Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120340 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farhah Utami Salim
"Radikal bebas yang tinggi bersamaan dengan rendahnya antioksidan dalam tubuh akan menghasilkan stres oksidatif. Stres oksidatif pada jaringan adiposa menyebabkan disregulasi produksi adipositokin, berupa peningkatan sekresi TNF-α, PAI-1, MCP-1, dan penurunan sekresi adiponektin. Kondisi tersebut menyebabkan sindrom metabolik seperti resistensi insulin dan diabetes melitus. Oleh karena itu, penting bagi manusia untuk menjaga keseimbangan antioksidan dalam tubuh, salah satunya dengan asupan antioksidan alami. Ekstrak metanol daun Sungkai (Peronema canescens Jack) diketahui memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat terhadap radikal DPPH pada penelitian sebelumnya dengan IC50 9,389 μg/mL. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rendemen ekstrak daun Sungkai berdasarkan perbedaan kepolaran pelarut, menguji aktivitas antioksidan dan aktivitas penghambatan enzim alfa-glukosidase, serta melakukan penapisan fitokimia ekstrak teraktif. Ekstraksi dilakukan secara bertingkat dengan metode Ultrasound Assisted Extraction (UAE) menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, metanol secara berturut-turut. Hasil uji menunjukkan ekstrak metanol merupakan ekstrak dengan rendemen tertinggi yaitu 4,03% serta teraktif yang dapat menghambat radikal DPPH maupun menghambat enzim alfa-glukosidase dengan nilai IC50 51,65 μg/mL untuk aktivitas antioksidan (IC50 kuersetin 3,46 μg/mL) dan nilai IC50 81,76 μg/mL untuk aktivitas penghambatan alfa-glukosidase (IC50 akarbosa 62,13 μg/mL). Pada penapisan fitokimia ekstrak metanol daun Sungkai diketahui mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, fenol, dan terpenoid-steroid yang kemungkinan berperan sebagai senyawa yang aktif dalam menghambat radikal DPPH maupun enzim alfa- glukosidase.

High levels of free radicals together with low levels of antioxidants in the body will result in oxidative stress. Oxidative stress in adipose tissue causes dysregulation of adipocytokines production, such as oversecretion of TNF-α, PAI-1, MCP-1, and hyposecretion of adiponectin. Those conditions induce metabolic syndromes such as insulin resistance and diabetes mellitus. Therefore, it’s important for humans to maintain a balance of antioxidants in the body, one of the choice is the intake of natural antioxidants. Methanol extract of Sungkai leaves (Peronema canescens Jack) is known to have very strong antioxidant activity against DPPH radicals in a previous study with IC50 9,389 μg/mL. This study aimed to obtain the yield of Sungkai leaves extract based on differences in solvent polarity, to conduct antioxidant activity and the inhibition of alpha-glucosidase enzymes assay, and to perform phytochemical screening of the most active extracts. Extraction was carried out through exhaustive Ultrasound Assisted Extraction (UAE) method using n-hexane, ethyl acetate, and methanol, respectively. The test results showed that the methanol extract was the extract with the highest yield of 4.03% and the most active which could inhibit DPPH radicals and inhibit alpha- glucosidase enzymes with an IC50 value of 51.65 μg/mL for antioxidant activity (IC50 quercetin 3.46 μg/mL) and IC50 value of 81.76 μg/mL for alpha-glucosidase inhibition activity (IC50 acarbose 62.13 μg/mL). The result of phytochemical screening is methanol extract of Sungkai leaves contain alkaloids, flavonoids, phenols, and terpenoids-steroids which may act as active compounds in inhibiting DPPH radicals and alpha-glucosidase enzymes."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuhana Kinanah
"ABSTRAK
Alfa glukosidase merupakan enzim yang dapat menghidrolisis ikatan glikosidik pada oligosakarida menjadi monosakarida. Penghambatan pada enzim ini merupakan salah satu mekanisme yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah setelah makan (postprandial) dengan cara memperlambat penyerapan glukosa. Pada penelitian sebelumnya, ekstrak etanol 80% kulit batang karandan (Carissa carandas L.) menunjukkan adanya penghambatan terhadap aktivitas alfa glukosidase. Penelitian ini bertujuan untuk menguji penghambatan aktivitas alfa glukosidase pada ekstrak n-heksan, etil asetat, dan metanol serta fraksi teraktif dari ekstrak kulit batang karandan dengan penghambatan tertinggi. Ekstraksi dilakukan secara bertingkat dengan metode refluks menggunakan pelarut n heksan, etil asetat, metanol berturut-turut dan dilanjutkan fraksinasi terhadap ekstrak dengan penghambatan tertinggi menggunakan kromatografi kolom dengan pelarut kepolaran bertingkat. Hasil uji menunjukkan ekstrak n-heksan merupakan ekstrak teraktif yang dapat menghambat enzim alfa glukosidase dengan nilai persen inhibisi 30.12% pada konsentrasi 150 μg/mL dan fraksi F merupakan fraksi teraktif yang memiliki nilai persen inhibisi 86.73% pada konsentrasi 150 μg/mL dengan nilai IC50 82.47μg/mL. Pada penapisan fitokimia diketahui adanya golongan senyawa terpenoid, steroid, alkaloid, dan fenol pada fraksi F yang kemungkinan berperan sebagai senyawa yang aktif dalam menghambat alfa glukosidase.

ABSTRACT
Alpha glucosidase is an enzyme that can hydrolized glycosidic bonds of oligosaccharides to monosaccharides. Inhibition of this enzyme is one of many mechanism that can be used to decreased after meal blood glucose level by slowing down the absorption of glucose. In previous study, 80% ethanol extract from karandan stem bark (Carissa carandas L.) showed inhibition of alpha glucosidase activity. This study aims to examine alpha glucosidase inhibitory activity of hexane, ethyl acetate, and methanol extracts as well as determine the most active fraction of the extracts with highest inhibition. Extraction was carried out through exhaustive reflux using n-hexane, ethyl acetate, methanol and continued with fractionation of the extract which have highest inhibition using column chromatography with gradient polarity solvents. The results showed that the most active alpha glucosidase inhibition is n-hexane extract with percent inhibition value of 30.12% at concentration of 150 μg/mL and fraction F is the most active fraction which have an inhibition value of 86.73% at concentration of 150 μg/mL and IC50 value of 82.47 μg/mL. The results of phytochemical screening is fraction F contained terpenoids, steroids, alkaloids, and phenolic compounds which were expected to have a role in inhibiting alpha mglucosidase."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Pradnya Paramita
"ABSTRAK
Alfa-glukosidase merupakan enzim yang dapat menghidrolisis ikatan glikosidik pada oligosakarida menjadi monosakarida (glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Penghambatan enzim ini akan mengurangi penyerapan monosakarida sehingga terjadi penurunan kadar glukosa postprandial. Pada penelitian sebelumnya, ekstrak etanol 80% daun mingaram (Caphalomappa malloticarpa J.J.Sm.) menunjukkan penghambatan aktivitas alfa-glukosidase. Penelitian ini bertujuan untuk menguji penghambatan aktivitas alfa-glukosidase pada ekstrak etanol 80% yang difraksinasi menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol. Metode ekstraksi yang digunakan adalah refluks dengan pelarut etanol 80% dan dilanjutkan dengan fraksinasi partisi menggunakan corong pisah dengan pelarut polaritas gradien. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sampel aktif dengan penghambatan alfa-glukosidase adalah ekstrak etanol dan fraksi etil asetat (dibandingkan dengan acarbose, IC50 acarbose 46,16 g/mL). Ekstrak etanol 80% memiliki nilai IC50 sebesar 21,345 ± 3,27 g/mL dan fraksi etil asetat memiliki IC50 sebesar 31,595 ± 3,97 g/mL. Sedangkan fraksi n-heksana dan metanol menghasilkan nilai IC50 yang lebih besar dari standar, yaitu 181.855 ± 9,54 dan 95,6 ± 6,91 g/mL. Kandungan total fenol dalam ekstrak etanol 80%, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi metanol daun mingaram berturut-turut adalah 613,79; 591.80; 874,96; dan 566,14 mgGAE/gr sampel. Peningkatan kadar fenol total tidak sebanding dengan nilai IC50 penghambatan alfa-glukosidase. Fraksinasi tidak menurunkan nilai IC50 penghambatan alfa-glukosidase jika dibandingkan dengan nilai IC50 ekstrak awal.
ABSTRACT
Alpha-glucosidase is an enzyme that can hydrolyze glycosidic bonds in oligosaccharides into monosaccharides (glucose, fructose, and galactose). Inhibition of this enzyme will reduce the absorption of monosaccharides resulting in a decrease in postprandial glucose levels. In a previous study, 80% ethanol extract of mingaram (Caphalomappa malloticarpa J.J.Sm.) leaves showed inhibition of alpha-glucosidase activity. This study aimed to test the inhibition of alpha-glucosidase activity in 80% ethanol extract fractionated using n-hexane, ethyl acetate, and methanol as solvents. The extraction method used was reflux with 80% ethanol solvent and continued with partition fractionation using a separating funnel with a gradient polarity solvent. The test results showed that the active samples with alpha-glucosidase inhibition were ethanol extract and ethyl acetate fraction (compared to acarbose, IC50 acarbose 46.16 g/mL). The 80% ethanol extract had an IC50 value of 21.345 ± 3.27 g/mL and the ethyl acetate fraction had an IC50 of 31.595 ± 3.97 g/mL. Meanwhile, the n-hexane and methanol fractions produced IC50 values ​​that were greater than the standard, namely 181,855 ± 9.54 and 95.6 ± 6.91 g/mL. The total phenol content in 80% ethanol extract, n-hexane fraction, ethyl acetate fraction, and methanol fraction of mingaram leaves were 613.79; 591.80; 874.96; and 566.14 mgGAE/gr sample. The increase in total phenol content was not proportional to the IC50 value of alpha-glucosidase inhibition. Fractionation did not decrease the IC50 value of alpha-glucosidase inhibition when compared to the IC50 value of the initial extract.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nofiantini
"Prevalensi penyakit diabetes melitus (DM) meningkat secara signifikan di seluruh belahan dunia. Penghambat α-glukosidase diketahui berperan sebagai agen terapeutik untuk pengobatan diabetes, khususnya DM tipe 2. Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa terdapat berbagai tanaman yang memiliki efek penghambatan terhadap aktivitas α-glukosidase, salah satunya adalah daun garu (Antidesma montanum Blume). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh fraksi yang memiliki efek penghambatan aktivitas α-glukosidase tertinggi dari ekstrak etanol daun garu dan mengidentifikasi golongan senyawa kimia dari fraksi teraktif tersebut. Serbuk simplisia diekstraksi secara maserasi menggunakan pelarut etanol 80% kemudian difraksinasi dengan n-heksana, etil asetat, dan metanol. Uji penghambatan aktivitas α-glukosidase dilakukan dengan mengukur serapan produk p-nitrofenol yang dihasilkan dari reaksi antara α-glukosidase dan substrat p-nitrofenil- α-D-glukopiranosida menggunakan microplate reader pada λ 405 nm. Hasil uji menunjukkan bahwa fraksi etil asetat memiliki efek penghambatan aktivitas α-glukosidase terbaik dengan IC50 138,38 ppm. Hasil uji kinetika enzim menunjukkan fraksi etil asetat menginhibisi α-glukosidase secara kompetitif. Hasil identifikasi golongan senyawa kimia menunjukkan bahwa fraksi etil asetat mengandung glikosida, tanin, dan terpen.

Prevalence of diabetes mellitus (DM) increased significantly in all parts of the world. α-Glucosidase inhibitors have known to be therapeutic agent for diabetes treatment, especially type 2 DM. Based on previous studies in mind that there are various plants that have the effect of inhibiting the activity of α-glucosidase, one of which is garu leaves (Antidesma montanum Blume). This research purposed to get the fraction which had the highest α-glucosidase inhibiting activity from ethanol extract of garu leaves and identify the chemical compounds from the most active fraction. Simplisia powder was extracted by maseration using 80% ethanol then fractionated using n-hexane, ethyl acetate, and methanol. Inhibitory activity test was performed by measuring absorbance of p-nitrophenol, which produced by reaction between α-glucosidase and p-nitrophenyl-α-D-glucopyranoside, using microplate reader at 405 nm. The result showed that ethyl acetate fraction have the best α-glucosidase inhibitory activity with IC50 values 138.38 ppm. The test of enzyme kinetics showed that ethyl acetate fraction inhibited competitively. The phytochemical screening showed that ethyl acetate fraction of garu leaves contained glycosides, tannins, and terpenes."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S53350
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Santy Budiarso
"Pada tahun 2019 penderita diabetes di dunia diperkirakan 463 juta orang pada usia 20- 79 tahun. Angka diprediksi terns meningkat hingga mencapai 578 juta ditahun 2030 dan 700 juta ditahun 2045. Kayu Sarampa {Xylocarpus moluccensis (Lam.) M. Roen) secara tradisional telah digunakan untuk mengobati penderita diabetes oleh penduduk asli di Ratahan, Sulawesi Utara, Indonesia. Penelitian terdahulu terhadap ekstrak etil asetat buah Kayu Sarampa mempunyai penghambatan aktivitas enzim alfa-glukosidase. Penelitian ini beitujuaii untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi senyawa dari ekstrak etil asetat kulit batang kayu sarampa dan uji penghambatan aktivitas enzim alfa glukosidase dan DPP-IV serta aktivitas antioksidan secara in-vitro. Kulit batang diekstraksi menggunakan metode reflux dengan pelarut heksana, etil asetat, dan metanol serta dilakukan skrining penghambatan alfa-glidcosidase dan antioksidan pada ekstrak yang diperoleh. Selanjutnya terhadap ekstrak etil asetat dilakukan pemisahan dan isolasi senyawa. Isolat yang didapat dikarakterisasi menggunakan 'H-NMR, '^C-NMR, 2DNMR, IR, LCMSMS dan diuji penghambatan aktivitas alfa-glukosidase, DPP-IV serta aktivitas antioksidan (DPPH dan FRAP). Hasil ekstraksi bertingkat menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat dan ekstrak metanol kulit batang kayu sarampa kosentrasi 100 pg/mL memiliki penghambatan aktivitas enzim alfa-glukosidase berturut-tumt 49.7 dan 53,1 %, uji aktivitas antioksidan DPPH berturut- turut IC50 34,02 dm 16,51 pg/mL dan FRAP berturut-turut 131,84 dan 148,96 pmol Fe^Vg. Terhadap ekstrak etil asetat dilakukan pemisahan menggunakan kromatografi kolom diperoleh 10 ffaksi (A-J) dan diperoleh hasil fraksi D, F, G dan I kulit batang kayu sarampa memiliki penghambatan aktivitas enzim alfa-glukosidase dan aktivitas antioksidan (DPPH dan FRAP). Selanjutnya dilakukan isolasi lebih lanjut terhadap fraksi D dan F sehingga diperoleh 3 isolat (166, 177 dan 224). Hasil karakterisasi menunjukkan hasil isolat 166 adalah Xyloccensin E dan 177 adalali Ruangenin D serta isolat 224 adalah 2,3',5,5',7- pentahidroksiflavan. Penghambatan aktivitas enzim alfa-glukosidase berturut-turut untuk senyawa Xyloccensin E dan 2,3',5,5',7-pentahidroksiflavan dengan IC50 118,6 dan 55,1 pg/mL dan aktivitas antioksidan metode DPPH 54,69 dan 2,87 pg/mL serta kekuatan antioksidan FRAP sebesar 66,35 dan 213,82 pmol Fe^^^g. Ketiga isolat tersebut tidak memiliki penghambatan aktivitas terhadap enzim DPP-IV.

In 2019, there are an estimated 463 million people with diabetes in the world in the age of 20-79 years old. The numbers are predicted to continue to increase reaching 578 million in 2030 and 700 million in 2045. Kayu Sarampa {Xylocarpus moluccensis (Lam.) M. Roen) has traditionally been used to treat diabetics by indigenous people in Ratahan, North Sulawesi, Indonesia. The previous research on the ethyl acetate extract of the fhiit of Kayu Sarampa had an inhibition of alpha-glucosidase enzyme activity. This study aims to isolate and characterize the compounds from the ethyl acetate extract of Kayu Sarampa stem bark and to test the inhibition of alpha glucosidase and DPP-IV enzyme activity as well as in-vitro antioxidant activity. The stem bark was extracted using the reflux method with hexane, ethyl acetate, and methanol as the solvents and screening for alpha-glucosidase and antioxidant inhibition in the extracts that have been obtained. Furthermore, the ethyl acetate extract is separated and isolated from the compound. The isolates that have been obtained were characterized using IH-NMR, 13C-NMR, 2D-NMR, IR, LCMSMS and tested for inhibition of alpha-glucosidase activity, DPP-IV and antioxidant activity (DPPH and FRAP). The results of multilevel extraction showes that the ethyl acetate and the methanol extracts of Kayu Sarampa stem bark have the inhibition of alpha-glucosidase enzyme activity 49.7 dan 53.1 %, DPPH antioxidant activity test IC50 34.02 and 16.51 pg/mL and FRAP 131.84 dan 148.96 pmol Fe^^^g, respectively. The ethyl acetate extract is separated using column chromatography obtaining 10 fractions (A-J) and the results of the fractions D, F, G and I of Kayu Sarampa stem bark had inhibition of alpha-glucosidase enzyme activity and antioxidant activity (DPPH and FRAP). Thereafter, further solation is carried out on the D and F fractions obtaining 3 isolates (166, 177 and 224). The characterization results shows that the results of isolate 166 to be Xyloccensin E and 177 to be Ruangenin D and isolate 224 were 2,3',5,5',7-pentahidroxiflavan. Inhibition of alpha-glucosidase enzyme activity for Xyloccensin E and 2,3*,5,5',7-pentahidroxiflavan compounds with IC50 118.6 and 55.1 pg/ mL and antioxidant activity of DPPH methods 38.85 and 2,87 pg/mL and the antioxidant strength of FRAP were 66.35 and 213.82 pmol Fe^Vg respectively. The three isolates do not have inhibitory activity against the DPP-IV enzyme.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
T59216
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azmi Syafanah Nur Hasna
"Sungkai (Peronema canescens Jack.) merupakan salah satu tanaman yang banyak digunakan sebagai tanaman obat tradisional oleh masyarakat. Secara geografis, sungkai tersebar di kawasan Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Banten, dan Jawa Barat. Senyawaan yang terdapat pada daun sungkai diduga dapat mengaktifkan sistem pertahanan tubuh sehingga respon imunitas tubuh terhadap penyakit menjadi lebih meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis metabolom ekstrak daun sungkai dari wilayah Lampung, Banten, dan Jawa Barat, serta memprediksi bioaktivitas senyawa ekstrak daun sungkai sebagai imunostimulan melalui simulasi molekuler. Analisis profil metabolit dengan LC-MS dan analisis multivariat dengan PLS-DA digunakan untuk mengetahui profil metabolit sampel daun sungkai dan mendapatkan gambaran adanya pengelompokan atau pemisahan sampel daun sungkai. Simulasi molekuler terdiri dari analisis jejaring farmakologi, molecular docking, dan molecular dynamics untuk mengidentifikasi interaksi senyawa aktif daun sungkai dengan protein target imunostimulan. Analisis metabolomik ekstrak daun sungkai mengidentifikasi senyawa penanda utama pada semua sampel dari wilayah Lampung, Banten, dan Jawa Barat, yaitu Peronemin A3, Peronemin B1, dan Peronemin B3. Berdasarkan analisis jejaring farmakologi dan uji molecular docking in silico, ketiga senyawa tersebut berpotensi sebagai agen imunostimulan karena berinteraksi dengan protein target dan memiliki nilai energi bebas pengikatan yang lebih kecil dibandingkan ligand alami pada reseptor IL6 dan PPARG. Analisis metabolomik juga mengidentifikasi senyawa penanda spesifik yang berperan dalam memberikan informasi untuk membedakan asal geografis sampel. Sampel dari wilayah Lampung memiliki senyawa penanda flavonoid, sampel dari wilayah Jawa Barat memiliki senyawa penanda triterpenoid, sedangkan sampel dari wilayah Banten tidak memiliki senyawa penanda. Senyawa aktif daun sungkai yang menjadi penanda untuk wilayah Lampung yaitu 5,7-Dihydroxy-4',6-dimethoxyflavone atau pectolinarigenin, sedangkan senyawa aktif daun sungkai yang menjadi penanda untuk wilayah Jawa Barat yaitu (22E,24R)-Stigmasta-4,22,25-trien-3-one. Kedua senyawa penanda tersebut memiliki potensi sebagai agen imunostimulan karena berinteraksi dengan protein target dan memiliki nilai energi bebas pengikatan yang sedikit lebih kecil dibandingkan ligand alami pada reseptor IL6 dan PPARG berdasarkan analisis jejaring farmakologi dan uji molecular docking in silico. Penelitian ini menunjukkan bahwa kajian metabolomik yang dipadupadankan dengan simulasi molekuler berhasil mengungkap potensi daun sungkai sebagai kandidat produk alami, terutama agen imunostimulan

Sungkai (Peronema canescens Jack.) belonging to the Lamiaceae family, is one of the widely used medicinal plants by the community. Geographically, sungkai is distributed in the regions of Malaysia, Sumatra, Kalimantan, Banten, and West Java. The compounds found in sungkai leaves are speculated to activate the body's defense system, thus potentially enhancing the immune response to diseases. This study aims to analyze the metabolome of Sungkai leaf extracts from the regions of Lampung, Banten, and West Java, and to predict the bioactivity of the compounds in the Sungkai leaf extract as immunostimulants through molecular simulations. Metabolite profiling using LC-MS and multivariate analysis with PLS-DA were conducted to determine the metabolite profile of Sungkai leaf samples and to explore the potential grouping or segregation among the samples. Molecular simulations consists of network pharmacology analysis, molecular docking, and molecular dynamics to identify the interactions of active compounds in sungkai leaves with potential target proteins involved in immunostimulant activity. Metabolomic analysis of sungkai leaf extract identifies key marker compounds in all samples from the regions of Lampung, Banten, and West Java, namely Peronemin A3, Peronemin B3, and Peronemin B1. Based on network pharmacology analysis and in silico molecular docking tests, these three compounds have potential as immunostimulant agents due to their interaction with target proteins and lower free binding energy values compared to native ligands on IL6 and PPARG receptors. Metabolomic analysis also identified specific marker compounds that provide information to distinguish the geographical origin of the samples. Samples from the Lampung region contain flavonoid marker compounds, samples from the West Java region contain triterpenoid marker compounds, while samples from the Banten region do not have marker compounds. The active compound in sungkai leaves that serves as a marker for the Lampung region is 5,7-Dihydroxy-4',6-dimethoxyflavone or pectolinarigenin, while the active compound in sungkai leaves that serves as a marker for the West Java region is (22E,24R)-Stigmasta-4,22,25-trien-3-one. Both marker compounds have potential as immunostimulant agents because they interact with target proteins and have slightly lower free binding energy values compared to native ligands on IL6 and PPARG receptors based on network pharmacology analysis and in silico molecular docking tests. This study demonstrates that the combination of metabolomic profiling with molecular simulations successfully reveals the potential of sungkai leaves as candidates for natural products, especially immunostimulant agents."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jauza Nurrianti
"Diabetes melitus merupakan gangguan kelenjar endokrin kronis yang ditandai dengan hiperglikemia yakni kadar gula darah meningkat akibat pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang cukup atau sel-sel tubuh tidak dapat merespon insulin yang dihasilkan. Kondisi hiperglikemia juga dapat menghasilkan radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada biomolekul seperti protein, lipid, dan DNA yang secara signifikan dapat menjadi penyebab penyakit diabetes maupun memperparah komplikasinya. Oleh karena itu, diperlukan senyawa obat yang dapat memberikan efek dalam menurunkan kadar glukosa darah sekaligus bermanfaat sebagai antioksidan.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara in vitro efek penghambatan α-glukosidase, yaitu enzim yang berperan dalam pencernaan karbohidrat, serta mengetahui aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH pada ekstrak n-heksana, etil asetat, dan metanol daun Garcinia fruticosa Lauterb. Kedua uji dilakukan dengan menggunakan Microplate Reader.
Hasil uji menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat memiliki nilai IC50 teraktif, yaitu 25,314 μg/mL untuk uji penghambatan α-glukosidase dan 12,369 μg/mL untuk uji aktivitas antioksidan. Selanjutnya, dilakukan penapisan fitokimia pada ekstrak etil asetat daun Garcinia fruticosa dan didapat kandungan beberapa golongan senyawa kimia seperti alkaloid, flavonoid, glikosida, tanin, dan saponin.

Diabetes mellitus is a chronic endocrine disorder characterized by hyperglycemia, which blood sugar levels rise due to the pancreas unable to produce enough insulin or the body's cells can?t respond to the insulin that is produced. Hyperglycemic conditions can also generate free radicals which can cause oxidative damage to biomolecules such as proteins, lipids, and DNA which can significantly cause diabetes or worsen the complications. Therefore, it is necessary to find drug compounds that can give an effect in lowering blood glucose levels while giving antioxidant benefits at the same time.
This study aims to test the in-vitro inhibitory effect of α-glucosidase, an enzyme involved in the digestion of carbohydrates, and determine the antioxidant activity using DPPH method of Garcinia fruticosa Lauterb leaves n-hexane, ethyl acetate, and methonal extract. Both tests were done by using the Microplate Reader.
The test results showed that the ethyl acetate extract had the most actuve IC50 values, ie 25.314 mg/mL of α-glucosidase inhibition test and 12.369 mg/mL on the antioxidant activity test. Furthermore, the phytochemical screening was done on the ethyl acetate extract of Garcinia fruticosa leaves and several some classes of phytochemical compounds were found, which were alkaloids, flavonoids, glycosides, tannins and saponins.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S64819
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uqie Shabrina Hasyyati
"Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit dengan prevalensi yang tinggi dan terus meningkat setiap tahunnya. Salah satu pengobatan DM adalah dengan penghambatan α-glukosidase dan α-amilase. Efek samping pada saluran cerna dan biaya pengobatan yang mahal mendorong ditemukannya sumber penghambat α- glukosidase dan α-amilase lain yang lebih efektif, aman, dan terjangkau. Penelitian ini dilakukan untuk menguji adanya aktivitas penghambatan α-glukosidase dan α- amilase pada 11 ektrak etanol tanaman Indonesia secara in vitro. Uji penghambatan α-glukosidase dilakukan menggunakan p-Nitrofenil-α-D glukopiranosida sebagai substrat yang akan menghasilkan p-nitrofenol. Produk tersebut diukur serapannya menggunakan microplate reader (λ = 405 nm). Uji penghambatan α-amilase dilakukan menggunakan amilum soluble sebagai substrat yang menghasilkan maltosa yang akan mereduksi reagen warna. Produk tersebut diukur serapannya dengan Spektrofotometer UV-Vis (λ = 540 nm). Hasil uji menunjukkan ekstrak daun Syzygium polyanthum (Wight) Walp memiliki penghambatan aktivitas α-glukosidase (IC50=19,507 ppm) dan α-amilase (90,263% pada 500 ppm) terbesar. Golongan senyawa kimia yang kemungkinan berperan dalam penghambatan α-glukosidase dan α-amilase adalah tanin, flavonoid, dan senyawa polifenol.

Diabetes mellitus (DM) is a disease with high and increasing prevalence every year. Inhibition of α-glucosidase and α-amylase is one of DM treatments. Gastrointestinal side effects and high cost treatment encourage the discovery of α- glucosidase and α-amylase inhibitor from other sources that are more effective, safer, and affordable. The aim of this research was to determine in vitro inhibitory activity of α-glucosidase and α-amylase from 11 ethanolic extracts of selected Indonesian plants. α-Glucosidase inhibition test was performed using p-nitophenyl-α-Dglucopyranoside as substrate that will produce p-nitrophenol. p-Nitophenol were measured using microplate reader (λ = 405 nm). α-Amylase inhibition test was performed using soluble starch as substrate that will produce maltose. Maltose will reduce the color reagent. These products were measured using Spectrophotometer UV-Vis (λ = 540 nm). The test results showed Syzygium polyanthum (Wight) Walp has highest inhibitory activity of α-glucosidase (IC50=19,507 ppm) and α-amylase (90,263% at 500 ppm). Chemical compounds that possibly take a role in the inhibition of α-glucosidase and α-amylase are tannin, flavonoids, and polyphenols. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S54992
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Gumilang
"Senyawa aktif yang terkandung di dalam tanaman memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai obat antidiabetes. Salah satu strategi pengobatan diabetes melitus adalah dengan cara mempertahankan kadar glukosa postprandial melalui penghambatan aktivitas enzim alfa-amilase dan alfa-glukosidase. Penelitian ini melaporkan penghambatan aktivitas alfa-amilase dan alfa glukosidase dari tiga sampel ekstrak daun Garcinia rigida Miq. yang diekstraksi dengan pelarut berbeda, yaitu n-heksan, etil asetat, dan metanol. Pengukuran penghambatan aktivitas enzim alfa-amilase dilakukan dengan mengukur serapan asam 3-dinitrosalisilat tereduksi secara spektrofotometri menggunakan kuvet pada λ = 490 nm dan penghambatan aktivitas enzim alfa-glukosidase dilakukan dengan mengukur serapan p-nitrofenol sebagai produk reaksi dari substrat PNPG menggunakan microplate reader pada λ = 405 nm. Ekstrak yang memiliki daya hambat tertinggi pada enzim alfa-glukosidase adalah ekstrak etil asetat dengan nilai IC50 = 46,331 µg/mL. Sedangkan ekstrak yang memiliki daya hambat tertinggi pada enzim alfa-amilase adalah ekstrak etil asetat dengan nilai IC50 = 33,446 µg/mL. Penapisan fitokimia pada ekstrak menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat daun tanaman Garcinia rigida Miq. mengandung flavonoid dan glikosida.
Active compounds contained in the plant have the potential to be developed as an antidiabetic drug. One of the strategies for the treatment of diabetes mellitus is to maintain the postprandial glucose levels by inhibiting the activity of alpha-amylase and alpha-glucosidase. This study reported the activity inhibition of alpha-amylase and alpha-glucosidase from three samples of leaf extract of Garcinia rigida Miq. that were extracted with different solvents, n-hexane, ethyl acetate and methanol. Measurement of the activity inhibition of alpha-amylase is carried out by measuring the absorbance of reduced 3-dinitrosalicylic by spectrophotometry using cuvette at λ = 490 nm and activity inhibition of alpha-glucosidase is carried out by measuring the absorbance of p-nitrophenol as the product of the PNPG substrate reaction using microplate reader at λ = 405 nm. Extract which has the highest enzyme inhibition of alpha-glucosidase is ethyl acetate extract with IC50 value = 46.331 mg / mL. While the extract that has the highest enzyme inhibition of alpha-amylase is ethyl acetate extract with IC50 value = 33.446 mg / mL. Phytochemical screening on extract showed that the ethyl acetate extract of Garcinia rigida Miq. leaves contains flavonoids and glycosides."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S60256
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Pramesti Artha
"Alfa-glukosidase merupakan enzim yang berperan menghidrolisis polisakarida menjadi glukosa. Inhibitor alfa-glukosidase menunda pencernaan karbohidrat dengan menghambat kerja enzim alfa-glukosidase. Syzygium polyanthum Wight Walp. merupakan salah satu tanaman yang dapat menjadi inhibitor alfa-glukosidase. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antidiabetes dengan metode penghambatan alfa-glukosidase terhadap ekstrak etanol 70 daun Syzygium polyanthum Wight Walp. dari beberapa daerah di Jawa Barat Sukabumi, Bogor, dan Banten , penetapan kadar fenol dan flavonoid total, serta penapisan fitokimia. Metode ekstraksi yang digunakan adalah refluks, sedangkan untuk metode penetapan kadar fenol dan flavonoid menggunakan metode kolorimetri. Hasil uji menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70 daun Syzygium polyanthum Wight Walp. dari Sukabumi, Bogor, dan Banten memiliki aktivitas penghambatan enzim alfa-glukosidase dengan nilai IC50 sebesar 14,62; 12,95; dan 16,44 g/mL. Aktivitas penghambatan tertinggi ditemukan pada ekstrak yang berasal dari Bogor 12,95 g/mL . Ekstrak etanol 70 dari Sukabumi, Bogor, dan Banten ini memiliki kadar fenol total sebesar 98,383; 119,423; dan 63,867 mgGAE/g ekstrak. Kadar fenol tertinggi diperoleh dari ekstrak yang berasal dari Bogor 119,423 mgGAE/g ekstrak . Ekstrak etanol 70 dari Sukabumi, Bogor, dan Banten ini memiliki kadar flavonoid total 4,222; 8,062; 13,062 mgQE/g ekstrak. Kadar flavonoid tertinggi diperoleh dari ekstrak yang berasal dari Banten 13,062 mgQE/g ekstrak . Hasil penapisan fitokimia pada ekstrak etanol 70 daun Syzygium polyanthum Wight Walp. dari Sukabumi, Bogor, dan Banten menunjukkan bahwa ekstrak ini mengandung flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, dan terpenoid.

Alpha glucosidase is an enzyme that plays a role in hydrolyzing polysaccharides into glucose. Inhibitor alpha glucosidase folds digestion carbohydrate by inhibiting alpha glucosidase enzyme work. Syzygium polyanthum Wight Walp. is one of the plants that can be an alpha glucosidase inhibitor. The aim of this study was to test the antidiabetic activity with alpha glucosidase inhibition method toward ethanol extract 70 Syzygium polyanthum Wight Walp. leaves from some regions in West Java Sukabumi, Bogor and Banten , determination of total phenol and flavonoid levels, and phytochemical screening. The extraction method used is reflux and using colorimetric method for determination of total phenol and flavonoid level. The results showed that ethanol extract 70 Syzygium polyanthum Wight Walp. leaves from some regions in West Java Sukabumi, Bogor, and Banten had inhibitory activity of alpha glucosidase enzyme with IC50 value of 14.62 12.95 and 16.44 g mL. The highest inhibitory activity was found in extract from Bogor 12.95 g mL . 70 ethanol extract from Sukabumi, Bogor, and Banten has a total phenol content of 98,383 119,423 and 63.867 mgGAE g extract. The highest total phenol content was found in extract from Bogor 119,423 mgGAE g extract . 70 ethanol extract from Sukabumi, Bogor, and Banten has a total flavonoid content of 4,222 8,062 13,062 mgQE g extract. The highest total flavonoid content was found in extract from Banten 13,062 mgQE g extract . The results of phytochemical screening on ethanol extract 70 of Syzygium polyanthum Wight Walp. leaves from Sukabumi, Bogor, and Banten shows this extract contains flavonoids, alkaloids, tannins, saponins, and terpenoids."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>