Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116865 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Jakarta: Tim Saksi Amien Rais-Siswono, 2004
324.609 598 BUN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Hugen T.
"Dalam kurun waktu enam tahun terakhir dari tahun 2014-2020 Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu telah menerima 1.587 kasus aduan pelanggaran kode etik, dengan teradu sebanyak 4.813 penyelenggara pemilu. Jenis pelanggarannya didominasi oleh pelanggaran nilai integritas dan profesionalisme yang justru secara konsisten naik dari tahun-ketahun, bahkan para  penyelenggara yang telah melanggar nilai integritas maupun profesionalitas tetap dapat melenggang untuk mendapatkan kembali priode keduanya bahkan naik kelas di tingkat lebih tinggi hal ini menghawatirkan karna menjadi sebab pelemahan ketahanan demokrasi Indonesia. Namun bagiamana sebenarnya kerangka hukum yang mengatur penyelenggaraan kode etik bagi penyelenggara pemilu dan bagaimana transparansi DKPP berkaitan dengan pelanggaran kode etik. Tesis ini hendak mengupas tentang bagaimana desain penyelenggaraan kode etik penyelenggara pemilu dan bagaimana korelasi antara das sain das solen kode etik penyelnggara pemilu sebagai upaya mewujudkan tata kelola penyelenggara pemilu yang baik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan wawancara untuk memperkuat argementasi penulis, Adapun hasil penelitian menunjukan bahwa kewenangan DKPP yang terbatas, dan sistem hukum yang masih memberikan cela pada pihak-pihak untuk melakukan pelanggaran etik.

Over the course of six last year for the years 2014-2020 board of elections had received complaints 1.587 cases of codes of conduct, with the election 4.813 reported a total of. Dominated by the kind of violation of the integrity and professionalism which should consistently up from every year, even the committee which had violated the integrity and professionalism could still walking round to regain priode both are even to the next grade level higher this is worrying because security into the dilution of democracy. But what actually legal framework governing the implementation of the code of conduct for the general election and how transparency DKPP pertaining to transgression codes of conduct. Research will peel on how to design the code of conduct the election and how the correlation between das sain das solen code of conduct the election as the pursuit of good governance. the election This research in a qualitative and interviews to strengthen argementasi, writer but research shows that limited authority DKPP, and the legal system that will give blemish on the parties to violations of ethics."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Rezeki Perdana Putra
"ABSTRAK
Tesis ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan atas tata kelola dana hibah pemilu kada di KPU Provinsi DKI Jakarta pada pemilu kada tahun 2012 dari segi penganggaran, penatausahaan, maupun pertanggungjawaban. Tesis ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan desain penelitian studi kasus. Hasil penelitian ini adalah pengelolaan dana hibah pemilu kada tahun 2012 di KPU Provinsi DKI Jakarta dari segi penganggaran, penatausahaan, maupun pertanggungjawaban telah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri, namun tidak sesuai dengan dua Peraturan Menteri Keuangan PMK terkait karena pengelola dana hibah di KPU Provinsi DKI Jakarta tidak mengetahui adanya mekanisme yang diatur dalam kedua PMK tersebut.Tesis ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan atas tata kelola dana hibah pemilu kada di KPU Provinsi DKI Jakarta pada pemilu kada tahun 2012 dari segi penganggaran, penatausahaan, maupun pertanggungjawaban. Tesis ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan desain penelitian studi kasus. Hasil penelitian ini adalah pengelolaan dana hibah pemilu kada tahun 2012 di KPU Provinsi DKI Jakarta dari segi penganggaran, penatausahaan, maupun pertanggungjawaban telah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri, namun tidak sesuai dengan dua Peraturan Menteri Keuangan PMK terkait karena pengelola dana hibah di KPU Provinsi DKI Jakarta tidak mengetahui adanya mekanisme yang diatur dalam kedua PMK tersebut.

ABSTRACT
This thesis aims to analyze the conformity with the legislation on the governance of the election grant funds at the KPU Provinsi DKI Jakarta in the 2012 local elections in terms of budgeting, administration, and accountability. This thesis uses descriptive analysis method with case study research design. The result of this research is the management of the 2012 local election grant in KPU Provinsi DKI Jakarta in terms of budgeting, administration, and accountability has been in accordance with the Minister of Home Affairs Regulation, but not in accordance with the two Regulations of the Minister of Finance PMK related to the grants management in the KPU Provinsi DKI Jakarta is not aware of any mechanisms regulated in both PMK."
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmadudin Rajab
"Mekanisme penanganan pelanggaran pidana, administrasi dan kode etik penyelenggara
pemilu dalam Pemilu Kepala Daerah tidak memiliki pengaturan yang jelas dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, baik mengenai pelanggaran itu sendiri, mekanisme
penyelesaiannya, dan berbagai pengaturan lainnya. Dalam pelaksanaan Pemilu kepala
daerah ini juga banyak pelanggaran-pelanggaran seperti halnya dalam penyelenggaraan
Pemilu kepala daerah tahun 2010 yang dilaksanakan di sebanyak 244 Daerah baik itu
Provinsi dan Kabupaten/Kota ditemukan sebesar 1179 pelanggaran administrasi, 572
pelanggaran pidana, dan 35 rekomendasi kode etik dari Bawaslu. Hal yang serupa
adalah bahwa dalam penyelenggaraan Pemilu kepala daerah tahun 2010 yang
dilaksanakan di sebanyak 244 daerah tersebut, Mahkamah Konstitusi selama tahun 2010
menerima permohonan perkara perselisihan hasil Pemilu kepala daerah sebanyak 230
permohonan. Banyakanya pelanggaran-pelanggaran yang terjadi dalam pemilukada
sebagaimana data tersebut semakin menegaskan bahwa Pemilihan Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah di Indonesia pada saat ini masih jauh dari rasa keadilan karena
penuh dengan berbagai bentuk pelanggaran baik itu administratif, pidana maupun kode
etik. Lembaga peradilan hadir untuk menangani pelanggaran-pelangaran Pemilu kepala
daerah berdasarkan kesadaran bahwa pelaksanaan Pemilu tersebut tidak dengan
sendirinya menjamin peningkatan kualitas negara hukum dan demokrasi tanpa
melakukan evaluasi dan perbaik terhadap mekanisme dan sistem Pemilu Kepala Daerah
tersebut. Dalam konteks pemilukada sebagai sebuah pelaksanaan negara hukum, maka
seluruh pelaksanaan pemilukada harus dimaknai juga sebagai bagian dari penguatan
sebuah sistem hukum. Namun yang menjadi kendala hingga saat ini adalah Pemilu
Kepala Daerah yang hampir selalu bermasalah tidak diimbangi dengan lembaga
peradilan yang dapat secera efektif menyelesaikan segala permasalahan, dikarenakan
lembaga peradilan yang ditugaskan dalam undang-undang untuk menyelesaikan
persoalan Pemilu Kepala Daerah adalah lembaga peradilan biasa bukan lembaga
peradilan khusus. Sehingga penyelesaian pelanggaran berlarut-larut dan kepastian
hukum tidak terjamin. Sehingga pelaksanaan Pemilu kepala daerah masih sulit dalam
mewujudkan pelaksanaan pemilu yang demokratis dan menghasilkan pemimpin yang
berkualitas.

The mechanism of handling criminal offences, the Administration and the organizers of
the election code of conduct in The Direct Election of District Head does not have a
setting that is clear in Law Number 32 of 2004 about Regional Governments as
amended several times, the last by Act No. 12 of 2008 about the second amendment in
the Law Number 32 of 2004 concerning Regional Governments, both regarding the
violation itself, settlement mechanisms, and various other settings. In the
implementation of The Direct Election of District Head as well as many violations as
well as in organizing regional head Election in 2010 were held in as many as 244
Regional both province and Kabupaten/Kota found of 1179, 572 administrative
violations a criminal offense, and 35 recommendations code of ethics from Bawaslu.
A similar thing is that in the conduct of The Direct Election of District Head in 2010
were held in as many as 244 of the area, the Constitutional Court during the year 2010
receiving the petition for lawsuit disputes election results head area as much as 230
petition. Banyakanya violations that occur in the data as pemilukada increasingly
confirms that the Election Officer and Deputy Head of the region in Indonesia at the
moment still far from a sense of Justice because it is filled with various forms of
violation of the administrative, criminal and code of ethics. The judiciary is present to
handle infringement infringement-Election districts based on the realization that the
implementation of such Elections does not by itself guarantee improved quality of legal
State and democracy without doing evaluation and perbaik of mechanism and system of
The Direct Election of District Head. In the context of the implementation of the State
as a The Direct Election of District Head law, then the implementation must also The
Direct Election of District Head is meant as part of a strengthening of the legal system.
But the obstacles to date was Election regional Head is almost always in trouble are not
offset by the judiciary that can effectively resolve any secera problems, since the
judiciary is assigned in legislation to resolve the question of the election of the head of
The regular judiciary is not the Election Court. So the resolution of protracted violation
and legal certainty is not guaranteed. So the implementation of The Direct Election of
District Head are still hard in realizing the implementation of democratic elections and
produces a quality leader
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
T33056
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liddle, R. William
Jakarta: LP3ES, 1992
324.959 8 LID p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Esty Ekawati
"ABSTRAK
Tesis ini dilatarbelakangi oleh kondisi masih rendahnya keterwakilan perempuan di lembaga legislatif pasca Reormasi 1998. PKB merupakan partai politik yang sudah tiga kali mengikuti Pemilu pasca reformasi. Partai ini didirikan oleh PBNU dan memiliki basis massa warga Nahdliyin yang dianggap masih memiliki perspektif patriarki dalam menempatkan perempuan dalam agenda politik. Akibatnya peran dan posisi perempuan masih kurang terwakili baik di struktur partai maupun dalam lembaga legislatif. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban bagaimana PKB mengimplementasikan kebijakan afirmasi untuk meningkatkan keterwakilan perempuan baik di struktur kepengurusan partai maupun pada Pemilu 2009 dan bagaimana pola rekrutmen caleg dilakukan serta peran elit PKB dalam menentukan nomor urut dan dapil bagi caleg.
Penelitian ini menggunakan teori demokrasi Henry B. Mayo dan Iris Marion Young yang menitikberatkan pada keadilan, persamaan dan kesetaraan politik yang merupakan nilai-nilai demokrasi. Selain itu juga digunakan teori rekrutmen politik dan keterwakilan politik perempuan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan menggunakan sumber data primer berdasarkan wawancara dengan tujuh narasumber dan sekunder.
Berdasarkan hasil penelitian diperlihatkan bahwa PKB megimplementasikan kebijakan afirmasi dalam dua hal: pertama, tindakan afirmasi pada Internal partai dimana PKB menempatkan lebih 38% perempuan dalam struktur kepengurusan partai (DPP PKB). Kedua,tindakan afirmasi pada Pemilu 2009. PKB telah memenuhi ketetuan UU Pemilu dengan megikutsertakan 33,7% perempuan dalam daftar caleg tetap (DCT) Pemilu 2009 dan menerapkan sistem semi zipper yang menempakan satu perempuan diatara tiga caleg. Dalam proses seleksi caleg pada Pemilu 2009 di PKB dlakukan oleh Tim Mantap, Lembaga Pemenangan Pemilu, Pengurus DPP PKB dan juga perwakilan dari PBNU. Pihak-pihak tersebut yang menyeleksi dan menentukan nomor urut bagi caleg. Akan tetapi, karena waktu yang tidak memungkinkan, PKB tidak mengadakan uji kompetensi/tes wawancara kepada caleg sehingga penilaian hanya didasarkan pada seleksi berkas, rekam jejak caleg, pengalaman organisasi caleg, dan rekomendasi dari PBNU serta pertimbangan/lobi-lobi politik.
Implikasi teoritis menunjukkan bahwa PKB telah melakukan demokratisasi interal di partai dengan menempatkan 38% perempuan dalam struktur partai dan juga mengikutsertakan perempuan sebanyak 33,7% dalam DCT Pemilu 2009 dan beberapa caleg perempuan potensial mendapat nomor urut kecil. Melalui penerapan kuota tersebut maka PKB telah berupaya mewujudkan keadilan dan kesetaraan politik yang merupakan nilai-nilai demokrasi.

ABSTRACT
The Thesis is directed by the women under representation in parliament after political reform in 1998. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) is one of the political party which has followed three times of the election after reform. This party was initiated by PBNU and has a lot of masses from Nahdliyyin societies, which they have a patriarchy perspective to place women in the political agenda. As the result from patriarchy perspective, position of women in politic still under representated in party structure and also in the parliament body. This research was also done to answer how PKB adopted affirmative action to increase women political representation in politic and how recruitment process of the candidate in 2009 election to be done. Beside that, in this research also want to know how the position of PKB‟s elites determining the consecutive number and electoral area.
This research uses democracy theory by Henry B. Mayo and Iris Marion Young, especially the democratic value such as justice and political equality. Beside that, it uses political recruitment theory and women political representation. The method that is being used in this research is the qualitative method with a primary and secondary data usage and 7 respondent interview.
As the result from the research showed that PKB has implementated affirmative action in 2 matters: first, affirmative action at the party internal, which PKB has accommodated 38% of women representation in party structure. Second, affirmative action at the 2009 election. PKB has accommodated 33,7% women representation in candidate list (DCT) at the 2009 election and implemented semi-zipper system, which placed one women among three candidates list. At the process of candidate selection in 2009 election was done by Tim Mantap, Lembaga Pemenangan Pemilu, members of DPP PKB and representation from PBNU. They select the candidate and give the consecutive number and electoral area. Because of the limited time, PKB didn‟t do interview for candidate, so scoring given from administrative verification, candidate‟s track records, organization experiences and recommendation from PBNU and also political lobbying.
Implication of the theory showed that PKB has done the democratization in party internal with placed 38% women in party structure and accommodated 34% women in candidate list (DCT) at the 2009 election. And among the potencial women get beautifull number. With implemented quota system, PKB has tried to create justice and political equality which is the democratic values."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kompas, 1999
324.095 98 PEM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: RIDep, 2001
324.959 8 SEL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>