Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 203073 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fannia Veronica
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh health belief model (persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi keuntungan, persepsi halangan, self-efficacy, dan cues to action) dan perceived social support (keluarga, teman, dan significant others) terhadap perilaku pencegahan Covid-19 (perilaku mempromosikan kebersihan dan perilaku menghindari kontak sosial) pada populasi usia produktif di Jabodetabek. Sebanyak 192 partisipan mengisi tiga kuesioner self-report pada bulan April 2021. Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa dua komponen dari variabel health belief model, yaitu persepsi halangan dan self-efficacy, memengaruhi perilaku pencegahan Covid-19 berupa perilaku mempromosikan kebersihan, F(9,182) = 6,075, p < 0,05. Selanjutnya, tiga komponen dari variabel health belief model, yaitu persepsi keuntungan, persepsi halangan, dan self-efficacy, dan dua sumber perceived social support, yaitu keluarga dan teman, memengaruhi perilaku pencegahan Covid-19 berupa perilaku menghindari kontak sosial, F(9,182) = 8,958, p < 0,05. Berdasarkan hasil penelitian, kebijakan pemerintah perlu difokuskan pada eliminasi halangan perilaku pencegahan Covid-19 dan kampanye berupa ajakan interaksi sosial secara daring, terutama pada perempuan dan usia muda, supaya kebutuhan dukungan sosial tetap terpenuhi dan di saat yang sama tetap melindungi keluarga dan orang terdekat yang berisiko terinfeksi virus Covid-19.

This research examined the effect of health belief model (perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefit, perceived barrier, self-efficacy, and cues to action) and perceived social support (family, friends, and significant others) on Covid-19 preventive behavior (promoting hygiene and cleaning and avoiding social closeness) in the working age population in Jabodetabek. A total of 192 participants completed the self-report questionnaire in April 2021. The analysis result of multiple linear regression showed two components of health belief model, that is perceived barrier and self-efficacy, predicted Covid-19 preventive behavior in the form of promoting hygiene and cleaning, F(9,182) = 6,075, p < 0,05. In addition, three components of health belief model, that is perceived benefit, perceived barrier, and self-efficacy, and perceived social support from family and friends predicted Covid-19 preventive behavior in the form of avoiding social closeness, F(9,182) = 8,958, p < 0,05. Based on these results, government policy should aim on the elimination of Covid-19 preventive behavior’s barriers and campaign about online social interaction, especially for women and young adults, so they can fulfill their need of social support while also protecting family and significant others who have high risk of being infected by Covid-19 virus.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanun Thalia
"Untuk menekan laju pandemi Covid-19, serangkaian tindakan pencegahan, baik promotif maupun interventif dilakukan. Dari variabel pencegahan dari anak kecil hingga lansia terus dilakukan sosialisasi. Akan tetapi, cukup banyak variabel risiko bagi kelompok lansia yakni komorbid dan umur lansia. Lalu, bagaimana pada individu yang tinggal dengan lansia? Penelitian ini menilik perilaku pencegahan Covid-19 pada individu yang tinggal dengan lansia melalui lensa Health Belief Model (HBM) dan persepsi individu terhadap kerentanan lansia terhadap infeksi Covid-19.
Dari 305 partisipan penelitian, hasil penelitian menunjukkan model konseptual HBM dan persepsi individu terhadap kerentanan lansia terhadap infeksi Covid-19 dapat menjelaskan hampir 25% (R² = 0,247) varians dari perilaku pencegahan Covid-19. Dua variabel ditemukan signifikan dalam memprediksikan perilaku pencegahan Covid-19, yaitu perceived benefits dan cues to action. Maka apabila individu mengetahui bahwa melakukan perilaku pencegahan Covid-19 memiliki banyak keuntungan dan tersadarkan dengan informasi terkait pencegahan Covid-19, ia akan lebih cenderung untuk melakukan perilaku pencegahan Covid-19.

To suppress the Covid-19 pandemic, a series of preventive measures, both promotive and interventive were taken. From small children to the elderly, socialization continues to be carried out. However, there are quite a lot of risk factors for the elderly group, namely comorbid and elderly age. Then how about individuals living with the elderly? This research looks at the Covid-19 preventive behavior in individuals living with the elderly through the lens of the Health Belief Model (HBM) and individual perceptions of the susceptibility of the elderly to Covid-19 infection.
Of the 305 research participants, the research results show that the Health Belief Model conceptual model and individual perceptions of the elderly's vulnerability to Covid-19 infection can explain almost 25% (R² = 0.247) the variance of Covid-19 prevention behavior. Two variables were found to be significant in predicting Covid-19 prevention behavior, namely perceived benefits and cues to action. Therefore, if the individual knows that carrying out Covid-19 preventive behavior has many advantages and is awakened with information related to Covid-19 prevention, he will be more inclined to carry out Covid-19 preventive behavior.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Diba Putri
"Cara terbaik untuk tetap bertahan hidup di tengah masa pandemi COVID-19 ini adalah dengan sama sekali tidak tertular melalui pemberlakuan protokol kesehatan, namun pada kenyataannya masih banyak individu yang lalai melaksanakan protokol kesehatan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran perceived threat dan self-efficacy dalam perilaku sehat pencegahan COVID-19 terhadap kemunculan perilaku sehat pencegahan COVID-19 pada mahasiswa di Indonesia. Penelitian ini melibatkan 372 partisipan mahasiswa melalui accidental sampling. Data penelitian ini diambil secara daring selama pandemi berlangsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived threat dan self-efficacy berhubungan secara signifikan dengan perilaku sehat pencegahan COVID-19, yang dimana pengaruh yang lebih besar diberikan oleh perceived threat pada kemunculan perilaku sehat anti COVID-19.

The best way to survive in the COVID-19 pandemic is not being infected at all through the enforcement of health protocols, but there are still many individuals who neglect to implement these health protocols. This study aims to determine the role of perceived threat and self-efficacy in the COVID-19 preventive health behavior to the emergence of COVID-19 preventive health behavior among college students in Indonesia. This study involved 372 college students through accidental sampling. The research data was collected online during the pandemic. The results showed that perceived threat and self-efficacy were significantly related to COVID-19 preventive health behavior, which greater effect was caused by the perceived threat"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Nurul Hidayati
"Penelitian ini membahas tentang perilaku pencegahan COVID-19 pada mahasiswa kesehatan dan non-kesehatan di Universitas Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perilaku pencegahan COVID-19 pada mahasiswa kesehatan dan non-kesehatan ditinjau dari teori health belief model. Variabel yang diteliti adalah perilaku pencegahan COVID-19, faktor pemodifikasi (usia, jenis kelamin, pengetahuan) dan persepsi individu (persepsi kerentanan, keparahan, manfaat, hambatan dan self efficacy). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode penelitian cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 110 orang mahasiswa kesehatan dan non-kesehatan dengan menggunakan metode pengambilan sampel purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 68% mahasiswa kesehatan memiliki perilaku pencegahan COVID-19 yang baik dan 31.6% memiliki perilaku pencegahan yang kurang baik. Sedangkan mahasiswa non-kesehatan yang memiliki perilaku pencegahan yang baik adalah 59.7% dan 40.3% memiliki perilaku pencegahan yang kurang baik. Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan perilaku pencegahan COVID-19 (p=0.020).

This study discusses about the preventive health behaviours of COVID-19 among students majoring in health and non-health sciences Universitas Indonesia. The objective of this study was to look preventive health behaviour COVID-19 among students majoring in health and non-health sciences based of health belief model. Variabels in this study including preventive behaviour, modifying factors (Age, sex, and knowledge), individual perceived (perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, dan perceived barriers and self efficacy). This study using quantitative approaches and cross sectional study methods.The total samples of this study is 110 people of students majoring in health and non-health sciences with purposive sampling method. The result showed that 68% students majoring health sciences are having good preventive behaviour and 31.6% have enough preventive behaviour, while 59.7% the student majoring non-health science have good preventive behaviour and 40.3% have enough preventive behaviour. There was significant associations between sex with preventive health behaviour of COVID-19 (p=0.020)"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Gozi Ataya
"Upaya masyarakat dalam menghindari perilaku yang berisiko untuk terinfeksi COVID-19 dan mencari informasi mengenai faktor yang mempengaruhinya penting untuk menghentikan penularan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor persepsi individu dan juga faktor Karakteristik Individu terhadap perilaku berisiko COVID-19 pada masyarakat di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan di Provinsi Jawa Barat pada tanggal 14-21 Juli 2021 dan menggunakan desain studi cross sectional, dengan total 544 responden terkumpul dengan kuesioner google form berisikan pertanyaan mengenai persepsi individu dan perilaku berisiko terkait COVID-19 yang disebarkan secara online yang disebarkan melalui sosial media (Instagram, line, telegram, dan lainnya). Data akan dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan software aplikasi uji statistik. Hasil penelitian menggunakan uji Chi Square menunjukan bahwa variabel persepsi kerentanan (p-value=0,001; OR=1,809; CI 95%=1,287-2,541), persepsi keparahan (p-value=0,000; OR=2,132; CI 95%=1,514-3,002), persepsi manfaat (p-value=0,000; OR=1,854; CI 95%=1,319-2,607), persepsi hambatan (p-value=0,000; OR=0,364; CI 95%=0,277-0,517) dan efikasi diri (p-value=0,001; OR=2,128; CI 95%=(1,496-3,028) memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku berisiko COVID-19. Sedangkan variabel jenis kelamin (p-value=0,044; OR=1,479; CI 95%=1,010-2,166) dan tingkat pendidikan (p-value=0,004; OR=0,610; CI 95%=0,434-0,858) adalah faktor karakteristik individu yang memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku berisiko COVID-19. Perilaku berisiko terkait COVID-19 pada masyarakat di Provinsi Jawa Barat, Indonesia memiliki hubungan yang signifikan dengan persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, efikasi diri, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan.

The community's efforts to avoid behaviors that are at risk of being infected with COVID-19 and seek information that influence it are important to be exposed to transmission. This study aims to analyze the relationship between individual perception factors and individual characteristic factors on COVID-19 risk behavior in West Java Province. This research is a quantitative study conducted in West Java Province on July 14-21 2021 and uses a cross sectional study design, with a total of 544 respondents collected using a google form questionnaire containing questions about individual perceptions and risk behaviors related to COVID-19 distributed online. distributed through social media (Instagram, line, telegram, and others). The data will be analyzed by univariate and bivariate using statistical test application software. The results of the study using Chi Square showed that the variable perception of vulnerability (p-value = 0.001; OR = 1.809; 95% CI = 1.287-2.541), perceived severity (p-value = 0.000; OR = 2.132; 95% CI = 1.514-3.002 ), perceived benefits (p-value=0.000; OR=1.854; 95% CI=1.319-2.607), perceived barriers (p-value=0.000; OR=0.364; 95% CI=0.277-0.517) and self-efficacy (p -value=0.001; OR=2.128; 95% CI=(1.496-3.028) has a significant relationship with COVID-19 risk behavior. Meanwhile, gender (p-value=0.044; OR=1.479; 95% CI=1.010 - 2.166) and education level (p-value = 0.004; OR = 0.610; 95% CI = 0.434-0.858) are individual characteristic factors that have a significant relationship with risk behavior for COVID-19. 19. -19 in the community in West Java Province, Indonesia has a significant vulnerability, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers, self-efficacy, gender, and level of education"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Ayu Anggraeni
"Perubahan rutinitas dan pembatasan interaksi sosial yang terjadi selama pandemi Covid-19 turut memperburuk kesehatan mental seseorang (Kudinova et al., 2021). Perceived social support dapat melindungi seseorang dari masalah kesehatan mental. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu hubungan kedua variabel selama pandemi Covid-19 pada individu emerging adulthood yang berusia 18-25 tahun dan merupakan Warga Negara Indonesia yang tinggal di Indonesia. Menggunakan metode korelasional, hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan masalah kesehatan mental memiliki korelasi negatif yang signifikan dengan perceived social support r (249) = -,417 p < ,001, dimana tiap sumber dan kombinasi perceived social support yang tinggi dapat menurunkan tingkat masalah kesehatan mental individu emerging adulthood selama pandemi Covid-19.

Changes in routine and restrictions on social interaction that occurred during the Covid-19 pandemic also worsened a person's mental health (Kudinova et al., 2021). Perceived social support can protect a person from mental health problems. The aim of this study is to find out the relationship between the two variables during the Covid-19 pandemic in emerging adulthood who are 18-25 years old and are Indonesian citizens living in Indonesia. Using the correlation method, the results showed that mental health problems had a significant negative correlation with perceived social support r (249) = -,417 p < .001, where each source and combination of perceived social support could reduce the level of mental health problems."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irish Amalia
"ABSTRAK
Studi ini bertujuan untuk melihat pengaruh keyakinan kesehatan seseorang terhadap kepatuhan mereka untuk memenuhi rekomendasi mereka untuk pengobatan (TC) diabetes tipe 2. Penelitian ini melibatkan 153 partisipan dengan rentang usia 21 hingga 76 tahun dan berdomisili di wilayah Jabodetabek. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengisi kuesioner yang disebarkan langsung (offline) ke dua rumah sakit di Jakarta dan juga online melalui link yang disebarkan di media sosial. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Health Belief Model Scale (Tan, 2004), Treatment Compliance Scale (Demirtaş & Akbayrak, 2017), dan Modified Kuppuswamy Socioeconomic Scale Updates untuk Tahun 2019 (Saleem, 2019). Hasil analisis regresi menggunakan SPSS menunjukkan bahwa (1) persepsi suseptibilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap TC (b1 = 0,277; p> 0,05), (2) persepsi keparahan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap TC (b2 = -2,031 ; p <0,01), (3) manfaat yang dirasakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap TC (b3 = 0,328; p <0,05), (4) hambatan yang dirasakan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap TC (b4 = -1,279; p < 0,01), (5) tindakan terkait kesehatan yang direkomendasikan tidak berpengaruh signifikan terhadap TC (b5 = -0,368; p> 0,05). Ukuran efek dari penelitian ini adalah f2 = 0.134. Selain itu, temuan lain dari hasil kontrol statistik juga menunjukkan bahwa jenis kelamin, usia, dan SES memiliki hubungan yang signifikan dengan TC dan merupakan prediktor kuat TC pada diabetisi tipe 2 di Jabodetabek.
ABSTRACT
"
[Depok;Depok;Depok, Depok, Depok]: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Rahman Hakim
"Penelitian ini secara garis besar dilakukan untuk mengetahui pengaruh perceived supervisor support dan self-efficacy terhadap turnover intention pekerja Gen Y dan Gen Z di Jabodetabek dengan peran mediasi burnout. Terdapat 6 hipotesis yang peneliti rancang pada penelitian ini. Dengan menggunakan pendekatan structural equation modelling (SEM), beberapa temuan dihasilkan dari data yang telah terkumpul dari 207 responden pekerja Gen Y dan Gen Z di Jabodetabek. Temuan atau hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa perceived supervisor support memiliki pengaruh yang signifikan negatif terhadap burnout dan turnover intention pekerja Gen Y dan Gen Z di Jabodetabek. Kemudian, self-efficacy juga memiliki pengaruh yang signifikan negatif terhadap burnout dan turnover intention pekerja Gen Y dan Gen Z di Jabodetabek. Ditambah dengan adanya variabel burnout memediasi hubungan antara perceived supervisor support dan self-efficacy terhadap turnover intention pekerja Gen Y dan Gen Z di Jabodetabek, semakin tinggi perceived supervisor support dan self-efficacy yang dimiliki karyawan Gen Y dan Gen Z di Jabodetabek, maka semakin rendah perasaan burnout dan turnover intention yang dialami oleh karyawan Gen Y dan Gen Z di Jabodetabek. Kesimpulannya, penting untuk perusahaan memperhatikan perceived supervisor support dan self-efficacy dari karyawannya khususnya Gen Y dan Gen Z di Jabodetabek untuk menurunkan tingkat burnout dan turnover intention karyawannya.

This research was conducted to determine the effect of perceived supervisor support and self- efficacy on the turnover intention of Gen Y and Gen Z workers in Jabodetabek with the role of mediating burnout. Using a structural equation modeling (SEM) approach, several findings were generated from data collected from 207 Gen Y and Gen Z worker respondents in Greater Jakarta. The findings in this study indicate that perceived supervisor support has a significant negative effect on burnout and turnover intention of Gen Y and Gen Z workers in Jabodetabek. Then, self-efficacy also has a significant negative effect on burnout and turnover intention of Gen Y and Gen Z workers in Jabodetabek. Coupled with the presence of the burnout variable mediating the relationship between perceived supervisor support and self-efficacy on the turnover intention of Gen Y and Gen Z workers in Jabodetabek. Thus, the higher the perceived supervisor support and self-efficacy of Gen Y and Gen Z employees in Jabodetabek, the lower feelings of burnout and turnover intention experienced by Gen Y and Gen Z employees in Jabodetabek. In conclusion, it is important for companies to pay attention to the perceived supervisor support and self-efficacy of their employees, especially Gen Y and Gen Z in Jabodetabek to reduce the burnout rate and turnover intention of their employees."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septiana Arini
"[Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara perceived social support dan kesehatan mental pada anak jalanan usia remaja. Perceived social support diukur menggunakan Multidimensional Scale of Perceived Social
Support (MSPSS) yang dikembangkan oleh Zimet, Dahlem, Zimet, dan Farley (1988) sedangkan kesehatan mental diukur menggunakan Mental Health Continuum-Short Form (MHC-SF) yang dikembangkan oleh Keyes (2002). Penelitian ini melibatkan anak jalanan usia remaja sebanyak 60 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara perceived social support dan kesehatan mental pada anak jalanan usia remaja (r
= 0,377, n = 60, p < 0,01, two tailed).;This study was conducted to investigate correlation between perceived social support and mental health among adolescent street children. Perceived social support was measured by Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) that developed by Zimet, Dahlem, Zimet, and Farley (1988) and mental health was measured by Mental Health Continuum-Short Form (MHCSF) that developed by Keyes (2002). A sample 0f 60 adolescent street childrens participated in this study. The result show positive and significant correlation between perceived social support and mental health (r = 0,377, n = 60, p < 0,01, two tailed).;This study was conducted to investigate correlation between perceived social
support and mental health among adolescent street children. Perceived social
support was measured by Multidimensional Scale of Perceived Social Support
(MSPSS) that developed by Zimet, Dahlem, Zimet, and Farley (1988) and
mental health was measured by Mental Health Continuum-Short Form (MHCSF)
that developed by Keyes (2002). A sample 0f 60 adolescent street childrens
participated in this study. The result show positive and significant correlation
between perceived social support and mental health (r = 0,377, n = 60, p < 0,01,
two tailed), This study was conducted to investigate correlation between perceived social
support and mental health among adolescent street children. Perceived social
support was measured by Multidimensional Scale of Perceived Social Support
(MSPSS) that developed by Zimet, Dahlem, Zimet, and Farley (1988) and
mental health was measured by Mental Health Continuum-Short Form (MHCSF)
that developed by Keyes (2002). A sample 0f 60 adolescent street childrens
participated in this study. The result show positive and significant correlation
between perceived social support and mental health (r = 0,377, n = 60, p < 0,01,
two tailed)]"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60742
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Istaniya Sumantri
"Terdapat pergeseran usia pada penderita diabetes melitus di wilayah Puskesmas Bogor Timur. Pada tahun 2021 diagnosis untuk penderita diabetes melitus termuda yang ditemukan di Puskesmas Bogor Timur adalah pada usia 29 tahun. Sementara pada tahun 2022 sampai bulan Juli, usia penderita diabetes melitus termuda ditemukan pada usia 19 tahun. Penelitian dilakukan untuk mengetahui determinan yang mempengaruhi perilaku pencegahan diabetes melitus pada remaja. Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan pada 110 siswa di SMAN 3 Kota bogor yang terpilih sebagai sampel acak. Penelitian ini dilakukan dari November hingga Desember 2022. Data yang dikumpulkan menggunakan kuesioner terstruktur melalui gform. Data dimasukan kedalam SPSS untuk dianalisis secara univariat dan bivariat. Pada analisis bivariat, variabel dengan nilai p=0,05 dianggap berhubungan secara signifikan. Nilai rata-rata yang diperoleh dari perilaku pencegahan diabetes melitus pada remaja sebesar 64,7 (skala 100). Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan (p=0,006), persepsi kerentanan (p=0,002), persepsi tingkat keparahan (p=0,018), persepsi manfaat (p=0,011), persepsi hambatan (p=0,001), dan sumber informasi (p=0,034) dengan perilaku pencegahan diabetes melitus pada remaja. Upaya dalam peningkatan kesadaran dalam melakukan pencegahan diabetes melitus perlu ditingkatkan untuk menghasilkan generasi yang terbebas dari penyakit katastropik khususnya diabetes melitus.

There is an age shift in patients with diabetes mellitus in the East Bogor Health Center area. In 2021 the diagnosis for the youngest person with diabetes mellitus found at the East Bogor Health Center was at the age of 29 years. Meanwhile, in 2022 until July, the age of the youngest patient with diabetes mellitus was found to be 19 years old. This research was conducted to determine the determinants that influence diabetes mellitus prevention behavior in adolescents. A cross-sectional study was conducted on 110 students at SMAN 3 Bogor City who were selected as a random sample. The study was conducted from November to December 2022. Data were collected using a structured questionnaire through gform. Data were entered into SPSS for univariate and bivariate analysis. In bivariate analysis, variables with p=0.05 were considered significantly associated. The mean value obtained from adolescent prevention behavior was 64.7 (scale 100). There are asignificant relationship between knowledge (p=0.006), perceived susceptibility (p=0.002), perceived severity (p=0.018), perceived benefits (p=0.011), perceived barriers (p=0.001), and sources of information (p=0.034) with diabetes mellitus prevention behavior in adolescents. Efforts to increase awareness in preventing diabetes mellitus need to be increased to produce a generation free from catastrophic diseases, especially diabetes mellitus."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>