Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113356 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tarigan, Cynthia Veronika
"Dewasa ini, grafit yang digunakan pada berbagai bidang industri adalah grafit sintetik. Namun, proses grafitisasi konvensional membutuhkan konsumsi energi yang besar dan prekursor karbon yang digunakan bersifat tidak renewable. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membentuk grafit sintetik dari prekursor karbon limbah serat mesokarp kelapa sawit. Prekursor karbon biomassa mengandung lignoselulosa seperti limbah serat mesokarp kelapa sawit, cenderung membentuk karbon sulit tergratifisasi saat dikarbonisasi. Penggunaan metode grafitisasi katalitik menjadikan grafitisasi karbon sulit tergrafitisasi tercapai. Parameter yang diperhatikan pada penelitian ini adalah derajat grafitisasi, yang menujukkan persentasi struktur material yang tersusun mirip grafit. Salah satu faktor yang memengaruhi derajat grafitisasi adalah jenis katalis yang digunakan. Pada penelitian ini, variasi jenis katalis yang digunakan adalah Nikel (II) Nitrat dan Besi (III) Nitrat dengan suhu grafitisasi 900 oC dan loading katalis yang sama yaitu 3 mmol logam per gram sampel karbon. Hasil yang didapatkan dari proses grafitisasi dengan katalis Nikel tidak menunjukkan terjadinya pembentukan struktur seperti grafit, sementara hasil dari proses grafitisasi dengan katalis Besi menunjukkan terjadinya pembentukan struktur seperti grafit dengan derajat grafitisasi sebesar 66,7%, yang menunjukkan performa katalis Besi yang lebih baik daripada katalis Nikel.

Nowadays, graphites used in industrial processes are mainly synthetic graphite. The problem is that the conventional graphitization process consumes a lot of energy, and the carbon precursors used are typically non-renewable. The purpose of this study is to form synthetic graphite from carbon precursor from palm oil mesocarp fiber waste. Lignocellulosic biomass carbon precursors, such as oil palm mesocarp fibers waste, tend to form ungraphitizable carbon when carbonized. But, the use of the catalytic graphitization method can make graphitization of ungraphitizable carbon happen. Parameter considered in this study is the degree of graphitization, which shows how much of the material is structured in graphitic order. One of the factors that affect the degree of graphitization is the type of the catalyst used in the process. In this research, the catalyst variations used are nickel (II) nitrate and iron (III) nitrate with graphitization temperature of 900 oC and equal catalyst loading of 3 mmol metal per gram carbon sample. The result of graphitization of palm oil mesocarp fibre waste using nickel (II) nitrate catalyst, doesn’t show the ordered structures of a graphitic carbon, but the graphitization using iron (III) nitrate shows that the resulting product has a graphitic structure with a degree of graphitization of 66,7%, which is significantly better than using nickel (II) nitrate."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Hilman Anshari
"Koloid nanosilver diketahui memiliki kemampuan antibakteri termasuk pada bahan tekstil. Namun nanosilver pada serat tekstil tidak menempel secara permanen. Pada penelitian ini, komposit serat poliester dan katun dengan nanosilver ditambahkan polisiloksan sebagai pengikat. Nanosilver dipreparasi dengan reduksi kimia dengan polivinil alkohol sebagai sebagai stabilizer. Hasil uji antibakteri terhadap sampel koloid nanosilver (55 nm) dengan konsentrasi AgNO3 250 ppm dan reduktor asam sitrat menghasilkan aktivitas antibakteri yang paling optimal. Uji antibakteri menunjukkan bahwa penambahan senyawa polisiloksan pada komposit katun-nanosilver dan poliester-nanosilver memberikan hasil stabilitas antibakteri yang baik setelah tiga kali pencucian.

The Nanosilver colloid is known to have an antibacterial activity including its application on textile materials. However, nanosilver can?t adhere permanently on the textile fibers. In this research, the composite of cotton and polyester fibers with nanosilver is added with polysiloxane compound as binding substance. The Nanosilver is prepared by chemical reduction method with polyvinyl alcohol as stabilizer. The Result of antibacterial experiment to nanosilver colloid (55 nm) with the concentration of AgNO3 250 ppm and citric acid as reducing agent give the best antibacterial activity. The Antibacterial experiment showed that the addition of polysiloxane compound on composite of cotton-nanosilver and polyester-nanosilver give good result of antibacterial stability after three times of washing treatment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1159
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Museum Nasional Indonesia, 2020
677.02 KON
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Partogi, Josua
"Beam-column joint is one of the most important elements in a reinforced concrete structure. The failure in this area of structure will lead to the collapse of the whole structure. In this area the transfer oi'axial, flexure, and shear forces from beams to the column occurs, therefore the joint indeed requires a great deal of attention. A method that is usually used to analyze this problem is the strong column-weak beam method. In this method the column is designed to be stronger that it really needs to be, And at the same time designing the beam according to its proportional strength. By implementing this method of design the failure on beam will likely to occur first. This condition is desired for several reasons. First, is that by allowing the beam to have the first failure, it is expected that the occupants of a building under heavy loading Siich as earthquake, can save themselves in time before the whole building collapse. This is achieved because at the time the beam reaches their yield stress, the column is yet to reach theirs. Secondly, is that beams are a lot easier repaired than columns or joints. The conditions stated above is commonly used in the design of buildings lhat is subjected to earthquakes. This became quite important for us in Indones'a, knowing that we are subjected to numerous occasions of earthquake. In this final assignment, the writer would like to investigate the effect of the lengthened tensile steel on the performance of the structuie. The model of beam-column joint used in this final assignment will be designed using the Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SK-SNI T-l 5-1991 -03. From the experiment conducted a number of conclusions can be drawn: specimen with longer anchorage has the ability to sustain larger moment, has better cracking pattern, and has a better stiffness degradation mechanism than specimen with normal anchorage.

Pertemuan balok-kolom adalah bagian yang amat penting dari suatu struktur beton bertulang. Kegagalan pada pertemuan ini akan mengakibatkan terjadinya keruntuhan dari struktur tersebut. Pada pertemuan ini terjadi transfer gaya-gaya aksial, lentur, dan geser, sehingga diperlukan perhatian khusus yang dibeiikan kepada bagian ini. Suatu pendekatan yang lazim digunakan dalam merencanakan pertemuan ini adalah metode strong column-weak beam. Pendekatan ini berusaha untuk membuat kolom memiliki kekuatan yang lebih besar dari kekuatan yang diperlukan. Pada saat yang bersamaan, kekuatan dari balok didesain sesuai dengan kebutuhannya. Dengan melakukan hal tersebut, diharapkan kegagalan akan terjadi pertama kali pada bagian balok. Hal ini diinginkan karena berbagai alasan. Pertama adalah bahwa dengan mengizinkan balok untuk mengalami kegagalan terlebih dahulu, diharapkan para penghuni dari gedung tersebut dapat menyelamatkan diri karena gedung tersebut belum runtuh, Hal ini dikarenakan kolom yang didesain lebih kuat dari kuat rencananya masih belum mencapai tegangan hancurnya. Kedua adalah bahwa bagian balok lebih rnudah untuk diperbaiki dari pada bagian kolom atau sambungan balok-kolom. Kondisi diatas pada umumnya digunakan pada saat kita membicarakan suatu struktur yang didesain untuk menahan gempa. Hal ini menjadi cukup penting bagi kita di Indonesia, karena Indonesia merupakan daerah yang cukup rawan gempa. Pada skripsi ini, penulis ingin menyelidiki pengaruh dari perpanjangan tulangan tank pada performa kerja dari struktur. Model sambungan balok-kolom pada perelitian ini di disain sesuai dengan Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SK-SNIT-15-1991-03. Dari eksperi men yang dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya adalah bahwa spesimen dengan perpanjangan penjangkaran memiliki kekuatan menahan momen yang lebih besar, pola retak yang lebih baik, serta penurunan kekakuan (stiffness degradation) yang lebih baik dibandingkan dengan spesimen dengan penjangkaran standar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35167
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fajri Wibowo
"Pelindungan desain industri atas tekstil merupakan merupakan sesuatu yang diatur secara khusus dalam Article 25 Paragraph 2 Agreement On Trade-Related Aspects Of Intelectual Property Rights (TRIPS) karena dalam peraturan tersebut negara anggota dibebaskan untuk memilih pelindungan atas tekstil melalui ketentuan desain industri ataupun ketentuan hak cipta, pengaturan tersebut didasarkan pada sifat dari produk tekstil itu sendiri yang mana memiliki siklus hidup singkat serta banyaknya desain-desain baru pada produk tekstil. Tekstil merupakan suatu kerajinan tangan berbahan dasar benang atau kain, yang memiliki aspek estetis dan fungsi pada seluruh atau sebagian dari produk tersebut. Sebagai sesuatu yang memiliki aspek estitsi dan fungsi maka objek tekstil sendiri dapat diakomodir melalui ketentuan hak cipta dan desain industri. Namun kedua ketentuan tersebut dirasa kurang mengakomodir seluruh kepentingan pendesain khususnya pelaku industri tekstil. Di negara inggris, pelindungan terhadap desain khususnya pada tekstil dapat dilakukan melalui 3 (tiga) opsi pelindungan yaitu registered design, unregistered design, dan artistic works. Oleh karena itu, diperlukan adanya ketentuan yang dapat melindungi pelaku indsutri tekstil melalui peraturan perundang-undangan yang tepat untuk mengakomodir sifat dari produk tekstil itu sendiri yaitu memiliki siklus hidup singkat.

Protection of industrial designs for textiles is something that is specifically regulated in Article 25 Paragraph 2 Agreement On Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPS) because in this regulation member countries are free to choose protection for textiles through industrial design or copyright, the provision is based on the nature of the textile product itself which has a short life cycle and many new designs on textile products. Textile is a handicraft made from yarn or cloth, which has aesthetic and functional aspects in all or part of the product. As something that has aspects of aesthetic and function, the textile object itself can be accommodated through copyright provisions and industrial designs. However, the two provisions are deemed insufficient to accommodate all the interests of designers, especially textile industry players. In the UK, protection of designs, especially in textiles, can be done through 3 (three) protection options, namely registered design, unregistered design, and artistic works. Therefore, it is necessary to have provisions that can protect textile industry players through appropriate legislation to accommodate the nature of the textile product itself, namely having a short life cycle."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuansyah Arief
"UMKM merupakan salah satu industri dengan risiko yang signifikan karena lemahnya implementasi penglolaan risiko. Penelitian ini menilai tingkat risiko yang ada di UMKM pembuatan busana muslim CV. A dan UMKM pembuatan boneka CV. AT tahun 2016. Penilaian risiko dilakukan dengan menganalisis nilai kemungkinan, pemajanan dan konsekuensi dari setiap bahaya yang teridentifikasi risiko menggunakan metode semi kuantiatif yang dikembangkan oleh W.T Fine. Diperoleh bahwa bahaya kelistrikan (instalasi) ; bahaya ergonomi (handling) ; bahaya kimia (pajanan fume) memiliki tingkat risiko very high. Bahaya mekanik (gerakan jarum) ; bahaya fisik (suhu ruangan) memiliki tingkat risiko priority 1. Bahaya kimia (pajanan debu ; pajanan solvent) ; bahaya gravitasi (tertimpa benda) ; bahaya fisik (pencahayaan) memiliki tingkat risiko substantial. Bahaya safety (penataan ruang) ; bahaya organisasi kerja (stress kerja) memiliki tingkat risiko priority 3. Bahaya mekanik (gerakan menggunting ; gerakan menyetrika) ; bahaya fisik (tabung gas) memiliki tingkat risiko acceptable.

SMEs workers are exposed to significant risk due to improper implementation at risk management. This study aimed to evaluate the risk level at two tekstile SMEs by using risk assessment method developed by W.T Fine. It was found that very high risk was associated with safety hazard (electricity) ; ergonomic hazard (handling) ; chemical hazard (fume exposure). Priority 1 risk was associated with mechanical hazard (seewing) ; physical hazard (temperature). Substantial risk was associated with chemical hazard (dust ; solvent) ; gravity hazard (struck down) physical hazard (lightning exposure). Priority 3 was associated with safety hazard (work area) ; work organization hazard (work stress). Acceptable risk was associated with mechanical hazard (scissoring ; ironing) ; physical hazard (gas tube)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64273
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zurlaini
"Dalam rangka mendorong ekspor non migas sebagai pengganti ekspor migas yang merupakan somber devisa negara, maka Pemerintah perlu mengambil Iangkah-langkah kebijaksanaan. Tekstil dan Produk tekstil merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang dapat diandalkan, bahkan sejak tahun 1991 komoditi ini disebut sebagai Primadona Ekspor Indonesia. Namun dalam rangka menghadapi era globalisasi yang akan datang, apakah komoditi TPT ini masih dapat diharapkan sebagai penyumbang devisa negara. Qi samping itu, sebagai primadona ekspor Indonesia berapa nilai tambah dan peranan industri TPT ini terhadap perekonomian nasional. Berkenaan dengan penulisan tesis ini, akan dibahas can dianalisis mengenai kinerja ekspor TPT Indonesia, dan besarnya nilai yang dihasilkan oleh industri TPT tersebut serta bagaimana peranannya terhadap perekonomian nasional.
Dalam menganalisis permasalahan yang diteliti dilandasi dengan kerangka teori antara lain Manajemen Strategi, Perdagangan Internasinal, Keunggulan Kompetitif / Keunggulan Bangsa, Penghitungan Pendapatan Nasional dan Nilai Tambah. Metodologi penelitian dilakukan dengan secara kuantitatif dan kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui studi kepustakaan dan wawancara dengan beberapa responden guna memperoleh data dan informasi untuk dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. Dari hasil analisis dalam penelitian ini dapat disimpulkan dan disarankan sebagai berikut :
Dengan menggunakan analisis SWOT, posisi industri TPT Indonesia berada pada keadaan yang mempunyai peluang yang relatif baik tetapi juga dihadapkan pada masalah - masalah internal.
Dalam periode 1990-1997, kontribusi ekspor TPT dan nilai tambah TPT terhadap GDP masing-masing baru sebesar 2,85 % dan 3,49 % per tahyn, lebih rendah dibandingkan beberapa negara pesaing industri TPT di dunia. Rendahnya kontribusi ekspor TPT terhadap GDP disebabkan karena beberapa hal, diantaranya karena produsen leksportir masih terpaku pada sistem Quota dan sangat tergantung pada bahan baku impor.Nilai tambah yang diberikan oleh tenaga kerja industri TPT terhadap perekonomian nasional tidak sebanding dengan upah yang diterima oleh tenaga kerja tersebut. Untuk itu, perlu dilakukan deregulasi kebijakan tentang upah tenaga kerja sektoral secara khusus."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aminuddin
Jakarta: Sekbertal, 1988
677.21 AMI p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Kusuma
Fukuoka: The Fukuoka Art Museum, 1996
R 746.662 EKO i
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Somad
"Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan ekspor TPT Indonesia di pasar dunia dan mengetahui posisi daya saing TPT Indonesia di pasar dunia dengan menggunakan pendekatan Constant Market Share (CMS) dan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP). Data statistik menunjukan bahwa pertumbuhan ekspot TPT Indonesia pada tahun 2002-2004 berada di bawah pertumbuhan ekspor TPT dunia. Hal ini terjadi karena adanya kuota, dengan adanya kuota maka Indonesia tidak dapat melakukan ekspor TPT melebihi kuota yang telah ditentukan sehingga pertumbuhan ekspor TPT Indonesia dibawah pertumbuhan ekspor dunia. Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekspor TPT Indonesia, diperluka upaya untuk meningkatkan komposisi produk TPT melalui peningkatan ekspor TPT Indonesia dalam bentuk produk-produk menengah (midstream) dan hilir (downstream). Selain itu, diperluka upaya untuk meningkatkan pengaruh distribusi pasar. Pada aspek daya saing, posisis daya saing TPT Indonesia tahun 2002 dan 2004 lebih lemah dibandingkan negara-negara produsen TPT lainnya.
This research aim to know growth of Indonesian TPT export at world market and to know the competitiveness of Indonesian TPT (Textile Product Textile) in the world market using Constant Market Share (CMS) approach and Trade Specialization Index (TSI). Statistic show that in year 2002-2004 export growth of Indonesian TPT under world export growth for TPT. This happen because quota, that make Indonesian can't export more TPT to the world market. In order to increase export growth for Indonesian TPT, the TPT composition must be improve trough export midstream and downstream product. Beside that, influence of market distribution has to be increasing. For competitiveness aspect, in year 2002 and 2004 Indonesian position for competitiveness weaker compare with other TPT producer."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T27709
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>