rites. The village as an entity of traditional laws based upon genealogy has undergone changes into a public village. The village has become multi profiled with its activities based on needs, e.g. the ceremonial needs for the benefits of traditions. Traditional institutions that strengthened social relations between villages have weakened as a result of the government's policies, and so is the traditional institutions that fulfill the needs of the traditional community."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2000
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Orinbao, P. Sareng
Nita, Flores: Seminari Tinggi ST. Paulus, 1992
677.028 SAR s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan Saidi, 1942-
Jakarta: Gunara Kata, 1997
306.598 2 RID p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ernalem Bangun
"Penelitian ini mengungkapkan tentang kebudayaan organisasi Museum Nusantara, salah sate museum pemerintah di Jakarta. Sebagai organisasi administratif birokratis, Museum Nusantara dalam melaksanakan kegiatannya memiliki aturan-aturan formal dan prosedur tertentu, yang harus dilaksanakan secara hirarki sesuai dengan struktur formal yang ada Tetapi dalam kenyataannya terdapat kegiatan dan aturan-aturan informal yang dilakukan dalam kelompok kelompok informal dalam setiap level, yang melekat dan mendampingi struktur formal yang ada. Hubungan-hubungan sosial informal ini sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan museum secara formal.
Penelitian ini lebih memfokuskan pada kegiatan-kegiatan nyata yang bersifat informal, yang dilakukan oieh orang-orang museum sebagai unsur paling dalam organisasi. Peneliti menemukan bahwa kelompok informal di Museum Nusantara dapat dibagi 2 (dua) berdasarkan akses dalam pengelolaan sumber daya yang ada di museum. Kelompok pertama adalah kelompok pengelola somber daya museum, yang mengembangkan sikap toleran kepada orangorang di luar kelompoknya, patuh terhadap aturan-aturan yang ditentukan oleh kelompoknya, menerima dengan penuh kepercayaan, membina dan mengekalkan hubungan di antara anggota kelompok. Sedangkan kelompok kedua adalah kelompok yang tidak memiliki akses terhadap sumber daya di museum.
Ada 2 (dua) sikap yang berbeda dalam kelompok yang tidak memiliki akses terhadap sumber daya di museum ini. Sebagian besar mengembangkan sikap masa bodoh, mencari kegiatan lain, menguatkan hubungan antar anggota kelompok, dan berbagai kegiatan informal lainnya serta memanfaatkan fasilitas dan keunggulan sebagai pegawai negeri. Sedangkan sebagian kecil tetap menjalankan aturan-aturan yang ada semaksimal mungkin. Namun penelitian ini lebih memfokuskan pada kegiatan orang-orang museum yang bersifat informal karena orang-orang yang mengikuti aturan yang ada tersebut hanya sedikit sekali, tidak berpengaruh terhadap kegiatan museum serta hanya akan bertahan sesaat saja sebelum mereka mengetahui seluk- beluk kegiatan museum secara seutuhnya.
Orang-orang museum yang tidak ikut dalam kelompok yang mengelola sumber daya museum cenderung bersikap masa bodoh terhadap apa yang terjadi di museum, namun mencari kegiatan lain. Kegiatan yang dilakukan tersebut tentunya menyita waktu dan pikiran. Ditambah pula dengan kerja sama dari anggota kelompok yang tidak memiliki akses dalam mengelola sumber daya di museum, secara tidak langsung sudah menomorduakan pekerjaan museum. Kerja sama ini dilakukan untuk menjaga agar mereka terlihat patuh, tidak ada kesan pelanggaran. Hal ini disebabkan karena patuh dan tidak banyak tanya adalah nilai yang dijunjung tinggi. Pandangan bahwa berbahaya / tidak aman jika banyak bertanya meliputi hampir semua orang-orang museum, juga ketakutan akan resiko yang dapat merugikan diri sendiri sangat besar. Keselamatan diri sendiri menjadi hal yang diutamakan. Kehidupan aman sangat dijunjung tinggi, termasuk kelompok pengelola sumber daya di museum.
Bagi orang-orang museum pengelola sumber daya di museum, sikap patuh dalam menjalankan aturan yang diberlakukan oleh kelompoknya serta menerima apa yang dilakukan tanpa harus tahu tentang proses pelaksanaannya merupakan hal yang sangat penting, demikian pula sikap toleransi dalam membina hubungan dengan anggota sesama kelompok. Sikap toleransi dengan membagi-bagi rejeki dilakukan agar terdapat rasa aman untuk melakukan kegiatan tersebut, bahkan sering disebut sebagai upaya untuk menutup mulut. Jika mereka tidak dapat membagi- bagi rejeki yang mereka peroleh secara langsung, mereka membiarkan orang lain untuk mencari rejeki dengan cara masing-masing. Sikap inilah yang dianggap dapat mengurangi resiko disorot dan diguncang orang lain. Ketakutan akan resiko yang dapat merugikan diri sendiri mendorong mereka untuk bersikap toleransi dan menerima apapun yang diperintahkan dan diminta oleh kelompoknya. Ini pulalah yang mendasari sikap mereka untuk menjaga dan menguatkan hubungan sesama anggota kelompok hari demi hari.
Keberadaan kelornpok-kelompok informal di Museum Nusantara yang didasarkan pada akses pengelolaan sumber-sumber daya di museum seperti telah disebutkan di atas, mempengaruhi pembuatan rencana kerja dan orang-orang yang terlibat di dalamnya, mempengaruhi oraag-orang yang ditunjuk sebagai pelaksananya sekaligus ini mempengaruhi pula dalam pembinaan orang-orang museum yang akhirnya menciptakan perilaku yang telah disebutkan di atas. Inilah budaya orang-orang museum yang memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan dan ketermanfaatan Museum Nusantara khususnya dan museum-museum pemerintah di Indonesia umumnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T929
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ridwan Alimuddin
Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) , 2005
959.84 MUH o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rustopo
2006
D1674
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrya Riliantya Silvia
"Skripsi ini memperlihatkan bagaimana suatu grup kesenian tradisional yaitu Paguyuban Wayang Orang Bharata yang melestarikan kesenian tradisional wayang orang dapat bertahan di kota besar seperti Jakarta, dimana hiburan modern yang lebih menarik semakin bermunculan. Maka tulisan ini juga mengkaji bagaimana transmisi kebudayaan khususnya dalam mempelajari kesenian yang dilakukan oleh anggota Paguyuban Wayang Orang Bharata dalam memelihara regenerasi sehingga pelestarian kesenian tradisional wayang orang pun dapat terus berjalan hingga sekarang. Transmisi kebudayaan ini juga berkaitan dengan proses sosialisasi dan proses enkulturasi yang terjadi di Paguyuban Wayang Orang Bharata. Selain itu, kebudayaan dan nilai-nilai yang dianut oleh anggota Paguyuban Wayang Orang Bharata juga mempengaruhi sosialisasi dalam mempelajari kesenian yang dilakukan kepada anak-anaknya. Skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dimana peneliti melakukan pengamatan terlibat dan wawancara mendalam.

This thesis shows how a group of traditional art, namely Paguyuban Wayang Orang Bharata that preserve the traditional art wayang orang can survive in big cities like Jakarta, where modern entertainment that more exciting increasingly popping up. So this thesis also examines how cultural transmission especially in learning the arts is performed by members of Paguyuban Wayang Orang Bharata in maintaining the regeneration so that the preservation of traditional art wayang orang can be continued until now. Cultural transmission is also related to the process of socialization and enculturation process that occurs in Paguyuban Wayang Orang Bharata. In addition, the cultures and the values that held by members of Paguyuban Wayang Orang Bharata also affect the socialization of learning the arts to their children. This thesis uses qualitative research method, which involved researchers conducted observations and depth interviews.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S58841
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>