Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161036 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ika Rania Annisa
"Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang termasuk ke dalam peringkat tiga tertinggi terkait penyebab kematian dan kecacatan pada anak-anak dan dewasa di seluruh dunia. Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2017, Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi dengan persentase gejala ISPA pada balita tertinggi kedua di Pulau Jawa setelah Provinsi Banten (6,3%) yaitu sebesar 5,8%. Jika dibandingkan dengan data SDKI 2012, prevalensi kejadian gejala ISPA pada balita di Provinsi Jawa Barat juga mengalami kenaikan dari 4,1% di Tahun 2012 menjadi 5,8% di tahun 2017. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor resiko yang berhubungan dengan gejala ISPA pada balita (6-59 bulan) di Provinsi Jawa Barat berdasarkan analisis data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional atau potong lintang dengan sampel yang bersumber dari data SDKI tahun 2017 sejumlah 1.356 responden balita usia 6-59 bulan. Hasil penelitian didapatkan bahwa faktor resiko yang berhubungan dengan Gejala ISPA pada balita di Provinsi Jawa Barat adalah usia balita (PR 1,38; CI 95% 1,109–1,720) dan ASI eksklusif (PR 1,5; CI 95% 1,211–1,866). Kesimpulan dari penelitian ini adalah prevalensi kejadian gejala ISPA pada balita di Provinsi Jawa Barat sebesar 51,3% dan faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian gejala ISPA pada balita di Provinsi Jawa Barat adalah usia balita dan status ASI eksklusif.

Acute Respiratory Tract Infection (ARI) is one of the diseases that is included in the third highest ranking of causes of death and disability in children and adults worldwide. Based on the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) data, West Java province is the province with the second highest percentage of ARI symptoms in children under five on Java Island after Banten province (6.3%) which is 5.8%. When compared with the 2012 IDHS data, the prevalence of ARI symptoms in children under five in West Java province also increased from 4.1% in 2012 to 5.8% in 2017. The purpose of this study was to determine the risk factors associated with symptoms. ARI in toddlers (6-59 months) in West Java Province based on data analysis of the 2017 Indonesian Demographic and Health Survei (IDHS). The results showed that the risk factors associated with ARI symptoms in children under five in West Java Province were toddler age (PR 1.38; 95% CI 1.109–1.720) and exclusive breastfeeding (PR 1.5; 95% CI 1.211–1.866). The conclusion of this study is that the prevalence of ARI symptoms in children under five in West Java Province is 51.3% and the risk factors associated with the incidence of ARI symptoms in children under five in West Java Province are toddler age and exclusive breastfeeding status."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathimi
"Pendahuluan: ISPA sering disalahartikan sebagai infeksi saluran pernafasan atas, padahal ISPA tidak hanya menyerang saluran pernafasan atas namun juga mencakup saluran pernafasan bawah. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak hingga menimbulkan penyakit saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli beserta adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor karakteristik individu dan lingkungan terhadap kejadian ISPA pada balita.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study (studi potong lintang), jumlah sampel 163 balita, lokasi penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pancasan, waktu penelitian dari tgl 27 April-30 Mei 2019.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan 41,1% balita menderita ISPA, secara statistik variabel yang berhubungan signifikan dengan kejadian ISPA adalah jenis kelamin (OR:2,89) dan umur (OR:2,04).
Kesimpulan: Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kejadian ISPA pada balita baik dari karakteristik balita, karakteristik orangtua, karakteristik lingkungan fisik rumah dan sarana pelayanan kesehatan itu sendiri.
Saran: Pentingnya peran petugas kesehatan terutama meningkatkan kesadaran orangtua dalam memelihara dan menjaga kesehatan anak, memelihara kesehatan lingkungan serta adanya kerja sama lintas program serta lintas sektor.

Introduction: ARI is often misinterpreted as upper respiratory tract infection, whereas ARI does not only attack the upper respiratory tract but also includes the lower respiratory tract. Infection is the entry of germs or microorganisms into the human body and proliferates to cause respiratory tract diseases ranging from the nose to the alveoli and their adnex such as the sinuses, middle ear cavity and pleura.
Objective: This study aims to determine the effect of individual and environmental characteristic factors on the incidence of ARI in infants.
Method: This study used a cross sectional study design, the number of samples of 163 toddlers, the study location in the work area of the Pancasan Health Center, the time of the study from 27 April to 30 May 2019.
Results: The results showed 41.1% of children under five suffered ARI, statistically the variables associated significantly with the incidence of ARI were gender (OR: 2.89) and age (OR: 2.04).
Conclusion: Many factors can influence the incidence of ARI in infants, both from the characteristics of children under five, parental characteristics, characteristics of the physical environment of the home and the health service facilities themselves.
Suggestion: The importance of the role of health workers especially to increase parents awareness in maintaining and maintaining children`s health, environment health and the existence of cross-program and cross-sector cooperation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52837
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Triyani
"Wasting merupakan suatu kondisi malnutrisi akut yang dapat meningkatkan risiko penyakit infeksi dan kematian pada anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian wasting pada anak usia 6 ndash; 23 bulan di Jakarta Utara tahun 2017. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dan data primer dengan jumlah sampel sebanyak 207 anak dari 11 posyandu terpilih yang diperoleh melalui metode multistage random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran antropometri BB dan PB dan wawancara kuesioner dengan responden ibu/pengasuh dari sampel penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 9,2 anak usia 6 ndash; 23 bulan di Jakarta Utara mengalami wasting. Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square menunjukkan bahwa praktik pemberian kolostrum p-value.

Wasting is a condition of acute malnutrition that can increase the risk of infectious disease and death in children. The objective of this research is to determine the dominant factor related with wasting among children aged 6 ndash 23 months in North Jakarta in 2017. This research used a cross sectional study design and primary data with total sample of 207 children from 11 selected posyandu obtained through multistage random sampling method. Data were collected by anthropometric measurements weight and body length and questionnaire interviews with respondents mother caregiver of research sample. The result showed that 9,2 of children aged 6 ndash 23 months in North Jakarta are wasting. The result of bivariate analysis with chi square test showed that the practice of giving colostrum p value."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69088
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Putri Pertiwi
"Vitamin A merupakan vitamin larut lemak yang memiliki berbagai fungsi biologis, termasuk dalam mengurangi kemungkinan infeksi dan mengatur pertumbuhan. Kondisi kekurangan vitamin A pada balita dapat berakibat pada meningkatnya angka kesakitan, perburukan status gizi, bahkan kematian. Oleh karena itu, dibutuhkan suplementasi vitamin A sebagai upaya melindungi kelompok rentan dari dampak kekurangan vitamin A. Sayangnya, pemberian suplementasi vitamin A belum memberikan hasil yang optimal hingga saat ini. Penelitian ini ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pemberian suplemen vitamin A pada balita usia 6-59 bulan di Indonesia berdasarkan analisis data SDKI 2017. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional yang melibatkan 1.728 balita usia 6-59 bulan di Indonesia. Hasil penelitian membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu, usia balita, riwayat imunisasi balita, kunjungan Antenatal Care (ANC), kunjungan Postanatal Care (PNC), tempat persalinan, dan keterpaparan media televisi dengan kepatuhan pemberian suplemen vitamin A. Riwayat imunisasi adalah faktor yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan pemberian suplemen vitamin A pada balita. Dengan demikian, penelitian ini menyarankan agar penguatan program imunisasi pada balita, edukasi kesehatan, kualitas kunjungan ANC dan PNC, serta pemanfaatan fasilitas kesehatan dan media terus ditingkatkan guna mencapai cakupan suplementasi vitamin A pada balita yang lebih baik.

Vitamin A is a fat-soluble vitamin that has a variety of biological functions, including reducing the infection and growth regulators. Vitamin A deficiency in child under five can result in increased morbidity, poor nutritional status, and even death. Therefore, vitamin A supplementation is needed as an effort to protect vulnerable groups, especially children from the impact of vitamin A deficiency. Unfortunately, vitamin A supplementation has not shown optimal results. This study wanted to determine the factors associated with compliance of vitamin A supplementation in child aged 6-59 months in Indonesia based on the 2017 IDHS data analysis. This is a quantitative research with cross-sectional design involving 1,728 child aged 6-59 months in Indonesia. The results prove a significant association between maternal education, child’s age, history of child’s immunization, Antenatal Care (ANC) and Postanatal Care (PNC) visits, place of delivery, and television media exposure with compliance to vitamin A supplementation. Child’s immunization history is the most dominant factor associated with compliance of vitamin A supplementation in child. Thus, this study suggests that child’s immunization program, health education, the quality of ANC and PNC, the utilization of health facilities and media should be improved to achieve better coverage of vitamin A supplementation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jerikco Lewiyonah
"Latar Belakangan: Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit menular penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada balita di dunia, khususnya di negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu dari enam negara dengan kasus ISPA pada balita terbanyak di dunia dengan insiden yang cukup tinggi. Beberapa faktor yang berkaitan dengan ISPA pada balita diantaranya yaitu faktor sosio-demografi, , faktor sosio-ekonomi, dan faktor lingkungan. DKI Jakarta memiliki beberapa permasalahan yang umum terjadi di kota besar seperti masalah Kependudukan, pekerjaan, dan polusi udara. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2019- 2020, seperti usia ibu, tingkat Pendidikan ibu, tingkat Pendidikan ayah, jumlah perokok, jumlah industri, jumlah kendaraan bermotor, dan ruang terbuka hijau (RTH) secara statistic. Metode: Penelitian ini menggunakan desai studi ekologi berdasarkan tempat yang mencakup 44 kecamatan di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Hasil: studi menunjukkan adanya korelasi terhadap kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita di Provinsi DKI Jakarta yaitu usia ibu (p = 0.011, r = 0.381), tingkat pendidikan ibu (p = 0,000, r = -0,385), jumlah perokok (p = 0.007, r = 0.422), dam ruang terbuka hijau (p = 0.048, r = 0.325). Sementara itu, untuk tingkat Pendidikan ayah, jumlah kendaraan bermotor, dan jumlah industri menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dengan kejadian ISPA pada balita di Provinsi DKI Jakarta.

Background: Acute Respiratory Infection (ARI) is an infectious disease the main cause of morbidity and mortality in children under five years in the world, especially in developing countries. Indonesia is one of the six countries with most cases of ARI in children under five years in the world. There are several factors related to ARI in children under five years including socio-demographic, socio-economic, and environmental factors. DKI Jakarta had several problems that are common in big cities, such as population, employment, and air pollution. Objective: In this study the factors related to the incidence of ARI among children under five years in DKI Jakarta Province in 2019 and 2020, such as maternal age, mother’s level of education, father’s level of education, total of smokers, total of industries, total of vehicle, and quantity of green open space were analysed. Methods: An ecological study design based on region that includes 44 sub-districts in DKI Jakarta Province was used in this study. Results: Statistically significant correlations between incidence of Acute Respiratory Infection (ARI) in children under five years in DKI Jakarta Province, and maternal age (p = 0,011, r = 0,381) in 2019 and 2020, mother’s level of education (p = 0,000, r = -0,385), total of smokers (p = 0,007, r = 0,422) in 2019,quantity of green open space (p = 0,048, r = 0,325) in 2019 were observed in this study. Meanwhile, in signicant correlations between father’s level ofeducation, total of vehicle, and total of industries show insignificant correlation with incidence of ARI among children under five years in DKI Jakarta Province in 2019 and 2020 were showed."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kandita Iman Khairina
"Diare didefinisikan sebagai cairan abnormal atau tinja yang tidak berbentuk (cair), yang disertai peningkatan frekuensi buang air besar sebanyak tiga kali atau lebih dalam sehari.Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian diare yaitu karakteristik anak, karakteristik keluarga, faktor perilaku, dan faktor lingkungan. Penelitian ini merupakan studi deskriptif yang menggunakan desain potong lintang yang bertujuan untuk mengetahui determinan faktor kejadian diare pada balita usia 6-59 bulan di Jawa Barat menggunakan data sekunder Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021. Sampel merupakan balita berusia 6-59 bulan di Jawa Barat dalam data SSGI 2021 dan 4083 sampel didapat. Hasil penelitian menunjukkan proporsi kejadian diare pada balita 9,1%. Analisis bivariat menunjukkan variabel yang berhubungan bermakna dengan diare adalah usia anak, usia ibu, pendidikan ibu, sumber air minum, kelayakan jamban, dan tempat tinggal. Hasil analisis multivariat menunjukkan bhwa faktor paling dominan dari kejadian diare yaitu usia anak dengan nilai OR terbesar 1,872. Anak yang berusia 6-23 bulan berisiko 1,872 kali mengalami diare dibandingkan anak berusia 24-59 bulan.

Diarrhea is defined as loose or liquid stool with increased frequency of defecation three times in a day. There are some factors that have been associted with diarrhea such as; children’s characteristic, mother’s characteristic, behavioural factors, and environmental factors. This study is a descriptive study using cross-sectional design that aims to determine the determinants of diarrhea incidence in infants aged 6-59 months in West Java Province using secondary data from Study of Indonesia Nutritional Status Data 2021. Sample in this study is toddler aged 6-59 months in West Java Province in Indonesia Nutritional Study Data 2021 and 4083 samples were obtained. This study shows that diarrhea incidence in 6-59 month children in West Java is 9,1%. Bivariate analysis shows that there are significant relationship between diarrhea incidence with children;’s age, mother’s age, mother’s education, drinking water source, latrines, and type of residence. Multivariate analysis shows that children’s age is the dominant factor in diarrhea incidence in children aged 6-59 month old."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Labado
"ISPA merupakan salah satu penyakit penyebab kematian pada anak-anak di dunia khususnya Negara berkembang seperti di Indonesia. Faktor penyebab ISPA adalah kondisi lingkungan rumah serta PHBS yang buruk. Tingginya insiden ISPA di Kabupaten Gorontalo khususnya balita dan belum tercapainya target RPJMN rumah sehat di Provinsi Gorontalo melatarbelakangi dilakukannya penelitian terkait kondisi lingkungan rumah dan perilaku dengan Kejadian ISPA pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Tilango. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor-faktor terkait kondisi lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan kejadian ISPA di kecamatan Tilango. Penelitian ini menggunakan desain studi Cross sectional dengan analisis multivariate Binary Regresi logistic model prediksi. Populasi pada penelitian ini adalah anak balita usia 0-59 bulan yang berkunjung ke Puskesmas Tilango. Pemilihan sampel penelitian ini dilakukan secara acak berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 92 responden. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa yang paling dominan secara signifikan terhadap Kejadian ISPA pada balita di Kecamatan Tilango yaitu Pendapatan (OR=13,9, 95% CI 3,395-57,668), Pendidikan (OR=11,3, 95%CI 2,498-51.650), Status Imunisasi (OR=9,8, 95%CI 1,019-95.346), Luas Ventilasi (OR= 8,9, 95%CI= 2,204-35,956), Kebiasaan Buka Jendela (OR=0,05, 95%CI 0,007-0,447).  kesimpulan pada penelitian ini adalah banyak faktor yang dapat mempengaruhi kejadian ISPA pada balita yaitu karakteristik balita, karakteristik orangtua, perilaku dan lingkungan rumah.

ARI is one of the causes of death in children in the world, especially developing countries such as Indonesia. The factors that cause ARI are the condition of the home environment and poor hygiene and sanitation. The high incidence of ARI in Gorontalo Regency, especially toddlers and the lack of achievement of the RPJMN target for healthy homes in Gorontalo Province is the background for conducting research related to home environmental conditions and behavior with the incidence of ARI in children under five in the working area of ​​the Tilango Health Center. The purpose of this study was to determine the relationship of factors related to environmental conditions and behavior related to the incidence of ARI in Tilango sub-district. This study used a cross-sectional study design with multivariate analysis of binary logistic regression prediction model. The population in this study were children aged 0-59 months who visited the Tilango Health Center. The sample selection of this study was conducted randomly based on the inclusion and exclusion criteria specified. The number of samples in this study were 92 respondents. The results of this study found that the most dominant significantly to the incidence of ARI in children under five in Tilango District were income (OR=13.9, 95% CI 3,395-57,668), education (OR=11,3, 95%CI 2,498-51,650) , Immunization Status (OR=9,8, 95%CI 1,019-95,346), Ventilation Area (OR=8,9, 95%CI=2,204-35,956), Window Opening Habit (OR=0,05, 95%CI 0,007 -0.447). The conclusion in this study is that there are many factors that can affect the incidence of ARI in toddlers, namely the characteristics of toddlers, parents' characteristics, behavior and home environment"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Rosdiana
"Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. ISPA menduduki peringkat pertama dari 10 penyakit terbanyak di Indonesia selama lebih dari dua dasawarsa. Penelitian dilakukan untuk menilai hubungan antara kualitas mikrobiologi dalam rumah pada balita di wilayah kerja Puskesmas Leuwisadeng, Kabupaten Bogor tahun 2013. Penelitian ini menggunakan desain studi case control dengan analisis multivariat. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran kualitas mikrobiologi udara dalam rumah, wawancara kuesioner, dan observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan ISPA pada balita adalah total koloni bakteri dan total koloni kuman (p=0,025; OR=7,798), imunisasi (p=0,037; OR=3,845), dan penggunaan bahan bakar untuk memasak (p=0,038; OR= 4,312). Variabel rumah sehat (p=1), perokok dalam keluarga (p=0,526), kelembaban (p=0,088), kepadatan hunian (p=0,380), total koloni jamur (p=0,255), komponen rumah (p=0,066), dan sarana sanitasi (p=0,602) tidak berhubungan dengan kejadian ISPA.
Kesimpulannya bahwa ada hubungan yang signifikan antara total koloni bakteri dan kuman udara dalam rumah, imunisasi, dan penggunaan bahan bakar memasak dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Leuwisadeng. Faktor risiko yang paing dominan menyebabkan ISPA pada balita adalah total koloni bakteri dan kuman.

Acute respiratory infection (ARI) is a principal cause of mortality and morbidity infection diseases in the world. Acute respiratory infection is as first rank from ten diseases in Indonesia during more two decades. The objective of this study is to assess of associated between microbiological indoor air quality to under five children in region of Puskesmas Leuwisadeng, Bogor regency, 2013. This study used case control study and multivariate analysis. The information was collected by measurement of microbiological indoor air quality, interview, and observation.
The result indicated a significant association was found between acute respiratory infection to under five children were total colony bacteria and total colony microbe (p=0,025; OR=7,798), incomplete immunization (p=0,037; OR=3,845), and using biomass for cooking (p=0,038; OR=4,312). Healthy house (p=1), smoking by any family member (p=0,526), humidity (p=0,088), crowding (p=0,380), total colony fungi (p=0,255), component of house (p=0,066), and sanitation facility (p=0,602) insignificant with acute respiratory infection.
Conclusion, there was significant association between total colony bacteria, total colony microbe, incomplete immunization, and using biomass for cooking with ARI in region of Puskesmas Leuwisadeng. The main risk factors that causes under five years ARI is total colony bacteria and total colony microbe.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S53781
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudirman Purawidjaja
"Menurut WHO dalam laporan Kesehatan Dunia 1997, ISPA merupakan masalah kesehatan yang besar terutama di negara berkembang. Kematian akibat ISPA, terutama Pneumonia sebesar 13,5% (1,5 juta) dari angka kematian total (11,1 Juta). Di Indonesia Angka kematian Pneumonia balita tersebut pada akhir Pelita V diperkirakan 6 per 1000 balita. Angka kematian Bayi di Kabupaten Bandung berdasarkan estimasi pada tahun 1998 adalah 46,11 per 1000 Kelahiran hidup.
Berkembangnya tingkat kesakitan dan kematian karena Pneumonia bisa dilihat dari kemampuan ibu memberi pertolongan dan perawatan penunjang baku, kemampuan keluarga membedakan derajat ISPA Bukan Pneumonia dan Pneumonia, membawa anak mereka lebih awal bagi pengobatan khusus ke tempat pelayanan kesehatan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan praktek penanganan ISPA oleh ibu di tingkat keluarga dengan kejadian Pneumonia balita di wilayah Puskesmas Kabupaten Bandung tahun 2000.
Jenis penelitian ini adalah kasus kontrol. Penelitian ini mengambil sampel 150 penderita Pneumonia pada balita yang datang ke Puskesmas dan berdomisili di wilayah Puskesmas Kabupaten Bandung sedangkan 150 kontrol adalah tetangga kasus yang sudah sembuh dari pneumonia dan Bukan Pneumonia. Alpha 0,05; Power of the test 80%. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner pada ibu balita dan dilakukan observasi dengan cara pengukuran dan pengamatan untuk mendapatkan data ventilasi, kepadatan rumah. Entri data menggunakan Epi Info Versi 6.0, analisis data menggunakan Stata versi 6 dan Stata Trasfers. Analisis meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil akhir analisis multivariat adalah bermaknanya hubungan praktek penanganan ISPA oleh ibu di tingkat keluarga dengan kejadian Pneumonia (cOR 2,87 ; 95% CI 1,42 - 5,79; p = 0,0027), setelah dikontrol dengan gizi balita, ekonomi keluarga hubungan tersebut tetap bermakia (aOR 2,32; 95% CI 1,09 - 4,94; p = 0,028) ), dan Population Attributable Risk(PAR) =99%. Variabel yang dimasukan dalam model akhir adalah, ekonomi keluarga dengan pertimbangan substantif diyakini dapat mengganggu hubungan praktek penanganan ISPA oleh ibu di tingkat keluarga terhadap kejadian Pneumonia. Pengaruh variabel utama dan kovariat secara bersama-sama adalah dengan persamaan Logit P(kejadian Pneumonia) = - 1,3658 + (0,7821)praktek penanganan ISPA oleh ibu di tingkat keluarga + (1,1005) ekonomi keluarga.
Saran operasional antara lain peningkatan pengetahuan melalui penyuluhan dan pendidikan kesehatan bagi petugas, ibu balita dalam deteksi dini mengenai hal-hal yang berhubungan dengan ISPA atau Pneumonia.
Saran penelitian antara lain perlu dilakukan Riset Operational mengenai Pengembangan Kemitraan dengan LSM, Tokoh Agama. Perlu dilakukan Riset Operasional mengenai pengembangan media dan pesan untuk kegiatan komunikasi yang mudah dipahami, disukai oleh masyarakat.

The Relationship between Acute Respiratory Tract Infection (ARI) Handle Practice by Mother in the Family Level with Incidence of Under-five Children Pneumonia in Public Health Services Bandung District in Year 2000According to WHO (World Health Organization) in the world healthy report in 1997, Acute Respiratory Infection (ARI) was the biggest health problem especially in developing countries. The death from ARI, especially Pneumonia was 13,5% (1,5 million) from the total death rate (11,1 million). In Indonesia, under five children mortality rate from Pneumonia by the end of Five Year Development Plan was about 6 /1000 under five children. The infant mortality rate in Bandung District based on estimation in1998 was 46,11/1000 living birth.
The development of Pneumonia morbidity and mortality can be seen from the ability of mother to give a help and to take care of their to provide a standardized supporting maintenance, the family ability to distinguish ARI degree is Un Pneumonia and the Pneumonia, taking their children early to the special treatment in a health care centre. This research is done to discover the relationship between ARI handle practice in the family level with incidence of under five children Pneumonia Bandung District Public health service 2000. The type of this research is case control. The research took 150 sample under five children with Pneumonia coming to Public health service whose domiciles were in jurisdiction of Bandung District Public health service, while 150 control was the neighborhood cases whose recovery from Pneumonia and Un Pneumonia. Alfa 0,05, power of the test 80%. Data were taken from interview that we've don using questionnaires to under five mother and we've don also an observation by measurement and observation in order to obtain data on both ventilation and houses entity. Entry data used Epi Info version 6.0, while data analysis used Stata version 6, and Stata transfers. The analysis involved univariate, bivariate, multivariate analysis.
The final result of multivariate analysis is how significance the relationship between ARI handle practice by mother in the family level with the under five children Pneumonia incidence (cOR 2,87; 95% CI 1,42-5,79; p = 0,0027), after being controlled by under five children nutrien, the family financial, the relation is still significance (aOR 2,32; 955 CI 1,09-4,94; p = 0,028) and Population Attributable Risk (PAR) = 99%. The variable included in the final model is family financial with a substantive consideration, is able to confound he relationship between ARI handle practice by mother in family level to Pneumonia incidence. The main variable influence and the covariate collectively is Logit P (Pneumonia incidence) = -(-1,3558 + 0,7821( ARI handle practice by mother in family level) + 1,1005 (family financial).
The operational suggest that is the knowledge increase through the espionage and health education for the officer, under five children mother in detecting early anything related to ARI or Pneumonia.
The research suggest that is it's necessary to do the operational riset about partner development with Non Government Organization (NGO) and a religious Leader, media and massage development for the communication which is easy to understand and likeable for the community.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T5773
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmawaddah
"Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang menempati urutan sepuluh besar penyakit di Puskesmas Plus Kecamatan Sape. Petani di Kecamatan Sape selalu menanam padi setiap tahunnya, sehingga terdapat banyak penggilingan padi pada daerah tersebut. Adanya penggilingan padi berpotensi sebagai penyebab ISPA karena paparan debu gabah hasil proses penggilingan. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu,karakteristik rumah, dan karakteristik tempat kerja dengan kejadian ISPA. Analisis yang digunakan adalah univariat, bivariat, dan multivariat. Jumlah pekerja yang mengalami ISPA adalah 52 orang (53,1%). Hasil penelitian menunjukkan variabel kelembaban rumah berhubungan signifikan dengan kejadian ISPA dan merupakan variabel dominan dengan nilai p=0,01 (OR=7,00). Tidak terdapat hubungan antara karakteristik pekerja dan lingkungan tempat kerja dengan kejadian ISPA.

The incidence of Acute Respiratory Infection (ARI) is one of the health problems that rank in the top ten diseases at the Puskesmas Plus, Sape District. Farmers in Sape District always plant rice every year, so there are many rice mills in the area. The presence of rice milling has the potential to cause ARI due to exposure to grain dust from the milling process. The study design used was cross-sectional to determine the relationship between individual characteristics, home characteristics, and workplace characteristics with the incidence of ARI. The used analyses are univariate, bivariate, and multivariate. The number of workers experiencing ARI is 52 people (53.1%). The results showed that the house humidity variable was significantly related to the incidence of ARI and was the dominant variable with p = 0,01 (OR = 7,00). There is no relationship between the characteristics of workers and the workplace environment with the incidence of ARI."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>