Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 85265 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pratiwi Rostiningtyas Lusiono
"Media yang biasa digunakan untuk kultur sel limfosit manusia adalah Dulbecco's Modified Eagle Medium (DMEM) dengan penambahan Fetal Bovine Serum (FBS) yang mengandung nutrisi bagi kultur sel dan menyediakan beberapa faktor pertumbuhan dan hormon yang penting bagi pertumbuhan sel. Namun penggunaan serum ditemukan dapat mengandung virus dan prion sehingga beresiko terjadinya kontaminasi. Untuk mencapai media kultur yang optimal dan dapat meningkatkan transduksi protein, FBS disubstitusi dengan royal jelly Apis mellifera. Invensi ini bertujuan untuk membuat pengganti Fetal Bovine Serum pada medium pertumbuhan sel limfosit manusia berbahan baku royal jelly. Serbuk royal jelly dibuat dengan cara freeze drying terdiri dari 3 macam, yaitu: royal jelly, soluble royal jelly, dan hydrolisat royal jelly. Kemudian hasil invensi produk digunakan untuk medium kultur sel limfosit selama 24 jam dan 48 jam dengan konsentrasi royal jelly 10%, 7,5%, 5%, dan 2,5% serta diamati perkembanganya pada 24 dan 48 jam. Dilakukan uji MTS untuk mengukur proliferasi sel. Royal jelly tanpa perlakuan memiliki nilai persen viabilitas paling tinggi yaitu 77.15 untuk 24 jam dan 58.44 untuk 48 jam dengan variasi konsentrasi 2.5% Royal jelly

The media commonly used for human lymphocyte cell culture is Dulbecco's Modified Eagle Medium (DMEM) with the addition of Fetal Bovine Serum (FBS) which contains nutrients for cell culture and provides several growth factors and hormones that are important for cell growth. However, the use of serum was found to contain viruses and prions so there is a risk of contamination. To achieve optimal culture media and increase protein transduction, FBS was substituted with Apis mellifera royal jelly. This invention aims to make a substitute for Fetal Bovine Serum in human lymphocyte cell growth medium made from royal jelly. Royal jelly powder made by freeze drying consists of 3 types: royal jelly, soluble royal jelly, and hydrolyzate royal jelly. Then the results of the product invention were used for lymphocyte cell culture medium for 24 hours and 48 hours with royal jelly concentrations of 10%, 7.5%, 5%, and 2.5% and their development was observed at 24 and 48 hours. MTS test was performed to measure cell proliferation. Royal jelly without treatment had the highest percent viability value, namely 77.15 for 24 hours and 58.44 for 48 hours with a concentration variation of 2.5% Royal jelly"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosafat Lambang Prasetyadi
"ABSTRAK
Terapi regeneratif menggunakan sel punca hematopoietik (SPH) CD34+ merupakan potensi modalitas yang dapat diterapkan dalam mengatasi masalah penyakit hematologi yang sulit disembuhkan. Namun, kultur in vitro SPH saat ini belum optimal karena adanya reaksi penolakan dari penerima sel hasil kultur tersebut. Fetal bovine serum (FBS) sebagai suplemen medium yang umum digunakan dalam kultur SPH merupakan xeno-protein yang dapat memicu reaksi imun dari penerima prosedur terapi. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan antara penggunaan FBS dengan platelet rich plasma (PRP) yang berasal dari sumber manusia terhadap proliferasi dan kepuncaan SPH CD34+. Penelitian eksperimental dilakukan dengan mengukur beberapa parameter antara lain, perhitungan jumlah sel dengan metode eksklusi tryphan biru, kepuncaan SPH CD34+ dengan menggunakan flow cytometry, serta diferenisasi sel yang dinilai dengan pengamatan sel pada pewarnaan giemsa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi PRP 15% dapat meningkatkan proliferasi SPH CD34+. Analisis flow cytometry menunjukkan bahwa suplementasi PRP kurang mempertahankan kepuncaan SPH CD34+ dengan penurunan kemurnian CD34+ sebesar 31,7%; 31,7%; 21,7% pada kadar suplementasi PRP 5%, 10%, dan 15%. Gambaran sel mononuklear yang ditemukan pada pewarnaan Giemsa menunjukkan bahwa terjadi diferensiasi sel hematopoietik menjadi sel yang lebih spesifik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa PRP 15% merupakan suplementasi yang yang terbaik dalam memicu proliferasi SPH diantara berbagai konsentrasi yang diuji dalam penelitian ini.

ABSTRACT
Regenerative therapy using CD34+ hematopoietic stem cells (HSC) is a potential modality to overcome hematological diseases that are difficult to cure. However, the current in vitro CD34+ culture is not optimal because of the immunological rejection from the recipient. Fetal bovine serum (FBS) as a medium supplement, which commonly used in HSC culture, is a xeno-protein that can trigger an immune reaction from the recipient of a therapeutic procedure. This study aimed to compare the use of FBS with PRP, which originating from the human sources on the proliferation and the stemness of CD34+ HSC. Experimental research was carried out by measuring several parameters, namely the calculation of the number of cells with the blue trypan exclusion method, the stemness of CD34+ HSC using cytometric flow, and cell differentiation which was assessed by observing cells in Giemsa staining. The results showed that 15% of PRP supplementation could increase the proliferation of CD34+. Flow cytometry analysis showed that each dose of PRP supplementation did not maintain the CD34+ SPH function with CD34+ purity reduction of 31.7%; 31.7%; 21.7% in sequence of PRP5%, 10%, and 15% supplementation. The mononuclear cells which were found in Giemsa staining showed that HSC differentiation occurs into more specific cells. Therefore, it can be concluded that 15% PRP is the best supplement concentration of in SPH proliferation in this experiment."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bryan Natalie
"Peningkatan penggunaan Fetal Bovine Serum (FBS) dari tahun ke tahun menyebabkan permintaan melebihi supply. Hal ini menyebabkan peningkatan harga FBS. Penelitian ini dimulai dengan membuat sediaan serbuk royal jelly dan propolis menggunakan metode freeze drying. Serbuk royal jelly dan ekstrak propolis kemudian akan ditambahkan pada media kultur kemudian dihitung proliferasi dan viabilitas sel fibroblas dengan menggunakan Trypan blue assay. Penambahan variasi propolis, royal jelly, dan FBS akan dilakukan dalam 7 variasi konsentrasi. Hasil proliferasi sel fibroblas media variasi 1 pada hari ketujuh memberikan hasil terbaik dari antara media variasi lain dengan rata-rata 24.780,7±401,98 sel/cm2. Namun hasil tersebut masih belum melebihi proliferasi pada media kontrol. Hasil pengujian viabilitas media variasi 1 hingga media variasi 4 pada hari ketujuh memberikan hasil viabilitas > 95%. Berdasarkan pada hasil PDL, viabilitas, dan morfologi sel fibroblast, maka media variasi terbaik merupakan media variasi 3 dengan waktu inkubasi 3 hari yang mencapai nilai level pembelahan sebanyak 3,3 level. Untuk waktu inkubasi 7 hari, media 1 merupakan yang terbaik diantara media variasi dengan nilai level pembelahan sebanyak 3,4level.

The increasing use of Fetal Bovine Serum (FBS) over the years has led to a demand exceeding the supply. This has resulted in an increase in the price of FBS. This research begins by preparing powdered formulations of royal jelly and propolis using the freeze-drying method. The powdered royal jelly and powder propolis sulawesi extracts will then be added to the culture media, and the proliferation, viability, and population doubling level (PDL) of sel fibroblas cells will be assessed using the Trypan blue assay. Seven serum concentration variations (combination of royal jelly, propolis, and FBS) will be added on multi well culture plate 12 wells microplate sterile. The results of sel fibroblas cell proliferation in 1st media variation on the seventh day showed the best outcome among the other variations, with an average of 24,780.7±401.98 cells/cm2. The viability testing results of 1st to 4th variation media on the seventh day showed viability rates of >95%. Based on the results of PDL, viability, and fibroblast cell morphology, the best variation medium is variation medium 3 with an incubation time of 3 days, reaching a cell division level of 3.3. For an incubation time of 7 days, variation medium 1 is the best among the 1st variation with seven day incubation, at the average level of 3.38 PDs."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beryl Alodia
"ABSTRACT
Penelitian ini menganalisis kemampuan Human Serum Albumin (HSA), Umbilical cord blood (UCB) serum dan Fetal Bovine Serum (FBS) dalam menjaga stabilitas ekspansi ex vivo kultur sel punca hematopoetik (SPH). Sel yang digunakan adalah sel mononuklear dan sel CD34+ dari darah tali pusat yang disimpan beku dalam lingkungan nitrogen. Medium basal kultur yang digunakan adalah RPMI 1640 Biowest dan Stemspan. Jumlah sel hidup dihitung menggunakan metode eksklusi tryphan blue dan fenotipe sel CD34+ dianalisis menggunakan flow cytometry. Pewarnaan Giemsa dilakukan pada sel-sel yang dipanen pada hari ketujuh kultur untuk menganalisis morfologi sel. Besar sampel dalam penelitian ini adalah tiga dan jumlah pengulangan adalah dua kali. Penelitian ini menunjukkan bahwa kultur dengan suplementasi HSA menghasilkan jumlah sel yang lebih rendah namun memiliki persentase CD34+ yang lebih tinggi dibandingkan UCB serum dan FBS. Pewarnaan Giemsa menunjukkan sel-sel darah yang terdiferensiasi paling sedikit ditemukan pada HSA. Hasil tersebut menunjukkan bahwa, medium dengan suplementasi HSA lebih unggul dari UCB serum dan FBS dalam mempertahankan kepuncaan sel punca hematopoetik.

ABSTRACT
This study analyzed the ability of serum Human Serum Albumin (HSA), Umbilical cord blood (UCB) and Fetal Bovine Serum (FBS) to maintain the stability of ex vivo expansion of hematopoietic stem cell (SPH) cultures. The cells used are mononuclear cells and CD34 + cells from cord blood which are frozen in a nitrogen environment. The basal culture medium used was RPMI 1640 Biowest and Stemspan. The number of living cells was calculated using the tryphan blue exclusion method and the CD34 + cell phenotype was analyzed using flow cytometry. Giemsa staining was carried out on cells harvested on the seventh day of culture to analyze cell morphology. The sample size in this study was three and the number of repetitions was twice. This study shows that culture with HSA supplementation results in lower cell counts but has a higher CD34 + percentage compared to serum UCB and FBS. Giemsa staining shows the least differentiated blood cells are found in HSA. These results indicate that, medium with HSA supplementation is superior to serum UCB and FBS in maintaining hematopoietic stem cell stem cells."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firda Asma`ul Husna
"ABSTRAK
Latar Belakang: Laki-laki menyumbang sekitar 40% kasus untuk infertilitas. Salah satu penyebab infertilitas yakni kasus azoospermia. Pada beberapa kasus azoospemia yang ditangani melalui teknologi reproduksi berbantu dengan kegagalan perolehan sperma dari testicular sperm extraction (TESE), maka Spermatogonial Stem Cells (SSCs) dapat menjadi salah satu alternatif terapi. SSCs dapat diperoleh dari isolasi dan kultur sel spermatogenik. Sejak abad ke 19, berbagai metode isolasi dan kultur sel spermatogenik mulai dikembangkan. Akan tetapi berbagai metode ini belum ada yang optimal. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu teknik kultur untuk mengoptimalisasi proses ekspansi sel spermatogenik, dari segi faktor apoptosis.
Metode: Pada penelitian ini dilakukan pemberian suplemen kultur berbeda pada medium kultur yakni FBS 10%, PRP 10%, dan PRP 10% ditambah faktor pertumbuhan (GDNF, bFGF, EGF) untuk proses kultur. Hasil kultur dilakukan identifikasi marka permukaan CD90 dan GFRA1 menggunkan flowsitometri dan dilakukan uji apoptosis. Fenomena apoptosis yang muncul diamati berdasar adanya fragmentasi pada DNA dengan metode TUNEL serta adanya peran eksekutor apoptosis yakni kaspase-3 yang teramati pada pengujian imunositokimia.
Hasil Penelitian: Hasil analisis marka permukaan CD90 dan GFRA1 memiliki nilai berbeda- beda pada pemberian medium yang berbeda. Pertumbuhan sel kultur lebih baik dengan indeks apoptosis yang lebih rendah pada medium dengan pemberian PRP dan PRP ditambah faktor pertumbuhan (FBS= 25.01%, PRP = 9.99%, PRP+ GF= 2.47%). Nilai ekspresi kaspase-3 pada sel yang diberi suplemen FBS sekitar 21%, PRP 13% dan PRP + GF 7%.
Kesimpulan: PRP lebih baik dibandingkan dengan FBS sebagai medium kultur sel spermatogenik, dari segi apoptosis.

ABSTRACT
Background: Males contribute to 40% of the infertility cases over the universe. One of the causes of men infertility is azoospermia. In some cases of azoospemia which are handled through assisted reproductive technology with the failure of sperm retrieval from testicular sperm extraction (TESE), the Spermatogonial Stem Cells (SSCs) could be an alternative therapy. SSCs can be obtained from isolation and culture of spermatogenic cells. Since the 19th century, various methods of isolation and spermatogenic cell culture began to be developed. However, there are not optimal condition of this yet. Therefore, we need to optimize the spermatogenic cell expansion method, particularly in apoptotic factor.
Method: In this study, the culture system were administrated by the
supplementation with 10% FBS, 10% PRP, and 10% PRP plus growth factors (GDNF, bFGF, FGF). Spermatogenic cells were identified the surface markers CD90 and GFRA1 using flowsitometry and apoptosis tests were performed. The apoptotic phenomenon was observed based on the presence of DNA fragmentation by the TUNEL method and the caspase-3 expression by immunocytochemical.
Result: The result of surface marker had different value. The results showed better that cell culture growth and lower apoptotic index in the medium with PRP and PRP+ GF (FBS= 25.01%, PRP= 9.99%, PRP+ GF= 2.47%). Immuno-expression of caspase-3 in cells cultured with FBS 21%, PRP 13%, dan PRP+ GF 7 %.
Conclusion: PRP was better than FBS as the spermatogenic cell culture medium based on apoptotic phenomenon."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Zahra Nooraisha
"Ekstrak plasenta dapat digunakan sebagai pengobatan dan kosmetika, seperti produk perawatan kulit dan menghambat penuaan kulit. Ekstrak Plasenta mengandung komponenkomponen seperti asam amino yang dapat meningkatkan produksi kolagen pada fibroblast kulit. Vitamin C merupakan antioksidan yang paling sering dijumpai dan memiliki peran dalam biosintesis kolagen sehingga memiliki fungsi antiaging. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil penetrasi serum ekstrak plasenta dengan keberadaaan Vitamin C. Ekstrak Plasenta diformulasikan ke dalam bentuk sediaan serum untuk kulit dikombinasikan dengan Vitamin C dengan kadar 5% dan 10% (Formula C2 dan C3) dan diamati kemampuan penetrasinya ke dalam kulit dibandingkan dengan serum ekstrak plasenta tanpa Vitamin C (Formula C1) menggunakan Sel Difusi Franz selama 6 (enam) jam. Diperoleh hasil uji penetrasi Serum C1 sebesar 113,69 mg/cm2 dengan fluks sebesar 15,7 mg/cm2.jam, Serum C2 sebesar 97,52 mg/cm2 dengan fluks sebesar 11,6 mg/cm2.jam, dan Serum C3 sebesar 80,26 mg/cm2 dengan fluks sebesar 9,5 mg/cm2.jam. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa keberadaan vitamin C pada formulasi serum ekstrak plasenta dapat menurunkan kemampuan penetrasinya, yang disebabkan oleh sifat hidrofilisitasnya.

Placenta extract can be used as a treatment and cosmetics, such as skin care products, and inhibit skin aging. Placenta extract contains components such as amino acids that can increase collagen production in skin fibroblasts. Vitamin C is the most commonly found antioxidant and has a role in collagen biosynthesis so that it has an antiaging function. This study aims to determine the serum penetration profile of placental extract with the presence of Vitamin C. Placenta extract was formulated into serum dosage form for the skin combined with Vitamin C with levels of 5% and 10% (Formula C2 and C3) and observed its penetration ability into the skin compared to serum of placenta extract without Vitamin C (Formula C1) using Franz Diffusion Cells for 6 (six) hours. The results of penetration test for Serum were 113,69 mg/cm2 with a flux of 15,7 mg/cm2.hr for Serum C1, 97,52 mg/cm2 with a flux of 11,6 mg/cm2.hr for Serum C2, and 80,26 mg/cm2 with a flux of 9,5 mg/cm2.hr for Serum C3. This study concluded that the presence of Vitamin C in the serum formulation of placenta extract can reduce its penetration ability, which is due to its hydrophilicity properties."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Anugrah Rizki
"Luka yang lama sembuh pada pasien pasca operasi masih menimbulkan keluhan nyeri dan menghabiskan biaya yang besar. Terapi standar topikal hidrokoloid masih membuat rasa tidak nyaman karena gel berwarna kuning, kental, dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Terapi topikal dengan royal jelly (RJ) yang berasal dari Yamada Bee Farm (YBF), Jepang terbukti dapat mempercepat penyembuhan luka, namun belum pernah ada penelitian yang menggunakan RJ yang berasal dari Sragen, Indonesia. Penelitian ini bermaksud membandingkan efek RJ Sragen dengan RJ YBF yang diberikan pada luka pasca operasi.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium prospektif. Penelitian dilakukan di Animal Research Facilities Indonesian Medical Education and Research Institute (ARF-IMERI) FKUI dan Departemen Patologi Anatomik FKUI-RSCM. Penelitian dilakukan pada tanggal 14 Februari 2022-30 Agustus 2023. Penelitian dilakukan pada tikus jantan sprague dawley (SD) dan manusia. Setiap tikus terdapat 4 kelompok perlakuan yaitu: tanpa perlakuan, hidrokoloid, gel RJ Sragen 10% dan gel RJ Yamada Bee Farm (YBF) 10%. Penyembuhan luka diamati secara makroskopik dan mikroskopik (sel inflamasi, kolagen, epitelisasi, angiogenesis, TNF-α serta TGF-β) di hari ke-1, ke-3, ke-5, ke-12. Pada manusia, perlakuan diberikan sampai hari ke-21 dan difoto lukanya di hari ke-7, ke-14, dan ke-21. Ada 3 kelompok perlakuan pada manusia yaitu kelompok hidrokoloid, kelompok gel RJ Sragen 10%, dan gel RJ gel YBF 10%. Semua penilaian dihitung dengan Image J. Selanjutnya dilakukan uji general linear model repeated measures ANOVA dan analisis semikuantitatif.
Aplikasi gel RJ Sragen 10% dan hirokoloid dapat menekan sel inflamasi dan menurunkan ekspresi TNF-α dan TGF-β. Walaupun kinetika perubahan jumlah sel inflamasi serta penekanan ekspresi TNF-α dan TGF-β pada aplikasi keduanya sama, namun ekspresi TNF-α dan TGF-β lebih ditekan pada aplikasi gel RJ Sragen 10%. Pada parameter kolagen dan epitelisasi kelompok gel RJ Sragen 10% dan hidrokoloid menunjukkan kemampuan yang sama. Pada parameter angiogenesis, kelompok gel RJ Sragen 10% menunjukkan peningkatan angiogenesis lebih banyak dibandingkan dengan hidrokoloid (p < 0,0001). Hal ini mungkin disebabkan beberapa sitokin seperti VEGF dan BFGF juga berperan. Penutupan diameter luka tikus terlihat lebih cepat satu hari (hari ke-10) pada kelompok gel RJ Sragen 10% dibandingkan kelompok hidrokoloid (hari ke-11) pada pengamatan makroskopik.

Chronic wound healing in post-operative patients still provoking pain complaints and spending a lot of money. Topical hydrocoloid as a standard therapy still makes you uncomfortable because the gel is yellow, thick, and causes an unpleasant odour. Topical therapy with royal jelly (RJ) originating from the Yamada Bee Farm (YBF), Japan has been shown to accelerate wound healing, but there has never been a study using RJ originating in Sragen, Indonesia. This study is intended to compare the effects of RJ Sragen with RJ YBF given to post-operative wounds.
This research is a prospective laboratory experimental research. The research was conducted at Animal Research Facilities Indonesian Medical Education and Research Institute (ARF-IMERI) FKUI and the Department of Anatomic Pathology FKUI-RSCM. The research was done on male sprague dawley mice (SD) and humans. Each rat has four treatment groups: untreated, hydrocoloid, RJ Sragen 10% gel and RJ Yamada Bee Farm (YBF) 10% gel. The wound healing was observed macroscopically and microscopically (inflammatory cells, collagen, epithelization, angiogenesis, TNF-α and TGF-β) on day 1, 3rd, 5th, 12th. In humans, the treatment was given until day 21 and the wound is photographed on day 7, 14th and 21st. There were three treatment groups in humans: the hydrocolloid group, the RJ gel group Sragen 10%, and the YBF gel RJ 10%. All assessments were calculated with Image J. Then the general linear model repeated measures ANOVA and semi-quantitative analysis were performed.
Although the kinetics of the change in the number of inflammatory cells as well as the suppression of TNF-α and TGF-β expressions in both applications were the same, the expression of RJ Sragen, as well as TGF-β, was more suppressed in the application of the 10% Sragen RJ gel. On collagen and epithelization of the 10% Sragen and hydrocoloid gels, the same ability was shown. On the angiogenesis parameters, the 10% sragen gels show a greater increase in angiogenesis compared to the hydrocoloid (p < 0,0001). This is probably because some cytokines, like VEGF and BFGF, also play a role. The closure of the diameter of the wound of the rat was seen more quickly one day (10th day) in the RJ Sragen gel group 10% compared to the hydrocoloid group (11th day), in macroscopic observations.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emmanuella Gayatri Untoro
"Latar belakang: Tujuan dari perawatan pulpa gigi adalah terjadinya regenerasi. Sel punca mampu menghasilkan sekretom yang mengandung growth factor bila dibiakkan pada suatu medium. Hal ini membawa perubahan pada terapi berbasis sel menjadi terapi dengan menggunakan sekretom dari sel punca.
Tujuan: Menganalisis potensi CMWJ terhadap proliferasi sel fibroblas dalam berbagai konsentrasi.
Metode: Sel fibroblas setelah starvasi dibiakkan dalam CMWJ konsentrasi 12,5; 25 dan 50 . Setelah 2 hari sel fibroblas dihitung menggunakan alat hitung sel otomatis.
Hasil: Terdapat perbedaan bermakna p le;0,05 jumlah sel pada kelompok 12,5 dan 50.
Kesimpulan: konsentrasi 12,5 CMWJ memiliki potensi terbesar terhadap proliferasi sel fibroblas.

Background: The goal of dental pulp treatment is regeneration instead of repair. Stem cells from Wharton's Jelly umbilical cord can secrete growth factors in cultured medium. These secretome may open future therapeutic options for cell free based therapies.
Objectives: This study was performed to evaluate potency of CMWJ in improving serum starved fibroblast.
Methods: A quasi experimental design was done in serum starved fibroblasts. After cultured in 12.5 25 and 50 concentration of CMWJ for 48 hours, the proliferation was measured by using automatic cell count machine.
Result: Cultivation of serum starved fibroblasts showed elevation of proliferation in 12,5 concentration of WJMSCs CM compared with 50 concentration, in significant result were shown p le 0,05.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Noor Imanina
"Latar Belakang: Efektivitas Human Platelet Lysate (HPL) tanpa penambahan faktor pertumbuhan (GF) sebagai suplemen dalam medium HUVEC belum diketahui.
Tujuan: Menilai pengaruh HPL tanpa penambahan GF dalam medium kultur HUVEC terhadap viabilitas sel dan konsentrasi protein total.
Metode: HUVEC dikultur dengan HPL dengan dan tanpa GF dan FBS serta diuji dengan MTT dan Bradford.
Hasil: Viabilitas sel dan konsentrasi protein kelompok HPL tanpa GF lebih tinggi daripada kelompok FBS. Viabilitas sel kelompok HPL 2% tanpa GF lebih rendah daripada kelompok HPL 2% dengan GF. Konsentrasi protein total kelompok HPL 5% tanpa GF lebih tinggi daripada kelompok HPL 2% tanpa GF.
Simpulan: HPL tanpa penambahan GF dapat menggantikan suplemen medium standar pada kultur HUVEC.

Background: Effectiveness of Human Platelet Lysate (HPL) without additional growth factors (GF) as supplement for HUVEC culture medium was unknown.
Objective: To evaluate the effect of HPL without additional GF on cell viability and total protein of HUVEC.
Method: HUVEC cultured in medium supplemented with HPL with or without GF and FBS were examined by MTT and Bradford assay.
Results: Cell viability and total protein of HUVEC cultured in HPL without GF was higher than in FBS supplemented. Cell viability of HUVEC cultured in HPL 2% without GF was lower than HPL with GF supplemented. Total protein of HUVEC cultured in HPL 5% without GF was higher than HPL without GF supplemented.
Conclusion: HPL without GF can be used as a supplement substitute in HUVEC culture medium.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Rizka Anjani
"Xenoprotein yang terkandung dalam medium ekspansi standar yang digunakan untuk kultur sel punca hematopoietik (SPH) CD34+ berisiko menyebabkan graft-versus-host disease pada pasien penerima cangkok SPH CD34+. Diperlukan suplementasi medium ekspansi xeno-free untuk menurunkan risiko graft-versus-host disease pada pasien penerima cangkok. Suplementasi medium kultur ekspansi menggunakan platelet-rich plasma (PRP) dan human serum albumin (HSA) yang keduanya berasal dari manusia diharapkan dapat menggantikan suplementasi xenoprotein dalam kultur. Platelet-rich plasma diketahui mampu meningkatkan laju proliferasi sel punca, sementara human serum albumin mampu mempertahankan kepuncaan sel punca lebih baik dari fetal bovine serum. Kombinasi PRP dan HSA sebagai suplementasi medium ekspansi diharapkan mampu meningkatkan proliferasi dan mempertahankan kepuncaan SPH CD34+. Pengaruh kombinasi PRP dan HSA, rasio optimal persentase gradien suplementasi PRP dan HSA, serta durasi optimal kultur yang mampu mendukung proliferasi dan mempertahankan sifat kepuncaan SPH CD34+ perlu diketahui. Jumlah sel hidup dihitung menggunakan metode eksklusi trypan blue untuk melihat kemampuan medium uji dalam mendukung proliferasi. Fenotipe SPH CD34+ dianalisis menggunakan flow cytometry untuk mengetahui kemampuan medium uji dalam mempertahankan kepuncaan. Kombinasi suplementasi PRP dan HSA mampu meningkatkan proliferasi dan mempertahankan kepuncaan hingga hari ke-7. Persentase gradien PRP : HSA terbaik merupakan 3 : 2 berdasarkan kemampuannya dalam meningkatkan proliferasi dan mempertahankan sifat kepuncaan SPH CD34+. Kombinasi PRP dan HSA memiliki efek positif terhadap kultur SPH CD34+

Xenoprotein contained in CD34+ hematopoietic stem cell standard culture expansion medium has the risk of causing graft-versus-host disease (GVHD) in recipient of CD34+ HSC graft. Xeno-free supplementation in expansion medium is required to reduce the risk of GVHD in graft recipient. Supplementation of expansion medium using platelet-rich plasma (PRP) and human serum albumin (HSA), both originate from humans, hopefully has the ability to replace xenoprotein supplementation in culture. Platelet-rich plasma is known to increase the rate of stem cell proliferation, while human serum albumin is able to maintain stem cell’s stemness better than fetal bovine serum. The combination of PRP and HSA as expansion medium supplementation is expected to increase proliferation and maintain the stemness of CD34+ HSC. The effect of PRP and HAS combination, the optimal ratio of the percentage gradient of PRP and HSA supplementation, as well as the optimal duration of culture that can support proliferation and maintain CD34+ HSC stemness are to be studied. Live cells were counted using the trypan blue exclusion method to see the ability of the test medium to support proliferation. CD34+ HSC phenotype was analyzed using flow cytometry to determine the ability of test medium to maintain stemness. Combination of PRP and HSA supplementation are able to increase proliferation and maintain peaks until the 7th day. The best PRP : HSA gradient percentage is 3 : 2 based on its ability to increase proliferation and maintain SPH CD34+ stem properties. PRP and HSA combination has positive effects on CD34+ HSC culture."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>