Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163765 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eliza Miranda
"Diabetes sering menyebabkan komplikasi ulkus kaki diabetik (UKD) yang penyembuhannya terhambat pada fase inflamasi dan terjadi gangguan pada pembentukan jaringan granulasi. LL-37 memiliki aktivitas antimikrobial, memicu angiogenesis, serta migrasi dan proliferasi keratinosit. Penelitian ini menganalisis pengaruh krim LL-37 terhadap kecepatan penyembuhan UKD derajat ringan dengan mengkaji IL-1a, TNF-a, serta pola dan jumlah kolonisasi bakteri aerob.
Penelitian ini adalah uji klinis buta ganda acak yang dilaksanakan Januari 2020–Juni 2021 di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo dan RSUP Persahabatan, Jakarta. Subjek adalah penyandang UKD tanpa infeksi atau infeksi derajat ringan, berusia 18–60 tahun, ABI 0,9–1,3, luas luka ≥ 2 cm2, kedalaman luka sampai dengan subkutis, dan tanpa infeksi sistemik. Subjek dibagi menjadi kelompok krim LL-37 dan plasebo yang dioles dua kali seminggu selama 4 minggu. Dilakukan pengamatan luka pada akhir minggu dengan metode planimetri dan fotografi digital lalu diolah dengan ImageJ. Subjek diperiksa kadar IL-1a dan TNF-a cairan luka dengan metode ELISA dan kultur bakteri aerob dari apusan luka pada setiap akhir minggu.
Kadar LL-37 cairan luka pada kelompok LL-37 adalah 1,07 (0,37–4,96) ng/mg protein dan plasebo sebesar 1,11 (0,24–2,09) ng/mg protein (p = 0,44). Penurunan luas luka pada hari ke-14, ke-21, dan ke-28 dibandingkan hari ke-1 pada kelompok LL-37 lebih besar daripada plasebo, walaupun tidak bermakna. Pada kelompok LL-37 terjadi peningkatan luas jaringan granulasi yang lebih besar daripada plasebo pada semua hari, walaupun hanya bermakna pada hari ke-14 yaitu 0,95 (±1,34) cm2 pada kelompok LL-37 dibandingkan -0,24 (±1,01) cm2 pada kelompok plasebo (p = 0,020). Terjadi peningkatan indeks granulasi yang secara konsisten lebih besar dan bermakna (p < 0,05) pada kelompok LL-37 dibandingkan plasebo pada semua hari. Tidak terjadi penurunan kadar IL-1a dan TNF-a yang lebih besar pada kelompok LL-37. Pada hari ke-1, frekuensi bakteri aerob terbanyak adalah S. aureus yaitu 37,1% pada kelompok LL-37 dan 45% pada kelompok plasebo. Penurunan jumlah koloni bakteri pada kelompok plasebo lebih besar dibandingkan dengan kelompok LL-37 pada hari ke-28 dibandingkan dengan hari ke-1, walaupun tidak bermakna (p = 0,98).
Simpulan: Kadar LL-37 pada UKD kedua kelompok rendah. Pemberian LL-37 mempercepat penyembuhan UKD tanpa infeksi maupun derajat ringan dengan meningkatkan indeks granulasi. Pemberian LL-37 tidak menurunkan kadar IL-1a dan TNF-a pada UKD. Pemberian LL-37 tidak memengaruhi pola dan jumlah kolonisasi bakteri aerob pada UKD.

Diabetes often causes DFU (diabetic foot ulcer). Wound healing in DFU has prolonged inflammation phase and defective granulation tissue formation. LL-37 has antimicrobial property, induces angiogenesis, and keratinocyte migration and proliferation. This study analyzes the efficacy of LL-37 cream on wound healing rate in DFU with mild infection by examining IL-1a, TNF-a, and aerobic bacteria colonization.
This study was a randomized double-blind controlled trial conducted from January 2020–June 2021 at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo and RSUP Persahabatan, Jakarta. Subjects were patients with uninfected DFU or DFU with mild infection according to IDSA, aged 18–60 years old, ABI 0.9–1.3, wound area ≥ 2 cm2, wound no deeper than subcutaneous layer, and without systemic infection. Subjects were divided into the LL-37 cream and placebo cream group which were applied twice a week for 4 weeks. Wounds were measured at the end of every week using planimetric method and digital photography and subsequently processed with ImageJ. The levels of IL-1a and TNF-a from wound fluid were measured using the ELISA method and aerobic bacteria culture was performed using wound swabs.
The level of LL-37 from wound fluid in the LL-37 group was 1.07 (0.37–4.96) ng/mg protein and in the placebo group was 1.11 (0.24–2.09) ng/mg protein (p = 0.44). The decrease in wound area on day 14, 21, and 28 compared to day 1 in the LL-37 group was greater than in the placebo group, although the difference was not significant. In the LL-37 group, there was a greater increase in granulation tissue area than in the placebo group on each day, although the difference was only significant on day 14 which was 0.95 (±1.34) cm2 in the LL-37 group compared to -0.24 (± 1.01) cm2 in the placebo group (p = 0.020). There was a consistently and significantly greater increase in granulation index (p < 0.05) in the LL-37 group compared to placebo group on each day. There was no greater decrease in IL-1a and TNF-a levels in the LL-37 group. On day 1, the highest frequency of aerobic bacteria was S. aureus which was 37.1% in the LL-37 group and 45% in the placebo group. The decrease in the number of bacterial colonies in the placebo group was greater than in the LL-37 group on day 28 compared to day 1, although the difference was not significant (p = 0.98).
Conclusion: The level of LL-37 in DFU was low in both groups. Administration of LL-37 accelerated the healing of uninfected DFU or DFU with mild infection by increasing the granulation index. Administration of LL-37 did not reduce the levels of IL-1a and TNF-a in DFU. Administration of LL-37 did not affect the pattern and number of colonization of aerobic bacteria in DFU.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
E.M. Yunir
"ABSTRAK
Luka kaki diabetik (LKD) merupakan komplikasi kronik diabetes yang meningkatkan mortalitas dan
morbiditas, serta menurunkan kualitas hidup. Komplikasi makro dan mikrovaskular/mikrosirkulasi
mempunyai pengaruh besar terhadap kejadian LKD dan proses penyembuhannya. Kondisi
mikrosirkulasi dapat dinilai melalui pemeriksaan transcutaneous perfusion oxygen (TcPO2). Kondisi
mikrosirkulasi dipengaruhi oleh HbA1c, glukosa darah sewaktu, neuropati, fibrinogen, PAI-1,
hsCRP, indeks MMP-9, indeks TcPO2, dan indeks TcPCO2, yang akan memengaruhi terbentuknya
jaringan granulasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran HbA1c, GDS, neuropati, fibrinogen, PAI-1, hsCRP,
indeks MMP-9, terhadap indeks TcPO2, indeks TcPCO2, dan indeks granulasi, serta mengetahui
peran serta indeks TcPO2 dan indeks TcPCO2 terhadap indeks granulasi pada luka kaki diabetik.
Sebanyak 68 subjek LKD tanpa penyakit arteri perifer di RS dr. Cipto Mangukusumo dan beberapa
rumah sakit jejaring, pada Desember 2015?Desember 2016, diberikan perawatan standar dan
dipantau setiap minggu sebanyak 4 kali. Pada pemantauan ke-1, ke-2, dan ke-3, dilakukan
dokumentasi LKD, pengambilan darah vena sebanyak 7,7 mL untuk pemeriksaan fibrinogen, PAI-1,
hsCRP, MMP-9, dan TIMP-1, darah arteri sebanyak 2 mL untuk pemeriksaan analisis gas darah,
serta pemeriksaan TcPO2 dan TcPCO2 dengan menggunakan TCM TOSCA/CombiM monitoring
systems buatan Radiometer. Pada pemantauan ke-4, hanya dilakukan dokumentasi LKD.
Pengukuran luas luka dan jaringan granulasi dinilai berdasarkan hasil dokumentasi fotografi dengan
menggunakan program ImageJ. Penilaian neuropati menggunakan pemeriksaan interval RR dan
kecepatan hantar saraf. Data laboratorium lainnya diperoleh dari data sekunder rekam medis.
Kemudian dilakukan analisis data dengan menggunakan path analysis (analisis lajur) pada data
repetitif dan SPSS pada data nonrepetitif.
Berdasarkan analisis didapatkan hubungan antara peningkatan glukosa darah sewaktu, fibrinogen,
dan PAI-1 dengan penurunan indeks TcPO2. Didapatkan juga hubungan antara beratnya neuropati
motorik dan sensorik, peningkatan glukosa darah sewaktu, fibrinogen, PAI-1, dan hsCRP dengan
penurunan indeks granulasi. Tetapi, indeks granulasi tidak dipengaruhi oleh indeks TcPO2. Indeks
TcPCO2 tidak memiliki hubungan terhadap semua variabel tersebut, kecuali hsCRP dan indeks
TcPCO2 tidak memengaruhi indeks granulasi.
Indeks TcPO2 pada LKD dipengaruhi oleh kadar glukosa darah sewaktu, fibrinogen, dan PAI-1,
tetapi tidak memengaruhi tumbuhnya jaringan granulasi. Tumbuhnya jaringan granulasi dipengaruhi
oleh glukosa darah sewaktu, neuropati motorik dan sensorik, peningkatan kadar fibrinogen, PAI-1,
dan hsCRP. Selain itu, indeks TcPCO2 tidak memengaruhi indeks granulasi

ABSTRACT
Diabetic foot wounds/ulcer (DFU) is chronic complication of diabetes, which increases
mortality and morbidity, and lower quality of life. Macro and microvascular/microcirculation
complications has a great influence on DFU and healing process. Microcirculation condition can
be seen from transcutaneous perfusion oxygen (TcPO2). The growth of granulation tissue in the
healing process is determined by microcirculation condition, among others influenced by
HbA1c, random blood glucose, neuropathy, fibrinogen, PAI-1, hsCRP, MMP-9 index, TcPO2
index, and TcPCO2 index.
This study aimed to investigatethe role of HbA1c, random blood glucose, sensory, motoric, and
autonomy neuropathy, fibrinogen, PAI-1, hsCRP, MMP-9 index, TcPO2 index, TcPCO2 index,
and granulation index, as well as the relationship between TcPO2 index, TcPCO2 index and
granulation index in diabetic foot wounds.
As much as 68 subjects DFU without peripheral arterial disease, in Cipto Mangunkusumo
Referral National Hospital, on December 2015?December 2016, were given standard
managementof diabetic foot ulcer and monitored once a week for four times. In the 1st, 2nd, and
3rd monitoring, DFU was documented, then 7.7 mL of venous blood was taken for fibrinogen,
PAI-1, hsCRP, MMP-9, and TIMP-1 examination, also 2 mL arterial blood for blood gas
analysis, and then examination of TcPO2 and TcPCO2was performed using TCM4
TOSCA/CombiM monitoring systems made by Radiometer. In the 4th monitoring, only DFU
was documented. Wound and granulation size was measured through photographic
documentation using ImageJ program. Neuropathy was diagnosed based on RR interval and
nerve conduction velocity study. Other laboratory data were obtained from medical records. The
data were analysed by path analysis for repetititive data and SPSS for nonrepetitive data.
From analysis, there is a significant correlation between the increasing random blood glucose
(RBG), fibrinogen, and PAI-1 with the decreasing of TcPO2, also found a significant
relationship between the severity of sensory and motoric neuropathy, the increasing levels of
RBG, fibrinogen, PAI-1, and hsCRP with the decreasing of granulation index. But, TcPO2 index
does not influence granulation index. TcPCO2 index does not have significant correlation with
all these variables, except hsCRP. Moreover, TcPCO2 index also does not influence granulation
index.
TcPO2 index of DFU is affected by RBG, fibrinogen, PAI-1, but does not affect the growth of
granulation tissue. Granulation tissue?s growing is influenced by the sensory and motoric
neuropathy, increased levels of fibrinogen, PAI-1, and hsCRP. Furthermore, TcPCO2 index does
not influence granulation?s growth."
2016
D2218
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Syabariah
"Latar belakang: Ulkus kaki diabetik adalah komplikasi umum yang terjadi pada penderita diabetes mellitus (DM). Penurunan aliran darah berkontribusi terhadap kronisitas ulkus kaki diabetik. Vibrasi diduga berdampak pada perbaikan aliran darah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas vibrasi terhadap percepatan penyembuhan ulkus kaki diabetik.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain penelitian yang digunakan adalah randomized clinical trial (RCT) non blinding. Subyek penelitian merupakan pasien dengan ulkus kaki diabetik derajat 0-2 yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Pada kelompok intervensi, vibrasi diberikan dengan dosis 3 kali sehari dengan lama pemberian 15 menit sampai luka dinyatakan sembuh.
Hasil: Penelitian ini menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05) pada laju kesembuhan, rerata skor penyembuhan luka khususnya pengamatan minggu pertama dan kedua serta rerata penutupan area luka. Laju kesembuhan dan penutupan luka pada kelompok intervensi lebih cepat dibandingkan kontrol. Vibrasi juga meningkatkan kadar nitric oxide (NO) setelah intervensi diberikan dan menunjukkan perbedaan bermakna antara kedua kelompok. Sebagai luaran sekunder didapatkan hubungan antara kadar NO dengan laju kesembuhan dan penutupan area luka.
Kesimpulan: Pemberian vibrasi efektif mempercepat penyembuhan ulkus kaki diabetik diukur dari laju kesembuhan, skor penyembuhan, penutupan area luka dan kadar NO.

Background: Diabetic foot ulcer is a common complication in patient with diabetes mellitus. The decreased blood flow has a role in the chronicity of diabetic foot ulcer. Vibration therapy was supposed to be able to improve the blood flow. The aim of this study was to evaluate the effect of vibration on the acceleration of healing of diabetic foot ulcer.
Method: This experimental study used a randomized clinical trial non blinding design. Patients with diabetic foot ulcers grade 0-2 were divided into control group and intervention group. Patients in intervention group received vibration as an adjuvant to standard therapy, three times a day, each for 15 minutes, until the wound were healed.
Results: There were significant differences (p<0.05) in terms of healing rate, wound healing score (especially at the end of week 1 and week 2), and the wound closure area. The rate of wound healing and wound closure were significantly higher in the intervention group. The level of nitric oxide (NO) was also significantly higher in the intervention group. As an additional outcome, there was a positive association between the level of NO and the rate of healing and wound closure.
Conclusion: Vibration therapy accelerated the healing of diabetic foot ulcer in terms of healing rate, healing score, wound closure area, and elevated the level of NO.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
D1430
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Bakti H.
"ABSTRAK
Pendahuluan.. Ulkus kaki diabetes merupakan komplikasi dibetes mellitus tersering mengakibat perawatan lama dan biaya perawatan meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk menilai faktor-faktor yang mempengaruhi lama perawatan ulkus kaki diabetes.Metode. Evaluasi Kohort retrospektif, subjek penelitian adalah semua penyadang ulkus kaki diabetes yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang dirawat pada periode Januari 2015 ndash; April 2016 di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Faktor faktor resiko yang mempengaruhi lama perawatan di analisis dengan uji univariat,bivariat dan multivariate.Hasil penelitian. Terdapat seratus duapuluh subjek pasien ulkus kaki diabetes laki laki = 55,3 dan perempuan = 46,7 dengan rata-rata lama perawatan adalah dua puluh enam hari 2- 87 hari .. Faktor-faktor yang mempunyai hubungan signifikan terhadap lama masa perawatan perderita ulkus diabetes yaitu luas ulkus p = 0,001 , penatalaksanaan p =0,026 ,sepsis p = 0,020 , ketoasidosis p = 0,017 , dan ISPA p = 0,033 .Pada uji multivariate faktor adanya ketoasidosis secara signifikan berhubungan p = 0,000, OR 8,360, IK 95 3,209 - 21,780 dan beresiko delapan kali untuk memperlama pe rawatan penderita ulkus kaki diabetes Kesimpulan. Faktor-faktor yang mempunyai hubungan dengan lamanya masa perawatan ulkus diabetes adalah luas luka,penatalaksanaan,sepsis,ketoasidosis,dan ISPA .Ketoasidosis menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap lama perawatan ulkus diabetes.

ABSTRACT
Back ground. Diabetic foot ulcer is one of the most frequent complication of diabetic mellitus which caused prolonged length of stay and increased hospital cost. The aim of this study is intended to asses many factors that influenced length of stay in hospital.Material and Methods. Cohort retrospective study. The study is subjected to all of diabetic foot ulcer hospitalized patient who fulfilled inclution and exclution criteria , periode from January 2015 until April 2016 in surgical ward of,Cipto Mangunkusumo General Hospital .All risk factors will be evaluated by univariate,bivariate and multivariate analized. Result. There are onehundred and twenty subjects of diabetic foot ulcer male 55,3 and female 46,7 , 64 males 53,33 and 56 females 6,67 . Mean length of stay is twentysix days 2 87 days . The most significant correlation factors that influence length of stay of the diabetic foot ulcer are size of the ulcer p 0,001 , treatment p 0,026 , septic p 0,020 , ketoacidosis p 0,017 and acute respiratory infection p 0,033 with p value 0,05. According to the multivariate study , the most significant correlation factor is ketoasidosis p 0,000, OR 8,360, CI 95 03,209 21,780 , it has eight times risk for prolonged length of stay. Conclution Factors that correlated with prolonged length of stay are size of ulcer, treatment, septic, ketoasidosis and acute respiratory infection. Ketoacidosis is the most significant correlation factor."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romzi Karim
"Latar Belakang. Peningkatan jumlah penderita ulkus kaki diabetes berdasarkan data epidemiologi saat ini ternyata setiap tahunnya terus meningkat. Faktor genetik berperan dalam proses penyembuhan luka ulkus kaki diabetes dan peranan faktor genetik terhadap penyembuhan luka penderita ulkus kaki diabetes belum banyak diteliti terutama di Indonesia. Matrix Metalloproteinases MMPs merupakan proteolitik enzim yang memegang peranan pada proses remodeling connective tissue dan degradasi extracellular matrix. Polimorfisme pada gen MMP-9 diduga kuat mempengaruhi proses terjadinya ulkus dan proses penyembuhan luka pada penderita ulkus kaki diabetes.
Metode Penelitian: Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan polimorfisme gen Matrix metalloprotein- 9 -1562 C>T dan 836 A>G dengan perkembangan penyembuhan luka ulkus kaki penderita diabetes mellitus tipe 2. Rancangan penelitian adalah sebuah penelitian prospektif potong lintang. Penelitian ini dilakukan di Divisi Bedah Vaskular dan Endovaskular FKUI/RSCM Jakarta bekerjasama dengan Laboratorium Biologi Biomolekuler FKUI/RSCM Jakarta selama periode September 2016 - Desember 2016. Populasi target adalah penduduk Jakarta, populasi terjangkau adalah pasien Ulkus Diabetik yang berobat di divisi bedah vascular dan endovascular FKUI/RSCM Jakarta. Besar sampel ditentukan berdasarkan formula uji hipotesis dua proporsi. Dilakukan analisis DNA dan polimorfisme gen MMP-9. Dilakukan dokumentasi foto klinis luka ulkus kaki diabetes pada saat luka sebelum debrideman dan di hari ke 21, kemudian diukur luas luka dan jaringan granulasi dengan menggunakan program ImageJ.
Hasil: Perkembangan penyembuhan luka terdapat pada Polimorfisme gen Matrix Metalloprotein-1562C>T CC yaitu sebanyak 17 dari 32 orang 31,48 , CT yaitu sebanyak 9 dari 21 orang 16,67, hasil uji statistik dengan nilai p=0,477. Polimorfisme gen Matrix Metalloprotein 836A>G AA yaitu sebanyak 10 dari 14 orang 18,52, AG yaitu sebanyak 9 dari 19 orang 16,67, GG yaitu 7 dari 21 orang 12,96, Hasil uji statistik p = 0,087.Kesimpulan. Kedua polimorfisme gen MMP-9 tersebut tidak terdapat hubungan bermakna.

Background: According to epidemiology data, amount of diabetic ulcer patients is continue to increase. Genetic factor has a role in diabetic foot ulcer healing and the role of genetic it self in managing the ulcer only has a few study or publication conducted in Indonesia. Matrix Metalloproteinase MMPs is the proteolytic enzyme which has role in connective tissue remodeling process and extracellular matrix degradation. MMP 9 genes polymorphism is strongly predicted influencing ulcer formation process and ulcer healing process in diabetic foot ulcer patients.
Methods: The goal of this study is to analyze the relation between MMP 9 genes polymorphism with the progress of ulcer healing di diabetic foot ulcer patient. This is a cross sectional prospective study design at Vascular surgery and Endovascular division, surgery department FKUI RSCM Jakarta cooperated with Biology Biomolecular laboratory at FKUI RSCM during September december 2016. Target population are all Jakarta citizens, and accessible population are all diabetic foot ulcer patients in Vascular surgery and Endovascular division FKUI RSCM, Jakarta. Sample size is determined based on dual proportion hypothesis test formula. Blood sample are taken and sent to biology medic laboratory to perform DNA and MMP 9 gene polymorphism analysis. The characteristic of ulcer is documented before and on day 21, then the ulcer size and granulation tissue are measured using ImageJ program.
Results: Improvement of healing ulcer in gene polymorphism of matrix metalloproteinase 1562C T CC is about 17 from 32 patients 31,48 , CT is about 9 from 21 patients 16,67 , statistic testing with p value 0,477. Gene polymorphism metalloproteinase 836A G AA is 10 from 14 patienrs 18,52, AG is 9 from 19 patients 16,67, GG is 7 from 21 patients 12,96, statistic testing with p value 0,087.Conclusions There are not significant relationship in both of MMP 9 gene polymorfsm with diabetic foot ulcer healing progress
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tom Christy Adriani
"Objektif: Diabetic Foot Ulcer DFU merupakan komplikasi Diabetes Mellitus Tipe 2 DMT2 yang dapat berujung pada disabilitas dan kematian. Kondisi vaskularisasi yang tidakadekuat dapat mempengaruhi proses penyembuhan pada DFU. Studi terbarumenunjukkan TGF-?1 mempunyai peran dalam proses penyembuhan luka danmenghasilkan neuropati, penyebab utama terjadinya DFU. Oleh sebab itu, studi inimelakukan investigasi terhadap ekspresi dari polimorfisme TGF-β1 dalam hubungannyapada kejadian DFU pada DMT2.
Metode: Penelitian ini menggunakan studi kasus kontrol untuk membandingkan polimorfismeTGF-?1 gen 1800469 C>T dan gen 1982073 C>T pada DMT2 di RS CiptoMangunkusumo RSCM Jakarta Juni hingga Desember 2016. Teknik PCR digunakanuntuk membandingkan hasilnya pada grup DMT2 dengan DFU dan DMT2 tanpa DFU.
Hasil: Terdapat 197 pasien secara keseluruhan yang terbagi atas 96 pasien dengan DFU dan 101pasien kontrol grup tanpa DFU. Distribusi allel dari TGF- ?1 1800469 C>T adalah 54,3 dan T 45,7 , sedangkan distribusi TGF-β1 1982073 C>T adalah C 72,3 dan T 27,7 .Dengan kata lain, polimorfisme TGF-β1 mempunyai peran dalam pembentukan danproses penyembuhan DFU pada pasien DMT2.
Kesimpulan: Didapatkan hubungan bermakna pada gen RS1982073 sebagai factor pencegah danRS1800469 sebagai factor resiko terjadinya DFU.

Objective: Diabetic Foot Ulcer DFU is one of the complication of Type 2 Diabetes Mellitus T2DM that can lead to disability and death. Inadequate vascularization condition willaffect healing process of DFU. Recent study showed, TGF 1 has a role in the processof wound healing and process of resulting neuropathy, the most common cause of DFU.Therefore, we investigated the expression of polymorphism TGF 1 in relation of theoccurance of DFU in T2DM.
Methods: We designed a case control study to investigate the polymorphism TGFβ1 gene1800469 C T and 1982073 C T in T2DM in Cipto Mangunkusumo National Hospital RSCM Jakarta from june to December 2016. We used PCR techniques and comparedthe results in group of T2DM patients with DFU as the case study and without DFU asthe control group.
Results: There were 197 patients, 96 patients with DFU and 101 patients control without DFU.49,8 is male and 50,2 female with mean age about 56 years. Distribution of wildtype genotype TGFβ1 1800469 C T wild type CC were found in 44,8, the number ofmutant heterozygote CT was 10,8 and mutant homozygote is 11,3. Distribution ofTGF B1 1982073 C T wild type CC was 32,5, mutant heterozygote is 38,9 andmutant homozygote 25,1.
Conclusion: Were found meaning relationship in gene RS1982073 as inhibitor factor and geneRS1800469 as risk factor of the DFU in T2DM patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Khotimah Jannah
"ABSTRAK
Ulkus kaki diabetikum merupakan salah satu komplikasi kronis Diabetes Melitus yang biasanya muncul 10 tahun setelah onset Diabetes Melitus. Ulkus kaki diabetikum dapat menimbulkan sensasi nyeri dan ketidaknyamanan yang dapat mempengaruhi kualitas tidur pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat keparahan ulkus dengan kualitas tidur pada pasien ulkus kaki diabetikum di Rumah Perawatan Luka RUMAT Wilayah Bekasi dan Jakarta. Desain penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dengan pendekatan potong lintang Cross-Sectional . Sebanyak 73 pasien ulkus kaki diabetikum dilibatkan dan diwawancarai melalui teknik purposed random sampling. Kuesioner yang digunakan adalah PSQI Pittsburgh Sleep Quality Index untuk menilai kualitas tidur pasien dan format pengkajian luka Wagner untuk menilai derajat keparahan ulkus pasien. Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji chi square dan menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat keparahan ulkus dengan kualitas tidur pada pasien ulkus kaki diabetikum p=0,004; ? ? =0,05. Pasien dengan luka yang lebih parah berisiko 5,2 kali lebih tinggi memiliki kualitas tidur buruk dibandingkan dengan pasien dengan derajat luka yang lebih ringan 95 CI: 1,783;15,475. Melalui hasil penelitian ini direkomendasikan peningkatan perawatan luka untuk proses penyembuhan yang lebih berkualitas. Hal tersebut untuk mewujudkan kualitas tidur yang lebih baik.

ABSTRACT
Diabetic foot ulcer is one of Diabetes Mellitus chronic complications that occur around 10 years after Diabetes Mellituss onset. Ulcers made sense of pain and discomfort that affecting patient 39s sleep quality. This study identified the relation between ulcers severity with sleep quality among diabetic foot ulcer patients in Clinic of Wound Care RUMAT Bekasi and Jakarta. Design of this study is analytical with cross sectional approach. That are 73 patients with diabetic foot ulcer who participated and interviewed by a purposed random sampling technique. Two kinds or questionnaire are used, namely Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI to assess patient 39 s sleep quality and Wagner 39s Wound Assessment Format to assess patients ulcer severity. The result are analyzed using Chi square test and showed a significant relationship between ulcer severity and sleep quality among diabetic foot ulcer patient rsquo s p 0,004 0,05. Patients with more ulcer severity had 5,2 time more risk to have poor sleep quality than patients with low severity ulcer 95 CI 1.783 15.475. From the results, it is recommended to improve wound care quality. It should be considered for better sleep quality among diabetic patients. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Amalul Fadly
"Klien luka diabetes dapat mengalami perubahan bentuk dan fungsi pada organ yang mengalami luka. Perubahan tersebut dapat menyebabkan gangguan citra tubuh pada klien tersebut jika klien menyikapinya secara negatif. Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran citra tubuh klien tersebut. Desain penelitian ini deskriptif dengan teknik total sampling terhadap 13 klien Rumah Perawatan Luka Bekasi. Hasilnya sebanyak 53,8% klien mengalami gangguan citra tubuh. Perawat luka disarankan untuk memberikan asuhan keperawatan yang berhubungan dengan citra tubuh selain perawatan pada luka diabetes klien agar gangguan citra tubuh klien teratasi dengan baik sehingga klien dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya.

Clients with diabetic ulcer might experience changes of structure and function of damaged skin. The changes could cause body image disturbance of clients if they adapt negatively. This study aims to describe the body image of clients with diabetic ulcer. Design of this study is descriptive with total sampling to 13 clients in Rumah Perawatan Luka, Bekasi. The result was 53,8 % clients have body image disturbance. Ulcers nurses are recommended to give nursing intervention related to body image in order to resolve body image disturbance properly, so that the client can adapt better with the changes that in the body.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47334
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Fiolenty B. Marulianna
"Neuropati diabetik merupakan salah satu komplikasi yang sering muncul pada pasien DM, terutama mereka yang selalu dalam tingkat gula darah yang tinggi dan lama menderita DM lebih dari 10 tahun. Neuropati diabetes ini juga diperberat dengan buruknya perawatan kaki dan aktifitas fisik yang rendah.. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan dengan kepatuhan pasien neuropati diabetes melakukan perawatan kaki dalam pencegahan ulkus diabetikum. Rancangan penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan pendekatan cross sectional . Pemilihan sampel dengan cara purposive sampling dan diteliti pada 100 responden. Uji statistik dengan menggunakan uji T-test dan Chi square. Hasilnya terdapat hubungan yang signifikan nilai dukungan keluarga terhadap kepatuhan perawatan kaki diabetes dengan p-value 0,0005, tidak terdapat hubungan yang signifikan nilai kejelasan informasi terhadap kepatuhan perawatan kaki diabetes dengan p-value 0,160, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama menderita DM dengan nilai kepatuhan dengan p-value 0,292. Rekomendasi dari penelitian ini adalah melakukan penelitian yang berhubungan dengan kepatuhan perawatan kaki diabetes dengan jumlah sampel yang lebih besar dan meneliti aspek predictor yang lebih bervariasi.

Diabetic neuropathy is a frequent complication in patients with diabetes, especially in patients whose blood sugar level are always high, and have had diabetes for more than 10 years. Diabetic neuropathy can also be exacerbated by poor foot care and low physical activity. The purpose of this study was to determine the factors associated with patient compliance with diabetic neuropathy. The design of this study is a quantitative analytical cross-sectional approach. The selections of samples were done in purposive sampling method and were studied in 100 respondents. Statistical tests using T-test and Chi square test. The results are: a significant correlation value of family support for compliance with p-value 0.0005, no significant correlation values clarity of information on diabetic foot care compliance with pvalue 0.160, no significant correlation value of long-suffering DM with diabetic foot care compliance with p-value of 0.292. Recommendation of this study is to conduct research on diabetic foot care compliance with a larger sample size and examine the predictors with more varied aspects related to the compliance of diabetic foot care."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T35784
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinulingga, Elysabeth
"Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi kronis diabetes melitus (DM). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan stres dengan penyembuhan ulkus diabetikum dalam konteks asuhan keperawatan pada pasien DM di Siloam Hospitals. Stres dinilai dengan skala Depression Anxiety and Stress Scale 21 (DASS21). Penelitian ini menggunakan rancangan crossectional study. Jumlah sampel penelitian 76 responden terdiri teknik pengambilan sampel yaitu consecutive sampling. Analisis statistik yang digunakan yaitu uji Chi Square dan regresi logistik ganda.
Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara lamanya riwayat DM (p=0,022), adanya hubungan obesitas dengan penyembuhan ulkus diabetikum (p=0,036), tidak ada hubungan stres dengan penyembuhan ulkus diabetikum (p=0,574). Pasien perlu mendapat perawatan ulkus, pendidikan kesehatan, pemeriksaan kaki secara teratur, pasien harus mematuhi terhadap saran petugas kesehatan. Perlu dilakukan penelitian mengenai kenyamanan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan menggunakan sepatu atau sendal khusus ulkus diabetikum. Pada penelitian ini belum dilakukan hubungan albumin, Hb dengan penyembuhan ulkus diabetikum. Penelitian lanjutan hendaknya dilakukan dengan penambahan variabel tersebut.

Diabetic ulcer is one of chronic complications of Diabetes Mellitus. The purpose of this research is to understand about the relationship between stress with diabetic ulcer recuperation in nursing care of diabetes mellitus? patients context at Siloam Hospitals. Stress is valued by the Depression Anxiety and Stress Scale 21 (DASS21). This research use crossectional study design. The member of research sample are 76 patients consist of removal sample namely consecutive sampling, statistic analysis was using both of uji chi square and multiple logistic regression.
The result of this research showed that there is a significant correlation between long diabetes mellitus history (p= 0,022). There is a correlation between obesity with diabetic ulcer healing is p= 0,036, there is not the correlation between sress with diabetic ulcer is p=0,574. The patients needed the ulcer care, health education, feet investigation regularly and obey medicals?suggestion. In the other word, still need further research about pleasureable of patients to use both special shoes and slipper for diabetic ulcer in doing their daily activity. This research has not been conducted on the relationship of albumin, hemoglobin with diabetic ulcer healing. Further research should be done with the addition of these variables.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35492
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>