Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153460 dokumen yang sesuai dengan query
cover
W.O. Suryajaya
Jakarta: Pustaka Sinar harapan, 1995
388.4 SUR a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Banduningsih Rahayu
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persebaran pusat kota di DKI Jakarta berdasarkan tiga sudut pandang, yaitu empiris, keilmuan, dan kebijakan publik. Selain menggunakan metode overlay peta, penelitian ini juga menggunakan menggunakan Teknik Delphi terutama untuk mengumpulkan pendapat ahli planologi, arsitektur, dan sosiologi mengenai kriteria dan lokasi pusat kota di DKI Jakarta. Sementara itu, sudut pandang empiris dilandasi oleh teori kota inti berganda, sedangkan sudut pandang kebijakan publik ditinjau berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta Tahun 2010. Semua data yang diperoleh kemudian disintesiskan sehingga menghasilkan pandangan utuh mengenai pusat kota.
Hasil penelitian ini memperlihatkan ada 14 lokasi pusat kota yang terbagi menjadi : 6 lokasi pusat perkantoran yang tersebar baik di bagian tengah maupun di sisi barat dan timur kota; 6 lokasi pusat perdagangan dan komersil yang tersebar memanjang dari utara hingga ke tengah kota; 4 lokasi pusat industri yang tersebar di bagian barat dan timur kota; dan 2 lokasi pusat hiburan dan jasa yang tersebar di bagian tengah kota. Pusat kota yang sesungguhnya di DKI Jakarta adalah di kawasan Sudirman - Thamrin.

This study aims the distribution center city in DKI Jakarta. Jakarta City Center examined using the method Technuique Delphy (Delphi technique) to assess the arguments of experts urban design, architecture, and sociology through the interview process. The results of these interviews will be obtained based on the views of the city center of scientific fields. Empirical point of view obtained through the theory of multiple core city sedangakn public policy point of view seen by Spatial Plan of DKI Jakarta in 2010. Data obtained in the form of each view of city center synthesized or combined to produce acomplete view of city center.
The results obtained there are 14 city center locations which are divided into several functions of 6 as a central office locations spread across the central part of town, west side, and east of the city; 6 locations as trade and commercial center of the scattered extends from north to city center; 4 locations as scattered industrial centers in western and eastern cities, and 2 locations as a center of entertainment and services that are scattered in the middle of town.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S42404
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Charles Surjadi
Jakarta: FK Atma Jaya, 1998
307.1 CHA u
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Pitua
"Kemacetan Ialu Iintas di DKI Jakarta teertama pada jam sibuk (rush hours) berdampak negatif terhadap perekonomian, polttik, sosial budaya, dan Hankam. Dampak terhadap perekonomian, misalnya, ongkos trasport tinggi, roda perekonomian terganggu. Dampak terhadap politik, misalnya, ketidakpercayaan rakyat terhadap kebijakan pemerintah khususnya Pemda DKI, Kepolisian, dan DLLAJ Jakarta. Dampak terhadap sosial budaya, misalnya, dapat menyebabkan stres, emosi,cemas, marah dan kemungkinan bisa menimbulkan konflik, dan polusi sehingga mengganggu kesehatan. Dampak terhadap Hankam, misalnya, menyebabkan ketertiban umum terganggu, rawan kriminal bagi pengguna jalan. Akibat dari ini dapat melemahkan ketahanan wilayah DKI Jakarta yang otomatis dapat melemahkan ketahanan nasional.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemacetan lalulintas ini cukup banyak, namun penutis hanya menfokuskan pada dua permasalahan, yaitu :
1. Kemacetan lalulintas sebagai indikator rendahnya disiplin pengguna jalan
2. Kemacetan lalulintas sebagai indikator panjang jalan yang tidak sesuai dengan volume kendaraan.
Dari permasalahan tersebut dirumuskan tiga pertanyaan, sebagai berikut:
1. Bagaimana disiptin berlalulintas di DKI Jakarta.
2. Bagaimana panjang jalan dengan volume kendaraan di DK( Jakarta.
3. Faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi kemacetan lalulintas di DKI Jakarta.
Didasarkan dari mmusan tiga pertanyaan tersebut di atas, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan disiplin berlaiulintas di DKI Jakarta, mendeskripsikan panjang jalan dengan volume kendaraan dt DKI Jakarta, mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi kemacetan lalulintas di DKI Jakarta.
Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analisis yang bertujuan mengestimasi pengaruh kemacatan lalulintas kota terhadap ketahanan kota yang diharapkan dapat memberi masukan kepada Pemda DKI dan instansi terkait (Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, DLLAJ DKI Jakarta, dan Dit Lantas Potda Metro Jaya) dalam merumuskan kebijaksanaan guna menanggulangi kemacetan lalulintas di DKI Jakarta. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah dengan teknik analisa kualitatif yang didukung data kuantitatif dan tabel frekuensi yang disajikan berdasarkan hasil jawaban responden, kemudian di-cross dengan data primer yang dikumpulkan dari Dinas Pakerjaan Umum DKI Jakarta, BPS DKI Jakarta, DLLAJ DKI Jakarta, dan Dit Lantas Poida Metro Jaya yang berkaitan dengan pelanggaran disiplin berlalulintas, panjang jalan...."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T5715
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Deddy Sutanto
"Sebagian besar masyarakat kota memiliki kecenderungan bekerja rutin di dalam ruangan. Degngan demikian, mereka membutuhkan kegiatan rekreasi yang aktif ataupun pasif untuk mengimbanginya Oleh karenanya, selalu dibutuhkan fasilitas rekreasi yang terjangkau Iokasi dan biayanya untuk masing-masing kelompok masyarakat tersebut.
Sesungguhnya kegiatan rekreasi dapat dilakukan oleh setiap orang tanpa harus tergantung sepenuhnya pada tempat dan waktu, misalnya di rumah. Banyak tempat rekreasi yang memanfaatkan potensi alam yang ada seperti di pegunungan, di pantai.
Tetapi sejalan dengan semakin berkembangnya jaman, maka ada tuntutan untuk memasukkan jenis rekreasi baru yang semakin menarik, misalnya permainan, olahraga, dll. Menjadikannya semakin kompleks dalam mewujudkan fasilitas tersebut.
Sesuai dengan uraian di atas, maka sebagai proyek Tugas Akhir, saya memilih perancangan Fasilitas Rekreasi Taman Air yang memberikan suasana santai / leisure bagi pengunjungnya melalui sarana kegiatan bermain."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S48115
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Sebagai daerah bisnis, Ancol perlu pula menyediakan sarana yang dapat menampung kegiatan bisnis perkantoran dan perdagangan terpadu sekaligus dalam bentuk bangunan campuran. Penulisan ini dimaksudkan guna menjelaskan dasar-dasar (konsep) perencanaan dan perancangan di wilayah Ancol, di mana di dalam lahan perencanaan tersebut terdapat pusat kegiatan kota. Penulisan ini dibuat setelah gambar-gambarrencana selesai. Tanah yang 'digarap' pada kenyataannya masih berupa llahan kosong, yang direncanakan dilewati MRT sebagai alat transportasi yang utama di kawasan ini."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S48098
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Putri
"ABSTRAK
Teknologi berkembang pesat dalam menunjang aktivitas manusia, salah satunya proses menggambarkan ruang kota dan wayfinding. Pada tahun 1960, Kevin Lynch merilis buku berjudul The Image of the City sebagai solusi dari permasalahan masyarakat dalam proses wayfinding di ruang kota melalui penggambaran ruang kota yang terwujud dari legibilitas dan proses cognitive maps. Teori Lynch masih digunakan di era kemudahan Teknologi, Informasi dan Komunikasi. Dilakukan studi kasus untuk membandingkan dua proses pembentukan gambaran ruang kota, yaitu berdasarkan teori Lynch dan melalui ruang virtual. Di sisi lain, era Teknologi, Informasi dan Komunikasi merubah konsep gambaran ruang kota yang dilakukan pada masa teori Kevin Lynch dirilis

ABSTRACT
Technology is growing fast in uses to help people activities, such as imagining city and in wayfinding process. In 1960, Kevin Lynch released The Image of the City as a solution for society in wayfinding problems, through city image which was built by legibility and cognitive maps process. Lynch 39 s theory is still being used in Information, Communication and Technology Age. Case study was held to compare the process of imagining city by Lynch 39 s theory and the process through virtual reality. On the other hand, Information, Communication and Technology age changed the concept of imagining city space by Lynch 39 s theory. "
2017
S67147
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safitri
"Setiap individu menggunakan ruang kota dengan cara yang berbeda. Begitu juga setiap lapisan dan golongan masyarakat menggunakan ruang kota dengan cara yang berbeda pula. Penyalahguna narkotika dan psikotropika bagian dari warga kota yang menggunakan ruang kota. Bagaimana karakteristik ruang yang mereka gunakan? Pertanyaan itu menyebabkan saya memutuskan untuk meneliti masalah ini. Agar mendapatkan karakteristik ruang untuk membeli dan mengonsumsi narkotika dan psikotropika di Jakarta, maka harus diketahui kognisi penyalahguna tentang ruang kota.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara tidak terstruktur, menggambar, dan mendeskripsikan ruang yang didapatkan dari tuturan informan.
Informan kunci berasal dari pasien yang rawat inap di ruang detoksifikasi RSKO, RS Fatmawati. Kriteria informan adalah laki-laki, sudah mengonsumsi narkotika dan psikotropika lebih dari 5 tahun, berumur 16 - 36 tahun, dan dirawat lebih dari 3 hari (untuk menghilangkan ketegangan fisik dan psikis), dan mengonsumsi narkotika (heroin) dan psikotropika (sabu-sabu dan ekstasi).
Dari hasil penelitian selama 1 bulan (Desember 2004) saya menemukan bahwa penyalahguna mampu mengingat kembali lokasi membeli narkotika dan psikotropika, yaitu (1) lokasi yang sama (tempat untuk membeli narkotika dari psikotropika selalu sama) (2) lokasi yang berpindah-pindah (tergantung kesepakatan antara penyalahguna dan bandar).
Karakteristik lokasi yang sama berupa kawasan pemukiman golongan menengah-bawah, ada warung, tukang ojek, banyak jalan/gang, ruang umum, ruang kosong antar bangunan, dan ruang yang tersembunyi dari bangunan/mobil. Sedangkan lokasi yang berpindah-pindah terdapat ruang untuk menunggu, ada acuan (landmark), dan penyalahguna mudah mengawasi lingkungan di sekitarnya.
Mereka mampu mengingat lokasi dan rute perjalanan menuju lokasi, lengkap dengan acuan, persimpangan, jalan, kawasan. Bila lokasi itu didatangi berkali-kali, ada kejadian yang memberikan kesan di lokasi itu, dan keinginan yang kuat untuk mengonsumsi narkotika dan psikotropika. Sedangkan lokasi yang hanya didatangi sesekali dan diantar oleh teman, mereka hanya mengingat kawasannya saja.
Ruang yang digunakan untuk mengonsumsi narkotika dan psikotropika tergantung dari jenis zat, cara mengonsumsi, dan efek yang ditimbulkannya. Penyalahguna mengonsumsi di dalam rumah dan di luar rumah (ruang umum). Penyalahguna yang mengonsumsi di dalam rumah menggunakan ruang tertutup dan ruang terbuka.
Penyalahguna menggunakan ruang untuk membeli dan mengonsumsi narkotika dan psikotropika, yang juga digunakan oleh bukan penyalahguna. Mereka menggunakan ruang umum dan menjadikan sarana dan fasilitas umum untuk tempat bertransaksi.
Penyalahguna dapat memenuhi kebutuhannya untuk mengonsumsi narkotika dan psikotropika, bila mereka menjalin hubungan baik dengan bandar, keluarga, sesama penyalahguna, dan bukan penyalahguna. Jika membeli narkotika dan psikotropika untuk pertama kali, penyalahguna harus diantar oleh teman atau orang yang mengetahui keberadaan bandar.
Konstribusi penelitian ini bagi pengelola kota adalah memberikan masukan dalam membuat program penangganan masalah penyalahguna narkotika dan psikotropika di ,perkotaan. Untuk perencana/perancang kota, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menata ruang kota.

Individuals look at urban spaces differently to one another and it is also (rue in the case of social stratifications and groups. Narcotic and psychotropic drugs abuse, on the other hand, arc one way the inhabitants of a city utilize the urban space.
What is the characteristic of space used for such an illegal transaction? What is their cognition on such spaces? These are the main questions that leads me towards this research. My focus is on the aspect of cognition within those who either conduct illegal transaction on narcotic and psychotropic drugs or consume them while my ultimate main is to search tier the characteristic of spaces used for such illegal actions.
This research employs qualitative approach using unstructured interviews with the informants to picture and describe the space in questioned. Key informants are male patients under treatment at detoxification ward of the RSKO (Rumah Sakit Ketergantungan Obat or Drug Addictive Hospital) Fatmawati. They have consumed narcotic and psychotropic drugs for at least 5 years and their ages are between 16 - 36 years old. They have been at the ward for more than 3 days to reduce their physical and emotional tension due to the consumption of narcotic (i.e.: heroin), and psychotropic, amphetamine (i.e.: sabu-sabu and ecstasy).
Within 1 month of observation in December 2004, I have found out that these informants were able to recall locations they used to go for the drugs. These locations are either permanent or moveable according to the deal between them and the suppliers. The permanent locations are either housing complexes for low-income communities having many waning (kiosks) or the nearby tukang ojek (motorcycle taxis) or gang (narrow alleys), public areas, space between buildings and hidden places behind cars or buildings. The moveable ones are those that provide unseen waiting corners and a landmark where they may easily watch the surrounding.
These informants were also able to recall the routes toward permanent locations along with references such as the crossroads, name of streets and areas whereas for the moveable locations they were able to remember the areas only. The places to consume are depending on the drugs, means of consuming and effects being experienced soon after taking the drugs. These may be taking place at homes or in public areas and in the case of outside consuming; they would use both of a close and open areas within physical and social terms of it. Deliberately, these informants even used common public areas for the transaction and consuming the drugs.
The informants must have a good relation with the suppliers and other drugs addicts in order to get the drugs. including their families and those who are not addicted to drugs. However, they must be taken by particular person to meet the suppliers in their first acquaintance with narcotic and psychotropic drugs.
This research contributes inputs to the Municipal Governments in tackling problems of illegal drugs trafficking and consuming in the respected cities. Town planners and urban designers. on the other hand, may take the result of this research as part of their consideration in conducting their professions.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15273
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvi Efrini AS
"Tesis ini bertujuan untuk mengungkapkan permasalahan keterbatasan ruang yang dihadapi oleh perempuan di tingkat hunian dan lingkungan dan dampaknya terhadap kualitas hidup perempuan, ditinjau dari peran perempuan (peran produktif, reproduktif, sosial dan kemasyarakatan), khususnya perempuan yang berada di permukiman kumuh padat Kelurahan Kramat, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan suatu desain studi kasus yang menghasilkan gambaran menyeluruh permasalahan keterbatasan ruang yang dihadapi oleh perempuan di permukiman kumuh padat dan dampaknya terhadap kualitas hidup perempuan. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dan informasi adalah pengamatan lapangan langsung dan wawancara semi terstruktur. Informan dalam penelitian adalah perempuan dewasa yang mempunyai lebih dan satu peran perempuan. Penelitian difokuskan pada perempuan yang tinggal di permukiman kumuh padat yang mempunyai ekonomi menengah ke bawah di RW 01, 03, dan 08 Kelurahan Kramat.
Dari hasil penelitian ini terungkap bahwa perempuan mengalami permasalahan keterbatasan ruang di tingkat hunian dan lingkungan, yang disebabkan oleh kepadatan, keterbatasan fungsi ruang dari segi bentuk, ukuran dan pemanfaatannya, keterbatasan pencahayaan dan penghawaan, dan keterbatasan fasilitas lingkungan. Berdasarkan analisis ruang kota (teori Goad City Form) permasalahan yang dihadapi perempuan ini menunjukkan bahwa perempuan tidak mendapatkan kebutuhan dasar yang layak dari sebuah permukiman, terbatas dalam akses dan kontrol terhadap ruang, dan tidak ada kesesuaian antara ketersediaan ruang dan kebutuhan kegiatan. Keadaan ini berdasarkan analisis gender mempengaruhi peran perempuan, dan menimbulkan dampak ketidakadilan gender terhadap perempuan yang dapat menyebabkan marginalisasi, subordinasi, kekerasan dan beban kerja berlebih.
Permasalahan keterbatasan ruang yang ada di human dan lingkungan menimbulkan dampak terhadap kualitas hidup perempuan ditinjau dari aspek spasial. Crowding, teritorialitas, privasi dan ruang personal, keamanan, kenyamanan, kesehatan, interaksi sosial, home range dan jelajah ruang geografis mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peran perempuan. Kualitas hidup dari tinjauan spasial ini mempengaruhi peran perempuan, antara lain kualitas dalam merawat dan membesarkan anak, kualitas kesehatan reproduktif perempuan, dan kualitas interaksi sosial di lingkungan.

This thesis aims at capturing the problem of limitation of space in housing and neighbourhood levels that is faced by women who live in dense slum settlement and its implication on the quality of life of women in term of their triple roles: productive, reproductive and community. The research employed qualitative method through a case study design that thoroughly describes the quality of life of women in crowded slum settlement.
Data and information in this research is collected by field observation and semi-structured interview. Informant in this research are mature women with a consideration that these women already take some responsibilities of their roles. The research location is focused on 3 RW of Kramat Sub Districts, where low income women live in dense slum settlement.
This research explains that women suffer of space limitation in housing and neighbourhood levels because of crowding, inappropriate of space, insufficient of healthy air, and lack of environment facilities. According to criteria of urban space for human settlement (Good City Form Theory) this condition explains that women cannot achieve basic need for adequate livelihood, sufficient access and control of space, and proper space for activities. These condition according to gender analysis affect women's productive, reproductive and community roles and have implication on gender inequality on women: marginalization, subordination, burden, and violence.
Space limitation has implication on the quality of life of women. Crowding, territoriality, -privacy and personal space, safety; comfortable, social interaction and home range have significantly affected furthermore confine women roles, especially for the proper quality in child bearing and rearing, family's health and social interaction."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T20209
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>