Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36170 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jarvis, Craig
"The crypto wars have raged for half a century.
In the 1970s, digital privacy activists prophesied the emergence of an Orwellian State, made possible by computer-mediated mass surveillance. The antidote: digital encryption.
The U.S. government warned encryption would not only prevent surveillance of law-abiding citizens, but of criminals, terrorists, and foreign spies, ushering in a rival dystopian future.
Both parties fought to defend the citizenry from what they believed the most perilous threats. The government tried to control encryption to preserve its surveillance capabilities; privacy activists armed citizens with cryptographic tools and challenged encryption regulations in the courts.
No clear victor has emerged from the crypto wars. Governments have failed to forge a framework to govern the, at times conflicting, civil liberties of privacy and security in the digital age—an age when such liberties have an outsized influence on the citizen–State power balance. Solving this problem is more urgent than ever.
Digital privacy will be one of the most important factors in how we architect twenty-first century societies—its management is paramount to our stewardship of democracy for future generations. We must elevate the quality of debate on cryptography, on how we govern security and privacy in our technology-infused world. Failure to end the crypto wars will result in societies sleepwalking into a future where the citizen–State power balance is determined by a twentieth-century status quo unfit for this century, endangering both our privacy and security.
This book provides a history of the crypto wars, with the hope its chronicling sets a foundation for peace."
London: CRC press, 2021
e20529107
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
T. Yuza Mulia Pahlevi
"Beberapa tahun terakhir, peranan data digital semakin penting dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencegah kejahatan terhadap data digital, berbagai metode pengamanan terus dikembangkan. Salah satu metode pengamanan data adalah dengan teknik kriptografi. Pada tahun 2014, Hanchinamani dan Kulakarni mengajukan algoritma enkripsi citra digital berbasis chaos dengan skema permutasi-difusi menggunakan Zaslavskii Map. Metode ini membutuhkan waktu komputasi yang cepat, dengan tingkat keamanan yang baik. Pada skripsi ini, akan dijelaskan tentang pengamanan citra digital dengan metode kriptografi berbasis chaos dengan skema permutasi-difusi menggunakan bantuan Zaslavskii Map. Hasil pengujian menunjukkan bahwa algoritma ini membutuhkan waktu komputasi yang cepat. Ketahanan dari brute force attack ditunjukkan dengan ruang kunci yang mencapai ketahanan terhadap differential attack ditunjukkan dengan sensitivitas kunci dan plaintext, berdasarkan perhitungan parameter NPCR dan UACI yang menghasilkan nilai mendekati nilai ideal 99.6 dan 33.4 ketahanan terhadap statistical attack ditunjukkan dengan hasil enkripsi yang berdistribusi uniform, berdasarkan analisis histogram dan uji goodness of fit.

For the last couple of years, digital data has played an important role in our life. So, the methods on securing data have to be developed. One of the methods that can be used to secure data is cryptography. In 2014, Hanchinamani and Kulakarni proposed a chaos based digital image encryption using permutation diffusion scheme with Zaslavskii Map. This method needs relatively fast computation time. Resistency to brute force attack is shown by a large key space of resistency to differential attack is shown by high level of key and plaintext sensitivity, based on NPCR and UACI parameters that are close to ideal value 99.6 and 33.4 resistency to statistical attack is shown by uniformly distributed encrypted image, that is proven by histogram analysis and goodness of fit test.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S70167
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda Tandra
"Perkembangan Internet yang pesat menyebabkan munculnya bisnis model baru seperti jual beli melalui Internet. Pada umumnya pembayaran dilakukan dengan menggunakan kartu kredit, namun pembayaran dengan kartu kredit tidak menjaga privasi pengguna.
Pihak yang berwenang dapat mengetahui secara rinci, transaksi pembelian yang dilakukan pengguna. Pembayaran dengan uang tunai dapat menjaga privasi pengguna namun uang tunai tidak dapat digunakan melalui Internet. Sistem uang digital memberikan solusi untuk menjaga privasi pengguna, yaitu tidak dapat diketahui siapa yang melakukan transaksi dengan uang digital tersebut. Sistem
uang digital menggunakan protokol kriptografi untuk meniru konsep sistem pembayaran uang tunai melalui Internet. Fokus pada tugas akhir ini adalah menelaah dan mengimplementasikan protokol
uang digital offline yang diajukan oleh D. Chaum, A. Fiat, dan M. Naor tahun 1988.
Implementasi dilakukan pada platform Java 2 Standard Edition.
Hasil pengujian menguatkan teori bahwa keamanan protokol uang digital offline
terletak pada jumlah uang digital dan jumlah pasangan identitas yang dibangkitkan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan komputer Pentium III 1 GHz dengan memori 128 MB. Dalam pengujian yang dilakukan, waktu yang diperlukan untuk membangkitkan
100 uang digital yang masing-masing memiliki 25 pasang identitas adalah 45796 ms. Semakin banyak uang digital dan jumlah pasangan identitas yang dibangkitkan, semakin aman protokol ini namun biaya komputasi menjadi semakin besar."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Deri Syawalino
"Seiring berjalannya waktu, era digitalisasi sudah semakin menjamur menuju berbagai macam faktor dalam kehidupan manusia, tak terkecuali dalam faktor finansial. Adapun salah satu bentuk kemajuan teknologi dalam sudut pandang finansial adalah dengan maraknya bank digital yang diyakini dapat memudahkan para nasabah untuk melakukan kegiatan di dalamnya secara online seperti pembuatan rekening hingga transaksi transfer uang tanpa harus mengunjungi kantor fisik. Karena seluruh aktivitas yang ada akan dilakukan sepenuhnya secara online, maka pihak bank digital telah mengimplementasikan algoritma enkripsi kriptografi untuk melindungi informasi pribadi dan data kredensial para nasabah bank digital tersebut. Namun, di lain sisi, algoritma enkripsi yang ada saat ini pun sudah cukup bervariatif. Dengan ini, akan dilakukan suatu penelitian yang akan mengkaji algoritma enkripsi kriptografi yang telah diimplementasikan oleh salah satu Bank Digital di Indonesia. Penelitian ini akan membahas algoritma enkripsi apa yang telah dipilih untuk mengamankan data-data kredensial terkait. Nantinya, pada akhir penelitian ini akan dilakukan analisis terhadap keamanan dari algoritma enkripsi tersebut dengan menghitung nilai Avalanche Effect yang ada. Adapun algoritma enkripsi tersebut dapat memiliki performa yang baik apabila menghasilkan nilai Avalanche Effect cenderung mendekati 50%.

As the time goes by, the era of digitalization has increasingly taken all over the place towards various factors in human life, including financial. One massive example of technological improvement from a financial point of view is the rise of digital banks which are believed to bring convenience for customers to carry out activities online such as creating accounts and transfer transactions without having to visit a physical office. Since all existing activities will be carried out entirely online, the digital bank has implemented a cryptographic encryption algorithm to protect the personal information and credential data of the digital bank's customers. However, on the other hand, the existing encryption algorithms are quite varied. Therefore, this study will be carried out which will examine the cryptographic encryption algorithm that has been implemented by one of the digital banks in Indonesia. This research will discuss which encryption algorithm has been chosen to secure all existing credential data. Later, at the end of this study, an analysis of the security of the encryption algorithm will be carried out by calculating the Avalanche Effect value. The encryption algorithm can have good performance if it produces an Avalanche Effect with value closer to 50%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulia Alfiyanih, autthor
"Beberapa bentuk penyimpanan data dan informasi secara digital diantaranya yaitu teks, gambar/citra, audio, dan video. Bentuk penyimpanan digital tersebut sangat lemah aspek keamanannya, khususnya penyimpanan data dan informasi dalam bentuk citra digital. Hal itu dapat terlihat dari banyaknya kasus penyalahgunaan citra digital. Oleh sebab itu, pengamanan terhadap citra digital perlu dilakukan. Salah satu cara pengamanan citra digital di dalam ilmu kriptografi yaitu dengan enkripsi. Algoritma Serpent merupakan algoritma simetris yang bisa digunakan untuk melakukan enkripsi tersebut. Pada Algoritma Serpent terdapat beberapa operasi matematika yang digunakan yaitu permutasi, eksklusif or, modulo, transformasi linier, dan shift. Algoritma Serpent ini merupakan algoritma enkripsi yang dapat diaplikasikan untuk pengamanan data dan informasi berbentuk citra digital.

Some from of data and information digital storage are text, image, audio, and video. Form of digital storage has a very weak aspect of safety, especially digital image. It can be seen from many cases of abuse of digital image. Therefore, the security of digital image needs to be done. One of securing digital image on cryptography is encryption. Serpent Algorithm is a symmetric algorithm that can be used to encryption. In the Serpent algorithm, there are some operations of mathematics: permutation, exclusive or, modulo, linear transformation, and shift. Serpent algorithm is an encryption algorithm that can be applied for securing digital image."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S54235
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Wito Malik
"Kemamanan merupakan suatu yang esensial pada umumnya. Beberapa data membutuhkan keamanan agar terproteksi dari hal yang tidak diinginkan. Salah satu meningkatkan keamanan adalah dengan menerapkan enkripsi. Metode enkripsi ini tergolong cepat dibanding dengan enkripsi lainnya. Algoritma yang digunakan untuk melakukan enkripsi ini adalah Advanced Encryption Standard. Skripsi ini membahas pengembangan sistem enkripsi gambar medis. Histogram digunakan untuk membandingkan persebaran nilai dan jumlah pixel gambar asli dengan gambar setelah diolah, serta koefisien korelasi untuk mengetahui korelasi antar pixel pada gambar. Dari pengujian yang telah dilakukan, Sistem Enkripsi Gambar Medis Menggunakan Metode Byte-Level Encoding Base-64 dan Encryption AESakan menghasilkan gambar baru yang teracak dengan rata-rata nilai RMS Error sebesar 4388,39 dan nilai rata-rata untuk koefisien korelasi horizontal sebesar 0,03344, vertical sebesar 0,00742 dan diagonal sebesar 0,01110.
Safety is essential in general. Some data requires security to be protected from unwanted things. One way to improve security is to implement encryption. This encryption method is relatively fast compared to another encryption. The algorithm used to perform this encryption is the Advanced Encryption Standard. This thesis discusses the development of medical image encryption systems. The histogram is used to compare the distribution of values and the number of pixels of the original image with the image after processing, as well as the correlation coefficient to determine the correlation between pixels in the image. From the tests that have been done, the Medical Image Encryption System Using the AES Encryption Method will produce a randomized new image with an average RMS Error of 4388.39 and the average value for the horizontal correlation coefficient of 0.03344, vertical of 0.00742 and diagonal of 0.01110."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frenzel Timothy Surya
"Pada penelitian ini, dirancang suatu sistem enkripsi citra yang berfokus di bidang teledermatologi, secara khusus untuk mengamankan data-data berupa gambar penyakit kulit. Mekanisme enkripsi dan dekripsi citra dilakukan di sisi klien menggunakan program enkripsi berbasis chaos dengan menerapkan gabungan teknik confusion dan diffusion. Model chaotic map yang digunakan pada teknik confusion adalah Arnold’s cat map, sedangkan model yang digunakan pada teknik diffusion adalah Henon map. Initial values dari kedua chaotic map tersebut didapatkan dari secret key sepanjang 30-digit numerik yang dihasilkan melalui pertukaran kunci Diffie-Hellman. Pada Arnold’s cat map digunakan nilai p dan q yang berbeda-beda pada setiap iterasinya, sedangkan pada Henon map digunakan nilai x dan y dengan tingkat presisi hingga 10^-14. Dari pengujian yang telah dilakukan, didapatkan histogram dengan persebaran piksel yang menyeluruh. Selanjutnya didapatkan juga rata-rata koefisien korelasi sebesar 0.003877 (horizontal), -0.00026 (vertikal), -0.00049 (diagonal), dan rata-rata nilai entropi sebesar 7.950304. Dari segi sensitivitas kunci, perbedaan satu angka pada secret key menyebabkan hasil enkripsi hanya memiliki indeks kesamaan sebesar 0.005337 (0.5%). Sedangkan perbedaan kunci pada dekripsi citra tidak bisa kembali ke bentuk semula, dan justru menghasilkan citra acak lain dengan rata-rata nilai entropi hasil dekripsi sebesar 7.964909333 (perbedaan secret key) dan 7.994861667 (perbedaan private key).

This research designed an image encryption system that focused on securing teledermatology data, in the form of skin disease images. The encryption and decryption process of this system is done on the client side using chaos-based encryption with confusion and diffusion techniques. The chaotic map model that is being used for confusion is Arnold’s cat map, meanwhile Henon map is used for the diffusion. Initial values of both chaotic maps are obtained from 30-digits secret key which is generated using Diffie-Hellman key exchange. During Arnold’s cat map generation, different p and q values are used for every iteration. On the other side, the precision of Henon map’s x and y values are 10^-14. From the tests that have been done, histograms of the encrypted images are relatively flat and distributed through all the gray values. Moreover, the encrypted images have an average correlation coefficient of 0.003877 (horizontal), -0.00026 (vertical), -0.00049 (diagonal), and average entropy of 7.950304. From key sensitivity test, a difference of just one number on the secret key causes big differences as both results only have similarity index of 0.005337 (0.5%). Meanwhile in decryption process, that little key difference cannot be used to restore the encrypted image to its original form and generate another chaotic image with an average entropy of 7.964909333 (secret key difference) and 7.994861667 (private key difference)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luqman Nuradi Prawadika
"Sistem dinamik chaotic dikenal sangat bermanfaat untuk kriptografi data citra digital, karena memiliki beberapa sifat dan perilaku penting, seperti sensitivitas tinggi terhadap keadaan awal, ergodisitas tinggi, dan juga perilaku acak dan aperiodik. Dalam tesis ini, sebuah analisis dilakukan untuk menguji apakah peta chaotic Gauss Map dan Circle Map dapat dikomposisikan untuk menghasilkan sebuah peta chaotic baru yang layak untuk diimplementasikan pada kriptosistem citra digital. Untuk menguji kelayakan ini, Lyapunov Exponents dan diagram bifurkasi dari Gauss Map, Circle Map, dan peta hasil komposisi keduanya dianalisis. Setelah peta chaotic hasil komposisi terbaik diperoleh, peta tersebut diuji kualitas keacakannya sebagai pembangun barisan bilangan pseudorandom menggunakan Uji NIST. Kemudian, sebuah kriptosistem citra digital berbasis One-Time Pad yang mengimplementasikan peta chaotic hasil komposisi tersebut sebagai generator keystream dikonstruksi, yang diujikan pada sepuluh citra digital agar kinerjanya dapat diukur. Peta chaotic yang dihasilkan dari komposisi tersebut memiliki diagram bifurkasi yang himpunan nilai limitnya padat pada domainnya, memiliki nilai-nilai Lyapunov Exponents yang sangat positif, dan hampir lulus seluruh Uji NIST secara sempurna. Kriptosistem yang mengimplementasikan peta chaotic tersebut juga secara sempurna lulus uji-uji sensitivitas, uji ruang kunci, uji korelasi, uji entropi, dan hampir secara sempurna lulus uji histogram.

Chaotic dynamical systems are known to be very beneficial for digital image cryptography due to its important properties and behaviors, such as extreme sensitivity to initial conditions, high ergodicity, and its random and aperiodic behaviors. In this thesis, an analysis is conducted to test whether the chaotic Gauss Map and Circle Map can be combined to generate a new chaotic map suitable for digital image cryptosystem implementations. To test this suitability, the Lyapunov Exponents and the bifurcation diagrams of Gauss Map, Circle Map, and their combined map are analyzed. Once the best combined map is obtained, its randomness quality as a pseudorandom number generator (PRNG) is tested using the NIST Test. Then, a digital image cryptosystem based on the One-Time Pad scheme implementing the combined chaotic map as the keystream generator is constructed, which is tested on ten digital images to have its performance measured. The resulting chaotic map from the combination has bifurcation diagrams with dense limit sets within its domain, has very positive Lyapunov Exponents, and almost perfectly passes the entire NIST Test. The cryptosystem implementing the chaotic map also perfectly passes the sensitivity tests, the keyspace test, the correlation test, the entropy test, and almost perfectly passes the histogram"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Widodo
"Memasuki era transformasi digital, pertukaraan informasi menjadi aspek paling vital bagi hampir seluruh organisasi, terlebih lagi informasi rahasia dan strategis. Beragam preseden buruk tentang kebocoran informasi rahasia dan strategis di Indonesia menjadi tamparan keras yang harus dijawab dengan solusi efektif. Instansi XYZ telah mengembangkan aplikasi enkripsi file ABC pada tahun 2020 untuk menjawab tantangan pengamanan informasi rahasia khususnya yang ditransmisikan pada kanal elektronik. Hingga tahun 2022, aplikasi ABC telah diimplementasikan secara terbatas dan rencananya, skala implementasi akan diperluas secara nasional. Selang 2 tahun masa operasional, Instansi XYZ telah melakukan kajian terhadap keamanan algoritma yang digunakan dalam Aplikasi ABC, namun belum melakukan kajian mendalam terhadap keamanan rangkaian protokol yang digunakan dalam Aplikasi tersebut. Pada peneitian ini dilakukan analisis keamanan protokol registrasi, verifikasi pengguna, pembangkitan kunci, dan permintaan kunci untuk proses enkripsi-dekripsi Aplikasi ABC dengan pendekatan verifikasi formal menggunakan Scyther Tool. Analisis berfokus pada aspek jaminan kerahasiaan informasi dan autentikasi dengan empat kriteria yaitu secrecy, aliveness, synchronization, dan agreement. Hasil percobaan menunjukkan bahwa protokol-protokol tersebut telah menenuhi kriteria secrecy untuk informasi rahasia yang ditransmisikan namun memiliki kelemahan umum pada pada autentikasi khususnya untuk kriteria synchronization dan agreement. Berdasarkan kelemahan tersebut, peneliti mengajukan desain konseptual protokol yang mampu mengatasi kelemahan-kelemahan yang teridentifikasi. Hasilnya, desain protokol yang diajukan peneliti terbukti provably secure berdasarkan hasil pengujian dan memenuhi empat kriteria keamanan pada aspek kerahasiaan informasi dan autentikasi entitas dan isi pesan.

In the era of digital transformation, information exchange, especially confidential and strategic information has become the most vital aspect for almost all organizations. Various bad precedents regarding classified and strategic information leaks in Indonesia have become a slap in the face that must be acknowledge and answered with effective solutions. In 2020, XYZ Agency developed a file encryption application (ABC Application) to address the challenge of securing confidential information, especially those transmitted on electronic channels. Until 2022, the ABC Application has been implemented in a limited scope and its implementation is planned to be expanded nationally. After 2 years of operation, the XYZ Agency has conducted a study on the security of the algorithm used in ABC Application, but unfortunately has not conducted an in-depth study regarding the security of the protocol suite used in the Application. In this research, a security analysis of ABC application protocol suites, namely the registration protocol, user verification, key generation, and key request for the encryption-decryption process protocol was conducted through formal verification approach using the Scyther Tool. The analysis focuses on aspects of guaranteeing confidentiality of information and authentication with four criteria, namely secrecy, aliveness, synchronization, and agreement. The experimental results showed that these protocols meet the security criteria for the transmitted confidential information but have general weaknesses in the authentication aspect, especially for synchronization and agreement criteria. Based on these identified weaknesses, We proposed a robust conceptual protocol design to overcome these weaknesses. As a result, the proposed design was proved to be provably secure based on the test results and met the four security criteria in the aspects of information confidentiality and authentication in terms of entity authentication and message content integrity. "
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvian Syafrurizal
"Dalam komunikasi data, dengan meningkatnya jumlah dan keparahan serangan ancaman cyber harian, enkripsi menjadi salah satu alat penting untuk memastikan keamanan data dalam perjalanan. Meskipun AES, terutama AES-256, saat  ini  dianggap  sebagai  penerus  DES  yang  dapat  memberikan  keamanan tersebut, itu tidak akan tetap menjadi status quo. Dengan kemajuan penelitian komputasi kuantum, keamanan  yang diberikan  oleh AES tidak  akan  bertahan lama. Dengan demikian, penelitian untuk enkripsi berbasis chaotic map, Chaotic Encryption Standard (CES) pada akhirnya akan menjadi kandidat prospektif untuk penerus AES. Namun demikian, metode enkripsi seperti CES tidak hanya perlu tahan terhadap upaya cracking, tetapi juga harus mempertahankan informasi yang tersimpan di dalamnya saat sedang ditransfer. Dalam percobaan ini, aliran data yang dienkripsi dalam CES, dalam hal ini CES (PCMPB/K), dibandingkan dengan yang dienkripsi dalam AES-256 dan DES. Semua dijalankan melalui simulasi NS3 dengan jaringan tidak bebas-kesalahan menggunakan UDP sebagai enkapsulasi paket. Hasil percobaan menunjukkan bahwa meskipun CES (PCMPB/K) memang lebih sulit untuk di rusak daripada AES256 dan DES, hal tersebut itu menimbulkan risiko yang lebih tinggi untuk tidak dapat dibaca dalam jaringan tidak bebas-kesalahan karena ukuran bit blok besar yaitu 16 kali dari AES-256 dan 32 kali DES.

In data communication, with increasing number and severity of day to day cyber-threat attacks, encryption becomes one of the crucial tools to ensure the security of data in transit.   Although AES, especially AES-256, currently considered as the successor of DES that can give such security, it will not remain a status quo. With the advancements of quantum computing research, the security provided by AES is not going to stand for long. Thus, the research for chaotic map-based  encryption,  Chaotic  Encryption  Standard  (CES)  will  eventually become  prospective  candidate  for  AES  successor.  Nevertheless,  encryption method like CES not only needs to be resistant to cracking effort, but it also has to retain the information held within while being transferred.   In this experiment, streams of data encrypted in CES, in this case CES(PMCS/E), is compared to the ones encrypted in AES-256 and DES. All are run through an NS3 simulation with non-error free network using UDP as packet encapsulation. The results of the experiment show that even though CES(PMCS/E) is indeed harder to crack than AES256 and DES,   it poses higher risk to be unreadable in a non-error free network due to the large block bit size which is 16 times of the AES-256 and 32 times of the DES."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>