Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120641 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Inayah
"Imobilitas sering dijumpai pada pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit, yang menyebabkan sulit dilakukan penimbangan. Kondisi lain seperti amputasi, organ tubuh tidak lengkap kongenital, tumor, pembesaran organ, kehamilan, edema atau asites, menyebabkan penimbangan berat badan tidak akurat. Berat badan diperlukan untuk menentukan kebutuhan energi, protein, cairan, serta pemantauan kecukupan tatalaksana nutrisi pada pasien, serta untuk perhitungan dosis obat dan fungsi ginjal. Formula berat badan estimasi telah dikembangkan dengan berbagai parameter antropometri, salah satunya Formula Cattermole yang menggunakan komponen lingkar lengan atas (LILA), dengan beberapa keuntungan yaitu mudah dan cepat dengan alat ukur yang efisien dan mudah dibawa. Penelitian ini merupakan studi potong lintang untuk mengetahui kesahihan rumus estimasi berat badan dengan berat badan (BB) aktual pada pasien rawat inap dewasa di RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta (n=96). Didapatkan hasil rerata BB aktual 58,98 ± 13,80 kg, rerata BB estimasi berdasarkan LILA posisi tegak 60.1±17.28 kg, median BB estimasi berdasarkan LILA posisi baring 60.6 (21,2-114), beda rerata BB aktual dengan BB estimasi berdasarkan LILA posisi tegak -1.12 kg (p=0.16), beda rerata BB aktual dengan BB estimasi berdasarkan LILA posisi baring -1.38 (p=0.17). Dilakukan analisis Bland Altman, didapatkan limit of agreement (LOA) minimal dan maksimal berada di luar batas LOA 5 kg. Pola sebaran titik banyak di luar batas garis LOA baik minimal maupun maksimal pada kurva scatter plot Bland Altman. Sebagai kesimpulan, terdapat selisih antara berat badan estimasi menggunakan formula Cattermole dengan berat badan aktual, serta penelitian masih terbatas dilakukan pada pada pasien rawat inap di Indonesia. Fomula Cattermole belum dapat digunakan pada populasi umum di Indonesia. Diperlukan penelitian lebih lanjut pada populasi lain di Indonesia dengan kriteria subjek yang lebih beragam

Immobility is often found in patients undergoing hospital treatment, which makes weighing difficult. Other conditions such as amputation, congenital incomplete organs, tumors, organ enlargement, pregnancy, edema or ascites, cause inaccurate weight measurement. Body weight is needed to determine energy, protein, fluid requirements, as well as monitoring the adequacy of nutritional management in patients, as well as for calculating drug doses and kidney function. The estimated body weight formula has been developed with various anthropometric parameters, one of which is the Cattermole Formula which uses the upper arm circumference component, with several advantages, namely being easy and fast with efficient and easy-to-carry measuring instruments. This study was a cross-sectional study to determine the validity of the formula for weight estimation with actual body weight in adult inpatients at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta (n = 96). The results obtained mean actual body weight was 58.98 ±13.80 kg, mean estimated body weight based on upright MUAC was 60.1±17.28 kg, median estimated body weight based on supine MUAC was 60.6 (21.2-114) kg, the average difference is -1.12 kg (p=0.16) between actual body weight and estimated body weight based on upright MUAC and -1.38 (p=0.17) between actual body weight and estimated body weight based on supine MUAC. Bland Altman analysis was performed, limit of agreement (LOA) minimum and maximum, all outside the LOA limit of 5 kg. The distribution pattern of many points outside the LOA line on the Bland Altman scatter plot curve. In conclusion, there is a difference between the estimated body weight using the Cattermole formula and the actual body weight, and the research is still limited to inpatients in Indonesia. Cattermole formula can not be used in the general population in Indonesia. Further research is needed on other populations in Indonesia with more various subject criteria."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inayah
"Imobilitas sering dijumpai pada pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit, yang menyebabkan sulit dilakukan penimbangan. Kondisi lain seperti amputasi, organ tubuh tidak lengkap kongenital, tumor, pembesaran organ, kehamilan, edema atau asites, menyebabkan penimbangan berat badan tidak akurat. Berat badan diperlukan untuk menentukan kebutuhan energi, protein, cairan, serta pemantauan kecukupan tatalaksana nutrisi pada pasien, serta untuk perhitungan dosis obat dan fungsi ginjal. Formula berat badan estimasi telah dikembangkan dengan berbagai parameter antropometri, salah satunya Formula Cattermole yang menggunakan komponen lingkar lengan atas (LILA), dengan beberapa keuntungan yaitu mudah dan cepat dengan alat ukur yang efisien dan mudah dibawa. Penelitian ini merupakan studi potong lintang untuk mengetahui kesahihan rumus estimasi berat badan dengan berat badan (BB) aktual pada pasien rawat inap dewasa di RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta (n=96). Didapatkan hasil rerata BB aktual 58,98 ± 13,80 kg, rerata BB estimasi berdasarkan LILA posisi tegak 60.1±17.28 kg, median BB estimasi berdasarkan LILA posisi baring 60.6 (21,2-114), beda rerata BB aktual dengan BB estimasi berdasarkan LILA posisi tegak -1.12 kg (p=0.16), beda rerata BB aktual dengan BB estimasi berdasarkan LILA posisi baring -1.38 (p=0.17). Dilakukan analisis Bland Altman, didapatkan limit of agreement (LOA) minimal dan maksimal berada di luar batas LOA 5 kg. Pola sebaran titik banyak di luar batas garis LOA baik minimal maupun maksimal pada kurva scatter plot Bland Altman. Sebagai kesimpulan, terdapat selisih antara berat badan estimasi menggunakan formula Cattermole dengan berat badan aktual, serta penelitian masih terbatas dilakukan pada pada pasien rawat inap di Indonesia. Fomula Cattermole belum dapat digunakan pada populasi umum di Indonesia. Diperlukan penelitian lebih lanjut pada populasi lain di Indonesia dengan kriteria subjek yang lebih beragam

Immobility is often found in patients undergoing hospital treatment, which makes weighing difficult. Other conditions such as amputation, congenital incomplete organs, tumors, organ enlargement, pregnancy, edema or ascites, cause inaccurate weight measurement. Body weight is needed to determine energy, protein, fluid requirements, as well as monitoring the adequacy of nutritional management in patients, as well as for calculating drug doses and kidney function. The estimated body weight formula has been developed with various anthropometric parameters, one of which is the Cattermole Formula which uses the upper arm circumference component, with several advantages, namely being easy and fast with efficient and easy-to-carry measuring instruments. This study was a cross-sectional study to determine the validity of the formula for weight estimation with actual body weight in adult inpatients at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta (n = 96). The results obtained mean actual body weight was 58.98 ±13.80 kg, mean estimated body weight based on upright MUAC was 60.1±17.28 kg, median estimated body weight based on supine MUAC was 60.6 (21.2-114) kg, the average difference is -1.12 kg (p=0.16) between actual body weight and estimated body weight based on upright MUAC and -1.38 (p=0.17) between actual body weight and estimated body weight based on supine MUAC. Bland Altman analysis was performed, limit of agreement (LOA) minimum and maximum, all outside the LOA limit of 5 kg. The distribution pattern of many points outside the LOA line on the Bland Altman scatter plot curve. In conclusion, there is a difference between the estimated body weight using the Cattermole formula and the actual body weight, and the research is still limited to inpatients in Indonesia. Cattermole formula can not be used in the general population in Indonesia. Further research is needed on other populations in Indonesia with more various subject criteria."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silaban, Andrevz Reminiscere Habasaron
"Pembatasan sosial yang diberlakukan akibat pandemi COVID-19 membatasi kesempatan melakukan aktivitas fisik dan meningkatkan perilaku sedenter. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perubahan aktivitas fisik terhadap berat badan mahasiswa pada masa pandemi. Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2018 hingga 2021. Pengambilan data dilakukan dengan mengisi kuesioner secara daring di bulan Maret-Agustus 2023. Intensitas aktivitas fisik diukur menggunakan kuesioner Global Physical Activity Questionnare (GPAQ). Dilakukan perbandingan intensitas aktivitas fisik dan berat badan sebelum dan saat pandemi. Hubungan antara perubahan aktivitas fisik dan karakteristik subjek (usia, jenis kelamin, riwayat infeksi COVID-19) dengan perubahan berat badan dianalisis melalui uji chi-square dan penghitungan odds ratio. Penelitian ini melibatkan 121 subjek dengan median usia 20 tahun (Inter Quartile Range [IQR]=2) dan sebanyak 72/121 (59.5%) subjek adalah laki-laki. Sebagian besar (66/121) subjek tidak mengalami perubahan aktivitas fisik saat pandemi (54,5%). Terdapat peningkatan signifikan (p<0,001) berat badan mahasiswa saat pandemi (median 60, IQR 24,5) dibandingkan sebelum pandemi (median 58, IQR 21). Ditemukan peningkatan berat badan pada 48/121 (39,7%) mahasiswa. Tidak terdapat hubungan bermakna antara perubahan aktivitas fisik, usia, dan riwayat infeksi COVID-19 dengan perubahan berat badan (p>0,05). Perempuan lebih berisiko mengalami perubahan berat badan (OR= 2,9; 95% Confidence Interval= 1,39-6,36; p=0,004). Terdapat peningkatan berat badan mahasiswa saat pandemi. Namun, perubahan aktivitas fisik tidak memiliki hubungan bermakna dengan perubahan berat badan. Jenis kelamin perempuan meningkatkan risiko peningkatan berat badan saat pandemi. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menganalisis faktor lain yang berhubungan dengan kenaikan berat badan mahasiswa.

Social restrictions imposed due to the COVID-19 pandemic limit opportunities for physical activity and increase sedentary behavior. This study investigates the correlation between changes in physical activity and university students body weight during the pandemic. This study was a cross-sectional study conducted on students of the Faculty of Medicine, University of Indonesia from 2018 to 2021. Data were collected by filling out an online questionnaire in March-August 2023. Physical activity intensity was measured using the Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ). Analysis compared pre-pandemic and pandemic physical activity levels and body weights. Chi-square tests explored the relationship between physical activity changes, subject characteristics (age, gender, COVID-19 history), and changes in body weight. This study involved 121 subjects with a median age of 20 years (IQR=2), and 59.5% of the subjects were male. Most subjects (54.5%) showed no change in physical activity during the pandemic. The mean body weight increased (median 60, IQR 24.5) compared to pre-pandemic (median 58, IQR 21) (p<0.001), with 39.7% experiencing weight gain. There was no significant association between changes in physical activity, age, and history of COVID-19 infection with weight change (p>0.05). Women were more at risk of weight change (OR= 2.9; 95% Confidence Interval p=0.004).  University students experienced weight gain during the pandemic. However, changes in physical activity did not significantly correlate with body weight changes. Female gender was notably associated with pandemic-related weight gain. Further research is needed to analyze other factors related to changes in body weight among students."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Rizki
"Tuberkulosis Paru merupakan penyakit infeksius yang menjadi salah satu penyebab kematian karena infeksi di seluruh dunia. Salah satu indikator yang digunakan untuk memantau dan menilai pengobatan adalah dengan menentukan konversi sputum. Status gizi yang baik akan dapat mempengaruhi perubahan konversi sputum Tuberkulosis Paru dan keberhasilan terapi. Pada penelitian ini dilakukan analisis mengenai hubungan perubahan berat badan dengan konversi sputum pasien Tuberkulosis Paru di RS Persahabatan tahun 2013 - 2015. Desain studi penelitian ini adalah potong lintang dengan sampel penelitian sebanyak 100. Sampel penelitian diambil dari data rekam medis dan dianalisis dengan uji Chi-Square.
Hasil penelitian ini adalah secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perubahan berat badan dengan konversi sputum pasien tuberkulosis paru di RS Persahabatan tahun 2013-2015 p=0,433 Tuberkulosis Paru merupakan penyakit infeksius yang menjadi salah satu penyebab kematian karena infeksi di seluruh dunia. Salah satu indikator yang digunakan untuk memantau dan menilai pengobatan adalah dengan menentukan konversi sputum. Status gizi yang baik akan dapat mempengaruhi perubahan konversi sputum Tuberkulosis Paru dan keberhasilan terapi.
Pada penelitian ini dilakukan analisis mengenai hubungan perubahan berat badan dengan konversi sputum pasien Tuberkulosis Paru di RS Persahabatan tahun 2013 - 2015. Desain studi penelitian ini adalah potong lintang dengan sampel penelitian sebanyak 100. Sampel penelitian diambil dari data rekam medis dan dianalisis dengan uji Chi-Square. Hasil penelitian ini adalah secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perubahan berat badan dengan konversi sputum pasien tuberkulosis paru di RS Persahabatan tahun 2013-2015 p = 0,433 "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Handika Putri
"ABSTRAK
Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) merupakan masa penting bagi tumbuh kembang seorang anak, dimana apabila terjadi masalah gizi pada saat ini dapat menimbulkan akibat baik jangka pendek maupun jangka panjang di masa yang akan datang bahkan kepada generasi selanjutnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi gagal tumbuh berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF), dan untuk mengetahui perbedaan proporsi gagal tumbuh pada anak balita berdasarkan karakteristik anak balita. lima, riwayat penyakit menular, karakteristik sosial ekonomi, ketahanan pangan rumah tangga, dan asupan makanan. . Penelitian dilaksanakan di Desa Jatinegara dan Pulo Gebang, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, pada bulan April sampai Juni 2019. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel penelitian ini adalah 163 anak usia 6-23 bulan yang datang ke 8 Posyandu terpilih. Data diperoleh melalui pengukuran berat badan dan panjang baduta, wawancara, dan recall 1x24 jam. Analisis univariat menunjukkan bahwa prevalensi gagal tumbuh pada anak balita adalah 31,9%. Prevalensi masing-masing kategori gagal tumbuh hanya wasting, wasting & underweight, wasting, stunting, & underweight, stunting & underweight, dan stunting saja, yaitu 13,5%; 8,0%; 3,1%; 3,1%, dan 4,3%. Analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel yang memberikan perbedaan proporsi gagal tumbuh pada balita adalah variabel panjang lahir (p-value = 0,039; OR = 2,266), asupan energi (p-value = 0,000; OR = 9,979), dan asupan protein (p-value = 0,027; OR = 2,240).
ABSTRACT
The First Thousand Days of Life (1000 HPK) is an important period for the growth and development of a child, where if there is a nutritional problem at this time it can have both short-term and long-term consequences in the future, even to the next generation The purpose of this study was to determine the prevalence of failure to thrive based on the Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF), and to determine differences in the proportion of failure to thrive in children under five based on the characteristics of children under five. five, history of infectious diseases, socio-economic characteristics, household food security, and food intake. . The research was conducted in Jatinegara and Pulo Gebang Villages, Cakung District, East Jakarta, from April to June 2019. The research design used was cross sectional. The sample of this study was 163 children aged 6-23 months who came to 8 selected Posyandu. Data were obtained through measurements of body weight and length of the baduta, interviews, and 1x24 hour recall. Univariate analysis showed that the prevalence of failure to thrive in children under five was 31.9%. The prevalence of each category of failure to thrive is only wasting, wasting & underweight, wasting, stunting, & underweight, stunting & underweight, and stunting only, which is 13.5%; 8.0%; 3.1%; 3.1%, and 4.3%. Bivariate analysis showed that the variables that provided differences in the proportion of failure to thrive in children under five were birth length (p-value = 0.039; OR = 2.266), energy intake (p-value = 0.000; OR = 9.979), and protein intake (p-value). = 0.027; OR = 2.240)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oldi Dedya
"ABSTRAK
Latar Belakang: Mengukur berat badan pada kondisi tertentu pada pasien geriatri sulit untuk dilakukan sehingga diperlukan suatu alat bantu baru murah dan mudah yang dapat digunakan untuk mengestimasi berat badan aktual pada seorang geriatri.Tujuan: Mendapatkan faktor yang berperan terhadap estimasi berat badan aktual serta mendapatkan rumus estimasi berat badan aktual pada pasien geriatri.Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang terhadap 150 pasien geriatri yang berobat di Poliklinik Geriatri RSCM periode Juli 2016. Pasien dengan overload cairan, riwayat amputasi tungkai, imobilitas, instabilitas, tidak dapat mengikuti perintah, riwayat operasi ganti sendi lutut atau total hip replacement, dan menolak diikutsertakan, dieksklusi dari penelitian ini. Pengukuran yang dilakukan adalah penimbangan berat tungkai, pengukuran lingkar lengan atas, pengukuran lingkar perut, dan pengukuran lingkar paha. Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui faktor yang berperan terhadap estimasi berat badan aktual. Uji regresi linear dilakukan untuk memperoleh rumus estimasi berat badan aktual pada geriatri.Hasil Penelitian: Penelitian dilakukan pada 70 pria dan 80 wanita dengan usia rerata 70 tahun dengan indeks masa tubuh rerata 24,67 kg/m2. Hasil uji korelasi berat badan aktual terhadap berat tungkai adalah 0,91. Hasil tersebut akan lebih tinggi pada wanita dengan r = 0,95 dan pada pria r = 0,83. Lingkar perut pada pria diketahui memiliki korelasi terhadap berat badan dengan r = 0,85. Rumus estimasi berat badan aktual yang didapat = 16,262 12,414 berat tungkai. Formula tersebut dapat memprediksi keluaran sebesar 81 p

ABSTRACT
Background In Elderly, weight measurement in specific condition can be difficult, so we need a new cheap and easy tool that can be used to estimate the actual body weight on a geriatric.Objective Obtain a factors that contributes to estimate actual body weight. Make a formula for body weight estimation in geriatric patients.Methods This study is a cross sectional study on 150 geriatric patients who seek treatment at the Geriatric clinic RSCM period of July 2016. Patients with fluid overload, limb amputations, immobility, instability, can not follow orders, history replace the knee joint surgery or total hip replacement, and refused to involve the research were excluded from this study. Lower limbs weight measurement, upper arm circumference, abdominal circumference measurement, and the measurement of thigh circumference were taken in this study. Correlation test was conducted to determine the factors that contribute to the estimated actual weight. Linear regression analysis was conducted to obtain the actual body weight estimation formula in geriatrics.Results This study involve 70 man and 80 woman with average age is 70 and average body mass index is 24,67 kg m2. The correlation for actual weight to the weight of the lower limb is 0.91. The result would be higher if differentiated into women with r 0.95, and r 0.83 in men. Abdominal circumference in men have strong correlation with actual body weight r 0.85. Estimated actual body weight formula 16.262 12.414 weight of the lower limb. The formula can predict the output by 81 p"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bertin Tanggap Tirtana
"Latar Belakang. Studi-studi menunjukkan ditemukannya kekhawatiran baru komplikasi metabolik akibat Peningkatan rerata berat badan yang timbul selama pemberian terapi kombinasi ARV. Peningkatan rerata berat badan ini menyebabkan terjadinya overweight dan obesitas yang mengancam terjadinya peningkatan morbiditas dan mortalitas pada pasien HIV. Peningkatan rerata berat badan dan faktor determinannya pada berbagai penelitian masih menunjukkan hasil yang inkonklusif pada tiap populasi.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya Peningkatan rerata berat badan dan faktor-faktor yang berpengaruh pada pasien HIV/AIDS yang mendapat inisiasi antiretroviral lini pertama pada tiga tahun awal pengobatan.
Metode. Penelitian ini dilakukan dengan desain kohort retrospektif pada pasien HIV yang memulai inisiasi ARV di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo tahun 2017-2020. Subjek dikumpulkan berdasarkan metode total sampling. Variabel bebas yang diteliti meliputi jenis kelamin, usia, jumlah CD4+awal, IMT awal, stadium klinis WHO, komorbid infeksi TB, regimen ARV inisiasi lini pertama, dan kepatuhan berobat. Variabel terikat yang diteliti adalah Peningkatan rerata berat badan. Analisis multivariat dilakukan dengan metode Linear Mixed Model terhadap variabel bebas dengan nilai p<0,25 pada uji bivariat. Kurva grafik rerata berat badan ditampilkan untuk menggambarkan Peningkatan rerata berat badan.
Hasil. Sebanyak 734 data subjek penelitian diolah dalam proses analisis data. Peningkatan rerata berat badan paling cepat terlihat pada 6 bulan pertama pemberian ARV, yaitu sebesar 3,66 kg ± 5,85. Rerata berat badan pasien HIV sebelum terapi ARV adalah 57,7 kg, rerata berat badan pasien HIV yang mendapat ARV pada bulan ke 6 adalah 62,1 kg, pada bulan ke 12 menjadi 63,5 kg. Pada bulan ke 24, rerata berat badan pasien HIV yang mendapat ARV adalah 66 kg dan menjadi 66,9 kg pada bulan ke 36. Faktor determinan yang berpengaruh terhadap peningkatan rerata berat badan adalah jenis kelamin laki-laki (Beta 7,79, IK 95% 6,598-8,961), usia< 50 tahun (Beta 1,55, IK 95% 0,046-3,049), jumlah CD4+≤200 sel/mm3 (Beta 2,15, IK 95% 0,98-3,32), kepatuhan berobat (Beta 1,98, IK 95% 0,40 - 3,55), IMT awal (Beta 2,54, IK 95% 2,406-2,685),stadium klinis WHO III (Beta 2,14, IK 95% 0,131-4,149) dan adanya komorbid infeksi TB (Beta -5,75, IK 95% -6,11 -(-5,39))
Simpulan. Pemberian ARV dalam 3 tahun pertama meningkatkan rerata berat badan pasien HIV/AIDS. Peningkatan rerata berat badan ini dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia, jumlah CD4+ awal, kepatuhan berobat, IMT awal, stadium klinis WHO dan adanya komorbid infeksi TB.

Background. Studies have raised new concerns about metabolic complications due to the increase in mean body weight during combination ARV therapy. This increase in average body weight causes overweight and obesity, which threatens to increase morbidity and mortality in HIV patients. The increase in average body weight and its determinants in various studies still shows inconclusive results in each population.
Objective. This study aims to determine the average increase in body weight and the factors influencing HIV/AIDS patients who received first-line antiretroviral initiation in the first three years of treatment.
Method. This study was conducted with a retrospective cohort design in HIV patients who initiated ARV at Dr. Cipto Mangunkusumo in 2017-2020. Subjects were collected based on the total sampling method. The independent variables studied included gender, age, initial CD4+ count, initial BMI, WHO clinical stage, comorbid TB infection, first- line initiation of ARV regimen, and medication adherence. The dependent variable studied was the increase in the average body weight. Multivariate analysis was performed using the Linear Mixed Model method on the independent variables with a p-value of <0.25 in the bivariate test. The average body weight graph curve illustrates the increase in the average weight.
Results. A total of 734 research subject data was processed in the data analysis process. The fastest increase in average body weight was seen in the first six months of ARV administration, which was 3.66 kg ± 5.85. The average body weight of HIV patients before ARV therapy was 57.7 kg; the average weight of HIV patients who received ARVs at the 6th month was 62.1 kg; at the 12th month, it became 63.5 kg. At month 24, the mean weight of HIV patients receiving ARV was 66 kg and became 66.9 kg at month 36. The determinant factors that affect the increase in average body weight are male gender (Beta 7.79, 95% CI 6.598-8.961), age below 50 years (Beta 1.55, 95% CI 0.046-3.049), CD4+ count lower than 200 cells/mm3 (Beta 2.15, 95% CI 0.98-3.32), medication adherence (Beta 1.98, 95% CI 0.40 - 3.55), initial BMI (Beta 2.54, 95% CI 2.406-2.685), WHO III clinical stage (Beta 2.14, 95% CI 0.131-4.149) and presence of comorbid TB infection (Beta -5.75, 95% CI -6.11 -(-5.39) )).
Conclusion. Giving ARV in the first three years increases the average body weight of HIV/AIDS patients. The increase in average body weight was influenced by gender, age, initial CD4+ count, medication adherence, initial BMI, WHO clinical stage, and the presence of comorbid TB infection.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kamaluddin
"Berat badan merupakan ukuran antropometri yang penting digunakan untuk beberapa prosedur medis dan gizi, tetapi dalam beberapa kondisi seperti remaja dengan disabilitas atau pasien tirah baring menyebabkan pengukuran berat badan yang akurat sulit untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan rumus yang sederhana dalam memprediksi berat badan pada remaja di Bogor. Pengukuran berat badan (BB), lingkar lengan atas (LiLA) dan tinggi lutut (TL) dilakukan pada 130 siswa di SMA Budi Mulia Kota Bogor (14-18 tahun) pada bulan April 2016. Analisis korelasi dilakukan antara prediktor dengan berat badan aktual, serta dilakukan analisis regresi linier ganda untuk mendapatkan hasil rumus prediksi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi yang sangat kuat antara BB dengan LiLA (r = 0,881) serta terdapat korelasi sedang antara BB dengan TL (r = 0,506). Model prediksi yang didapatkan pada remaja laki-laki adalah: berat badan estimasi (kg) = (LiLA (cm) x 2,6) + (TL (cm) x 1,2) ? 70,1 dan pada remaja perempuan: berat badan estimasi (kg) = (LiLA (cm) x 2,6) + (TL (cm) x 1,2) ? 72 (R-square 0,906, p < 0,001). Rumus yang didapatkan dalam penelitian berhasil memprediksi berat badan remaja secara akurat dan rumus ini direkomendasikan untuk digunakan dalam mengestimasi berat badan remaja.

Body weight is an important anthropometric measurement for many medical and nutritional procedures, but in some conditions like people with disability or bedridden patients, it is difficult to be weighed accurately. The aim of this study is to create a simple body weight predicting equations for Bogor adolescents. body weight (BW), mid-upper arm circumference (MUAC), and knee height (KH) measurements were taken from 130 SMA Budi Mulia students (14-18 years) on April 2016. A correlation analysis was performed between predictors and actual body weight, and a multiple linear regression was performed for analysis of the results. The result showed that there were a perfect correlation between BW and MUAC (r = 0,881), and a medium correlation between BW and KH (r = 0,506). The resulting equation for adolescent boys was: estimated weight (kg) = (MUAC (cm) x 2,6) + (KH (cm) x 1,2) ? 70,1 and for adolescent girls was: estimated weight (kg) = (MUAC (cm) x 2,6) + (KH (cm) x 1,2) ? 72 (R-square 0,906, p < 0,001). The developed equations predicted accurately Bogor adolescents? body weight and recommended to be used for estimating body weight in Bogor Adolescents."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S64830
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Katherina
"Berat badan merupakan salah satu komponen antropometri yang paling banyak digunakan untuk menentukan preskripsi diet dan preskripsi obat pasien. Namun terkadang pengukuran berat badan tidak dapat dilakukan secara langsung, seperti pada individu penyandang disabilitas dan kesadaran lemah. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan rumus yang sederhana dalam memprediksi berat badan pada dewasa di Jakarta Selatan. Pengukuran berat badan BB , lingkar lengan atas LiLA dan tinggi lutut TL dilakukan pada 164 orang sampel dewasa 20 ndash; 59 tahun di Jakarta Selatan pada bulan Mei 2017. Model prediksi berat badan akhir yang diperoleh menggunakan analisis regresi linear ganda adalah: Berat Badan estimasi kg = 2,8 LiLA 1,2 TL ndash; 1,25 Z ndash; 75,1 R-square 0,841; p-value < 0,001 , dengan nilai Z = 1 untuk perempuan dan 2 untuk laki-laki. Persamaan dari penelitian ini mampu memprediksi berat badan dan dapat digunakan pada dewasa di Jakarta Selatan.

Body weight is one of the most common anthropometric component to determine prescription for diet and drugs. However, this way prove to be a challenge for individuals who are unconscious and or have disabilities. The present study aims to derive a simple equation to estimate the body weight of adults in South Jakarta. Measurements of Body Weight BW , the Middle Upper Arm Circumference MUAC , and the Knee Height KH were done in 164 adults in the respective city in May 2017. The resulting equation, which is derived by multiple linear regression, is BW 2.8 MUAC 1.2 KH ndash 1.25 Z ndash 75.1 R square 0,841 p value 0,001 , with Z value of 1 for female and 2 for male. The equation is able to approximate the body weight of adults in South Jakarta."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S69888
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Henri
"Antropometri pada umumnya dilakukan pada bayi atau balita dengan tujuan untuk dijadikan sebagai parameter gizinya. Antropometri biasanya dilakukan dengan mengukur beberapa bagian tubuh dari bayi contohnya lingkar kepala, lingkar lengan atas, panjang badan dan berat badan bayi. Hasil pengukuran ini selanjutnya bisa dibandingkan dengan standar deviasi dari masing masing pengukuran. Pada umumnya pengukuran ini dilakukan secara manual dan tanpa adanya bantuan mesin atau komputer, pada skripsi ini penulis ingin mengajukan sebuah proyek yang memungkinkan untuk melakukan antropometri secara otomatis dengan menggunakan webcam. Pengukuran antropometri ini akan menggunakan 2 metode yaitu Camera Calibration yang menggunakan parameter intrinsik dari kamera untuk melakukan back projection dan metode lainnya adalah Reference Object yang sesuai namanya akan menggunakan bantuan objek sebagai referensi untuk membantu mengukur jarak dari satu titik ke titik lainnya. Dari Penilitian ini didapatkan hasil antropometri dengan Reference Object dengan rata-rata error = 7,261% dan Camera Calibration dengan rata-rata error = 7,6233%.

Anthropometry done to baby or toddler in purpose to used as its nutrition indicator. Anthropometry mostly done with measuring some body part of baby e.g. head circumference, upper arm circumference, body length, and body weight. Furthermore, these measurement could be compared to the respecting standard deviation. In general, anthropometry manually done without any help of machine or computer. Within this research, writer eagerly propose a project that allow us to do anthropometry automatically with webcam. Anthropometry in this research will use 2 methods. First method called Camera Calibration which using Camera’s Intrinsic Matrix to make back projection of the image. The other method is Reference Object which as the name suggest using some sort of object to refer when measuring one point to another one. This research yield 7.261% average error from Reference Object and 7.6233% average error from Camera Calibration."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>