Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 65005 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Denpasar : Baliologi, 1986
899.223 8 DON
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1982
899.223 8 KID
Koleksi Publik  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1982
899.223 8 KID
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Denpasar : Balai Penelitian Bahasa Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Depdikbud , 1995
899.223 8 IND h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Weda Kusuma
"Naskah Usana Bali Mayantaka Carita ditemukan dalam bentuk Kakawin, Babad, Geguritan atau Parikan. Dari penggunaan bahasanya dapat ditemukan bahwa bentuk Kakawin Usana Bali Mayantaka Carita (UBMC) lebih tua dibandingkan dengan naskah yang lain. Oleh karena itu UBMC dijadikan dasar telaah dalam penelitian ini. Hal tersebut sesuai dengan aspek penelitian filologi yang menentukan naskah paling tua untuk dijadikan dasar telaah, karena dianggap naskah yang ditulis oleh pengarangnya.
UBMC ditulis oleh Nirartha di Bali, sekitar awal abad ke-16. Naskah tersebut ditemukan 10 buah, yakni: 4 naskah lontar dan 6 naskah kertas (8 naskah ditulis dengan huruf Bali dan 2 naskah ditulis dengan huruf Latin). Hasil seleksi dari naskah UBMC tersebut, ditemukan satu naskah memiliki keunggulan, dari segi keutuhan cerita, bentuk tulisannya yang mudah dibaca dan tidak ditemukan "huruf yang dimatikan". Dengan demikian dalam edisi teks digunakan metode landasan. Teks UBMC yang dijadikan landasan dalam penelitian ini adalah teks UBMC milik Gedong Kirtya Singaraja.
Teks UBMC tersebut ditransliterasi ke dalam huruf Latin, diterjemahkan dalam ke bahasa Indonesia, disunting, ditelaah bentuknya, dan konsep-konsep kepercayaan yang terkandung di dalamnya.
Telaah bentuk UBMC ditemukan bentuk-bentuk metrum yang berasal dari kesusastraan Kawya (India), metrum asli Indonesia dan motrum-metrum yang tidak diketahui asal dan namanya. Dan 44 pupuh dalam UBMC, ditemukan 25 pupuh tidak diketahui asal dan nama metrumnya. Metrum-metrum yang berasal dari kesusastraan Kawya yang adalah: Sikharini (2 pupuh), Sardulawrikridita (2 pupuh), Mredukomala, Aswalalita, Sragdhara, Wangsasta, Praharsini, Mattaraga, dan Swangsapatra. Sedangkan metrum Indonesia adalah: Jagaddhita (2 pupuh), Wibhrama, Kilayu Anedeng, Mretatodaka, Widyutkara, Turidagati, dan Utgata-Wisama atau Rahitiga.
Setiap bait Kakawin terdiri atas empat baris, masing-masing baris mempunyai jumlah suku-kata dan metrum yang sama. Namun dalam UBMC ditemukan 10 bait yang terdiri atas 3 baris dengan metrum yang berbeda setiap barisnya pada pupuh XXXIX.
Telaah satuan naratif UBMC, ditemukan satuan naratif berkelanjutan (Mahaprabhu?) setelah satuan naratif terakhir (Rdhimat). Satuan naratif tersebut mengungkap raja Makabika yang sangat berjasa di Bali, tetapi tidak mencapai moksa karena Zaman Kali. Rangkaian satuan naratif UBMC adalah: Manggala, Nagara, Duta, Pranaya, Aji, Nayaka, Nayakabyudaya, Rasabhawa-Nirantara, Madhupana natapwara, Udyanakrida, Srngararasa, dan Rdhimat serta Mahaprabhu (?).
Satuan-satuan naratif UBMC itu didukung oleh tokoh-tokoh ceritanya. Dari telaah fungsi tokoh ceritanya ditemukan konsep-konsep kepercayaan yang terkandung dalam karya tersebut. Konsep-konsep kepercayaan itu niengenai keberadan Dewa Siwa yang disebut dengan berbagai nama; Dewa Catur Lokapala, Punarbhawa, Moksa, Catur Purusartha Trikaya Parisudha, Catur Warna, Sad Satru, Yuga, Tirtha, Manusia pertama di Bali, mati dalam perang, dan Upacara (yadnya).
Telaah konsep-konsep kepercayaan dalam UBMC mengenai keberadaan Dewa Siwa dengan berbagai nama, seperti Dewa Iswara, Dewa Mahadewa, Dewa Rudra, dan Dewa Maheswara menunjukkan manifestasi Dewa. Siwa sebagai pusat Dewa Nawasanga. Telaah konsep Dewa Catur Lokapala mengukuhkan Dewa-dewa penguasa arah mata angin kelompok empat, yaitu: Dewa Indra di timur, Dewa Yama di selatan. Dewa Bharuna di barat, dan Dewa Kwera di utara. Telaah konsep Punarbhawa mengukuhkan keberadaan roh yang menjiwai manusia tidak pernah mati, dan akan menjelma ke dunia sesuai dengan karmanya. Telaah konsep moksa menunjukkan roh yang menjiwai manusia akan bersatu (melebur diri) dengan sumbernya (Tuhan), apabila tidak meninggalkan bekas apa-apa dalam kehidupan ini. Telaah konsep Trikaya Parisudha, Catur Warna, dan Sad Ripu (Sad Satru) menunjukkan tata cara bertingkah laku yang baik (berpikir, berkata, berbuat, dan saling menghormati) dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan telaah konsep Upacara (Yadnya) menunjukkan salah satu cara untuk melaksanakan pemujaan, menyatukan dirt memohon kesejahterann lahir dan bathin ke hadapan Dewa Siwa yang dimuliakan di Gunung Tolangkir (Besakih). Berdasarkan telaah konsep-konsep kepercayaan itu dapat dikemukakan bahwa dalam UBMC mengandung konsep kepercayaan Agama Hindu.

The Usana Bali Mayantaka Carita text can be found in four different texts, namely in Kakawin, Babad, Geguritan (Parikan). Based on the use of the language of those texts, it can be determined that Kakawin is the oldest text compared to the other types of the texts. Thus Kakawin Usana Bali Mayantaka Carita (UBMC) is used as the object of the investigation. This is in accord with the position taken in philological study which considers that the oldest text as the primary object of study because this type of text is regarded to be written by the original author.
Nirartha in Bali wrote UBMC in the early 16th century. Ten texts of Mayadanawa were found. Four of them are lontar texts and the other six texts are paper texts. Eight texts were written in Balinese script and the rest were written in Roman script: The result of the selection of the texts shows that one of the texts shows its superiority in terms of the unit of the story, its being easy to read, and there is no letter which is not `killed` if it is compared to the other UBMC texts. Thus in editing the texts the basic method is used. The basic text is the UBMC, which is the collection of Gedong Kirtya Singaraja (which was coded A). The UBMC texts were transliterated into Roman script and translated into Indonesian. Then they were edited. Those texts were also analyzed in terms of their forms and the religious concepts, which are available in those texts.
The form analysis of the UBMC shows that are three kinds of poetic metres. The three poetic metres include those, which ask originalited from Kawya (Indian) literature, Indonesian metres, and those metres, of which their origin cannot be determined. Form the 44 cantos in UBMC, the origin as well as their metres of 25 cantos cannot he determined. The metres from kawya literature, which were used, are Sikharini (2 stanzas), Sardulawrikridita (2 cantos), Mredukomala, Aswalalita, Sragdhara, Wangsasta, Praharsini, Mattaraga, and Swangsapatra. While the Indonesian poetic metres used are Jagaddhita (2 pupuh), Wibhrama, Kilayu Anedeng, Mretatodaka, Widyutkara, Turidagati, and Utgata-Wisama or Rahitiga.
Every couplet in Kakawin consists of four liners and every, line consists of the same number of syllables and poetic metres. In UBMC there are ten couplets, which consists of three lines, which has different poetic metres in each line. This is found in canto =XXIX.
From the analysis of narrative coherency, a continuous narrative is found (Mahaprabu?) after the last narrative unit (Rdhimat). That narrative unit expressed the life of the King Makabika who has rendered Bali with great services, but he does no reach `moksu' in Kali period. The unit of UBMC narratives consists of Manggala, Nagara, Duta, Pranaya, Aji, Nayaka, Nayakabyudaya, Rasabhawa-Nirantara, Madhupana natapwara, Udyanakrida, Srngararasa, and Rdhimat with Mahaprabhu (?).
Its characters support the UBMC narrative unit. From the analysis of these characters, the religious concepts which they contain were found which included the concept of the God Silva which has a number of different names, Dewa Catur Lokapala, Phunarbhawa, Masai Calur 'Varna, Trikaya Parisudha, Sad Satru (Sad Ripu) and Upacara or Yadnya concept.
The religious concept of Silica in UBMC with various different names such as Iswara, Mahadewa, Rudra, and Maheswara shows the concept of Dewa Nawasanga. The analysis of the concept Dewa Catur Lokapahala shows the four Gods that master the four directions, that is, Dewa Indra in the east, Dewa Yarna in the south, Dewa Bharuna in the west and Dewa Kuwera in the north. The Phunarbhawa consept is about the soul of the human beings, which never dies and will reincarnate in accordance with his Karma in one's previous life. The Moksa concept means that the soul of the human being will unite with the Supreme God and leaves no trace in this world. The concepts of Trikaya Purisudha, Catur Warna, and Sad Ripu (Sad Satru) show how to behave well in the society, whereas the concept of Upacara (Yadnya) is one of the ways to worship the God Siwa, who is worshipped in Tolangkir Mount in Besakih. Based on the analysis of the above concepts, it can be said that UBMC has a Hinduism Concept.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1998
D175
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini berisi tentang hasil penelitian dari kelompok mabebasan dalam menyebarluaskan nilai-nilai budaya masyarakat di Bali."
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1993
306.598 62 IND
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Sastra Bali klasik (tradisional) memiliki bentuk dan isi yang beraneka ragam.Dilihat dari segi bentuk, sastra Bali klasik dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (1) sastra Bali berbentuk gancaran (prosa), meliputi: parwa dan satua (dongeng) dan (2) sastra Bali berbentuk tembang (puisi), meliputi: kakawin, kidung, geguritan atau parikan.Pada garis besamya, nilai-nilai budaya yang terungkap dalam karya-karya sastra Bali klasik, meliputi nilai budaya tri hita karana, tri karya parisuda, dan karmaphala.Nilai-nilai budaya tersebut dapat dijadikan pedoman dalam menjalankan kehidupan menuju bangsa yang satu, yang lebih beradab. Dalam karya sastra Bali, para sastrawan dan budayawan menggunakan gancaran (prosa) dan tembang (puisi) sebagai media/wadah untuk menuangkan nilai-nilai budaya warisan budaya bangsa.Nilai-nilai budaya tersebut diungkapkan dengan menggunakan bahasa Jawa Kuna, bahasa Kawi—Bali, bahasa Bali Kepara, dan bahasa Melayu. Selain diungkapkan dalam bahasa tulis, ada juga yang diungkapkan dengan menggunakan bahasa lisan, yaitu karya sastra yang dijadikan performing art, dalam bentuk mabebasan/palawakya dan karya sastra yang diangkat dalam seni pertunjukan, di antaranya penunjukan wayang kulit."
JPSNT 20:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1989
899.223 8 BAB
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lectiones, Variae
"Het motief van de Goddelijke Gast. Bij volkeren, waar de vreem_deling niet zelf voor onderdak en voeding kan zorgen, wordt gast_vriiheid een van de grootste menselijke deugden. Een plicht, die niet onder de menselijke wetgeving valt, maar onder die van de godheid of godheden. Vanaf de oudste tijden tot de dag van heden hebben in de meest verscheiden landen en culturen de mensen de overtuiging gehad, dat de vreemdeling, de gast en daarmee ook de bedelaar, bizondere god_delijke bescherming genoot. Een zo bizondere bescherming, dat de voorstelling ontstond, dat de goden zelf in de gedaante van vreem_delingen of bedelaars de gastvrijheid en milddadigheid der mensen op de proef stelden. Wanneer ik hier dit motief van de _goddelijke gast_ even door verschillende landen en tijden volg, dan is dit zonder enige aanspraak op volledigheid. Dit volledig na te gaan, zou een dissertatie op zich zelf zijn, en een, die hier in Batavia in deze tijd, moeilijk te schrijven ware. Mijn doel is slechts een inleiding te geven op de Ba_lische Volksverhalen en de Balische Kidoeng, waarin de _goddelijke gast_ het hoofdmotief vormt, en door een vergelijking van de gees-tesgesteldheid, waarin de mens op verschillende tijden en plaatsen de goddelijke gast ontvangen heeft, inzicht te trachten te gewinnen in de cultuursfeer, waaruit onze verhalen stammen. Immers, wanneer tegen het vallen van de avond een vreemdeling aan een huis klopt en om onderdak verzoekt en de bewoner opent zijn deur en geeft hem voedsel en bed, dan is in feite dit hetzelfde, of het in het oude Griekenland, in de Middeleeuwen in Europa, in China of India gebeurt. Maar de gezindheid, waarin het in de ene cultuur geschiedde, is anders, dan in de andere. In Patterns of Culture heeft Ruth Benedict betoogd, hoe eenzelfde ethnologisch gebruik in culturen van verschillend `patroon', een verschillende functie kan"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1949
D1839
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Nyoman Karmini
"ABSTRAK
Tujuan tulisan ini adalah untuk mendeskripsikan fungsi dan makna yang diungkapkan dalam sastra Bali tradisional. Setiap karya sastra memiliki fungsi dan makna yang dapat memberikan kesenangan dan manfaat (dulce et utile) bagi penikmatnya. Demikian juga halnya dengan karya sastra Bali tradisional. Fungsi sastra Bali tradisional adalah untuk memberi hiburan dan mendidik. Makna yang terdapat di dalamnya memberi- kan manfaat untuk membentuk karakter pada penikmatnya. Pendekatan pragmatik dan hermeneutik digunakan untuk memperoleh data dan hasilnya disajikan secara deskriptif dengan teknik induktif-deduktif."
Denpasar: Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
300 MUDRA 32:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>