Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 189846 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Boy Hidayat
"Latar belakang. Paparan organofosfat (OP) telah diketahui menyebabkan beberapa penyakit neurologis. Paparan OP yang tinggi dapat ditemukan pada pekerjaan seperti pekerja pestisida. Penelitian saat ini menunjukkan bahwa paparan OP kronis juga dapat menyebabkan gangguan mental, seperti depresi.
Metode. Pencarian literatur dilakukan pada database seperti Pubmed, Cochrane Library, dan Science Direct dengan kata kunci pekerja pestisida, organofosfat, dan depresi. Tiga artikel dipilih dan dinilai secara kritis.
Hasil. Satu studi kasus-kontrol menunjukkan bahwa pasien dengan depresi memiliki rasio odds sebanyak 1,34 untuk terkena OP. Satu studi kohort prospektif menunjukkan bahwa pekerja yang terpapar OP 1,17 lebih mungkin menderita depresi di masa depan. Satu studi cross-sectional menunjukkan bahwa pasien dengan depresi memiliki rasio odds prevalensi sebanyak 5,39 untuk terkena OP.
Kesimpulan. Paparan organofosfat kronis merupakan faktor risiko untuk mengembangkan depresi pada pekerja pestisida.

Background. Organophosphate (OP) exposure has been well known to cause several neurological diseases. High OP exposure can be found at occupations such as pesticide workers. Current research suggests that that chronic OP exposure may also cause mental disorder, such as depression.
Method. Literature searching was done on database such as Pubmed, Cochrane Library, and Science Direct with pesticide workers, organophosphate, and depression as the keywords. Three articles were selected and critically appraised.
Result. One case-control study showed that patients with depression had odds ratio as much as 1.34 to be exposed to OPs. One prospective cohort study showed that OP-exposed workers were 1.17 more likely to suffer from depression in the future. One cross-sectional study showed that patients with depression had prevalence odds ratio as much as 5.39 to be exposed to OPs.
Conclusion. Chronic organophosphate exposure is a risk factor for developing depression in pesticide workers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
M. Arief Budiman
"Pendahuluan. WHO menyatakan bahwa kanker adalah salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. Radiasi dapat menyebabkan leukemia, kanker payudara, dan kanker tiroid. Untuk kondisi yang lebih spesifik, radiasi pada masa kanak-kanak meningkatkan risiko kanker tiroid dan peningkatan risiko kanker payudara telah diamati setelah radiasi pada wanita pra-menopause. Berdasarkan data kanker Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2020, kanker tiroid termasuk dalam 10 besar penyakit keganasan di Indonesia. Pekerja radiasi medis terpapar radiasi di tempat kerjanya dan pekerja tersebut pasti mempunyai kompetensi profesional/sertifikat terkait pengetahuan paparan radiasi, sehingga paparan radiasi harus dikendalikan dan Serendah yang Dapat Dicapai (ALARA). Sejauh ini hanya sedikit yang diketahui tentang etiologi kanker tiroid; paparan radiasi pengion (terutama selama masa kanak-kanak) adalah salah satu dari sedikit faktor risiko karsinoma tiroid. Meskipun International Agency for Research on Cancer (IARC) telah menyatakan bahwa radiasi bersifat karsinogenik pada kanker tiroid, pengetahuan terkini mengenai radiasi dan kanker tiroid didasarkan pada penelitian terhadap paparan akut tunggal (penyintas bom atom). Namun, dampak paparan radiasi di tempat kerja yang berkepanjangan dan berdosis rendah terhadap petugas layanan kesehatan masih belum jelas. Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengevaluasi hubungan antara petugas kesehatan yang terpapar dan tidak terpapar radiasi dengan risiko kanker tiroid. Metode. Pencarian literatur dilakukan melalui PubMed dan ProQuest dan juga dilengkapi dengan pencarian tangan. Kriteria inklusi adalah tinjauan sistematis, kohort dan kontrol kasus, melibatkan petugas kesehatan, artikel teks lengkap tersedia, dan dalam bahasa Inggris. Kriteria eksklusi adalah artikel yang tidak dapat diakses dan tidak relevan. Artikel-artikel yang dipilih dari pencarian online dinilai secara kritis untuk mengevaluasi apakah penelitian tersebut memenuhi aspek validitas, kepentingan dan penerapan pada pasien menggunakan kriteria yang relevan untuk studi etiologi oleh Oxford Centre for Evidence-based Medicine. Hasil. Terdapat tiga artikel terpilih yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi, semuanya merupakan penelitian kohort. Salah satunya dilakukan di Norwegia pada perawat Norwegia yang tidak menunjukkan hubungan yang jelas antara paparan radiasi pengion di tempat kerja dan risiko kanker tiroid. Penelitian lain dilakukan di Finlandia pada dokter yang bekerja dengan radiasi dibandingkan dengan dokter yang tidak terpapar radiasi. Rasio risiko kanker tiroid adalah 1,5 (0,4-6,3) untuk dokter yang dimonitor radiasi dibandingkan dengan dokter yang tidak dimonitor radiasi. Artikel terakhir dilakukan di Tiongkok pada pekerja rontgen diagnostik medis yang dibandingkan dengan spesialis medis lainnya. Tidak terdapat peningkatan risiko paparan radiasi terhadap kanker tiroid secara signifikan [Risiko Rasio 1,6 95% CI (0,9 - 2,6)]. Kesimpulan. Bukti saat ini menunjukkan bahwa, jika dibandingkan dengan kelompok yang tidak terpajan,pekerja medis dengan paparan radiasi di tempat kerja tidak mengalami peningkatan risiko kanker tiroid. Kesimpulan ini dibuat dari tiga studi kohort (bukti tingkat 2b).

Introduction. WHO stated that cancer is one of the leading causes of death worldwide Radiation could cause leukaemia, breast cancer, and thyroid cancer. For more specific conditions, radiation during childhood increase the risk of thyroid cancer and increase in breast cancer risk has been observed after irradiation of pre-menopausal women. Based on cancer data from World Health Organization (WHO) in 2020, thyroid cancer included in the top 10 malignancies in Indonesia. Medical radiation workers exposed to radiation in workplace and these workers definitely have professional competences / certificates related to radiation exposure knowledge, so the radiation exposure should be controlled and As Low As Reasonably Achievable (ALARA). Little is known about thyroid cancer etiology so far; exposure to ionizing radiation (especially during childhood) is one of few well-established risk factors for thyroid carcinomas. Despite of International Agency for Research on Cancer (IARC) had stated that radiation as carcinogenic for thyroid cancer, the current knowledge of radiation and thyroid cancer are based on studies of single acute exposures (A-bomb survivors). However, the effects of protracted and low dose occupational radiation exposure in healthcare workers remains unclear. The purpose of this paper is to evaluate the associations between exposed and non-exposed radiation of healthcare workers and the risk of thyroid cancer. Method. Literature search was conducted through PubMed and ProQuest and also complemented with the hand searching. The inclusion criteria were systematic review, cohort and case control, involving healthcare workers, full text article available, and in English. The exclusion criteria were inaccessible and irrelevant articles. The selected articles from online search were critically appraised to evaluate whether the study meet the aspect of validity, importance and applicability to the patient using relevant criteria for etiological study by the Oxford Center for Evidence-based Medicine. Result. There were three selected articles that fit the inclusion and exclusion criteria, all of them are cohort studies. One was conducted in Norway among Norwegian nurses which showed no clear association between nurses’s occupational exposure to ionizing radiation and risk of cancers of thyroid. Another one was conducted in Finland among physicians working with radiation was compared to that of unexposed physicians. The risk ratio for thyroid cancer was 1.5 (0.4-6.3) for physicians monitored for radiation compared to physicians not monitored for radiation. Last article was conducted in China among medical diagnostic x-ray workers who are compared with other medical specialists. There was no significant increase of radiation exposure risk to thyroid cancer [Risk Ratio 1.6 95% CI (0.9 - 2.6)]. Conclusion. The current evidences show that, when compared with the unexposed group, medical workers with occupational radiation exposure was not in an increased risk of thyroid cancer. The conclusion was made from three cohort studies (evidence level 2b).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Pendahuluan. Kadmium memiliki peranan penting karena banyak digunakan di berbagai macam industri. Kadmium dapat masuk dan terakumulasi dalam tubuh termasuk di prostat. Kadmium sangat toksik dan bisa menyebabkan kanker. Tujuan dari laporan kasus berbasis bukti ini adalah untuk mendapatkan jawaban yang tepat terkait hubungan antara pajanan kadmium di tempat kerja dan kanker prostat pada pekerja. Metode. Pencarian literatur dilakukan melalui database PubMed, Scopus dan Cochrane Library. Kata kunci yang digunakan adalah cadmium, cancer, prostate, work* dan occupation*. Pemilihan artikel menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Kemudian dilakukan penilaian kritis menggunakan kriteria yang relevan untuk studi etiologi atau systematic review berdasarkan Oxford Center for Evidence-Based Medicine. Hasil. Terpilih dua artikel yang relevan dan valid dengan desain studi systematic review dan meta-analisis. Penelitian dari Ju-Kun, dkk menunjukkan rasio kematian terstandarisasi (standardized mortality ratio) antara pajanan Cd dan risiko terjadinya kanker prostat adalah 1.66 (95% CI 1.10–2.50) pada populasi pekerja yang terpajan Cd. Berdasarkan penelitian Chen, dkk menunjukkan bahwa pekerja dengan pajanan kadmium memiliki risiko terjadinya kanker prostat yang lebih tinggi dibandingkan populasi umum, namun secara statistik tidak signifikan yakni dengan nilai OR pada studi case-control 1.17 (95%CI [0.85-1.62]), dan standardized mortality ratio (*100) pada studi kohort adalah 98 (95%CI [75-126]). Kesimpulan. Hasil studi yang ada tidak menunjukkan bukti yang cukup untuk memastikan bahwa pajanan kadmium bisa menyebabkan kanker prostat pada pekerja.

Introduction. Cadmium has an important role because widely used in various industries. Cadmium penetrates and can be accumulated in human body including prostate. Cadmium is highly toxic and can cause human carcinogens. The aim of this evidence-based case report is to get an appropriate answer about the association between occupational cadmium exposure and prostate cancer in worker. Method. The literature searching was conducted through PubMed, Scopus and Cochrane Library. The keywords used were cadmium, cancer, prostate, work* and occupation*. The selection of articles was performed using the defined inclusion and exclusion criterias. Then, they were critically appraised using relevant criteria by the Oxford Center for Evidence-Based Medicine for etiological study or systematic review. Result. Two relevant and valid articles with systematic review and meta-analysis study design were included. Studies by Ju-Kun, et al. showed that the combined standardized mortality ratio of the association between Cd exposure and risk of prostate cancer was 1.66 (95% CI 1.10–2.50) in populations exposed to occupational Cd. While a study by Chen, et al. showed that workers with cadmium exposure have more risk for prostate cancer than general population but was not significant statistically with the weighted OR in case-control studies was 1.17 (95%CI [0.85-1.62]), and the weighted standardized mortality ratio (*100) in cohort studies was 98 (95%CI [75-126]). Conclusion. The current evidences do not show sufficient evidence to ensure that cadmium exposure can cause prostate cancer in worker."
[Jakarta;, ]: [Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;, ], 2022
SP-pdf;;;;
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siswanto
"ABSTRAK
Pajanan pestisida organofosfat terhadap mata dapat melalui pernafasan, pencernaan, absorbsi melalui kulit dan pajanan langsung pada mata. Efek toksik organofosfat akut yang utama pada mata adalah konstriksi pupil (miosis) melalui mekanisme menghambat aktivitas enzim kolinesterase di neuromuscular junction. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penurunan diameter pupil dengan persentase penurunan aktivitas asetilkolinesterase plasma sesudah pajanan organofosfat pada petani penyemprot padi laki-laki. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional dengan dua kali pengukuran sebelum dan sesudah penyemprotan pestisida di Desa X, Jawa Barat. Pengambilan sampel menggunakan metode cluster random sampling pada tingkat RT. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner, pemeriksaan fisis, pemriksaan darah dan pengamatan cara kerja. Pemeriksaan diameter pupil dan AChE plasma dilakukan sebelum dan sesudah penyemprotan. Dari 72 responden penelitian sebesar 64 responden (88,89%) mengalami penurunan diameter pupil baik secara unilateral maupun bilateral sesudah melakukan penyemprotan pestisida organofosfat. Nilai median perubahan aktivitas AChE plasma adalah 2,2 % dengan nilai minimum -4,26% dan maksimum 9,75%. Penurunan diameter pupil dan penurunan aktivitas asetilkolinesterase plasma secara statistik bermakna (paired t-test; p<0,001). Tidak ditemukan hubungan bermakna antara penurunan diameter pupil dengan persentase perubahan aktivitas asetilkolinesterase plasma (p=0,052). Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan antara penurunan diameter pupil dengan persentase perubahan asetilkolinesterase plasma dan faktor resiko lainnya seperti usia, IMT, masa kerja dan lama waktu penyemprotan pestisida.
"
2018
T52626
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parmitasari
"Latar belakang. Saat pandemi COVID-19 terjadi, penderita asma dianggap memiliki peningkatan risiko infeksi terhadap COVID-19. Timbul pertanyaan apakah persiapan khusus terhadap kondisi klinis yang berat mungkin dibutuhkan bagi pekerja di lokasi terpencil. Objektif. Studi ini berusaha menjawab apakah terdapat peningkatan risiko perawatan intensif (Intensive Care Unit/ ICU) pada pekerja dengan COVID-19 yang memiliki riwayat asma. Metode. Pencarian literatur dilakukan melalui database PubMed, Scopus dan ProQuest, serta pencarian manual. Kriteria inklusi adalah tinjauan sistematis, studi kohort, studi retrospektif, studi cross sectional, COVID-19, asma, dan ICU. Kemudian dilakukan telaah kritis terhadap lietratur berdasarkan Center of Evidence-Based Medicine, Oxford University, Critical Appraisal for Prognostic Studies and Systematic Reviews. Hasil. Tiga studi tinjauan sistematis dan tiga studi kohort retrospektif ditemukan. Tinjauan sistematis oleh Sunjaya, et al. (2021) dan Husein, dkk. (2021), serta studi kohort retrospektif oleh Calmes, MD, et al. (2021) menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada risiko perawatan di ICU untuk penderita asma dibandingkan non-asma (RR 1.19; CI 95%: 0.93 – 1.53; p= 0.16), (RR= 1.64, 95%CI = 0.67-3.97; p=0,27), dan (OR = 1,4 (95% CI = 0,64-3,2); p = 0,39). Tinjauan sistematis oleh Liu (2021), menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam prevalensi asma antara pasien ICU dan non-ICU (RR, 1,19; 95% CI, 0,92-1,54; P = 0,17; I2 = 48,6%;). Studi kohort oleh Choi, et al (2020) menunjukkan bahwa asma bukan merupakan faktor prediktif masuknya ICU pada pasien COVID-19 (OR 0,656 (95%CI= 0,295 – 1,440); nilai p =0,302). Sebaliknya, studi kohort oleh Jin, MMed, et.al (2020) menunjukkan bahwa pasien COVID-19 dengan asma memiliki proporsi masuk ICU yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak. Kesimpulan. Pekerja COVID-19 dengan asma tidak memiliki risiko masuk ICU yang lebih tinggi.

Background. As the COVID-19 pandemic occurs, those with asthma were thought to have an increased risk of infection. Question arisen whether special preparation for severe clinical outcomes might be needed for remote site workers. Objective. The study sought to answer whether an increased risk of an ICU admission for COVID-19 patients among workers who have a history of asthma exist. Method. A literature search was conducted through PubMed, Scopus and ProQuest databases, as well as hand searched. The inclusion criteria were systematic review, cohort study, retrospective study, cross sectional study, COVID-19, asthma, and ICU. Then, they were critically appraised based on Center of Evidence-Based Medicine, Oxford University, Critical Appraisal for Prognostic Studies and Systematic Reviews. Result. Three systematic review studies and three retrospective cohort studies were found. Systematic reviews by Sunjaya, et al. (2021) and Hussein, et al. (2021), also retrospective cohort study by Calmes, MD, et al. (2021) showed no significant difference in risk requiring admission to ICU for asthmatic compared to non-asthmatic (RR 1.19; CI 95%: 0.93 – 1.53; p= 0.16), (RR= 1.64, 95%CI = 0.67-3.97; p=0.27), and (OR = 1.4 (95% CI = 0.64-3.2); p =0.39), respectively. Systematic review by Liu (2021), showed no significant difference in asthma prevalence between ICU and non-ICU patients (RR, 1.19; 95% CI, 0.92-1.54; P =0 .17; I2 = 48.6%;). Cohort study by Choi, et al (2020) showed asthma was not a predictive factor for ICU admission in COVID-19 patients (OR 0.656 (95%CI= 0.295 – 1.440); p value =0.302). Contrary, cohort study by Jin, MMed, et.al (2020) showed that COVID-19 patients with asthma had a higher proportion of ICU admission than those who do not have. Conclusion. COVID-19 workers with asthma does not have a higher risk of ICU admission."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Ghozali Thohir
"Seorang pekerja laki-laki 38 tahun mengalami gejala gangguan saraf tepi dan di diagnosis neuropati perifer. Pekerja tersebut memiliki riwayat bekerja sebagai operator mesin Spinning di pabrik pembuatan rayon selama 10 tahun dengan riwayat paparan CS2 melebihi nilai ambang batas secara inhalasi. Tujuan dari laporan kasus berbasis bukti ini adalah untuk mendapatkan jawaban yang tepat tentang hubungan antara paparan karbon disulfida kerja melalui inhalasi dengan neuropati perifer di antara pekerja industri rayon. Pencarian artikel dilakukan melalui PubMed, Scopus, Medline, Embase dan handsearching. Kriteria inklusi adalah Tinjauan Sistematis, Meta-Analisis, Studi Kohort, Studi Kasus-kontrol, Studi potong lintang, pekerja dengan paparan CS2 secara inhalasi di lingkungan kerja, hasil diagnosis neuropati perifer atau hasil tes konduktifitas saraf sebagai alat diagnostik baku neuropati perifer ( MNCV dan SNCV ). Kemudian ditelaah secara kritis menggunakan kriteria CEBM oxford untuk studi etiologi . Dari hasil pencarian artikel didapatkan 4 jurnal penelitian. Terdapat satu artikel studi kohort prospektif dan tiga artikel studi potong lintang. Hasil telaah kritis 4 studi penelitian belum cukup kuat menunjukkan hubungan antara paparan CS2 inhalasi dengan neuropati perifer. Namun nilai penurunan konduktivitas saraf tepi dikatakan bermakna jika kecepatan konduktivitas saraf tepi ekstremitas atas < 50 m/s dan ekstremitas bawah jika < 40 m/s.

Carbon disulfide (CS2) is widely used in various industries as a raw material for the manufacture of goods such as rayon, cellophane, and carbon tetrachloride. Currently, the largest user of this chemical is the rayon fibre industry. This evidence-based case report aims to obtain precise answers regarding the relationship between occupational carbon disulfide exposure through inhalation and peripheral neuropathy among rayon industry workers. A 38-year-old male worker had peripheral nerve disorder symptoms and was diagnosed with peripheral neuropathy. The worker had a history of working as a spinning machine operator in a rayon manufacturing factory for 10 years with a history of exposure to CS2 exceeding the threshold value through inhalation. An article search was conducted through PubMed, Scopus, Medline, Embase, and manual searching. The articles were then critically appraised using Oxford's CEBM criteria for etiological studies. The article searches resulted in one prospective cohort study and three cross-sectional studies. Based on the patient's condition, the findings from the 4 research studies were insufficient to establish a link between inhalation exposure to CS2 and peripheral neuropathy. Further studies with a stronger association level are needed to establish the relationship between inhaled CS2 exposure and peripheral neuropathy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiscus Januar Widjaja
"Awak pesawat memiliki lingkungan kerja yang dapat meningkatkan risiko terjadinya nyeri punggung bawah (NPB). Tujuan dari studi ini adalah untuk mencari tahu apakah lama bekerja seorang awak pesawat komersial berpengaruh terhadap NPB. Studi ini adalah sebuah laporan kasus berbasis bukti, dengan pencarian literatur yang dilakukan pada database PubMed, Cochrane, dan Ingenta. Kriteria inklusi dalam pencarian ini adalah literatur dengan subyek penelitian awak pesawat dan adanya kejadian NPB. Penilaian kritis dilakukan sesuai dengan metode pada literatur yang diperoleh. Seleksi literatur mendapatkan tiga literatur. Ketiganya adalah studi prevalensi dengan metode potong lintang. Berdasarkan penilaian kritis, hanya ada satu studi yang memiliki kualitas yang paling baik, dimana hasil studi tersebut menunjukkan bahwa tidak ada peningkatan jumlah penderita NPB pada periode lama bekerja 10-24 tahun (Rasio Odds: 0,93 dan Interval Kepercayaan 95%: 0,78-1,03). Bukti-bukti yang kami dapatkan masih belum cukup untuk membuktikan bahwa semakin tinggi lama bekerja seorang awak pesawat berpengaruh terhadap kejadian NPB, karena level of evidence dari semua studi yang kami dapatkan adalah rendah.

Flight crew has a work environment that can increase the risk of low back pain (LBP). The aim of this study is to find out whether the length of work resulted in commercial flight crews suffering from LBP. This study is an evidence-based case report, with literature searches conducted in the PubMed, Cochrane, and Ingenta databases. The inclusion criteria in this search were literature with research subjects as crew members and the presence of LBP. Critical appraisal was carried out in accordance with the methods in the articles. We found three literatures after selecting literatures based on inclusion and exclusion criteria. The selected articles applied cross-sectional method. Only one study has the best quality, where the results of the study showed that there was no increase in the number of LBP sufferers within the 10-24 years working period (Odds Ratio: 0.93 and 95% Confidence Interval: 0.78-1.03). These evidences are still insufficient to prove that the longer length of work increases the risk of LBP in commercial flight crews, because the articles were low level of evidence."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fita Rahmasari
"Pendahuluan Timbal merupakan salah satu bahan penting yang banyak digunakan di industri. Industri baterai timbal-asam menggunakan timbal dalam jumlah besar yang meningkatkan pajanan timbal ditempat kerja dan diperkirakan dapat mempengaruhi tekanan darah selama bertahun-tahun. Tujuan dari laporan ini adalah untuk menyajikan bukti tentang pengaruh pajanan timbal ditempat kerja terhadap kejadian hipertensi pada pekerja. Metode Pencarian literatur dilakukan melalui basis data elektronik dari PubMed, Scopus dan Cochrane. Kriteria inklusi yang diterapkan yaitu tinjauan sistematis, meta analisis, studi kohort, studi kasus kontrol, studi potong lintang, pekerja dengan pajanan timbal ditempat kerja dan dampak hipertensi atau tekanan darah tinggi. Artikel terpilih kemudian dinilai secara kritis menggunakan kriteria yang relevan dari Oxford Centre for Evidence-Based Medicine. Hasil Tiga studi potong lintang yang relevan disertakan. Studi oleh Thongsringklee M. dkk, Singamsetty dkk serta Sudjaroen dkk menunjukkan bahwa pekerja dengan paparan timbal secara langsung memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadi hipertensi dibandingkan dengan pekerja dengan paparan tidak langsung (OR adj 1.38, 95% CI 1.01-1.89; OR 1.97, 95% CI 1.96-2.17; dan OR 1.4, 95% CI 0.97-1.73, secara berurutan) dan bermakna secara statistik, meskipun studi oleh Sudjaroen dkk tidak. Kesimpulan dan rekomendasi Bukti saat ini tidak memberikan bukti yang kuat untuk mengkonfirmasi bahwa paparan timbal dapat menyebabkan hipertensi pada pekerja. Disarankan bagi pekerja yang terpapar timbal secara langsung untuk lebih waspada karena dua dari tiga studi melaporkan kemungkinan timbal meningkatkan risiko hipertensi. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan desain penelitian yang lebih baik untuk memberikan bukti yang kuat bahwa paparan timbal dapat meningkatkan risiko hipertensi pada pekerja.

Background Lead is still one of the essential materials in many industries. The lead-acid battery industry consumes the largest amount of lead which make lead exposure increases at the workplace and has been suspected to influenced blood pressure for many years. The aim of this evidence-based case report is to present the evidence about the effect of occupational lead exposure on the incidence of hypertension in worker. Method The literature searching was conducted through PubMed, Scopus and Cochrane Library. The inclusion criteria were Systematic Review, Meta-Analysis, Cohort Study, Case- control Study, Cross-sectional Study, worker with occupational lead exposure, and hypertension or high blood pressure outcome. The selected articles were then critically appraised using relevant criteria by the Oxford Center for Evidence-Based Medicine. Result Three relevant cross-sectional studies were included. Studies by Thongsringklee M. et al, Singamsetty et al. and Sudjaroen et al. showed that workers with direct-lead exposure have more risk for hypertension than workers with indirect-lead exposure (OR adj 1.38, 95% CI 1.01-1.89; OR 1.97, 95% CI 1.96-2.17; and OR 1.4, 95% CI 0.97-1.73, respectively) and significant statistically, although the last study wasn’t. Conclusion and recommendation The current evidences do not show strong evidence to ensure that lead exposure can cause hypertension in worker. It is recommended to be more alert for workers with direct-lead exposure because two out of three studies reported the possibility that lead increase the risk of hypertension in worker. Further research with better study design is needed to provide strong evidence that lead exposure can increase the risk of hypertension in worker."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Virginia Nuriah Hikmawati
"Pengobatan TB MDR yang berlangsung lama menimbulkan isolasi sosial, kehilangan pekerjaan, efek sosioekonomi dan psikologis jangka panjang pada pasien. Faktor individu, sosial budaya dan lingkungan serta kemungkinan efek samping psikiatri menjadikan pasien TB MDR cenderung mengalami gejala depresi. Depresi dapat mempengaruhi kualitas hidup. Penelitian ini menilai perubahan status depresi dan hubungannya dengan kualitas hidup pasien TB MDR. MetodePenelitian ini menggunakan metode kohort observasional di Poliklinik TB MDR RSUP Persahabatan. Dua puluh sembilan subjek TB MDR dinilai status depresi dan kualitas hidupnya dengan kuesioner Beck Depression Inventory BDI dan WHOQOL BREF sebelum dan setelah 6 bulan pengobatan TB MDR. HasilProporsi pasien depresi sebelum pengobatan sebesar 75,9 22 subjek . Setelah 6 bulan pengobatan TB MDR, 13 orang skor BDInya menurun, 9 orang meningkat dan terdapat 4 orang yang sebelumnya tidak depresi mengalami depresi. Skor WHOQOL BREF mengalami peningkatan pada ranah fisis, psikologis dan peningkatan bermakna pada ranah lingkungan. Pada ranah sosial, skor kualitas hidup mengalami penurunan. Tidak didapatkan hubungan bermakna antara perubahan status depresi dan kualitas hidup. Keterkaitan antara faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status ekonomi, lama sakit TB dan atau TB MDR serta beratnya merokok dengan depresi tidak dapat dibuktikan pada penelitian ini. KesimpulanSebanyak 22 subjek 75,9 mengalami gejala depresi sebelum memulai pengobatan TB MDR. Setelah 6 bulan, 13 orang gejala depresinya membaik, 9 orang memburuk dan terdapat 4 orang mengalami onset baru depresi. Kualitas hidup ranah fisis, psikologis dan lingkungan mengalami kenaikan.Kata-kata kunci: tuberkulosis multidrug resistant, depresi, kualitas hidup

IntroductionTreating drug resistant TB MDR TB which requires longer courses resulting in social isolation, loss of employment, and long-term socioeconomic and also psychological impacts for patients. Individual factors, sociocultural and environment condition also psychiatric adverse events lead the patients tend to have depression symptoms. Depression can majorly affects patients rsquo; quality of life. This study assesses the alteration of depression and its rsquo; relation with the quality of life among MDR TB patients. MethodsThis study used observational cohort methods in MDR Outpatients Clinic of Persahabatan Hospital. Twenty nine patients were diagnosed with MDR, measured depression status and the quality of life with Beck Depression Inventory BDI and WHOQOL BREF questionnaire from baseline and after 6 months therapy. ResultsPropotion of depression at baseline is 75,9 22 subjects . After 6 months treatment, the BDI score of 13 subjects were decreased, 9 subjects were increased and there were 4 subjects experienced new onset depression. The WHOQOL BREF improved in physical, psychological and significantly increased in environmental domain. In social domain, it was decreasing. This study didn rsquo;t find relation between depression status changes and the quality of life. The association between age, gender, level of education, economic status, duration of illness and smoking with depression could not be proven by this study. ConclusionsThere are 22 subjects 75,9 have already been depressed at baseline. After 6 months treatment, 13 subjects improving the symptoms, 9 subjects worsening and 4 subjects have experienced new onset depression. The quality of life in physical, psychological and environmental domain have improved. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
Sp-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eval Heriansyah
"ABSTRAK
Nama : Eval HeriansyahProgram Studi : S2 Magister Kedokteran KerjaJudul : Hubungan Perubahan Akut Gambaran EKG Dengan Penurunan Aktivitas Asetilkolinesterase Plasma Pada Petani Penyemprot Laki-Laki Yang Menggunakan OrganofosfatPembimbing : Astrid Sulistomo dan Budhi SetiantoLatar Belakang. Petani di Indonesia masih banyak menggunakan pestisida golongan organofosfat. Organofosfat memiliki efek toksik terhadap berbagai sistem tubuh, salah satunya sistem kardiovaskuler. Pestisida organofosfat yang masuk ke dalam tubuh manusia memengaruhi fungsi saraf dengan jalan menghambat kerja enzim kolinesterase. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perubahan akut gambaran EKG sebelum dan sesudah pajanan organofosfat pada petani penyemprot padi laki-laki.Metode. Penelitian ini menggunakan disain potong lintang dengan rancangan pre- dan post-test tanpa kontrol di desa Pada Asih, Kecamatan Cibogo, Kabupaten Subang dengan cara pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner, pemeriksaan fisis, dan pengamatan cara kerja. Pemeriksaan AChE dan EKG dilakukan sebelum dan sesudah penyemprotanHasil. Dari 80 subjek petani penyemprot padi, 20 subjek 25 mengalami perubahan gambaran EKG sesudah melakukan penyemprotan pestisida organofosfat. Jenis perubahannya, berupa sinus bradikardia 6,25 , pemanjangan interval QT 3,75 , peninggian gelombang T 2,5 , dan pembesaran atrium kiri 12,5 . Penurunan aktivitas AChE ditemukan rata-rata -2,29 3,25 . Tidak ditemukan hubungan bermakna antara semua faktor risiko yang diteliti usia, persentase perubahan AChE, merokok saat menyemprot, status gizi, penggunaan APD, masa kerja, lama penyemprotan, dan tugas kerja dengan perubahan gambaran EKG.Kesimpulan. Perubahan akut gambaran EKG yang terjadi pada populasi petani penyemprot padi laki-laki sebesar 25 . Perubahan aktivitas asetilkolinesterase terjadi berkisar -2,29 3,25 . Tidak ditemukan faktor risiko yang berhubungan.Kata kunci. Elektrokardiografi, asetilkolinesterase, petani, pestisida, organofosfat.

ABSTRACT
ABSTRACTName Eval HeriansyahProgram Master of Occupational MedicineTitle Acute ECG Changes Associated with Decreased Plasma Acetylcholinesterase Activity Among Male Pesticide Spraying Farmers using OrganophosphateCounselors Astrid Sulistomo and Budhi SetiantoBackground. Many farmers in Indonesia are still using organophosphorus pesticides. Organophosphates have toxic effects on various body systems, one of them is the cardiovascular system. Organophosphate pesticides that enter the human body affect the function of the nerves by inhibiting the action of cholinesterase enzymes. This study aims to determine the relationship of acute changes of ECG images before and after exposure of organophosphates among male paddy sprayers.Method. This study used cross sectional with pre and post test design without control in Pada Asih Village, Cibogo Sub district, Subang Regency. Using cluster random sampling method for sample selection. Data were collected using questionnaires, physical examination, and observation of working process. Acetylcholinesterase and EKG examination was conducted before and after spraying,Results. From 80 rice spray farmers recruited, a total of 20 subjects 25 showed changes in ECG picture after spraying with organophosphorus pesticides. The types of changes include bradycardia sinus 6.25 , QT interval lengthening 3.75 , heightening of T wave 2.5 , and left atrial enlargement 12.5 . Decrease in activity of AChE was 2,29 3,25 . No significant association between changes in ECG graph and studied risk factors age, percentage of plasma AChE changes, smoking while spray, BMI, using PPE, working period, duration of spray, and work assignment could be identified.Conclusion. Acute change in ECG picture occurred in 25 of male pesticide spraying farmers. Changes in AChE were 2,29 3,25 . No association with studied risk factors could be found."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58973
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>