Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88937 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Albertus Bambang Supriyanto
"Peningkatan kesejahteraan dan usia, membawa pada ketakutan, ancaman dan penderitaan baik fisik maupun jiwa bagi setiap orang. Moralitas agama dijadikan pilihan utama sebagai wahana untuk mengurangi segala penderitaan. Konsep masa depan diwujudkan dalam masa sekarang atau what is over there and forever must also be reflected in here and now. Konsekwensinya mereka hidup dalam imperatif. Fenomena ini membawa banyak benturan dalam realitas kehidupan sehari-hari. Tujuan penulisan ini memberikan gambaran bahwa kehidupan imperatif tersebut dapat berubah menuju sebuah etika kehidupan. Subyektivitas adalah bentuk yang harus dibangun tanpa mengubah imperatif yang telah berjalan. Manusia tidak lagi menjadi obyek moralitas tetapi menjadi subyek dari etika. Tersembunyi dan terpendam dalam diri manusia, bangkit dalam situasi dan kondisi tertentu. Bentuk subyektivitas ini dibangun dari elaborasi moralitas yang berasal dari religi, bercampur dengan pengalamannya sehari-hari yang direfleksikan, membentuk pemahaman baru yang saling berhubungan dan pada akhirnya melahirkan sebuah keyakinan dan menjadikan pandangan hidup yang baru. Pendisiplinan diri adalah sebuah keharusan dalam mencapai upaya kemampuan memerintah diri sendiri untuk bernalar dan membaca situasi secara cepat dan mengambil tindakan spontanitas. Tindakan tersebut harus dapat diperspektifkan sama oleh orang pertama, kedua dan ketiga, inilah yang disebut affordance. Perubahan pandangan hidup yang berdasarkan keyakinan baru inilah yang ditularkan pada orang lain dan efektif bekerja dalam membawa orang lain berproses bersama. Dengan menggunakan metodologi pengamatan terlibat, mengamati dan memahami segala proses transformasi dari adab menuju akhlak pada olah raga pernafasan Mahatma, membawa pada sebuah kesimpulan bahwa perwujudan dari ubyektifitas adalah kemampuan pivot, kemahiran dalam mensiasati segala kondisi yang ada dengan semangat pada pandangan hidup barunya.

Improved well-being and age, leading to fear, threats, and suffering both physically and mentally for everyone. Religious morality is the first choice as a vehicle to reduce all suffering. The concept of the future is manifested in the present or what is over there and forever must also be reflected in here and now. Consequently, they live in imperatives. This phenomenon brings a lot of impact in the reality of everyday life. The purpose of this writing provides an idea that the imperative life can change towards an ethical life. Subjectivity is a form that must be built without changing the imperatives that have been running. Man is no longer an object of morality but a subject of ethics. Hidden and buried in man, rising in certain situations and conditions. This form of subjectivity is built on the elaboration of morality derived from religion, mixed with his daily experiences reflected, forming new understandings that are conjunction and ultimately giving bear to a belief and making a new outlook on life. Self-discipline is a necessity in achieving the ability of self-governing to reason and read situations quickly and take acts of spontaneity. Such actions must be equally perspective able by the first, second and third persons, this is what affordance is called. This change in the outlook for life based on new beliefs is transmitted to others and effectively works in bringing others through together. By observing and understanding all the process of transformation from “adab” to “akhlak” in the “olah raga pernafasan Mahatma”, leads to a conclusion that the embodiment of subjectivity is the ability to pivot, skill in preparing all existing conditions with passion in the new outlook of life."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liska Dharma Kusuma
"ABSTRAK
Person-organization fit (P-O fit) dapat memrediksi performa kerja, intensi
turnover, dan kepuasan kerja (Edward, 1991, dalam Farooqui & Nagendra,
2014; Bowen, Ledford, & Nathan, 1991, Kristof, 1996, dalam Sekiguchi, 2004).
Dalam penelitian ini akan dilihat hubungan antara values set dan perceived
cultural values di wilayah Jakarta. Desain penelitian ini ialah korelasi dan
teknik multiple regression untuk menganalisis data. Alat ukur yang digunakan
untuk mengukur values set dan perceived cultural values ialah PVQ-RR
(Schwartz dkk, 2012). Data dari 117 responden, ditemukan bahwa perceived
cultural values memengaruhi secara signifikan (p<0,01) terhadap selftranscendence
dengan lebih dari 20,6% proporsi varians dapat dijelaskan oleh
setiap dimensi perceived cultural values. Ditemukan juga bahwa conservation
dipengaruhi secara signifikan (p<0,01) dengan lebih dari 7,8% proporsi varians
dapat dijelaskan oleh setiap dimensi perceived cultural values. Hal ini
menunjukkan bahwa kenaikan nilai setiap dimensi perceived cultural values
akan meningkatkan nilai pada self-transcendence dan conservation dengan
proporsi varians berbeda. Lalu, self-enhancement tidak dipengaruhi secara
signifikan (p>0,05) oleh dimensi perceived cultural values apapun. Pada
openness to change ditemukan bahwa 6 dimensi perceived cultural values
memengaruhi secara signifikan (p<0,05) dengan minimal 2,6% proporsi varians
yang dapat dijelaskan dan tidak dipengaruhi dimensi harmony (p>0,05).
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam penyusunan rancangan
intervensi agar hubungan values set dan perceived cultural values dapat
semakin ditingkatkan kecocokannya dalam diri karyawan di Jakarta

ABSTRACT
Person-organization fit (P-O fit) could predict job performance, intention to
turnover, and job satisfaction on employees. (Edward, 1991, dalam Farooqui &
Nagendra, 2014; Bowen, Ledford, & Nathan, 1991, Kristof, 1996, dalam
Sekiguchi, 2004). This research will be examined the relationship between
values set and perceived cultural values on employees in Jakarta. Research
design will be correlational and data will analyzed with multiple regression.
PVQ-RR will be used for measured values set and perceived cultural values
(Schwartz dkk, 2012). Data from 117 respondents, found self-transcendence
significantly influenced by perceived cultural values (p<0,01) with minimal
20,6% proportions of varians could explained by dimensions of perceived
cultural values. Research also found that conservation significantly influenced
by perceived cultural values (p<0,01) with minimal 7,8% proportions of varians
could explained by dimensions of perceived cultural values. This found also
explained that if dimensions of perceived cultural values?s scores increased,
self-transcendence and conservation?s scores would be increased too with
different proportions of varians. All dimensions of perceived cultural values
didn?t influenced self-enhancement significantly (p>0,05). Except harmony
dimension (p>0,05), all dimensions of perceived cultural values influenced
openness to change significantly (p<0,05) with minimal 2,6% proportions of
varians could explained by dimensions of perceived cultural values. This
research could be useful for providing material for prepare the intervention to
increase the match of values set and perceived cultural values on employees in
Jakarta"
2016
S64907
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
LP370 ERN l
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Michael
"ABSTRAK
Dalam perkembangan industri jasa akhir-akhir ini
konsumen menjadi fokus utama. Persaingan berbagai perusahaan
yang bergerak dalam bidang yang sama, berakibat makin
diperhatikannya kepuasan konsumen sebagai penentu utama
pemilihan merek oleh konsumen. Meskipun demikian, pemahaman
kepuasan konsumen umumnya baru dilakukan dengan menggunakan
kuesioner atau survey sederhana yang kurang memberikan
gambaran lengkap tentang perilaku konsumen.
Dari literatur yang ada, pendekatan psikologi kognitif
potensial untuk memberikan gambaran yang mendalam tentang
konsumen. Elemen kognitif dari psikologi antara lain nilai.
Pembuktian hubungan antara konsep nilai dan kepuasan konsumen
belum dikaji secara khusus. Oleh karena itu penelitian ini
bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang hubungan antara
nilai dan kepuasan konsumen. Selanjutnya, nilai sendiri tidak dapat diinterpretasikan begitu saja tanpa melibatkan konsep
psikologi lainnya. Adalah gaya hidup, suatu bahasan psikologi
yang erat kaitannya dengan nilai (VALS, Loudon & Della Bitta,
1993). Gaya hidup merupakan manifestasi nilai yang lebih
bersifat situasional.
Tujaan penelitian ini adalah untuk memahami kepuasan
konsumen, serta faktor-faktor psikologis yang berperan di
dalamnya, dengan mengkaji hubungan antara nilai dan gaya
hidup dengan tingkat kepuasan konsumen pada jasa bengkel.
Penelitian dilakukan pada konsumen bengkel baik jaringan
maupun nonjaringan. Jumlah subyek yang menjadi responden 61
orang. Desain penelitian adalah studi korelasional,
menggunakan prosedur statistik uji korelasi dan analisis
varians. Instrumen yang digunakan adalah alat ukur Kepuasan
Konsumen, Nilai (Rokeach Value Scale) dan Gaya Hidup (AIO).
Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan antara skor tingkat kepuasan konsumen baik dengan
dengan variabel nilai yang dianut maupun tipe gaya hidup
responden (l.o.s.0,05). Dari elaborasi data ditemukan bahwa
korelasi baru muncul jika diuji pada subyek tertentu.
Saran yang diajukan adalah penelitian diarahkan pada
subyek tertentu karena heterogenitas subyek terbukti
berdampak pada Kepuasan Konsumen. Selain itu metode
penelitian lebih diperkuat dari segi sampling dan kontrol."
1997
S2478
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frida Junia
"ABSTRAK
Perkembangan busana muslim dan jilab di Indonesia sangatlah pesat. Hal ini ditandai dengan antusias masyarakat muslim, khususnya kaum wanita muslimah yang kini mulai menggemari busana muslim dan jilbab bergaya modern dengan beragam jenis style dan fashion. Selain itu pemerintah juga ingin menjadikan Indonesia sebagai World Islamic Fashion Center pada tahun 2020. Kondisi ini tidak terlepas dengan adanya peran para fashion blogger muslim yang mulai memperkenalkan berbagai jenis style fashion busana muslim yang modern. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh kedekatan psikologis fashion blogger terhadap sikap konsumen pada fashion blog serta minat pembelian pada berbagai produk yang ditampilkan oleh fashion blogger dengan adanya variabel moderasi yakni fashion leadership dan LOV interpersonal value. Data diolah dengan menggunakan metode hierarchical regression serta linear regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedekatan psikologis fashion blogger mempengaruhi sikap konsumen terhadap fashion blog dan minat pembelian terhadap produk yang ditampilkan fashion blogger muslim. Dan variabel moderasi fashion leadership mampu memberikan pengaruh terhadap hubungan kedekatan psikologis fashion blogger pada sikap dan minat beli konsumen. Sedangkan LOV interpersonal value tidak memiliki pengaruh moderasi pada hubungan antara kedekatan psikologis fashion blogger terhadap minat beli konsumen serta sikap terhadap situs fashion blog. Dan pengujian hipotesis terakhir menunjukan bahwa sikap terhadap fashion blog memiliki pengaruh positif signifikan terhadap minat pembelian.

ABSTRACT
The development of fashion moslems and jilab in Indonesia is very rapid at present. It is characterized by enthusiastic the Moslem community, especially women moslem girls who is now began to like wearing Moslem fashion and jilbab style of modern with various types of style and fashion. In addition the government also wants to make Indonesia as World Islamic Fashion Center in 2020. This condition can not be separated with the role of the Moslem fashion bloggers who started to introduce various kinds of fashion styles of modern Moslem. This study aims to analyze the influence of psychological closeness fashion blogger on the attitudes of consumers on a fashion blog as well as interest in purchasing the various products displayed by fashion bloggers with fashion leadership and LOV interpersonal value as variabel moderating. The data is processed by using hierarchical regression and linear regression.The results showed that psychological closeness fashion blogger influence consumer attitudes towards fashion blog and purchase intention of the products displayed by Moslem fashion bloggers. And moderating variable fashion leadership able to give ffect to psychological closeness relationships fashion blogger on consumer attitudes and buying interest. While the value of LOV interpersonal haven?t a moderating effect on the relationship between psychological closeness fashion blogger on consumer purchase intention and attitude toward the fashion blog. And the last hypothesis testing showed that attitudes towards fashion blog has a significant positive effect on consumer purchase intention.
"
2015
S60661
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arung Samudra Adam
"Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kedalaman atau sofistikasi pemahaman seseorang mengenai politik memainkan peran penting dalam konsistensi antara nilai-nilai moral yang dipegangnya dengan berbagai ideologi dan sikap politik yang diekspresikan. Studi ini meneliti hubungan antara dua motif moral mengikat dan tiga orientasi politik serta bagaimana sofistikasi politik memengaruhi asosiasi tersebut. Sebanyak 112 mahasiswa Universitas Indonesia mengisi kuesioner motif moral, orientasi politik dan sofistikasi politik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motif keteraturan sosial berhubungan positif dengan orientasi konservatif dan fundamentalis sedangkan motif keadilan sosial berhubungan negatif dengan orientasi kapitalis. Sofistikasi politik juga ditemukan meningkatkan hubungan ini positif antara motif keteraturan sosial dengan orientasi konservatif dan orientasi fundamentalis. Meskipun demikian, sofistikasi politik tidak ditemukan memainkan peran moderasi pada hubungan negatif antara motif keadilan sosial dan orientasi kapitalis.

Various studies show that the depth or sophistication of one 39 s understanding of politics play an important role in how one 39 s moral values correspond to his or her expressed political ideology or attitudes. This study investigate how one 39 s political sophistication affects the association between morality and political orientation. 112 students answered in person and online questionnaires designed to measure their binding moral motives, political orientation and political sophistication.
Results show that the moral motive of social order is strongly and positively correlated with socially conservative and religiously fundamentalist orientations while the moral motive of social justice correlates negatively to economically capitalistic orientation. Political sophistication also strengthens the positive correlation between the moral motive of social order and conservative and fundamentalist orientations but not the negative correlation between the moral motive of social justice and capitalistic orientation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adeney, Bernard T.
Yogyakarta: Kanisius, 2000
170 ADE st
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Teichman, Jenny
Jakarta: Kanisius, 1998
170 TEI e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Frederick A. Praeger, 1980
174 ETH
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>