Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200688 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Karizma Rindu Inayatullah
"Transisi gizi yang disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi, industrialisasi, urbanisasi, dan pergeseran teknologi, menimbulkan masalah gizi ganda di negara-negara berkembang. Pada tingkat kabupaten/kota, masalah gizi ganda mungkin terjadi dengan adanya desentralisasi pembangunan Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kabupaten/kota di Indonesia yang mengalami masalah gizi ganda (MGG) penduduk dewasa, serta menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan hal tersebut, yakni karakteristik sosial ekonomi dan pertanian serta pola konsumsi pangan dan aktivitas fisik. Desain penelitian ini adalah studi ekologi dengan jumlah sampel 426 kabupaten/kota di Indonesia yang memenuhi kriteria inklusi. Variabel dependen dari penelitian ini adalah masalah gizi ganda di kabupaten/kota, sementara variabel independen dari penelitian ini adalah kepadatan penduduk, kemiskinan, ketimpangan, pendidikan, transformasi pertanian, aktivitas fisik, asupan energi, asupan protein, keragaman konsumsi pangan, dan konsumsi makanan berisiko. Data penelitian dikumpulkan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat nasional dan provinsi. Analisis yang dilakukan adalah analisis spasial, analisis univariat, analisis bivariat berupa uji kai kuadrat, dan analisis multivariat berupa uji regresi logistik. Terdapat 455 kabupaten/kota (86.6%) di Indonesia yang mengalami MGG penduduk dewasa. Faktor-faktor yang secara simultan berhubungan dengan MGG penduduk dewasa pada kabupaten/kota adalah kepadatan penduduk, kemiskinan, ketimpangan, pendidikan, dan konsumsi makanan berisiko. Kabupaten/kota dengan tingkat konsumsi makanan berisiko yang tinggi, berisiko mengalami MGG penduduk dewasa sebesar 4,5 kali lebih tinggi dibandingkan kabupaten/kota dengan tingkat konsumsi makanan berisiko yang rendah setelah dikontrol oleh variabel kepadatan penduduk, kemiskinan, ketimpangan, pendidikan, aktivitas fisik, dan asupan protein (OR: 4,556; 95% CI: 2,147 – 9,665; p <0,0005). Kabupaten/kota dengan tingkat pendidikan yang tinggi, berisiko 64,4 kali lebih rendah untuk mengalami MGG penduduk dewasa dibandingkan kabupaten/kota dengan tingkat pendidikan yang rendah setelah dikontrol oleh variabel kepadatan penduduk, kemiskinan, ketimpangan, aktivitas fisik, asupan protein, dan konsumsi makanan berisiko (OR: 0,356; 95% CI; 0,158-0,801; p <0,05). Adanya pendidikan sebagai faktor protektif, padahal sebagian besar tingkat pendidikan sampel kabupaten/kota adalah rendah, mengarah pada dugaan bahwa kejadian gizi ganda penduduk dewasa disumbang oleh golongan masyarakat kelas bawah.

The nutrition transition due to economic growth, industrialization, urbanization, and technological shifts, has caused double burden malnutrition in developing countries. At the regency/city level, double burden malnutrition may occur due to decentralized development. This study aims to identify regencies/cities in Indonesia with adult double burden malnutrition (DBM) as well as analyzing the factors associated with this phenomena, namely socioeconomic and agricultural characteristics, food consumption patterns, and physical activity. The design of this research is an ecological study with 426 districts/cities in Indonesia as a sample that meet the inclusion criteria. The dependent variable of this study is the incidence of adult double burden at the regency/city level, while the independent variables of this study are population density, poverty, inequality, education, agricultural transformation, physical activity, energy intake, protein intake, diversity of food consumption, and consumption of risky foods. The data was collected from the National Institute of Health Research and Development (Balitbangkes) - Ministry of Health, the Food Security Agency (BKP) - Ministry of Agriculture, the Statistics Indonesia (BPS) both national and provincial levels. The data was analyzed by spatial analysis, univariate analysis, bivariate analysis in the form of Chi-square test, and multivariate analysis in the form of logistic regression test. There are 455 regencies/cities (86.6%) in Indonesia with adult double burden malnutrition. Factors that are simultaneously associated with the incidence of adult double burden malnutrition in regencies/cities are population density, poverty, inequality, education, and risky foods consumption. Regencies/cities with high level of risky food consumption had 4.5 times higher risk of adult double burden malnutrition than regencies/cities with low level of risky food consumption after being controlled by population density, poverty, education, physical activity, and protein intake (OR: 4,556; 95% CI: 2,147 – 9,665; p <0,0005). Regencies /cities with high levels of education had a 64.4 times lower risk of adult double burden malnutrition than regencies/cities with low levels of education after being controlled by population density, poverty, inequality, physical activity, protein intake, and risky food consumption (OR: 0.356; 95% CI; 0.158-0.801; p <0,05). The existence of education as a protective factor, even though most of the education levels in the sample regencies/cities are low, leads to the presumption that the incidence of adult double burden malnutrition is contributed by the lower class of society."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Anastasya
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara penilaian risiko malnutrisi menggunakan skor PG-SGA dengan kadar CRP serum sehingga dapat digunakan untuk memprediksi tingkat inflamasi pada pasien kanker kepala dan leher stadium I_IV guna mencegah terjadinya kaheksia. Malnutrisi hingga kaheksia pada kanker terjadi karena interaksi faktor tumor, faktor pejamu dan faktor-faktor lainnya. Faktor tumor berupa sitokin pro-inflamasi akan memicu respons pejamu untuk memproduksi protein fase akut seperti CRP. Protein fase akut memerlukan sejumlah substrat yaitu asam amino yang berasal dari otot rangka. Otot rangka akan mengalami degradasi sehingga menyebabkan wasting otot rangka. Oleh karena itu, CRP selain dapat digunakan sebagai marker inflamasi sistemik juga dapat digunakan sebagai salah satu indikator faktor risiko yang berperan dalam terjadinya malnutrisi dan kaheksia. Efek wasting otot rangka yang ditimbulkan secara tidak langsung oleh CRP dapat dinilai dengan terdapatnya penurunan BB maupun berkurangnya massa otot yang juga merupakan komponen dalam penilaian PG-SGA. Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan menggunakan consecutive sampling yang melibatkan 51 subjek kanker kepala dan leher stadium I_IV yang belum mendapatkan terapi. Hasil penelitian didapatkan rerata usia 46,6 13,9 tahun, sebanyak 76,5 berjenis kelamin laki-laki. Kanker nasofaring merupakan kanker terbanyak 80,4 , dan stadium terbanyak yaitu stadium IVA. Rerata indeks massa tubuh IMT yaitu 20,6 4,0 kg/m2, dan sebanyak 37,3 subjek berada pada IMT normal. Berdasarkan skor PG-SGA sebanyak 64,7 subjek berisiko tinggi malnutrisi dengan rerata skor PG-SGA 11,7 6,2. Nilai median CRP yaitu 6,4 0,4_170,4 . Penelitian ini memperoleh korelasi positif yang signifikan antara skor PG-SGA dengan kadar CRP serum dengan kekuatan korelasi lemah r = 0,372; p = 0,007.

The purpose of this study was to determine the correlation between the malnutrition risk assessment using PG SGA score with serum CRP levels so that it can be used to predict the levels of inflammation in head and neck cancer patients stage I IV to prevent cachexia. Malnutrition and cancer cachexia occurs due to the interaction of tumor factors, host factors and other factors. Tumor factors such as pro inflammatory cytokines will trigger a response of the host to produce acute phase proteins such as CRP. Acute phase protein which require a number of amino acids derived from skeletal muscle. Skeletal muscles will be degraded, causing skeletal muscle wasting. Therefore, CRP can be used as a marker of systemic inflammation and can be used as one indicator of the risk factors also that contribute to malnutrition and cachexia. Effect of skeletal muscle wasting which caused indirectly by the CRP can be assessed by the weight loss and reduced muscle mass which is a component in the assessment of PG SGA also. This study is a cross sectional study using consecutive sampling, 51 subjects head and neck cancer stage I IV who had not received treatment participated in this study. Data showed the mean age of subjects was 46.6 13,9 years, and 76 were male. Most cancer sites were as nasopharyngeal 80,4, and mostly in stage IVA. The mean body mass index BMI is 20,6 40 kg m2, with most of the BMI is normal 37,3. Based on PG SGA score 64,7 of the subjects at high risk of malnutrition, and the PG SGA mean score is 11,7 6,2. The median value of CRP is 6,4 0,4 170,4. The result of this study showed a significant positive correlation between PG SGA score with serum CRP levels with the strength of correlation is weak r 0,372 p 0,007. "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vika Azzahra
"Menurut Riskesdas 2013, di Indonesia prevalensi stroke pada penduduk usia ≥ 15 tahun sebesar 7 permil dan mengalami kenaikan dari tahun 2007 yang sebesar 6 permil. DIY menjadi provinsi dengan prevalensi stroke tertinggi kedua di Indonesia dan prevalensinya melebihi angka nasional yakni sebesar 10,3 permil pada tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan kejadian stroke pada penduduk usia ≥15 tahun di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan data Riskesdas 2018 Provinsi DIY sebanyak 6695 responden. Uji statistik pada penelitian ini adalah uji chi square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi stroke pada penduduk usia ≥ 15 tahun di Provinsi DIY tahun 2018 yaitu sebesar 1,7%. Uji statistik yang memiliki hubungan signifikan dengan kejadian stroke antara lain usia (POR = 3,23 ; 95%CI = 2,03-5,13), aktivitas fisik (POR = 2,86 ; 95%CI = 1,90-4,31), hipertensi (POR = 5,69 ; 95%CI = 3,68-8,79), penyakit jantung (POR = 2,57 ; 95%CI = 1,47-4,48), dan diabetes melitus (POR = 2,44 ; 95%CI = 1,49-3,40). Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan antara usia, aktivitas fisik, hipertensi, penyakit jantung, dan diabetes melitus dengan kejadian stroke pada penduduk usia ≥ 15 tahun di Provinsi DIY. 

According to Riskesdas 2013, the prevalence of stroke in Indonesia in the population aged ≥15 years is 7 per mil and increased from 2007 which was 6 per mil. Special Region of Yogyakarta (DIY) is the province with the second highest prevalence of stroke in Indonesia and the prevalence exceeds the national figure of 10.3 per mil in 2013. This research aimed to determine the factors that can cause stroke in the population aged ≥15 years in DIY Province. Design of this research was cross-sectional and used Riskesdas 2018 data from DIY Province with 6695 respondents. Chi-square statistical test and multiple logistic regression used in this study. The results showed that the prevalence of stroke in the population aged ≥15 years in DIY Province in 2018 was 1.7%. Statistical tests that has a significant relationship with the incidence of stroke included, age ((POR = 3.23 ; 95%CI = 2.03-5.13)), physical activity fisik (POR = 2.86 ; 95%CI = 1.90-4.31), hypertension (POR = 5.69 ; 95%CI = 3.68-8.79), heart disease (POR = 2.57 ; 95%CI = 1.47-4.48), and diabetes mellitus (POR = 2.44 ; 95%CI = 1.49-3.40). The conclusion of this study is there is a relationship between age, physical activity, hypertension, heart disease, and diabetes mellitus with the incidence of stroke in the population aged ≥15 years in DIY Province."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanitya Dwi Ratnasari author
"Pengetahuan pencegahan dan penularan HIV/AIDS merupakan pengetahuan mengenai penularan dan pencegahan HIV/AIDS yang dikompositkan berdasarkan 5 hal: HIV dapat dicegah dengan berhubungan seksual dengan suami/istri saja, menggunakan kondom saat berhubungan seksual dengan pasangan berisiko, tidak menggunakan jarum suntik bersama, HIV tidak dapat ditularkan melalui makan sepiring dengan orang yang terkena HIV, dan melalui gigitan nyamuk. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan pencegahan dan penularan HIV/AIDS penduduk umur ≥ 15 tahun menurut karakteristik kelompok umur, jenis kelamin, status kawin, tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan, dan pengeluaran rumah tangga per kapita, berdasarkan data Riskesdas 2010. Desain studi penelitian ini adalah potong lintang. Populasi studi penelitian ini adalah seluruh responden Riskesdas 2010 dan diambil 101.604 responden sebagai sampel secara total sampling, yang memenuhi kriteria inklusi.
Hasil uji regresi logistik penelitian ini menunjukkan karakteristik kelompok umur, status kawin, pendidikan, pekerjaan, dan pengeluaran rumah tangga per kapita, memiliki hubungan yang bermakna dengan pengetahuan komprehensif HIV/AIDS (nilai p ≤ 0,05). Sedangkan karakteristik jenis kelamin dan tempat tinggal tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan pengetahuan komprehensif HIV/AIDS (nilai p > 0,05). Berdasarkan analisis multivariat didapat faktor yang paling berpengaruh yaitu umur, status kawin, pekerjaan, dan pengeluaran. Dengan diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan komprehensif HIV/AIDS, intervensi peningkatan pengetahuan HIV/AIDS dapat ditujukan pada karakteristik yang paling memerlukan informasi.

Comprehensive knowledge of HIV/AIDS is a knowledge about transmission and prevention of HIV/AIDS which composed based on 5 things: HIV can be prevented by having sex only with husband/wife, using condom when having sex with risky partner, do not needles sharing, HIV can?t spread by eating within one plate with the people affected by HIV, and through mosquito bites. This study was conducted to determine factors associated comprehensive knowledge of HIV/AIDS at population aged ≥ 15 years old according to the characteristics of age group, gender, marital status, residence place, education, employment, and household expenditure per capita, based on Riskesdas 2010 data. Study design was cross-sectional. Study population of this research is all respondents of Riskesdas 2010 and taken as a sample of 101,604 respondents by total sampling methods, which appropriate with inclusion criteria.
Chi-squared test results of this study demonstrate the characteristics of the age group, marital status, education, employment, and household expenditure per capita, have significant value with comprehensive knowledge of HIV/AIDS (p value ≤ 0.05). While the characteristics of gender and residence place doesn?t have significant value with comprehensive knowledge of HIV/AIDS (p value > 0.05). Based on multivariate analysis obtained the most influential factors are age, marital status, occupation, and expenditure. By knowing factors associated comprehensive knowledge of HIV/AIDS, intervention programs to increase HIV/AIDS knowledge can be addressed on the most information needed of the characteristics.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Angelita Gladys Novia
"Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik balita dan faktor maternal yang berkaitan dengan kejadian anemia pada anak 12-59 bulan di Indonesia tahun 2018. Desain penelitian menggunakan metode cross-sectional dengan memanfaatkan data sekunder Riskesdas 2018. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juli 2021. Populasi penelitian ini adalah anak usia 12-59 bulan di Indonesia. Total sampel yang didapatkan adalah 1662 sampel, tetapi yang termasuk ke dalam kriteria penelitian sebanyak 1592 sampel. Variabel yang diteliti meliputi jenis kelamin, usia balita, riwayat lahir, berat badan lahir, status gizi balita (BB/U, TB/U, dan BB/TB), riwayat penyakit malaria, ASI eksklusif, durasi pemberian ASI, MP-ASI dini, pendidikan ibu, usia ibu, konsumsi TTD ibu selama kehamilan, dan paritas ibu. Analisis bivariat dari penelitian ini menggunakan uji chi-square. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa prevalensi kejadian anemia pada anak 12-59 bulan di Indonesia sebesar 37,8%. Uji statistik yang dilakukan menunjukkan adanya hubungan antara usia balita dibawah 2 tahun (p<0,001), status gizi berdasarkan BB/U (p=0,007) dan TB/U (p<0,001), ASI eksklusif (p<0,001), durasi pemberian ASI (p<0,001), MP-ASI dini (p<0,001), dan pendidikan ibu (p=0,012) dengan kejadian anaemia pada anak 12-59 bulan di Indonesia. Disarankan melakukan kerjasama lintas sektor untuk membuat dan melaksanakan program pencegahan dan penanggulangan anemia yang berfokus pada populasi balita.

This study aims to determine the characteristics of toddlers and maternal factors related to the incidence of anemia in children 12-59 months in Indonesia in 2018. A cross-sectional study was conducted by utilizing secondary data from basic health research 2018 in May-July 2021. The population of this study was children aged 12-59 months in Indonesia. The total sample obtained was 1662 samples, but only 1592 samples were included in the analysis. The variables studied are gender, age, birth history, birth weight, nutritional status, history of malaria, exclusive breastfeeding, duration of breastfeeding, early complementary feeding, maternal education, maternal age, iron tablets consumption during pregnancy, and parity. The bivariate analysis was conducted using the chi-square test. This study found that the prevalence of anemia in children 12-59 months in Indonesia was 37.8%. Statistical tests conducted showed a relationship between children under 2 years old (p<0.001), nutritional status WAZ (p=0.007) and HAZ (p<0.001), exclusive breastfeeding (p<0.001), duration of breastfeeding (p<0.001), early complementary feeding (p<0.001), and maternal education (p=0.012) with the incidence of anemia in children 12-59 months in Indonesia. It is recommended to conduct cross-sectoral collaboration to create and implement anemia prevention and control programs that focus on toddlers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arinta Dwi Komala
"Delirium yang terjadi di ICU dapat berdampak pada peningkatan angka morbiditas, penurunan fungsi tubuh, dan peningkatan masa rawat inap pasien di ICU. Perawat sebagai tenaga kesehatan perlu memiliki pengetahuan yang memadai terkait delirium di ICU. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan perawat intensif terhadap Delirium di ICU. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan pada 70 perawat intensif di RSUP Dr. M. Djamil Padang berdasarkan teknik pemilihan total sampling. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berpengetahuan tinggi 76%. Analisis chi square karakteristik perawat yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, masa kerja dan pelatihan ICU menunjukkan hasil yang tidak signifikan dengan pengetahuan perawat intensif tentang Delirium di ICU dengan p value > 0,05. Hasil penelitian ini merekomendasikan untuk tetap meningkatkan dan mempertahankan pengetahuan perawat terhadap Delirium di ICU agar terciptanya asuhan keperawatan yang baik.

Delirium that occurs in ICU can impact the increase of morbidity rate, decreased body function, and increase of patient’s hospitalization period in ICU. Nurse, as a health workers, requires to have adequate knowledge related to delirium in ICU. Therefore, this study aims to find out factors relate to knowledge level of intensive nurses to delirium in ICU. This study was descriptive quantitative with a cross-sectional approach. This study was conducted on 70 intensive nurses in RSUP Dr. M. Djamil Padang according to the total sampling technique. The results of the study show that the respondents have high knowledge 76%. Chi-Square analysis characteristic of nurse including age, gender, educational level, years of service shows there is no significant relationship to knowledge level of intensive nurses to ICU delirium with p value > 0,05. The results of the study recommend constantly improving and maintaining the knowledge of nurses to ICU delirium so that good nursing care can be created"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Astuti
"ABSTRAK
Anemia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian. Rematri merupakan kelompok rentan. Selain kondisinya sedang dalam masa pertumbuhan juga risiko dari menstruasi yang dialaminya. Padahal rematri adalah calon ibu sehingga upaya dini intervensi gizi harus dilakukan. Program suplementasi TTD dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi anemia serta meningkatkan status besi rematri meskipun tidak selalu berhasil karena berbagai faktor. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan dukungan guru sebagai faktor dominan yang berhubungan dengan perubahan kadar Hb rematri penerima program. Penelitian ini dilakukan dengan design crossectional di 2 SMP penerima program di Kota Bekasi dengan sampel 175 rematri. Data perubahan kadar Hb diperoleh dari selisih pengukuran Hb sebelum dan setelah suplementasi TTD berjalan 10 minggu yang merupakan data sekunder (telah lolos etik). Data lainnya yaitu data dukungan sekolah, karakteristik rematri, pola konsumsi dan karakteristik Ibu diperoleh melalui wawancara pengisian kuisioner. Hasil penelitian mendapatkan bahwa suplementasi TTD efektif meningkatkan kadar Hb rematri (p= 0,005). Analisa regresi linear ganda mendapatkan hasil bahwa dukungan guru merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan perubahan kadar Hb. Hal ini membuktikan bahwa penuntasan intervensi gizi spesifik memerlukan upaya sensitif dari sektor non kesehatan. Sehingga disarankan meningkatkan kolaborasi lintas sektor dalam pelaksanaan program kesehatan khususnya program suplementasi TTD berbasis sekolah.

ABSTRACT
Anemia remains public health issue that needs attention. Adolescent girls are the vulnerable group. Besides in their growth period condition, also the risk of their menstruation. Though adolescent girls are mother candidates, early efforts of nutritional intervention should be implemented. Iron supplementation program is done to prevent and cope with anemia and increase iron status of adolescent girls, although not always work due to various factors. The objective of this study was to prove teacher support as the dominant factor associated with hemoglobin level changes of adolescent girls in this program. This research was conducted with cross-sectional design in two junior high schools beneficiaries program in Bekasi City with 175 adolescent girls subject. The changes of hemoglobin data was obtained from the difference of hemoglobin level before and after measurement by giving iron supplementation for 10 weeks, which were secondary data (ethics approved). Other data such as school support, characteristics of adolescent girls, consumption patterns and characteristics of mothers were obtained through interviewing based on questionnaire. The results of the study was Iron supplementation effectively increased hemoglobin levels of adolescent girls (p = 0.005). Multiple linear regression analysis found that teacher support was the dominant factor associated with changes in hemoglobin levels. This proves that completion of specific nutritional interventions requires sensitive efforts from the non-health sector. It is suggested to increase cross-sector collaboration in health program implementation especially school-based Iron supplementation program."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T50317
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bekti Aribawanti Rini
"Kabupaten Purbalingga adalah salah satu daerah endemis penyakit DBD di Indonesia. Peningkatan kasus hamper 3 kali lipat pada bulan Januari-Juni 2019 dibandingkan dengan jumlah kasus yang terjadi pada tahun 2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor karakteristik individu, faktor perilaku, faktor lingkungan rumah, dan faktor program DBD. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol. Pengumpulan data menggunakan kuesioner melalui wawancara dan observasi. Total sampel sebanyak 408 responden dari dua kecamatan dengan kasus tertinggi. Analisis data menggunakan analisis univariat, bivariat (chi square), dan analisis multivariat (Regresi Logistik).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan Kejadian DBD di Kabupaten Purbalingga adalah umur: 6-18 tahun (OR: 3,75; 95% CI: 1,91-7,36), ≤ 5 tahun (OR: 2,55; 95% CI: 0,94-6,89), 19-45 tahun (OR: 2,23; 95% CI: 1,27-3,94), kebiasaan menguras TPA (OR: 2,13; 95% CI: 1,34-3,39), kebiasaan menggantung pakaian (OR: 1,87; 95% CI: 1,06-3,31), keberadaan tanaman hias (OR: 9,22; 95% CI: 2,54-33,50), keberadaan barang bekas (OR: 1,63; 95% CI: 1,03-2,58), penggunaan kassa nyamuk pada ventilasi (OR: 12,35; 95% CI: 3,34-45,74), dan pencahayaan (OR: 1,75; 95% CI: 1,07-2,87). Bagi
Dinas Kesehatan diharapkan dapat mengintensifkan penyuluhan tentang DBD dan meningkatkan kerjasama lintas sektor dalam mendukung pelaksanaan 3M Plus sehingga dapat dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat. Bagi Masyarakat diharapkan dapat melaksanakan PSN 3M Plus secara mandiri salah satunya melalui pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J).

Purbalingga Regency is one of the endemic area of DHF in Indonesia. The increase of DHF cases in Purbalingga Regency in January-June 2019 almost tripled compared to the number of cases in 2018. This study is necessary to conduct research on individual characteristic factors, behaviour factors, household environmental factors, and DHF program factors associated with the incidence of DHF in Purbalingga Regency. It used a case control study design. The data were collected using questionnaires through interviews and observations. The total sample of 408 respondents was taken from two subdistricts with the highest cases. Univariate, bivariate (chi-square), and multivariate (Logistic Regression) analysis were employed in this study.
The results of the study indicate that the factors associated with the incidence of DHF in Purbalingga Regency in 2019 were the age: 6-18 year (OR: 3,75; 95% CI: 1,91-7,36), ≤ 5 year (OR: 2,55; 95% CI:0,94-6,89), 19-45 year (OR: 2,23; 95% CI: 1,27-3,94), habit of drain the water supply containers (OR: 2,13; 95% CI: 1,34-3,39), habit of hanging clothes (OR: 1,87; 95% CI: 1,06-3,31), the availability of ornamental plants (OR: 9,22; 95% CI: 2,54-33,50), the presence of discarded trash (OR: 1,63; 95% CI: 1,03-2,58), the availability of mosquito gauze (OR: 12,35; 95% CI: 3,34-45,74), and the lighting (OR: 1,75; 95% CI: 1,07-2,87).
The Health Office is expected to intensify promoting about DHF and to increase the inter-related sectors in supporting the implementation of the mosquito nest eradication (PSN) 3M Plus so that it can be carried out by all levels of society. The community is expected to be able to implement PSN 3M Plus independently, one of which is through the implementation of the "Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J)".
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meta Ayu Riswaluyo
"Kesehatan mental merupakan salah satu masalah kesehatan global termasuk di Indonesia dan kecemasan merupakan salah satu gangguan mental dengan prevalensi tertinggi pada populasi. Mahasiswa tingkat akhir berisiko mengalami kecemasan karena banyaknya tantangan yang harus dihadapi. Namun, penelitian terkait kecemasan pada mahasiswa tingkat akhir masih sangat terbatas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada mahasiswa tingkat akhir S1 reguler FKM UI Tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional. Pengumpulan data dilakukan secara daring menggunakan google form dan terdapat 161 mahasiswa tingkat akhir yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Instrumen yang digunakan untuk menilai kecemasan yaitu dengan menggunakan Depression, Anxiety, Stress Scale (DASS-21). Analisis yang dilakukan dengan uji chi square untuk melihat hubungan antara 6 variabel independen dengan kecemasan dan uji regresi logistik berganda untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan kecemasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi mahasiswa yang mengalami kecemasan sebesar 82,6% dan berdasarkan model akhir analisis multivariat diketahui faktor yang berhubungan secara signifikan dengan kecemasan adalah hambatan pengerjaan skripsi dan kualitas tidur. Pihak fakultas diharapkan dapat meningkatkan upaya promotif dan preventif terkait kesehatan mental dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi baik secara positif atau negatif terhadap kesehatan mental, serta berkolaboratif dengan Klinik Satelit UI Makara dan Fakultas Psikologi UI untuk dapat menyediakan layanan kesehatan mental yang terjangkau, berkualitas, dan komprehensif di FKM UI

Anxiety is one of the mental disorders with the largest prevalence in the population, making mental health one of the world's major health problems, especially in Indonesia. Due to the numerous hurdles they must overcome, final-year students are at higher risk for developing anxiety; however, there is currently a dearth of study on this topic. The goal of this study was to identify the variables associated with anxiety in FKM UI regular undergraduate final-year students in 2022. Cross-sectional research was conducted in this study using a quantitative methodology. There were 161 final-year students that participated in this study, and data were collected online utilizing a google form. The Chi square test was used in the analysis to examine the association between six independent variables and anxiety, and multiple logistic regression was used to identify the main causes of anxiety. According to the findings, 82.6% of students reported having anxiety. Based on the multivariate analysis's final model, it was shown that sleep quality and difficulties with thesis writing were substantially correlated with anxiety. The faculty is expected to increase mental health promotion and prevention initiatives by identifying factors that contribute positively or negatively to mental health and collaborating with the Klinik Satelit UI Makara and the Faculty of Psychology UI to provide affordable, high-quality, and comprehensive mental health services at FKM UI."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monika Werdiningsih
"Latar Belakang: Perubahan demografi penduduk dengan meningkatnya penduduk lanjut usia dapat berdampak pada dokter gigi dalam memberikan perawatan gigi dan mulut. Dokter gigi akan lebih banyak merawat lansia yang memiliki kebutuhan dan permasalahan gigi dan mulut yang beragam dan kompleks yang memerlukan perawatan khusus karena perawatan yang diberikan tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan gigi dan mulut yang sehat dan fungsional tetapi juga bertujuan untuk kualitas hidup lansia. Oleh karena itu, dokter gigi dan timnya perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan khusus serta memiliki sikap positif terhadap lansia dalam mengembangkan perilaku dan praktik profesional dokter gigi. Hambatan dokter gigi juga perlu menjadi perhatian karena dapat membatasi dokter gigi untuk memberikan perawatan kepada lansia. Metode: Studi cross-sectional pada bulan Maret-Juni 2022. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari enam bagian, yaitu karakteristik dokter gigi, pengetahuan, sikap, praktik, kesediaan, dan hambatan. Statistik deskriptif dan analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS. Analisis tematik dilakukan dengan menggunakan aplikasi Atlast.ti terhadap jawaban responden yang diperoleh melalui pertanyaan terbuka. Responden dalam penelitian ini adalah 461 dokter gigi umum. Hasil: 98,4% menyatakan bersedia hingga sangat bersedia memberikan perawatan gigi dan mulut pada lansia. Terdapat korelasi signifikan antara pengetahuan, sikap dan praktik dokter gigi terkait perawtaan gigi dan mulut pada lansia. Kesediaan dokter gigi berkorelasi signifikan dengan sikap dan praktik. Tiga hambatan utama dalam memberikan perawatan gigi dan mulut pada lansia adalah komunikasi dengan pasien, kompleksitas penyakit dan mobilitas pasien. Kesimpulan: Dokter gigi memiliki pengetahuan, sikap, praktik, kesediaan yang baik terkait perawatan gigi dan mulut pada lansia. Terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap dan praktik dokter gigi terkait perawatan gigi dan mulut pada lansia. Sebagian besar dokter gigi sangat bersedia memberikan perawatan gigi dan mulut pada lansia dan memiliki keinginan untuk mengikuti pelatihan kedokteran gigi geriatri.

Background: Demographic population changes towards the ageing population can impact dentists to provide oral health care. The dentist will treat more older people with diverse and complex oral health needs and problems requiring special treatment because the treatment aims to improve and maintain healthy and functional dental and oral health and aims at the quality of life of the elderly. Therefore, dentists and their teams need to be equipped with special knowledge and skills and also have a positive attitude towards the elderly in developing dentists’ professional behavior and practice. Dentists' barriers also need to be a concern because they can prevent dentists from providing care for the elderly. Methods: A cross-sectional study based on an online questionnaire was conducted in April-June 2022. The questionnaire consists of six parts which were the characteristics of dentists, knowledge (27 questions), attitudes (17 questions), practice (7 questions), willingness (1 question), and barriers (1 open question). Descriptive statistics were calculated, bivariate analysis was performed using SPSS, and thematic analysis was carried out using Atlas.ti software on respondents' answers obtained through open-ended questions. Respondents in this study were 461 general dentists. Results: 98,4% stated that they were willing and very willing to provide oral health care to the elderly. There is a significant correlation between dentists' knowledge, attitude, and practice in terms of oral health care in the elderly. A dentist's willingness was significantly correlated with the dentist’s attitude and practice. The three main barriers to providing dental and oral care to the elderly are communication with the patient, the complexity of the disease, and the patient's mobility. Conclusion: Dentists have good knowledge, attitudes, practices, and willingness to provide oral health care for the elderly. There is a relationship between dentists' knowledge, attitude, and practice in terms of oral health care for the elderly. Most dentists are willing to provide oral health care to the elderly and participate in geriatric dentistry training."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>