Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1682 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asman Boedisantoso Ranakusuma
Jakarta: UI-Press, 1987
616.462 BOE p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dunning, Trisha
Melbourne: Blackwell, 2003
616.462 DUN c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Isni Nadyanti
"Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi diabetes melitus tipe 2. Anggota keluarga biasanya menjadi orang pertama yang mengetahui kejadian hipoglikemia pada klien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman keluarga klien diabetes melitus tipe 2 menghadapi hipoglikemia. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi deskriptif. Wawancara mendalam terhadap 11 partisipan mengidentifikasi empat tema yaitu: keluarga mempersepsikan hipoglikemia adalah sesuatu yang biasa, keluarga mampu mengenali gejala awal hipoglikemia, keluarga memberikan dukungan positif bagi klien dalam menghadapi hipoglikemia, dan hipoglikemia memiliki dampak negatif bagi keluarga. Hasil penelitian menunjukkan peran penting perawat untuk memberikan edukasi yang komprehensif mengenai hipoglikemia terhadap keluarga klien diabetes melitus tipe 2.

Hypoglycemia is one of diabetes complications. Hypoglycemia can increase risk of cardiovascular diseases or even lead to death. Family members are usually the first people to recognize hypoglycemia. Hypoglycemia is an unpredictable condition which make they should aware with it. A qualitative study using a phenomenological description design was utilized. In depth interviews were conducted with 11 family members of the person with type 2 diabetes. Family rsquo s experiences dealing with hypoglycemia were described into four main themes family perceive hypoglycemia is a common thing, family is capable in recognizing early symptoms of hypoglycemia, family provide positive support to person dealing with hypoglycemia, and hypoglycemia affects the family negatively. This study denotes a major role of nurse to provide a comprehensive education about hypoglycemia to the family of the person type 2 diabetes.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48069
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Rudjianto
"Background: hypoglycemia is a major adverse event of insulin therapy for diabetes mellitus patients. The study was conducted to evaluate the incidence of hypoglycemia among insulin treated patients with type 1 diabetes mellitus (T1DM) or type 2 diabetes mellitus (T2DM) in the Indonesian cohort.
Methods: this Indonesian cohort study consisted of retrospective and prospective evaluation of hypoglycemic episodes, using International Operations Hypoglycemia Assessment Tool (IO HAT) in 374 patients with diabetes (T1DM; n=17 or T2DM; n=357). The patients of ≥18 years of age and treated with insulin for >12 months were selected for this study (ClinicalTrials.gov number: NCT02306681).
Results: a total of 374 patients were enrolled in this study and completed SAQ1. All patients with T1DM (17 [100%]), and 347 (97.2%) patients with T2DM completed SAQ2. Almost all the patients in the 4-week prospective period reported at least one hypoglycemic event (T1DM 100%, T2DM 99.4%) and the incidence rate of any hypoglycemia was 67.5 events per patient-year (PPY) and 25.7 events PPY for T1DM and T2DM patients, respectively. Among patients with T1DM and T2DM, 5.9% and 36.4%, respectively, did not know what hypoglycemia was at baseline, also high proportion of patients had impaired hypoglycemic awareness in the study (82.4% and 62.7%, respectively).
Conclusion: overall, high proportion of patients reported hypoglycemic events in the prospective period indicating under reporting during the retrospective period due to recall bias. Therefore, there is a need for patient education program to improve the awareness of hypoglycemia in diabetes patient in Indonesia.

Latar belakang: hipoglikemia merupakan efek samping utama dari terapi insulin pada pasien diabetes melitus. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kejadian hipoglikemia pada pasien diabetes melitus tipe 1 (T1DM) atau diabetes melitus tipe 2 (T2DM) yang diobati dengan insulin pada kohort Indonesia.
Metode: penelitian kohort Indonesia ini terdiri dari evaluasi retrospektif dan prospektif terhadap episode hipoglikemik, dengan menggunakan International Operations Hypoglycemia Assessment Tool (IO HAT) pada 374 pasien diabetes Indonesia (T1DM; n=17 dan T2DM; n=357). Pasien berusia ≥18 tahun dan diobati dengan insulin selama >12 bulan dipilih untuk penelitian ini (ClinicalTrials.gov nomor: NCT02306681).
Hasil: sebanyak 374 pasien disertakan untuk studi ini dan menyelesaikan self assessment questionnaire 1 (SAQ1). Semua pasien T1DM (17 [100%]) dan 347 pasien T2DM (97,2%) menyelesaikan SAQ2. Hampir semua pasien dalam 4 minggu periode prospektif melaporkan setidaknya satu kejadian hipoglikemi (T1DM 100%, T2DM 99,4%) dan tingkat kejadian hipoglikemia adalah 67,5 kejadian per pasien-tahun (PPY) dan 25,7 kejadian PPY masing-masing untuk pasien T1DM dan T2DM. Diantara pasien dengan T1DM dan T2DM, 5,9% dan 36,4%, masing-masing, tidak mengetahui apa hipoglikemia pada awal penelitian. Tercatat proporsi yang tinggi dari pasien memiliki kesadaran yang buruk akan kejadian hipoglikemi (82,4% dan 62,7%, masing-masing).
Kesimpulan: secara keseluruhan, proporsi yang tinggi dari pasien yang melaporkan kejadian hipoglikemi pada periode prospektif mengindikasikan kurang pelaporan selama periode retrospektif karena bias ingatan (recall bias). Oleh karena itu dibutuhkan program pendidikan pasien untuk meningkatkan kesadaran akan hipoglikemia dari pasien diabetes di Indonesia
"
Jakarta: Interna Publishing, 2018
610 UI-IJIM 50:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Iswanti Afelya
"Salah satu kelompok penyakit metabolik yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya adalah Diabetes Melitus (DM) yang ditandai dengan hiperglikemia. Kondisi hiperglikemia yang berkepanjangan menyebabkan DM menjadi salah satu masalah kesehatan yang besar di seluruh dunia karena komplikasinya dapat muncul secara akut maupun kronik. Perawat berperan penting dalam menurunkan angka morbiditas dan mortalitas melalui Diabetes Self- Management Education (DSME) dan Diabetes Self-Management Support (DSMS) untuk mencegah komplikasi dan membantu meningkatkan perubahan gaya hidup yang penting bagi individu. Penerapan DSME dan DSMS dapat dilakukan perawat dengan mengaplikasikan teori Self Care Dorothea Orem pada proses keperawatan. Penerapan teori ini berfokus pada kemampuan individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri, mengenali dan mengatur kebutuhan perawatannya. Penerapan evidence based practice sesuai program DSME dan DSMS dalam upaya meningkatkan self care pasien DM adalah melalui penggunaan buku harian Pemantauan Gula Darah Mandiri (PGDM). Proyek inovasi latihan kekuatan otot dan keseimbangan dilakukan pada pasien DM lansia untuk mencegah jatuh, meningkatkan kekuatan otot dan keseimbangan berjalan.

One of metabolic diseases that occurs due to abnormalities in insulin secretion, insulin action or both is diabetes mellitus (DM). It is characterized by hyperglycemia. Prolonged of hyperglycemia causes various complication become major health problem worldwide. Nurses play an important role in reducing morbidity and mortality through the Diabetes Self-Management Education (DSME) and Diabetes Self-Management Support (DSMS) to prevent the complications and improve lifestyle changes. Framework of DSME and DSMS were applied using Dorothea Orem's Self Care. The application of this theory focuses on the individual's ability to independently perform nursing actions, identify and manage the treatment needs. Evidence-based practice related to DSME and DSMS programs by using Self Monitoring Blood Glucose Diary (SMBG). The inovation project was muscle strengths and balances exercises in elderly diabetic patients with neuropathy, in other to prevent falls and improve the muscle strengths and balances."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ricca Fauziyah
"Latar belakang: Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan komplikasi DM tipe-1 yang
dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan neurologis permanen. Data IDAI tahun
2017 menyatakan sebanyak 71% anak DM tipe-1 pertama kali terdiagnosis dengan
KAD yang meningkat dari tahun sebelumnya. Cedera otak merupakan komplikasi KAD
berkaitan dengan kerusakan struktural dan fungsional otak sehingga menyebabkan
kerusakan fungsi neurokognitif. Anak-anak DM tipe-1 dengan riwayat KAD
menunjukkan kesulitan dalam waktu merespon, penalaran abstrak, fleksibilitas kognitif
dan memori verbal. Pemeriksaan tingkat kecerdasan intelektual berupa pemeriksaan IQ
diperlukan untuk menilai fungsi kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran fungsi kognitif berupa nilai IQ pada pasien DM tipe-1 usia sekolah dengan
riwayat KAD.
Metode: Dilakukan studi potong lintang deskriptif pada pasien DM tipe-1 dengan
riwayat KAD yang dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2020 di RSUPN dr. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta. Sampel penelitian adalah pasien anak berusia 7-18 tahun yang
pernah mengalami KAD sejak pertama kali terdiagnosis DM tipe-1 dan kooperatif
untuk dilakukan pemeriksaan. Subyek melakukan tes IQ kemudian hasilnya dilaporkan.
Hasil: Sebanyak 27 subyek memenuhi kriteria inklusi dengan 14 subyek perempuan
dan 13 subyek lelaki. Rerata usia subyek adalah 13,5 tahun dengan rerata usia saat
terdiagnosis adalah 8 tahun dan lama menderita DM adalah 48 bulan. Median nilai IQ
yang didapatkan 91 (62-120), median verbal IQ 90 (67-113) dan median performance
IQ 94 (61-118). Frekuensi KAD  2x, riwayat KAD < 18 bulan dan lama menderita
DM tipe-1 5 tahun, usia saat terdiagnosis 7 tahun memiliki kecenderungan nilai IQ
lebih rendah dibandingkan kondisi sebaliknya yaitu termasuk dalam kategori IQ di
bawah rata-rata skala Wechsler.
Kesimpulan: Nilai IQ pasien DM tipe-1 usia sekolah dengan riwayat KAD termasuk
dalam kategori IQ rata-rata skala Wechsler.

Background and aim: Diabetic ketoacidosis (DKA) is a complication of type-1 diabetes
that results in death or permanent neurological disability. IDAI data for 2017 stated
that 71% of patients with type-1 diabetes were first diagnosed as DKA which increased
from the previous year. Brain injury is a complication of DKA associated with
structural and functional damage to the brain and causes neurocognitive function
impairment. Children with type-1 diabetes with history of DKA show difficulties in
response time, abstract reasoning, cognitive flexibility and verbal memory. An
examination for the level of intelligence as an IQ examination is needed to assess
cognitive function. This study aims to determine the description of cognitive function as
IQ scores in school age patients of type-1 diabetes with history of DKA.
Method: A cross-sectional descriptive study was performed to type-1 diabetic patients
with history of DKA started from February-March 2020 at the RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta. The study subjects were pediatric patients aged 7-18 years
who had experienced DKA since they were first diagnosed as type-1 diabetes and were
cooperative for examination. Subjects performed an IQ test then the results were
reported.
Results: A total of 27 subjects met the inclusion criteria with 14 females and 13 males.
The mean age was 13.5 years with the average age at diagnosis was 8 years and the
duration of diabetes was 48 months. The median IQ score was 91 (62-120), verbal IQ
IQ 90 (67-113) and performance IQ 94 (61-118). Frequency of DKA twice or more,
history of DKA <18 months, length of suffering of type-1 diabetes 5 years or more and
age at diagnosis 7 years or more have a tendency of lower IQ scores which is included
in the IQ category below the average for Wechsler scale.
Conclusion: The IQ score of type-1 diabetes school-age patients with history of DKA is
categorized as the average of Wechsler scale
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jon Hafan Sutawardana
"Hipoglikemia adalah komplikasi akut diabetes melitus yang seringkali terjadi secara berulang yang ditandai dengan gula darah kurang dari 70 mg/dl. Kondisi tersebut akan berdampak secara psikologis yaitu ketakutan akan serangan ulang yang menciptakan perasaan traumatis pada penyandang diabetes melitus. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang pengalaman penyandang diabetes melitus yang pernah mengalami episode hipoglikemi di Persadia Kota Depok. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi terhadap enam partisipan. Hasil penelitian didapatkan enam tema utama yaitu penurunan fungsi fisik sementara sebagai respon hipoglikemia, perasaan traumatis ketika mengalami hipoglikemia, pemahaman partisipan terhadap penyebab hipoglikemia, kesadaran untuk pencegahan hipoglikemia, keyakinan internal menjadi sumber koping utama dalam menghadapi hipoglikemia, kebutuhan pelayanan keperawatan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam meningkatkan edukasi pada pasien yang mengalami hipoglikemia.

Hypoglycemia is an acute complication of diabetes mellitus which frequently occur repeatedly marked by blood glucose less than 70 mg/dl. The condition will affect the psychological fear of repeated attacks that create a traumatic feelings in people with diabetes mellitus. This study aims is to gain an in depth understanding of experiences of persons with diabetes mellitus who had experienced of hypoglycemia episodes in Persadia Depok. Qualitative descriptive phenomenology approach was applied to 6 participants. The findings revealed 6 themes: decline in physical function while in response to hypoglycemia, traumatic feelings when experiencing hypoglycemia, participants understanding that caused of hypoglycemia, awareness of hypoglycemia prevention, internal beliefs became the main source of coping to faced of hypoglycemia and nursing care needs. The results of this study suggest a need of improvement in nursing education for patients with hypoglycemia."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T44450
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Dicky Budiman
"Latar belakang: Retinopati diabetik (diabetic retinopathy, DR) merupakan komplikasi diabetes mellitus (DM) yang dapat menyebabkan kebutaan. Kesadaran pasien DM terhadap DR dapat diukur dari pengetahuan, sikap, dan perilaku (knowledge, attitude, practice, KAP) dalam pencegahan DR.
Tujuan: Mengetahui serta membandingkan pola karakteristik demografi dan skor KAP pasien DM tanpa DR terhadap DM dengan DR di Puskesmas Provinsi DKI Jakarta menggunakan kuesioner yang teruji valid dan reliabel.
Metode: Subjek dirandomisasi menggunakan cluster random sampling terhadap 17 Puskesmas di Provinsi DKI Jakarta yang telah dilakukan skrining DR terhadap pasien DM.
Hasil: Subjek terdiri dari 205 subjek dengan DR & 210 subjek tanpa DR. Terdapat perbedaan bermakna antar kelompok durasi DM, pendidikan terakhir, dan penghasilan perbulan terhadap pengetahuan. Terdapat perbedaan bermakna antar kelompok durasi DM, pendidikan terakhir, penghasilan perbulan, dan pekerjaan terhadap sikap. Terdapat perbedaan bermakna antar seluruh variabel kelompok terhadap perilaku. Pada kelompok tanpa DR, terdapat korelasi antara pengetahuan dan perilaku (p <0.001) dengan korelasi lemah (r: 0.37) dan terdapat korelasi antara sikap dan perilaku (p <0.001) dengan korelasi sedang (r: 0.45). Pada kelompok dengan DR, terdapat korelasi antara pengetahuan dan perilaku (p <0.001) dengan korelasi lemah (r: 0.40) dan terdapat korelasi antara sikap dan perilaku (p <0.001) dengan korelasi sedang (r: 0.45). Terdapat perbedaan bermakna rerata skor perilaku (p: 0.036) antar kelompok tanpa DR dan dengan DR, tidak terdapat perbedaan bermakna dari rerata skor pengetahuan dan sikap.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap perilaku penderita DM tanpa DR dan dengan DR. Terdapat perbedaan bermakna perilaku antara kelompok tanpa DR dan dengan DR.

Background: Diabetic retinopathy (DR) is a complication of diabetes mellitus (DM) which can cause blindness. DM patient awareness of DR can be measured from knowledge, attitude and practice (KAP) in preventing DR.
Purpose: Determine and compare the pattern of demographic characteristics and KAP scores of DM without DR to DM with DR groups at the DKI Jakarta Provincial Health Center using a valid and reliable questionnaire.Methods: Subjects were randomized using the cluster random sampling to 17 Community Health Centers in DKI Jakarta Province which had DR screening done for DM patients.
Result: Subject consists of 205 subjects with DR & 210 subjects without DR. There were significant differences between groups of duration of DM, last education, and monthly income towards knowledge. There were significant differences between groups of duration of DM, last education, monthly income, and job towards attitude. There were significant differences between all group variables towards practice. In the group without DR, there was a correlation between knowledge and practice (p <0.001) with a weak correlation (r: 0.37) and there was a correlation between attitude and practice (p <0.001) with a moderate correlation (r: 0.45). In the group with DR, there was a correlation between knowledge and practice (p <0.001) with a weak correlation (r: 0.40) and there was a correlation between attitude and practice (p <0.001) with a moderate correlation (r: 0.45). There was a significant difference in the mean practice score (p: 0.036) between two groups, but there was no significant difference in the mean knowledge and attitude scores.
Conclusion: There were a correlation between knowledge and attitude towards the practice of without DR and with DR groups. There were significant differences in practice between DM with DR and DM without DR groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bonita Melia
"ABSTRAK
Penyakit ginjal diabetes merupakan komplikasi mikrovaskuler yang menyerang pasien diabetes melitus tipe 2. Dalam perkembangan penyakit ginjal diabetes, sistem renin-angiotensin intrarenal merupakan faktor yang berperan penting.. Hal ini menjadikan angiotensinogen sebagai salah satu komponen sistem renin-angiotensin yang berpotensi menjadi penanda kerusakan ginjal. Article review ini bertujuan untuk menelusur dan menelaah penelitian-penelitian yang berkaitan dengan pengukuran kadar angiotensinogen dalam urin sebagai penanda klinis penyakit ginjal diabetes pada pasien diabetes melitus tipe 2. Penyusunan article review dilakukan dengan mengumpulkan jurnal-jurnal penelitian pada pangkalan data daring, yaitu ScienceDirect, Pubmed, dan Scopus. Penelusuran menghasilkan tujuh jurnal penelitian yang memenuhi kriteria inklusi. Studi artikel menunjukkan bahwa angiotensinogen memiliki korelasi positif yang signifikan dengan ekspresi mRNA angiotensinogen, kreatinin urin, dan faktor terkait spesi oksigen reaktif. Angiotensinogen juga menunjukkan korelasi negatif yang signifikan terhadap estimasi laju filtrasi glomerulus. Hasil telaah beberapa artikel menunjukkan bahwa angiotensinogen memiliki performa yang baik dalam menggambarkan kondisi ginjal subjek penelitian. Hal ini dibuktikan dengan adanya korelasi yang signifikan antara angiotensinogen dengan parameter-parameter lain yang terlibat dalam patofisiologi penyakit ginjal diabetes melitus yang terdiri dari estimasi laju filtrasi glomerulus, ekspresi mRNA angiotensinogen, kadar faktor spesi oksigen reaktif, dan kadar albumin kreatinin urin."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anne Suwan Djaja
"Latar Belakang: Normal saline adalah cairan yang selama ini digunakan dan terbukti memiliki efek samping yang merugikan yaitu asidosis metabolik hiperkloremik. Balanced Electrolyte Solution (BES) merupakan cairan kristaloid isotonus yang memiliki kandungan lebih menyerupai plasma darah dan memiliki kandungan klorida lebih rendah.
Tujuan: Membandingkan rerata SBE pasien ketoasidosis diabetikum (KAD) yang diresusitasi dengan menggunakan normal saline dan balanced electrolyte solution (BES).
Metode: Tiga puluh subyek KAD, usia 18-65 tahun, yang sesuai dengan kriteria inklusi dan tidak dieksklusi, secara berturut-turut dimasukan menjadi sampel penelitian. Pembagian kelompok ditentukan secara acak berdasarkan undian. Sampel dikelompokan menjadi dua, yaitu kelompok kontrol (normal saline) dan kelompok perlakuan (BES). Kedua kelompok kecuali dalam hal jenis cairan resusitasi. Pemeriksaan kesadaran, gula darah sewaktu, dan tanda-tanda vital dilakukan setiap jam selama enam jam pertama, dan setiap 12 jam hingga jam ke 48. Pemeriksaan analisa gas darah, laktat dan elektrolit dilakukan setiap dua jam selama enam jam pertama, dan setiap 12 jam hingga jam ke 48. Pemeriksaan keton dilakukan setiap enam jam hingga jam ke 48. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental terbuka consecutive sampling.
Hasil: rerata SBE kelompok BES selalu lebih tinggi daripada kelopok NS. Rerata SBE kelompok BES lebih tinggi bermakna daripada rerata SBE kelompok NS pada jam ke 24 dan 48. SID kelompok BES selalu lebih tinggi secara bermakna di setiap jam yang diukur daripada kelompok NS.
Kesimpulan: SBE kelompok BES lebih mendekati normal daripada kelompok NS di setiap jam yang diukur.

Background: Normal saline is the resuscitation solution which is regularly used in diabetic ketoacidosis management. This solution has negative side effect causes hyperchloremic acidosis. Balanced Electrolyte Solution (BES) is isotoniccrystaloid solution, more resembling plasma than normal saline, and it has less chloride than normal saline.
Objectives: This study compares the SBE mean in diabetic ketoacidosis, using normal saline and BES.
Methods: Thirty diabetic ketoacidosis patients, 18-65 years age, who full filled the inclusion criteria and were not excluded, were consecutively enrolled to this study. Group was determined by tossed. Both groups received the same treatment except the kind of resuscitation fluid. The consciousness, blood sugar, and vital sign were recorded every hour until first six hour and every 12 hour until 48 hour. the blood gas analysis, lactate, and electrolyte were recorded every two hour until six hour, and every 12 hour until 48 hour. Blood ketones ware recorded every six hour until 48 hour. This is an open experimental consecutive study.
Result: Mean SBE value in BES group was higher in every record. Mean SBE value in 24th and 48th hour were significantly higher in BES group than in NS group.
Conclusion: SBE in BES group were closer to normal limit than in NS group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58922
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>