Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158698 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sirait, Altamira Neni Saur Augustine
"High Density Polyethylene (HDPE) digunakan sebagai matriks dari komposit dengan zat penggabung PP-g-MA, dan pengisi yang digunakan berasal dari industri powder coating, berupa serbuk limbah poliester dan poliester-epoksi sebagai salah satu bentuk usaha daur ulang. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh komposisi serbuk limbah poliester dan poliester-epoksi sebagai pengisi terhadap sifat mekanis, sifat termal, dan morfologi komposit bermatriks HDPE. Penelitian ini menggunakan HDPE sebagai matriks dengan penambahan variasi komposisi pengisi 20%, 30%, dan 40% dengan 5% PP-g-MA. Selain itu, untuk mengetahui pengaruh komposisi PP-g-MA sebagai zat penggabung, dilakukan penambahan PP-g-MA dengan variasi komposisi 0%, 2%, 5%, dan 10% dalam komposit dengan komposisi matriks 70% dan pengisi 30%. Pencampuran dilakukan menggunakan metode hot melt mixing dengan kondisi temperatur 180oC, kecepatan pencampuran sebesar 60 rpm, dan total waktu 9 menit. Karakterisasi dan pengujian yang dilakukan adalah pengukuran nilai tegangan permukaan dengan metode sessile drop, FTIR, SEM, TGA dan DSC, serta uji tarik mikro. Kompatibilitas pencampuran terbaik didapatkan pada pengisi poliester dengan komposisi 30% dan 40% untuk pengisi poliester-epoksi. Untuk komposisi PP-g-MA, didapatkan pada komposisi 10% dengan pengisi serbuk limbah poliester dan poliester-epoksi. Morfologi komposit menunjukkan seiring penambahan komposisi pengisi serbuk limbah poliester dan poliester-epoksi, semakin terlihat dan meningkatkan jumlah pengisi dalam matriks, serta adanya pengaruh penambahan PP-g-MA dalam berkurangnya pori-pori dalam komposit. Sifat mekanis terbaik diperoleh dengan komposisi pengisi 20% dan 5% PP-g-MA, baik dengan pengisi serbuk limbah poliester maupun poliester-epoksi. Sedangkan, untuk mendapatkan sifat termal terbaik dengan pengisi serbuk limbah poliester adalah 30% dengan 5% PP-g-MA dan untuk pengisi poliester-epoksi sebesar 20% dengan 0% PP-g-MA.

High Density Polyethylene (HDPE) was used as matrix for composites with PP-g-MA as coupling agent, and the fillers used were from the powder coating industry, in the form of polyester and polyester-epoxy waste powder as a resort of recycling. This study aims to study the effect of polyester and polyester-epoxy waste powder as fillers on mechanical, thermal, and morphological properties of High Density Polyethylene composites. This study used HDPE as matrix with various compositions of fillers, 20%, 30%, and 40% with 5% of PP-G-MA. To further determine the effect of PP-g-MA as coupling agent, PP-g-MA was added in variations of 0%, 2%, 5%, and 10% in the composite with 70% matrix and 30% filler. Mixing was done using hot melt mixing method with a temperature of 180oC, mixing speed of 60 rpm, and total time of 9 minutes. The characterizations and tests carried out were the measurement of surface tension using sessile drop test, FTIR, SEM, TGA and DSC, as well as micro-tensile test. The best mixing compatibility was found with polyester fillers with a composition of 30% and 40% for polyester-epoxy filler. For PP-g-MA composition, it was found at a composition of 10% with polyester and polyester-epoxy waste powder. The morphology of the composites showed that along with the addition of polyester and polyester-epoxy waste powder fillers, the more visible and increased the amount of filler in the matrix, as well as the effect of adding PP-g-MA in reducing voids in the composites. The best mechanical properties were obtained with a filler composition of 20% and 5% PP-g-MA, both with polyester and polyester-epoxy waste fillers. Meanwhile, to get the best thermal properties with polyester waste filler was 30% with 5% PP-g-MA and for polyester-epoxy filler it was 20% with 0% PP-g-MA."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Franciska Pramuji Lestari
"Kebutuhan material yang semakin tinggi mendorong manusia untuk menciptakan sebuah rekayasa material, maka dikembangngkanlah komposit laminat hibrid dengan Al sebagai matriks dan SiC serta Al2O3 sebagai penguatnya. Pembuatan komposit laminat hibrid Al/SiC-Al/Al2O3 ini menggunakan proses metalurgi serbuk dengan proses pelapisan electroless plating logam Mg untuk meningkatkan keterbasahan.
Pada penelitian ini dilakukan variasi temperatur sinter 600°C, 650°C dan 700°C serta variasi fraksi volume penguat Al2O3 10%, 20%, 30%, dan 40% untuk mengetahui karakteristik material komposit laminat hibrid Al/SiC-Al/Al2O3.
Hasil menunjukkan bahwa peningkatan temperatur sinter dan fraksi volume penguat Al2O3 akan meningkatkan densitas dan modulus elastisitas serta menurunkan porositas pada komposit laminat hibrid Al/SiC-Al/Al2O3.

The increasing demand of material has motivated human being to create a material design. This stimulates the developing of hybrid laminate composite by the use of Al as the matrix and SiC and Al2O3 as the reinforcements. The Al/SiC-Al/Al2O3 hybrid laminate composite is done by using powder metallurgy process by means of Mg metal electroless plating process in order to increase wettability.
In this research, the variations of 600°C, 650°C and 700°C sintering temperature and the variations of 10%, 20%, 30% and 40% Al2O3 reinforcement volume fraction were done to find out the characteristic of Al/SiC-Al/Al2O3 hybrid laminate composite material.
The result showed that the raising of the sintering temperature and the Al2O3 reinforcement volume fraction increases the density and the modulus elasticity and decreases the porosity of the Al/SiC-Al/Al2O3 hybrid laminate composite.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S51100
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmawati
"Perkembangan teknologi telah mendorong adanya kebutuhan material dengan sifat unggul. Untuk itulah dilakukan rekayasa material komposit laminat hibrid Al/SiC-l/Al2O3 dengan proses metalurgi serbuk. Komposit laminat hibrid ini merupakan komposit berbasis aluminium dengan penguat SiC pada lamina pertama, dan Al2O3 pada lamina kedua. Untuk meningkatkan kemampubasahan, maka dilakukan electroless plating pada partikel penguat.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh waktu tahan sinter (6, 8, dan 10 jam) dan fraksi volume penguat Al2O3 (10%, 20%, 30%, dan 40%) pada temperatur 600°C. Hasil menunjukkan bahwa peningkatan waktu tahan sinter dan fraksi volume penguat Al2O3 meningkatkan densitas dan modulus elastisitas serta menurunkan porositas pada komposit laminat hibrid Al/SiC-Al/Al2O3.

The growth of technology has stimulate the needs of materials with superior properties. Therefore, people redesign Al/SiC-Al/Al2O3 hybrid laminate composite with powder metallurgy process. This hybrid laminate composite is an aluminium-based composite with SiC reinforcement on the first lamina, and Al2O3 on the second lamina. To improve the wettability, electroless plating is done to the reinforcements.
This study is aimed to understand the sintering time effect (6, 8, and 10 hours) and volume fraction effect of Al2O3 reinforcement (10 %, 20 %, 30 %, and 40 %) at 600°C. The result shows that the increase of sintering time and Al2O3 reinforcement volume fraction increases the density and the modulus elasticity and decreases the porosity of the Al/Sic-Al/Al2O3 hybrid laminate composite.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S51071
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilliany Fajrina
"Limbah botol plastik PET sudah lama menjadi permasalahan lingkungan di Indonesia. Karena keunggulan sifat yang dimiliki PET, pada penelitian ini memanfaatkan PET yang berbasis limbah botol plastik yang dijadikan sebagai mastriks pada komposit dengan memanfaatkan limbah serbuk industry powder coating sebagai filler sebagai salah satu bentuk usaha daur ulang. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh kompossi serbuk limbah powder coating sebagai pengisi terhadap komposit bermatriks PET. Eksperimen ini menggunakan PET sebagai matriks dengan penambahan variasi komposisi 20%, 30%, dan 40%. Pengujian yang dilakukan adalah pengukuran nilai tegangan permukaan dengan metode sessile drop, karakterisasi FT-IR untuk mengidentifikasi gugus fungsi pada bahan baku dan komposit yang terbentuk, pengujian FE-SEM untuk mengamati morfologi keberhasilan pencampuran yang terbentuk pada komposit yang dihasilkan, pengujian TGA dan DTA untuk analisis sifat termal, serta pengujian tarik mikro untuk mendapatkan sifat mekanis komposit yang terbentuk. Matriks PET dan filler termoset poliester memiliki kesamaan pada sifatnya yang polar sehingga kompatibel untuk dicampur yang dibuktikan melalui pengujian sudut kontak untuk mendapatkan nilai tegangan permukaan antara matriks PET yaitu 48.49 Mn/m dan fillernya yaitu 45.52 dan 46.89 mN/m. Pada penelitian ini didapatkan seiring dengan penambahan komposisi filler, meningkatkan kompatibilitas campuran dengan indikasi peningkatan intensitas ikatan hidrogen melalui pengujian FTIR, meningkatkan sifat campuran yang terdistribusi dan terdispersi dengan baik dengan pendekatan pengamatan FE-SEM, serta meningkatkan sifat mekanis maupun sifat termal komposit dengan peningkatan nilai kekuatan tarik. Hasil penelitian ini menunjukkan filler dari serbuk limbah termoset epoksi-poliester lebih baik dibandingkan dengan filler dari serbuk limbah thermoset poliester sebagai pengisi pada komposit bermatriks PET.

PET-based plastik waste has been a major environmental problem in Indonesia. Due to its properties, this study uses PET from plastik bottles as the matrix in a composite containing fillers obtained from powder coating industrial waste. This research studies the influence of thermosetting powder coating waste composition as a filler in PET-based composite. The experiment conducted uses thermoset powder waste as the filler with composition variation of 20%, 30% and 40%. Surface properties, functional groups, surface morphology, and thermal properties were characterized using sessile drop test, FT-IR, FE-SEM and DSC-TGA, respectively. Mechanical properties were also assessed by micro-tensile test. PET matrix and termoset poliester filler both have polar characteristics, thus creating a compatible blend as shown by contact angle of PET at 48.49 Mn/m and the filler at 45.52 and 46.89 mN/m. FT-IR shows an increasing hydrogen bonds intensity, which indicates the addition of the filler increases the compatibility of the blends. FE-SEM shows an increasing of distribution and dispersivity as the filler increases, and the micro-tensile test resulted in an increasing of mechanical properties of the composite. TGA-DSC shows an increasing of thermal properties of the composite. This study shows the filler of epoxy-polyester results is the best one as thermoset polyester waste powder that can be added into PET-based composite."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Retno
"Berbagai penelitian mengenai polimer-clay nanokomposit telah memberikan indikasi adanya peningkatan pada sifat mekanis dan kestabilan panas. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efek penambahan organoclay pada sifat mekanis dan sifat thermal pada polimer high density polyethylene (HDPE). Pembuatan HDPE-organoclay nanokomposit menggunakan metoda melt compounding dan menggunakan variasi konsentrasi organoclay 2,5 % hingga 7,5 % dari massa nanokomposit. Compatiblizer yang digunakan dalam pembuatan nanokomposit ini adalah HDPE-g-MA. Pendispersian lapisan silikat pada matriks HDPE dianalisa menggunakan XRD. Sifat mekanis dianalisa berdasarkan pada hasil pengujian tarik. Sifat thermal dianalisa berdasarkan hasil pengujian heat deflection temperature (HDT).

The result presented by number of researchers indicate that the introduction of montmorillonite into polymer matrix results in an increase of thermal stability and mechanical properties of polymer-clay nanocomposite. The main purpose of this study was to elevate the effect of the organoclay on the thermal stability and mechanical properties of high density polyethylene (HDPE). HDPE-organoclay nanocomposites were prepared by melt compounding with 2.5%wt to 7.5%wt of organoclay. HDPE-organoclay nancomposites used HDPE-g-MA as compatibilizer. Changes in the surface of montmorillonite and the dispersion of organoclay in the polymer matrix were evaluated using X-ray diffraction (XRD). The mechanical properties were analysed by using tensile test. The thermal stability of nanocomposites were analysed by heat deflection temperature (HDT)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51633
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Billal Gaung Mahardika
"Dalam penelitian kali ini, digunakan material Polivinil Klorida (PVC) sebagai matriks dari komposit dengan bantuan aditif heat stabilizer Ba-Zn. Sedangkan untuk filler menggunakan dua jenis limbah serbuk termoset, yaitu poliester dan epoksi-poliester. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya pengaruh dari penambahan limbah serbuk termoset poliester dan juga epoksi-poliester sebagai filler terhadap komposit polimer PVC dalam peningkatan sifat mekanik dan sifat termalnya. Penambahan filler pada PVC dilakukan dengan melakukan pencampuran menggunakan mesin hot melt mixing dengan komposisi filler masing – masing 0 phr ; 30 phr ; 40 phr ; 50 phr ; dan 60 phr disertai penambahan zat aditif heat stabilizer Ba-Zn sebesar 3 phr disetiap variasi komposisi filler dengan kondisi temperatur pencampuran 180oC, kecepatan pencampuran 50 rpm, dan waktu pencampuran selama 5 menit. Spesimen dikarakterisasi dan dilakukan pengujian dengan menggunakan FTIR , sessile drop, SEM, TGA/DSC, dan uji tarik mikro. Kompatibilitas pencampuran terbaik didapatkan pada komposisi 30 phr untuk filler poliester dan 50 phr untuk filler epoksi-poliester. Filler poliester tidak cocok digunakan sebagai penguat karena dapat menurunkan sifat mekanis komposit PVC sedangkan filler epoksi-poliester cocok digunakan sebagai penguat sampai dengan konsentrasi 40 phr. Khusus untuk sifat termal, konsentrasi optimum agar dapat memperoleh sifat termal yang paling baik adalah sebesar 50 phr untuk kedua jenis filler.

In this study, Polyvinyl Chloride (PVC) material was used as a matrix of composites with the help of Ba-Zn heat stabilizer additives. As for fillers use two types of thermoset powder waste, namely polyester and epoxy-polyester. This research was conducted to identify the influence of the addition of polyester thermoset powder waste and also epoxy-polyester as a filler to PVC polymer composites in improving their mechanical properties and thermal properties. The addition of filler in PVC is done by mixing using hot melt mixing machine with filler composition of each 0 phr; 30 phr ; 40 phr ; 50 phr ; and 60 phr accompanied by the addition of Ba-Zn heat stabilizer additives of 3 phr in each variation of filler composition with mixing temperature conditions of 180oC, mixing speed of 50 rpm, and mixing time of 5 minutes. Specimens are characterized and tested using FTIR, sessile drop, SEM, TGA/DSC, and micro tensile tests. The best mixing compatibility is found in 30 phr compositions for polyester fillers and 50 phrs for epoxy-polyester fillers. Polyester fillers are not suitable for use as reinforcement because they can lower the mechanical properties of PVC composites while epoxy-polyester fillers are suitable for use as amplifiers up to a concentration of 40 phr. Especially for thermal properties, optimum concentration in order to obtain the best thermal properties is 50 phr for both types of fillers."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yus Prasetyo
"LAPAN yang saat ini sedang mengembangkon roket berdiameter 100 mm ingin mengurangi berat struktur nosel yang menggunakan material pelapis grafit dengan suaru Iapisan yang lebih tipis dan ringan serta memiliki ketahanan panas dan aus yang baik. Salah material pelapis yang kemungkinan bisa digunakan untuk mensubstitusi maleriai grafit ialah dengan suatu Iapisan Cr3C2-NiCr dengn metode pelapisan HVOF (High Velocity Oxygen Fuel) yang merupakan salah satu jenis proses thermal spray. Pemilihan merode HVOF didasari oleh karakteristik lapisan yang dihasilkan Iebih baik daripada teknik thermal spray lainnya terurama dari segi kekuaran ikatan lapisan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kekasaran pemukaan material nosel terhadap karakteristik lapisan Cr3-C2-NiCr dengan metode HVOF. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah perbedaan kekerasan permukaan material nosel dengan memvariasikan tekanan udara grit blasting sebesar 3, 4, 5 dan 6 bar. Karateristik Iapisan yang diuji adalah kekerasan, struktur mikro, komposisi mikro dan kekuaran ikatan Iapisan. Hasil penelitian menunjukkan tekanan udara grit blasting akan meningkatkan kekasaran permuitaan dari 4,54 μm sebelum grit blasting menjadi 5,72 μm dengan tekanan udara grit blasting 6 bar. Pengamatan struktur mikro memperliharkan bahwa Iapisan tersusun alas lamel-lamel dengan kekerasan mikro rata-rafa 631 VHN300. Hasil pengujian kekuatan ikatan lapisan menunjukkan bahwa kekasaran pemukaan 5,42 μm yang dihasilkan dari tekanan udara 4 bar, memiliki kekuatan ikatan Iertinggi yakni 44 Mpa."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S41336
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Sugeng Mulyono
"Dewasa ini banyak dipergunakan bahan plastik untuk berbagai keperluan termasuk didalamnya untuk pembuatan benda-benda teknik seperti pulley, roda gigi, pasak dan lain-lain. Dengan semakin banyaknya pemanfaatan plastik akan semakin banyak pula limbah plastik yang dihasilkan oleh benda-benda terbuat dari plastik yang sudah rusak dan tidak terpakai lagi, sementara secara alamiah bahan plastik tidak dapat membusuk. Sifat limbah yang demikian menyebabkan munculnya upaya pemanfaatan limbah plastik yang memungkinkan untuk didaur ulang. Permasalahanya, yang ingin dicari jawabannya dari penelitian ini, adalah seberapa besar prosentase limbah plastik bisa dicampurkan agar produknya masih mempunyai kekuatan yang hampir sama dengan bahan baku, yang dalam penelitian dipakai bahan polyethylene dan polystyrene. Dengan demikian diperoleh acuan tentang berapa prosentase limbah bahan plastik yang optimal dapat dicampurkan dalam proses pencetakan plastik baru.
Dari penelitian ini diperoleh informasi bahwa, produk cetak bahan polyethylene maupun bahan polystyrene akan masih mempunyai kekuatan sama dengan kekuatan bahan barunya apabila prosentase limbahnya tidak lebih dari 30 %. Pada prosentase limbah seperti ini hasil cetak plastik juga masih menunjukkan warna yang mendekati warna aslinya, sementara dilihat dari kerusakannya pada bahan polyethylene diatas 30 % limbah, serat-serat plastik akan putus. Sementara pada prosentase sampai 30% untuk bahan polyethylene plastik tidak putus oleh beban yang diberikan, tetapi akan memanjang terus sambil menibentuk plastik yang berwarna putih mengkilat dan keras. Sedangkan pada bahan polystyrene sesuai dengan karakteristik bahan gelas, setelah ditarik kemudian putus dengan perpanjangan yang relatif sangat kecil dibanding dengan perpanjangan bahan polyethylene."
Depok: Politeknik Universitas Indonesia, 1998
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Agus Hariyana
"Kebutuhan akan kemasan produk di bidang otomotif di Indonesia sangat tinggi. Salah satunya untuk kemasan pelumas kendaraan bermotor. Di Jakarta menurut data Dinas Pekerjaan Umum jumlah sepeda motor sampai Maret 2007 mencapai 3.325.790 unit, sehingga akan ada banyak limbah plastik yang dihasilkan dari produk kemasan itu. Akan tetapi kita tahu limbah plastic tersebut dapat di daur ulang.
Botol plastik pelumas kendaraan bermotor merupakan polimer dari jenis polyethylene dengan nama kimiawinya High Density Polyethylene (HDPE) yang diproduksi melalui polimerisasi ethylane (C2H4) dengan variabel proses seperti energi panas, tekanan, dan katalis. Mempunyai Berat jenis antara 0.941-0.965 dan akan mengeras bila dipanaskan.
Berdasarkan karakteristik fisik dari HDPE, dalam studi ini telah dilakukan penelitian limbah botol plastik HDPE sebagai bahan baku pembuatan agregat kasar ringan dan menggunakannya dalam campuran beton ringan.
Agregat kasar ringan dihasilkan dari pembakaran botol HDPE sisa kemasan pelumas kendaraan bermotor, hasil pembakaran diperoleh agregat dengan bentuk tidak beraturan dan bersudut dengan tekstur permukaan halus, licin dan mengkilap dan berwarna abu-abu, coklat dan hijau.
Pengujian sifat fisik agregat diperoleh berat jenis sebesar 0,952, penyerapan air 0,817%, berat isi 545 kg/m3, dan keausan agregat 29,64%. Dari pengujian kuat tekan hancur agregat terhadap 2 ukuran spesimen kubus diperoleh kuat tekan hancur agregat plastik kubus (5×5×5) cm lebih besar 3,74 kali dibandingkan dengan kubus (15×15×15) cm, data tersebut tidak representatif karena benda uji telah mengalami retak sebelum di tes tekan.akibat dari susut yang ekstrim pada saat pengeringan sampel kubus plastik (15x15x15) cm.
Dalam studi ini, agregat ringan plastik dan agregat halus normal (pasir alam) diklasifikasikan berdasarkan ukuran spesimen kubus yang digunakan yaitu kubus beton (5×5×5) cm dan (15×15×15) cm sehingga diperoleh beton ringan agregat bergradasi normal dan beton ringan agregat bergradasi modifikasi. Dari pengujian kuat tekan beton ringan agregat plastik terhadap 2 ukuran specimen kubus beton ringan, dihasilkan angka perbandingan rata-rata sebesar 1,07.
Dari hasil pengujian beton ringan agregat plastik meliputi pengujian beton segar dan beton yang telah mengeras memperlihatkan beton segar agregat plastik mempunyai kelecakan yang sedang, berat isi kering 1607 kg/m3, kuat tekan rata-rata kubus beton ringan bergradasi normal (12,22 ? 12,44) MPa dan kuat tekan rata-rata kubus beton ringan bergradasi modifikasi (10,89 ? 12,33) MPa. Kuat tekan beton yang didapat dengan menggunakan kuat tekan mortar maksimum masih dibawah kuat tekan target rencana sebesar 28,72 MPa, modulus elastisitas sebesar (2609-2701) MPa, Poisson?s Ratio (0,1592-0,1632).
Pengaruh bentuk, tekstur permukaan dan gradasi agregat kasar ringan berpengaruh terhadap kuat tekan yang akan dihasilkan. Semakin kecil ukuran agregat kasar ringan maka kekuatan agregat kasar ringan tipe HDPE juga semakin rendah. Karena telah terjadi perlemahan pada ikatan mikro struktur agregatnya pada saat proses pemecahan yang berulang-ulang.

The needs of product packaging in Automotive industry in Indonesia are very high. One of the examples is lubricant plastic bottle for motor cycle. Based on information from Public Work Department the sum of motor cycle until March 2007 has increased significantly to 3.325.790 units, thus it means that there are lots of wastes from the lubricant packs. However we know that plastic is a material that can be recycled.
The Lubricant Plastic Bottle is classified as Polyethylene polymer as known as High Density Polyethylene (HDPE) that produces by ethylene polymerization with variable process like thermal energy, pressure, and catalyze. It has specific gravity range between 0,941-0,965 and become hardened if heated.
This Research is to analyze HDPE that recycling as basic raw material for lightweight coarse aggregates and the usage of these aggregates in lightweight concrete base on its physical characteristic.
First of all, burn the lubricant bottle to be a coarse lightweight aggregate so we will have aggregate with irregular and angular shape, smooth surface, shiny with grey, brown and green colors.
The results of physical properties of aggregates are: specific gravity is 0,952, water absorption 0,817 %, density is 545 kg/m3, and the resistance of abrasion is 29,64%. The crushing test between 2 cube size show that crushing test of cube size (5x5x5)cm is 3,74 more larger than cube size (15x15x15) cm but this data isn?t representative, the sample had crack before doing crushing and it because extreme shrinkage of cube size (15x15x15) cm.
In this study, plastic lightweight aggregate and fine normal aggregate (sand) were classified according to cube specimen used (5x5x5 cm & 15x15x15 cm) so we got two different type of aggregate, they are normal gradation and modification gradation aggregate. The crushing test between 2 lightweight concrete cube size sample show the average ratio point is 1,07.
From the test result of lightweight concrete including fresh and hardened concrete show that the fresh concrete has middle workability, dry weight of concrete 1607 kg/m3, the average strength of lightweight concrete with a normal grade were ranging between (12,22 ? 12,44) MPa and a modification grade were ranging between (10,89 ? 12,33) MPa, Concrete strength that we got with the used of maximum mortar strength were still below the target strength equal to 28,72 MPa, modulus of elasticity was ranging between (2609-2701) MPa, and Poisson?s ratio was ranging between (0,1592-0,1632).
The study shows that the effect of shape and surface texture of lightweight coarse aggregate has influenced crushing test result. Smaller size of lightweight coarse aggregate has resulted in lower strength of HDPE aggregate. In order to produce smaller size of lightweight coarse aggregate repetition of impact on bigger size aggregate were conducted resulting in weakening of micro structure bond of the aggregates."
2008
S35787
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Robbih Rizky Yudianto
"Jumlah penduduk yang terus meningkat di Indonesia menyebabkan penumpukan sampah limbah padat, dimana salah satu jenis sampah padat yang paling banyak dihasilkan adalah plastik. Sampah plastik yang tidak diolah telah terbukti dapat merusak lingkungan hidup. Hal ini dikarenakan sifat sampah plastik yang sulit untuk diurai. Sehingga ketika sampah plastik masuk kedalam suatu lingkungan hidup, sampah plastik ini dapat bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama karena tidak dapat terdekomposisi oleh bakteri. Selain itu, sampah plastik ini juga sifatnya berbahaya bagi hewan-hewan jika secara tidak sengaja masuk kedalam sistem pencernaan hewan tersebut. Dalam beberapa kasus, sudah ada hewan yang mati karena tersedak sampah plastik. Pada dasarnya tujuan dibuatnya plastik adalah karena sifatnya yang mudah dibuat, murah, dan dapat digunakan untuk jangka waktu yang panjang. Oleh karena itu plastik tidak dapat lepas pada kehidupan modern ini. Dalam mengatasi permasalahan ini dibutuhkan sebuah solusi yang dapat mengolah sampah plastik yang dapat membandingi laju produksi sampah. Beberapa dari solusi yang dapat dijadikan pilihan adalah mechanical recycling, insinerasi, dan pyrolysis. Mechanical recycling adalah suatu proses yang dapat mengubah plastik dari wujud benda jadi kembali menjadi biji plastik mentah, dengan metode ini biji plastik mentah dapat digunakan kembali untuk membuat produk berbahan dasar plastik lainnya. Dari aspek lingkungan, metode ini memiliki keunggulan ramah lingkungan karena dapat mengurangi jumlah sampah plastik yang terbuang ke lingkungan hidup. Namun metode ini memiliki kelemahan karena tidak cost efficient, dan produk yang dihasilkan sifatnya lebih murah dibandingkan dengan biaya produksinya. Metode insinerasi memiliki aspek yang baik dari sisi cost efficient dan produk yang dihasilkan juga memiliki nilai manfaat yang tinggi. Karena dengan menggunakan metode insinerasi, sampah-sampah plastik digunakan sebagai bahan bakar untuk sistem pembangkit listrik. Namun, metode ini memiliki aspek yang tidak baik dari segi lingkungan. Karena walau metode ini dapat mengurangi jumlah sampah plastik yang terbuang ke lingkungan, namun plastik yang digunakan sebagai bahan bakar tidak diproses terlebih dahulu. Sehingga plastik yang dijadikan bahan bakar akan menghasilkan gas-gas yang sifatnya karsinogenik terhadap makhluk hidup. Metode pyrolysis memiliki keuntungan dari aspek cost efficient, harga produk yang tinggi, serta aspek lingkungan yang baik. Hal ini dikarenakan metode pyrolysis dapat mengubah plastik menjadi bahan bakar minyak. Dimana bahan bakar minyak dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan mulai dari transportasi hingga pembangkitan listrik. Secara aspek lingkungan bahan bakar minyak yang diproduksi juga lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan plastik yang dibakar pada metode insinerasi. Bahan baku yang digunakan pada penelitian pyrolysis ini adalah HDPE (high density polyethylene). Bahan baku ini dipilih karena merupakan salah satu tipe plastik yang paling banyak diproduksi. Selain itu, sudah banyak penelitian yang mengkaji HDPE sebagai bahan baku pyrolysis dan menyatakan bahwa produksi bahan bakar minyak dari bahan baku ini cukup banyak. Penelitian ini juga menggunakan HPHE (heat pipe heat exchanger) sebagai condenser karena kemampuannya untuk membuang kalor secara pasif, sehingga dapat lebih menghemat biaya produksi bahan bakar minyak dengan HDPE sebagai bahan baku dalam pyrolysis.....The increase of urban population in Indonesia contributed in the raise of solid waste, where one of these solid waste types are plastik. Unmanaged plastik waste has proven to be harmful to the environment. This was cause by plastik characteristics which is hard to be decomposed, thus when a plastik waste contaminated an ecosystem, these plastiks waste will last for a long time because it can’t be decomposed by bacteria. Moreovers these plastiks waste has a harmful characteristic to the animal that lives around the ecosystem if somehow these plastiks were to enter its digestive or respiratory system. In some casses there are animals that dies because its respiratory system were clogged by plastiks. Basically plastiks were meant to be cheap, easy to produce, and durable. That is the reason why plastik cannot be remove from a modern life trend. In order to resolve this case, a solution that could manage plastik waste that could even its production are needed. Some of these methods are mechanical recycling, insinerating, and pyrolysis. Mechanical recycling are a processed which converts plastik waste into a raw plastik pellet. From environmental aspect, mechanical recycling are a good choice to reduce plastik waste, but this method and its cost inefficient because the value of the product that is produce are low. Insineration is method which make use of a plastik waste as a fuel for generating an electricity. This methods have good cost efficiency and a high value of its product, but it is quite harmful to the environment. Despite the fact that this method can reduce plastik waste, but during the combustion process, a plastik may produce a gas that has a carsinogenic properties to living creature. Pyrolysis on the other hand have and good advantage at cost efficiency and high product value, because during pyrolysis plastiks are converted to a form of liquid oil. This oil may be used as a fuel for transportation to electric generator. The oil derived from a pyrolysis are more eco-friendly compare to burning a plastiks. The material which will be used in this research are high density polyethylene. HPDE are used because it is one of the most produce plastiks in the world. Also, some research have proven that HDPE have a high liquid yield in pyrolysis. A heat pipe heat exchanger are also used as a condenser as a means to reduce the cost for cooling because of its ability to passively cooled heat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>