Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117355 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Samsu Riza Wibowo
"Pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia telah berkembang dengan pesat. Salah satu pemanfaatan tenaga nuklir adalah penggunaan radiasi untuk mengiradiasi suatu bahan dengan tujuan sterilisasi, pengawetan atau polimerisasi dalam fasilitas iradiator. Peraturan BAPETEN terkait fasilitas iradiator telah diperbarui dari yang sebelumnya No. 11/Ka-BAPETEN/VI-99 menjadi No. 3 Tahun 2020. Dalam peraturan tersebut Budaya Keselamatan menjadi poin baru dalam Persyaratan Manajemen yang wajib diwujudkan oleh pemegang izin. Penelitian ini bermaksud untuk mengukur tingkat kematangan budaya keselamatan di sebuah fasilitas iradiator. Model budaya keselamatan akan menggunakan model yang dikembangkan IAEA yaitu 5 karakteristik budaya keselamatan yang terbagi menjadi 37 atribut budaya keselamatan. Tingkat kematangan budaya keselamatan yang digunakan pada penelitian ini mengacu dari tingkat perkembangan budaya keselamatan yang dikembangkan oleh BATAN. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Pendekatan Analytic Hierarchy Process (AHP) akan digunakan untuk menganalisis tingkat kematangan budaya keselamatan dan pendekatan skala likert akan digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik budaya keselamatan yang kuat dan karakteristik budaya keselamatan yang perlu untuk ditingkatkan. Dari hasil analisis dengan pendekatan AHP didapatkan hasil penilaian tingkat kematangan budaya keselamatan belum mencerminkan nilai yang sesungguhnya. Berdasarkan data-data penelitian, fakta lapangan dan membandingkan dengan penelitian serupa sebelumnya pada fasilitas instalasi nuklir serta penilaian dari inspektur keselamatan nuklir sebagai perspektif eksternal, peneliti menetapkan tingkat kematangan budaya keselamatan PT X masuk dalam kategori Tahap 2 yaitu Kinerja keselamatan yang baik menjadi tujuan organisasi. Dari hasil analisis dengan pendekatan skala likert diketahui bahwa Akuntabilitas Keselamatan menjadi karakteristik yang paling kuat dan karakteristik yang perlu untuk ditingkatkan diantaranya Kepemimpinan dalam keselamatan, Keselamatan terintegrasi pada seluruh kegiatan dan Keselamatan didorong pembelajaran. Peneliti merekomendasikan PT X untuk mulai mengembangkan SMK3 agar konteks keselamatan tidak hanya berfokus pada keselamatan radiasi tetapi bisa lebih luas menjadi keselamatan secara umum, perlu adanya dokumentasi pelaksanaan sharing session terkait keselamatan secara umum dan menyelenggarakan pelatihan soft skill.

The utilization of nuclear power in Indonesia has developed rapidly. One of the utilizations of nuclear power is the use of radiation to irradiate a material with the purpose of sterilization, preservation or polymerization in the irradiator facility. Bapeten regulations related to irradiator facilities have been updated from previously No. 11/Ka-BAPETEN/VI-99 to No. 3 of 2020. In that regulation the safety culture is a new point in management requirements that must be realized by the permit holder.

This study intends to measure the level of maturity of the safety culture in an irradiator facility. The cultural model of safety will use the model developed by IAEA, namely 5 characteristics of the cultural safety which is divided into 37 attributes of safety culture. The level of maturity of the safety culture used in this study refers to the level of safety culture developed by Batan. This research uses descriptive analysis methods. The Analytic Hierarchy Process (AHP) approach will be used to analyze the level of maturity of safety culture and the Likert scale approach will be used to identify the characteristics of a strong safety culture and the characteristics of a safety culture that needs to be improved. From the results of the analysis with the AHP approach, the results of the assessment of the level of safety culture have not reflected the actual value. Based on research data, field facts and comparing with previous research in nuclear installation facilities and the assessment of nuclear safety inspector as an external perspective, researchers set the level of maturity of PT X's safety culture into the category of stage 2, namely good safety performance becomes an organizational objective. From the results of the analysis with the likert scale approach it is known that "Accountability for safety” is the most powerful characteristics and characteristics that need to be improved including “Leadership for safety”, “Safety is integrated into all activities” and “Safety is learning driven”. Researchers recommend PT X to start developing SMK3 so that the safety context does not only focus on radiation safety but can be broader into general safety, the need for documentation of the implementation of sharing sessions related to safety and organizing soft skills training."

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Winda Kusuma Ningrum
"PT. X merupakan perusahaan skala nasional yang sudah memiliki standar manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja sesuai Permenaker No.05 tahun 1996/SMK3, namun K3 perusahaan belum efektif mencegah terjadinya kecelakaan. Sehubungan dengan hal tersebut, perusahaan bermaksud untuk meningkatkan K3 menjadi budaya di perusahaan.
Penelitian ini bermaksud untuk mengukur sejauh mana tingkat kematangan budaya K3 di PT. X. Peneliti menggunakan dasar teori Dominic Cooper untuk menggambarkan budaya K3 di perusahaan melalui sudut pandang organisasi, person dan job kemudian mengukur tingkat kematangannya dengan didasarkan pada teori Hudson (2007) yang membagi tingkat kematangan budaya K3 kedalam 5 tingkatan yaitu: patologik, reaktif, kalkulatif, proaktif dan generatif.
Penelitian ini menggunakan metodologi analisis univariat untuk menggambarkan budaya K3 secara umum dan menurut pandangan kelompok pekerja yang dibagi menurut jenjang jabatan, status pegawai dan masa kerja. Selanjutnya dilakukan analisis multivariat menggunakan regresi logistik untuk mengukur hubungan antara 3 dimensi pembentuk budaya yaitu: organisasi, person dan job.
Dari hasil analisis univariat didapatkan gambaran orientasi budaya K3 di PT.X diprioritaskan pada upaya untuk menekan angka kecelakaan. Perusahan masih mengabaikan komunikasi dan upaya untuk mengembangkan program K3, hal ini di perkuat lagi melalui hasil analisis multivariat yaitu bahwa organisasi sangat dominan pada hubungan interelasi antara dimensi organisasi, person dan job sehingga hubungan timbal balik antara ketiganya tidak berjalan, sehingga peneliti merekomendasikan untuk membangun komunikasi dua arah baik vertikal maupun horizontal dan meningkatkan upaya pengembangan program K3.

PT. X is a national company wich already has standard safety and health management in accordance Permenaker No.05 1996/SMK3 year, but the Occupational Health and Safety (OHS) companies have not effectively prevent accidents. In connection with this, the company intends to increase the K3 into corporate culture.
This research aims to measure the extent to which the level of cultural maturity OHS in PT. X. Researchers used a Cooper Dominic theoretical basis for describing OHS corporate culture in through the organizational, person and job perspective then measure of the level of maturity is based on the theory of Hudson (2007) which divides the level of cultural maturity OHS into 5 levels, namely: pathological, reactive, calculative, proactive and generative.
This study using univariate analysis methodology to describe the culture in general OHS and the prespective view of a group of workers who were divided according to level of the position, employment status and work period. Then performed multivariate logistic regression analysis to measure the relationship between the 3 dimensional of culture shapers are: organization, person and job.
From the results of the univariate analysis found that picture in the OHS program orientation culture PT.X priority on efforts to reduce the number of accidents. Companies still ignore the communication and efforts to developing OHS program, It strengthened again by the results of multivariate analysis is that the organization strongly influence person and job meaning that the interrelationships between the three cultures forming OHS not running, so the researchers recommend to establish two-way communication both vertically and horizontally and increase the OHS program development efforts through.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35427
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhika Stevianingrum
"Tesis ini membahas terkait gambaran tingkat kematangan budaya keselamatan dan kesehatan kerja (Safety Culture Maturity Level) serta kinerja keselamatan di PT. X, sebuah perusahaan jasa pertambangan batubara. Penelitian dilakukan dengan pendekatan semi-kuantitatif dengan desain studi cross-sectional pada pekerja di jobsite A, B, C, D pada bulan April - Juni 2022. Variabel kematangan budaya K3 nantinya dilihat keterkaitannya terhadap kinerja keselamatan di PT.X. Hasil penelitian menunjukkan hasil tingkat kematangan budaya keselamatan di PT X pada level Proaktif dengan kinerja keselamatan berdasarkan tingkat kejadian kecelakaan yang dinilai baik, sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kematangan budaya keselamatan dengan kinerja keselamatan di PT.X

This thesis discusses the description of the level of occupational safety and health culture (Safety Culture Maturity Level) and safety performance at PT. X, a coal mining services company. The study was conducted with a semi-quantitative approach with a cross-sectional study design on workers at jobsites A, B, C, D in April - June 2022. The safety culture maturity level variables will be seen in relation to safety performance at PT.X. The results showed that the maturity level of safety culture at PT X was at the Proactive level with safety performance based on the accident rate which was considered good, so it was concluded that there was a significant relationship between the maturity level of safety culture and safety performance at PT. X."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Respati Pradana Mukti
"Skripsi ini membahas bagaimana gambaran sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) di PT X, sebuah perusahaan kontraktor pertambangan batu bara dilihat dari tingkat kematangan budaya keselamatan dan kesehatan kerja yang ada di PT X. Penelitian dilakukan dengan pendekatan semi-kuantitatif dengan desain studi cross-sectional pada pekerja level pelaksana dan middle management bulan Oktober 2012. Variabel-variabel kematangan budaya K3 nantinya akan dikelompokkan ke dalam siklus PDCA OHSAS 18001 dan dilihat mana yang masih perlu diperbaiki, mana yang perlu ditingkatkan. Hasil penelitian menunjukkan siklus Perencanaan, Implementasi, Pemeriksaan, dan Tindakan perbaikan masih perlu diperbaiki di beberapa poin untuk mencapai continuous improvement.

The focus of this study is how occupational health and safety management system can be seen by safety culture maturity model in PT X, a mining contractor. This research is semi-quantitative descriptive interpretative with cross-sectional study design in front line workers and middle management in October 2012. The variables of safety culture maturity is grouped in PDCA cycle of OHSAS 18001 and we can see which one is need to be maintenance and which one is need to be improved. The result of this research is there is something in whether Plan, Do, Check, and Action cycle that need to be improved to reach the continuous improvement state."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44337
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Omar Mochtar
"Menurut perkiraan International Labour Organization (ILO), di tingkat global lebih dari 2,78 juta orang meninggal per tahun akibat kecelakaan kerja atau penyakit terkait pekerjaan. Berdasarkan data yang dirilis oleh BPJS, kecelakan kerja di konstruksi meningkat dari 114.000 di tahun 2019 menjadi 177.000 kecelakaan ditahun 2020. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kematangan budaya keselamatan pada pekerja di PT. XYZ . Penelitian bersifat semi kuantitatif dengan design penelitian deskriptif. Data yang dikumpulkan dari hasil FGD, Kuisioner, review dokumen & Observasi kemudian dilakukan analisa secara mendalam. Terdapat 19 variabel yang akan diuji dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil pengukuran tingkat kematangan budaya keselamatan didapatkan PT. XYZ berada di tingkat calculative dengan mayoritas variabel berada pada tingkat calculative kecuali variabel penghargaan K3L, pelatihan & kompentensi, penerapan dan penggunaan standart berada pada tingkat reactive. Berdasarkan dengan  kriteria 20 variabel yang diuji dalam penelitian ini tingkat kematangan budaya keselamatan PT. XYZ berada ditingkat calculative yaitu masuk kedalam titik awal dalam menuju budaya selamat.

According to estimates of the International Labour Organization (ILO), at the global level more than 2.78 million people die per year from occupational accidents or work-related diseases. Based on data released by BPJS, work accidents in construction increased from 114,000 in 2019 to 177,000 accidents in 2020. This study aims to determine the level of maturity of safety culture in workers at PT. XYZ. Research is semi-quantitative with a descriptive research design. The data collected from the results of the FGD, Questionnaire, document review & Observation was then carried out an in-depth analysis. There are 19 variables that will be tested in this study.  Based on the results of measuring the level of maturity of safety culture obtained by PT. XYZ is at the calculative level with the majority of variables being at the calculative level except the K3L reward variable, training &compensatory, application and use of the standard are at the reactive level. Based on the criteria of 20 variables tested in this study, the maturity level of pt. XYZ is at the level of being calculative, which is to enter the starting point in the direction of a culture of safety."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Kartikawati
"ABSTRAK
Nama : Marina KartikawatiProgram Studi : Magister Keselamatan dan Kesehatan KerjaJudul : Analisis Tingkat Kematangan Budaya Keselamatan SektorKonstruksi di PT. MK Proyek Renovasi Stadion Utama Gelora BungKarnoLatar Belakang : Budaya keselamatan tidak hanya berpengaruh kepadaproduktivitas namun juga persaingan antar usaha yang sejenis. Konsep budayakeselamatan merupakan sebuah konsep baru di sektor konstruksi yang memilikikarakteristik tenggang waktu penyelesaian yang sempit serta tingginya angkapergantian pekerja. PT. MK. Departemen Gedung memenangkan tender atasProyek Renovasi Stadion Utama Gelora Bung Karno dengan jangka waktu proyekselama 14 bulan Choudhry et al. 2007 Cooper 2002 .Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kematangan budaya diPT. MK pada proyek Renovasi Stadion Utama Gelora Bung Karno SU-GBK .Metode : Metode pengambilan data secara kualitatif FGD, observasi danwawancara mendalam dan diolah dengan metode kuantitatif untuk kemudiandilakukan analisis secara mendalam indepth analysis pada bulan Mei-Juli 2017.Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan stratified random sampling yangditentukan berdasarkan representasi di dalam populasi.Hasil : PT. MK Proyek Renovasi SU-GBK menitik beratkan perhatian kepadaperencanaan sistem, namun persepsi dalam implementasi dan evaluasi sistemmanajemen keselamatan masih memiliki nilai yang rendah. Manajemen dalamproyek telah menyadari pentingnya manusia dalam sebuah pekerjaan. Manusia /pekerja adalah aset penting bagi perusahaan. Namun hal ini belum dirasakan olehsebagian besar pekerja karena nilai yang tinggi terdapat pada level manajemen danpengawas. Kesadaran akan keselamatan yang dibangun oleh para pemimpin proyek manajemen dan pengawas masih dalam tahapan awal namun keselamatan kerjabelum tercermin dalam keseharian / daily activities di proyek ini karena masihdalam tahapan menata organisasi.Kesimpulan : Tingkat kematangan budaya keselamatan di PT. MK ProyekRenovasi Stadion Utama Gelora Bung Karno SU-GBK dapat dikategorikan kedalam tingkat kalkulatif dengan rata-rata nilai adalah 3,19. Sistem manajemenkeselamatan berjalan didasarkan data yang ada dengan kendali penuh padamanajemen tanpa partisipasi aktif dari pekerja. Organisasi dengan level kalkulatifmerupakan organisasi yang belum siap dalam menjalankan budaya keselamatan.Kata Kunci : Budaya Keselamatan, Konstruksi, Keselamatan Kerja

ABSTRACT
Name Marina KartikawatiMajor Occupational Health and SafetyTitle Analysis of Safety Culture Maturity Level in Construction at PT. MKGelora Bung Karno Main Stadium Renovation ProjectBackground Safety culture not only affects to productivity but also to competitionbetween similar core businesses. The concept of safety culture is a new concept inthe construction sector. Construction sector has a narrow building period and highemployee turnover. PT. MK Building Departement won the tender for theRenovation of Gelora Bung Karno Main Stadium with 14 months term. Choudhryet al. 2007 Cooper 2002 Aim This study aims to determine the level of cultural maturity in PT. MK on theRenovation Project of Gelora Bung Karno Main Stadium SU GBK .Method Data collected qualitatively FGD, observation and in depth interview and processed by quantitative method for indepth analysis in May July 2017. Thesample in this study was chosen by stratified random sampling and determined byrepresentation in population.Result PT. MK SU GBK Renovation Project focuses on system planning, butimplementation and evaluation of the safety management system still has low value.Project rsquo s managements have realized the importance of humans in a system.Workers are important asset for the company. The awareness of the safety built byproject leaders management and supervisors is still in the early stages and has notbeen felt by most workers. Safety is not reflected in daily activities. This projectstill is organizing the organization.Conclusion The safety culture maturity level in PT. MK SU GBK project can becategorized into calculative level with average value is 3.19. The safetymanagement system runs based on existing data. It fully controled by managementwithout the active participation of workers. Calculative level organization is anorganization that is not ready for the safety culture.Keywords Safety Culture, Construction, Safety"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Aulia Riza
"Penelitian ini tentang Gambaran Penilaian tingkat Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Berdasarkan PP No.50 Tahun 2012 di PT X (Persero) tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskripstif analitik. Peneltian ini menggunakan data primer berupa observasi dan menggunakan data sekuder dari perusahaan. Pengolahan data dan analisis data menggunakan 12 elemen dan 166 kriteria yang terdapat pada lampiran 3 PP No.50 Tahun 2012.
Hasil keseluruhan dari semua kriteria yang dinilai maka PT X (Persero) mendapatkan nilai persentase 89 %, yang berarti 148 dari 166 kriteria SMK3 PP No.50 Tahun 2012 telah terpenuhi. PT X (Persero) mendapatkan penilaian penerapan SMK3 berdasarkan PP No.50 Tahun 2012 Memuaskan.

This Study is about The Overview Of Application Level Assessment Of Occupational Health and Safety Management System Based on PP No.50 Tahun 2012 at PT X (Persero) in 2015. Design study is a Descriptive analytic. Method od data acquisition through interviews, obseravtion and secondary data.
The results showed that the level of adpotion research SMK3 in PT X (Persero) by PP No.50 Tahun 2012 as much as 89%, which means 148 from 166 kriteria SMK3 PP No.50 tahun 2012 have completed and assessment of The implementations are Satisfy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60125
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Errik Yusnadi Saleh
"PT. X merupakan salah satu perusahan yang bergerak bidang Eksplorasi danProduksi minyak dan gas yang beroperasi di Gresik, Jawa Timur mengalirkan gaskering dari fasilitas pengolahan darat ke Pembangkit Jawa Bali PJB . Berdasarkancatatan internal PT.X dari tahun 2007 sampai tahun 2016, terdapat 1 satu kalikejadian kebocoran pipa penyalur gas pada bulan Agustus tahun 2015 disebabkanoleh faktor ekternal. Selain terjadinya kecelakaan tersebut, beberapa kegiatanmasyarakat yang dekat dan bersinggungan dengan jalur pipa penyalur PT. Xterpantau semakin meningkat seiring dengan perkembangan kegiatan industri danpemukiman padat penduduk di daerah Gresik.Berdasarkan kondisi ini maka diperlukan kajian risiko untuk mendapatkangambaran profil serta tingkat risiko pipa apabila terjadi kebakaran dan ledakanterutama di daerah padat penduduk.
Hasil penelitian dengan menggunakan kajianrisiko semi kuantitatif menunjukkan bahwa terdapat beberapa segmen jalur pipapenyalur yang mempunyai nilai Relative Risk RR yang rendah dengan nilai 0.7dan 1.8 dari nilai rata rata RR sebesar 2.4 serta dengan nilai probability of surviveberkisar antara 66.9 sampai 69.4 yang menunjukan risiko terjadinya kecelakandan adanya konsekuensi terhadap lingkungan paling besar dibanding segmen jalurpipa yang lain.Kajian risiko secara kuantitatif dilakukan terhadap beberapa segmen pipa tersebutdan hasilnya menunjukkan bahwa segmen pipa tersebut masih dalam tingkat risikoyang ACCEPTABLE dan TOLERABLE. Berbagai upaya pencegahan dan mitigasiharus dilakukan oleh PT. X untuk mempertahankan dan menurunkan tingkat risikopipa penyalur gas sampai tingkat ACCEPTABLE.

PT. X is one of the oil and gas exploration and production companies operating inGresik, East Java, transporting dry gas from Onshore Processing Facilities OPF to the Java Bali Plant PJB through pipeline. Based on internal records of PT.Xfrom 2007 to 2016, there was 1 one time occurrence of pipeline failure in August2015 caused by external factor. In addition to the occurrence of the accident, someactivities close to and intersect with the pipeline channel PT. X is observed toincrease in line with the development of industrial activities and densely populatedin the Gresik area.Based on this condition, an assesment is required in order to obtain a descriptionof the risk profile and the risk level of the pipeline in case of fire and explosion,especially in dense populated areas.
From the results of research by using semi quantitative risk analysis showed thatthere are several segments of the pipelines that have low Relative Risk RR withthe value of 0.7 and 1.8 of the average RR value of 2.4 and with probability ofsurvive value ranges from 66.9 to 69.4. It shows that the risk of accidents andthe impact of environmental consequences is greater than the other pipelinesegment.Quantitative risk assessments were conducted to the pipeline segments and theresults show that the pipeline segment is still at risk level ACCEPTABLE andTOLERABLE. Various mitigation and prevention efforts must be performed byPT. X to maintain and lower the risk level of gas transmission pipeline to ACCEPTABLE levels.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48725
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardy Atmajaya
"Kecelakaan kerja dapat menyebabkan cedera, sakit atau kematian bagi pekerja. Budaya kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang buruk dalam suatu organisasi adalah penyebab utama banyak terjadinya kecelakaan. Budaya K3 merupakan salah satu komponen budaya organisasi yang mengacu pada individu, pekerjaan, dan karakteristik organisasi yang dapat memengaruhi kesehatan dan keselamatan mereka. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh level budaya K3 di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang Man Power Services. Subjek penelitiannya adalah pekerja yang terdiri dari manajer, staf dan operator. Populasi merupakan total sampel. Penelitian ini menggunakan kuesioner Safety Culture Maturity Model (SCMM) dengan skala 5 level. Aspek budaya K3 yang diukur adalah komitmen, penghargaan di bidang keselamatan kerja, prioritas keselamatan, status dan ruang lingkup departemen K3, manajemen bahaya dan risiko, pelatihan dan kompetensi, investigasi kecelakaan, feedback setelah terjadi kecelakaan, analisis penyebab kecelakaan, prosedur keselamatan, tujuan prosedur, audit and monitoring, perencanaan kerja, penetapan standar, inspeksi keselamatan, safety meeting, komunikasi, dan keterlibatan karyawan . Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tingkat budaya K3 adalah pada level kalkulatif dengan nilai akhir sebesar 3,1.

Accidents can cause injury, illness or death for workers. A negative culture of occupational health and safety (OHS) in an organization is the main cause that causes some accidents. Safety culture is a cultural component that represents individuals, work, and organizational characteristics that can affect their health and safety. This study aims to obtain the level of safety culture in companies engaged in Man Power Services. The research subjects were workers consisting of managers, staff and operators. The population is the total sample. This study used a Safety Culture Maturity Model (SCMM) questionnaire with a five (5) level scalesP. Safety culture aspects that determine commitment, respect in the field of work safety, priority of safety, status and distribution space of OHS department, hazard and risk management, training and competence, accident investigation, feedback after an accident, analysis of accident causes, safety procedures, procedures, audits and monitoring, work planning, standard setting, safety inspections, safety meetings, communications and employee combinations. The results showed the level of safety culture at the calculative level with the final value of 3.1."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53347
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardy Setyadji
"ABSTRACT
Tesis ini membahas tentang tingkat maturity proses internal audit pada PT X. Tingkat maturity proses internal audit dinilai berdasarkan quality assurance dan improvement programs; perekrutan, pelatihan dan pengembangan internal auditor; penilaian risiko dan perencanaan audit tahunan; metodologi yang digunakan oleh internal auditor; penggunaan teknologi informasi; serta proses pelaporan dan pemantauan. Penilaian tingkat maturity proses internal audit berguna untuk mengidentifikasi perbedaan yang terjadi antara penerapan proses internal audit di perusahaan, dengan best practices. Perbedaan tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi tindakan perbaikan yang akan dilakukan dalam area tertentu di masa depan. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat maturity proses internal audit pada PT X tahun 2013 masih berada di tingkat yang paling rendah. Divisi internal audit PT X harus melakukan tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu, dalam rangka mencapai tingkat maturity berikutnya dan memberikan nilai tambah.

ABSTRACT
This thesis discusses the internal audit process maturity at PT X. Assessment of internal audit process maturity is useful to identify the differences that occur between the application of the internal audit process in the company, with the best practices. Such differences can be used to identify the corrective actions to be performed in a certain area in the future. The results of this study concluded that the internal audit process maturity at PT X in 2013 still at the lowest level. Internal audit division of PT X must do the corrective action in a certain time, in order to achieve the next level of maturity and provide added value."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T55452
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>