Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33032 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Philadelphia: Psychology Press, 2001
155.2 IND
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
California: Western Psychological Services, 1971
155.2 SEL
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wulandari
"Gagal ginjal kronik merupakan salah satu dari penyakit tidak menular dan bersifat irreversible. Penyakit ini akan berdampak pada gangguan fisik dan juga psikologis. Masalah tersebut dapat mempengaruhi cara berpikir pasien pasien, pandangan terhadap hidup dan status kesehatannya yang pada kelanjutannya berdampak pada manajemen diri dalam mengelola penyakitnya. Pasien gagal ginjal kronik harus memiliki manajemen diri yang baik untuk memperlambat penurunan fungsi ginjal lebih lanjut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan manajemen diri pada pasien gagal ginjal kronik. Sampel pada penelitian ini berjumlah 96 responden yang diseleksi dengan teknik consecutive sampling. Metode penelitian ini adalah cross sectional. Analisis data menggunakan Uji Chi Square. Hasil analisis Chi Square diperoleh adanya hubungan antara konsep diri dan dukungan keluarga dengan manajemen diri (p=0,002 & p=0,004). Analisis multivariat menunjukkan  variabel konsep diri merupakan yang paling dominan mempengaruhi manajemen diri dengan OR=3.647 sementara variabel konfounding: dukungan keluarga berkontribusi sebesar OR=1.279. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah faktor konsep diri yang disertai dengan  aspek dukungan keluarga merupakan aspek   penting yang perlu diketahui oleh seorang perawat dalam membentuk manajemen diri pasien GGK.

Chronic kidney disease (CKD) is one of the non-communicable ang irreversible, the ilness will impact on physical disturbances and psychological changes as well. As a result, these problems can interfere with the patient's way of thinking on theor life and health status. It is necesarry for CKD patients having good self-management in ordr to delay deterioration of the impairment of kidney function. This study aimed to determine the relationship between self-concept and self-management in CKD patients. There were 96 respondents of CKD patinets, whose recruited by probability sampling technique. This research method was a quantitative approach with a cross sectional. The results showed that there was a relationship between self concept and self management (p=0.002 & p=0.004). Multivariat analysis revealed that self concept was the most dominant  variable influencing self-management with OR=3.647 while the confounding variable: Family Suppot contributed with OR = 1.279. It can be conclude that there was a relatioship between self-concept and self-management, and there was a relatioship between family support and self management.self-concept was the most dominant variable  that can affect self management."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Ariani
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara persepsi diri terhadap penuaan dan kualitas hidup lansia pada domain kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial, danlingkungan.Persepsi diri terhadap penuaan adalah persepsi subjektif atau sikap individu lansia mengenai penuaan yang terjadi pada diri. Kualitas hidup merupakan persepsi individu terhadap posisi kehidupannya dalam konteks budaya dan sistem nilai di mana mereka tinggal, dan kaitannya dengan tujuan, harapan, standar dan hal lainnya yang menjadi perhatian individu tersebut. Alat ukur ATOA (Attitude Toward Own Aging) untuk mengukur persepsi diri terhadap penuaan diberikan pada 94 partisipan yang berusia 60 tahun ke atas. Hasil penelitian menunjukkan korelasi positif antara persepsi diri terhadap penuaan dengan dua domain dari kualitashidup; psikologis dan lingkungan. Tidak terdapat korelasi antara persepsi diri terhadap penuaan dengan dua domain lainnya dalam kualitas hidup; yaitu kesehatan fisik dan hubungan sosial.

This study was conducted in order to see whether there is a correlation between self perception of aging and the quality of life in elderly in the domain of physical health, psychological, social relationships, and environment. Self perception of aging is an subjective perceptions or attitude about aging that happen in elderly individuals. The quality of life is an individual perception towards life position in cultural context, value system, and it association with purposes, expectations, standards and other matter which the individual concerned of. The Attitude Toward Own Aging (ATOA) for measuring self perception of aging was given to 94 participants aged 60 years and older. The results showed there was a positive significant correlation between self perception of aging and two out of four domains in the quality of life; psychological and the environment. There was no correlation between: self perception of aging and the other two domains in the quality of life; physical health and social relationship."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60773
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Azizah
"Keterlibatan orang tua diketahui memiliki peranan penting dalam perkembangan konsep
diri anak dan remaja. Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara keterlibatan ayah dengan konsep diri pada remaja. Responden yang berpartisipasi
dalam penelitian ini merupakan remaja akhir dengan rentang usia 18-21 tahun sebanyak
415 orang mahasiswa. Keterlibatan ayah didefinisikan sebagai partisipasi ayah dalam
berbagai aspek kehidupan anaknya. Konsep diri didefinisikan sebagai persepsi individu
mengenai dirinya sendiri yang dibentuk oleh interaksi individu dengan lingkungan.
Keterlibatan ayah terdiri dari dua domain yang diukur menggunakan skala dari Finley
dan Schwartz (2004), yaitu Nurturant Fathering Scale (NFS) untuk mengukur
keterlibatan ayah dalam domain afektif, dan Reported Father Involvement Scale (RFIS)
untuk mengukur keterlibatan ayah dalam domain perilaku. Konsep diri diukur
menggunakan Adolescents Self-Concept Short Scale (ASCSS) dari Veiga dan Leite
(2016). Hasil pengukuran menggunakan teknik statistik Pearson Correlation
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah, baik
dalam domain afektif maupun domain perilaku, dengan konsep diri pada remaja.
Parental involvement is known to play an important role in the development of
childrens and adolescents self-concepts. This research is specifically aimed to
examine the relationship between father involvement and self-concept in adolescents.
Respondents who participated in this study were late adolescents with age range of
18-21 years, as many as 415 college students. Father involvement is defined as
fathers participation in various aspects of his child's life. Self-concept is defined as
an individuals perception of itself formed by individual interactions with the
environment. Father involvement consisted of two domains measured by the scale of
Finley and Schwartz (2004), is Nurturant Fathering Scale (NFS) to measure the
involvement of fathers in affective domain, and Reported Father Involvement Scale
(RFIS) to measure father's involvement in behavioural domain. Self-concept is
measured using the Adolescents Self-Concept Short Scale (ASCSS) of Veiga and
Leite (2016). The measurement results using the Pearson Correlation statistical
technique shows that there is a significant link between father involvement, both in
the affective domain and the behavioural domain, and the self-concept in adolescents"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhisti Fauziah
"Penelitian ini membahas tentang fenomena biduan dangdut. Image biduan dangdut menjadi sebuah hal yang negatif karena dibarengi dengan penampilan panggung biduan yang mempertontonkan goyangan. Biduan dangdut laris di kalangan pesta pernikahan hingga kampanye partai politik. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan self image yang dibangun oleh biduan dangdut sebagai suatu upaya menampilkan dirinya sebagai biduan dangdut. Sudut pandang kognitif membantu memaparkan self image yang dibangun biduan dangdut berdasarkan skema kognitif pada tataran pikiran mereka. Metode pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini memperlihatkan biduan memiliki self image yang berbeda sesuai skema kognitif berdasarkan hasil dari interpretasi pengalaman dirinya selama menjadi biduan dangdut.
This research examines the phenomenon of dangdut singer which has a negative image because of their sway at the stage. On the other hand, this phenomenon becomes a popular entertainment at the wedding party and political campaign. The aim of this research is to describe dangdut singer's ways of developing their self-image as a dangdut singer. Through a cognitive approach, self-image develops by dangdut singer's cognitive schema of themselves due to their interpretation of experience being dangdut singer. The method in this research uses a qualitative approach. The result of this research is dangdut singers have different self-image based on their cognitive schema and interpretation from their experience during becoming a dangdut
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kirana Andyan Pinasthi
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan antara
psychological well-being dan self-perception of aging pada lansia dengan penyakit kronis.
Psychological well-being didefinisikan sebagai kesejahteraan yang terdiri dari selfacceptance,
personal growth, purpose in life, positive relations with others, environmental
mastery, dan autonomy (Ryff & Keyes, 1995), sedangkan self-perception of aging
merupakan pandangan individu terhadap penuaan yang mereka alami dan persepsi serta
sikap subjektif lansia terhadap penuaan mereka sendiri (Lawton, 1975 dalam Kim, Jang &
Chiriboga, 2012). Banyak penelitian sebelumnya yang berasumsi bahwa self-perception of
aging merupakan salah satu prediktor dari psychological well-being. Namun, belum ada
penelitian yang melihat hubungan antara keduanya pada lansia dengan penyakit kronis,
khusunya di Indonesia. Penelitian dilakukan pada 110 lansia dengan penyakit kronis
dengan menggunakan alat ukur Ryff’s Scale of Psychological Well-Being (RSPWB) dan
sub skala Attitudes Toward Own Aging dari Philadelphia Geriatric Center Morale. Dalam
penelitian ini ditemukan adanya hubungan positif signifikan antara psychological wellbeing
dan self-perception of aging (r = 0,203) pada LoS 0,05.

ABSTRACT
This study aims to investigate the relationship between psychological well-being and selfperception
of aging on elderly with chronic illness. Psychological well-being is defined as
welfare that consists of self-acceptance, personal growth, purpose in life, positive relations
with others, environmental mastery, and autonomy (Ryff & Keyes, 1995), whereas selfperception
of aging is an individual perspective towards the aging process they experience
and the subjective attitude of elderly regarding their own aging process (Lawton, 1975 in
Kim, Jang & Chiriboga, 2012). Previous studies assumed self-perception of aging as one
of the predictor of psychological well-being, but there is not much of attention to see the
correlation between them especially in Indonesian older adults with chronic illness. 110
older adults with chronic illness are involved in this study using Ryff’s Scale of
Psychological Well-Being (RSPWB) and Attitudes Toward Own Aging sub scale of
Philadelphia Geriatric Center Morale and it is found that psychological well-being and
self-perception of aging correlates positively and significantly (r = .203; p<.05)."
2015
S59132
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Diani Paramitha Maharsi
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan persepsi diri terhadap penuaan pada lanjut usia. Sebanyak 100 orang lanjut usia berusia 60 tahun keatas yang tinggal di Depok berpartisipasi pada penelitian ini. Religiusitas dalam hal ini meliputi sembilan dimensi, yaitu perilaku religius publik, perilaku religius pribadi, dukungan kelompok keagamaan, coping religius, kepercayaan dan nilai, komitmen religius, pengampunan, pengalaman spiritual harian, dan intensitas religius. Pengukuran religiusitas dilakukan dengan alat ukur Brief Multidimensional Measure of Religiousness/Spirituality yang dibuat oleh Idler, Musick, Ellison, George, Krause, Ory, Pargament, Powell, Underwood, dan Williams (2003), sedangkan persepsi diri terhadap penuaan diukur melalui Attitude Towards Own Aging yang dibuat oleh Liang dan Bollen (1983).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya terdapat hubungan positif yang signifikan pada satu dimensi, yaitu dimensi pengampunan (forgiveness) pada religiusitas dengan persepsi diri terhadap proses penuaan pada lanjut usia. Artinya, semakin individu menunjukkan kesediaan untuk memohon ampun pada Tuhan dan memaafkan orang lain dan diri sendiri, semakin positif pula persepsi terhadap proses penuaannya; begitu pula sebaliknya. Disisi lain, tidak terdapat hubungan yang signifikan pada delapan dimensi lainnya, yaitu dimensi perilaku religius publik, perilaku religius pribadi, dukungan kelompok keagamaan, coping religius, kepercayaan dan nilai, komitmen religius, pengalaman spiritual harian, dan intensitas religius.

This study examined the relationship between religiosity and self-perception of aging among elderly. 100 elderly living in Depok participated in this study. Religiosity in this study consists of nine dimensions, i.e public religious practices, private religious practices, congregation support, religious coping, belifs and values, religious commitment, forgiveness, daily spiritual experiences, and religious intensity Religiosity was measured by the Brief Multidimensional Measure of Religiosness/Spirituality (Idler, Musick, Ellison, George, Krause, Ory, Pargament, Powell, Underwood, dan Williams, 2003), whereas the self-perception of aging was measured by the Attitude Towards Own Aging scale (Liang & Bollen, 1983).
This study shows that there is a significant, positive relationship only on one dimension, which is the forgiveness dimension of religiosity and self-perception of aging among elderly. The result of this study shows that the more willing for an individual to ask for forgiveness from God and to forgive other people and oneself, the more positive participants? perception towards aging; vice versa. On the other hand, the other eight dimensions has no significant relation with self-perception of aging. The dimensions are public religious practice, private religious practices, congregation support, religious coping, beliefs and values, religious commitment, daily spiritual experiences, and religious intensity.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59165
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Byrne, Barbara M.
Washington: American Psychological Association, 1996
155.28 BYR m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hanindya Restiningtyas
"Tesis ini mengenai program intervensi individual pengenalan dan pengetahuan diri untuk meningkatkan konsep diri pada siswa tunadaksa underachievement. Menurut Jersild, Telford, dan Sawrey (1978) jika seorang anak memiliki pandangan yang negatif terhadap dirinya, hal ini dipengaruhi oleh keterbatasan atau gangguan fisik. Butler-Por, McCall, Evahn, dan Kratzer (dalam Adams, 1997) juga memperkuat bahwa salah satu karakteristik kepribadian siswa underachiever adalah rendahnya konsep diri. Salah satu cara untuk meningkatkan prestasi siswa underachiever adalah meningkatkan konsep diri (Coyle, 2000, dalam Trevallion, 2008). Konsep diri yang positif dapat dimiliki oleh remaja yang mampu menerima kemampuan dan keterbatasannya. Dengan menggunakan single-case study design ABA, penelitian ini melibatkan seorang partisipan remaja lakilaki, B, yang mengalami tunadaksa dan berprestasi kurang baik di sekolah. B belum memiliki gambaran yang positif tentang dirinya. B mengikuti 8 sesi pertemuan intervensi yang terdiri dari kegiatan pengenalan dan pengetahuan diri. Proses pengenalan dan pengetahuan diri dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip dalam teori manajemen perubahan Lewin dimana seseorang harus melalui tahap freezing/unfreezing untuk melakukan perubahan. Kegiatan intevensi ini meliputi kegiatan menceritakan pengalaman-pengalaman positif, diskusi, permainan, serta studi kasus. Berdasarkan hasil skala konsep diri dan deskripsi diri, penelitian ini terbukti efektif untuk meningkatkan konsep diri menjadi lebih positif. Beberapa saran diberikan untuk penelitian selanjutnya agar hasil yang diperoleh lebih efektif.

This thesis discusses about individual intervention?s program of self-awareness and selfknowledge for enhancing self-concept in physical impairment underachievement?s student. According to Jersild, Telford, and Sawrey (1978) a child with a negative view of him, is affected by his disability or physical impairment. Butler-Por, McCall, Evahn, and Kratzer (in Adams, 1997) also confirms that one of the underachievers? personality characteristics is the low self-concept. One way to improve student achievement is enhancing his self-concept (Coyle, 2000, in Trevallion, 2008). Positive self-concept can be owned by a teenager who is capable of receiving capabilities and limitations. By using single-case ABA design study, the study participants involved a teenage boy, B, who suffered a physical impairment and perform less well in school. B does not have a positive image of himself. B follows the 8 session intervention consisting of activities and the introduction of self-knowledge. The process of self-awareness and self-knowledge is done by applying the principles of the Lewin change management theory in which a person must go through the stages of freezing / unfreezing for change. This intervention includes activities to tell the positive experiences, discussions, games, and case studies. Based on a scale of self concept and self-descriptions, this study proved effective for improving self-concept became more positive. Some suggestions are given for further research in order to obtain more effective results."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31832
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>