Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170280 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jonathan Elloy S
"Barcode merupakan kumpulan data optik yang dapat dimengerti sebuah mesin dan memiliki fungsi yang sangat luas, sebagai contoh adalah karcis parkir kendaraan. Karcis parkir merupakan penanda sebuah kendaraan agar bisa keluar dan masuk ke dalam parkiran tersebut. Kendaraan dapat keluar dari area parkir dengan memindai barcode yang tertera pada karcis parkir. Namun, seringkali karcis parkir memiliki kerusakan yang menyebabkan barcode yang tertera sulit terbaca dengan alat pemindaian dan kendaraan tidak dapat keluar dari area parkir. Kerusakan bisa disebabkan karena kelalaian manusia (terkena air yang menyebabkan karcis basah, atau terlipat-lipat sehingga lecek) dan juga kesalahan pencetak. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, sistem pembacaan barcode karcis parkir dikembangankan. Sistem tersebut menggunakan Autoencoder dan Conditional Generative Adversarial Network (CGAN) dalam merekonstruksi barcode. Barcode dikatakan berhasil direkonstruksi bila decoder (pyzxing dan pyzbar) dapat decoding gambar barcode rekonstruksi tersebut.
Penelitian ini menunjukan bahwa model CGAN mampu merekonstruksi karcis parkir dunia nyata dengan true recognition rate 16% tanpa super resolution, sedangkan untuk model autoencoder masih belum mampu untuk merekonstruksi barcode dengan baik. Dengan super resolution, performa kedua model menurun dalam merekonstruksi barcode. CGAN juga lebih baik dibandingkan dengan autoencoder dalam rekonstruksi barcode generated dengan 1x augmentasi. Dengan menggunakan pyzxing decoder, Autoencoder mampu merekonstruksi barcode yang tidak terbaca dengan true recognition rate sebesar 95,50% dan CGAN mampu menghasilkan true recognition sebesar 97% dengan durasi prediksi rata-rata autoencoder 0,17 detik dibandingkan dengan CGAN 0,672 detik per 1 gambar.

Barcode is a collection of optical data that can be scanned by a machine and has a broad function, such as a vehicle parking ticket. A parking ticket is a marker for a vehicle to enter and exit the parking lot. Vehicles can exit the parking area by scanning the barcode printed on the parking ticket. However, parking tickets often have damage that cause the barcodes printed are difficult to be scanned and the vehicle cannot exit parking area. Damage can be caused by human error (wet tickets, or it folds up so that it becomes wrinkled) as well as printer error. To overcome this problem, a parking ticket barcode reconstruction system was developed. The system uses Autoencoder and Conditional Generative Adversarial Network (CGAN) in reconstructing barcodes. The barcode is said to be reconstructed successfully if the decoders (pyzxing and pyzbar) can decode the reconstructed barcode image.
This paper shows that the CGAN model can reconstruct real-world parking tickets with a true recognition rate of 16% without super resolution, while the autoencoder model is still unable to reconstruct barcodes properly. With super resolution, the performance of both models decreases in reconstructing barcodes. CGAN is better than autoencoder in reconstructing barcode generated with 1x augmentation. Using the pyzxing decoder, Autoencoder can reconstruct unreadable barcodes with a true recognition rate of 95.50% and CGAN is able to produce true recognition of 97% with an average autoencoder prediction duration of 0.17 seconds compared to CGAN of 0.672 seconds per 1 image.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jonathan Marshell Kevin
"Dalam sistem industri modern, dengan majunya teknologi Internet of Things (IoT), pelaku industri dapat merekam data mesin dan sistem untuk kemudian dianalisa secara lebih komprehensif. Salah satu bentuk analisa yang dapat dilakukan adalah mendeteksi apakah ada anomali dari mesin atau sistem tsb. Aktivitas ini kemudian menjadi krusial bagi pelaku industri karena berdasarkan analisa ini, jika ditemukan anomali, maka secara dini dapat diambil tindakan yang diperlukan untuk melakukan pemeliharaan. Tetapi, sangat umum bagi pelaku industri tidak memiliki atau kekurangan data anomali, terutama pada sistem yang baru beroperasi. Dalam tesis ini, kami mengembangkan sebuah model untuk mendeteksi anomali pada data yang tidak berimbang dari sistem Secure Water Treatment (SWaT). Performa dari model ini kemudian dibandingkan dengan metode lain dari riset sebelumnya, mendemonstrasikan peningkatan dalam kapabilitas mendeteksi anomali.

In modern industrial systems, particularly with the advancement of the Internet of Things (IoT), industry players can record machine and system data for comprehensive analysis. One such analysis involves detecting anomalies in machines or systems. This activity becomes crucial because, if an anomaly is found in the data, corrective actions can be taken promptly. However, it is common for manufacturers to lack recorded anomaly datasets, especially for newly operational systems. In this paper, we develop a model to detect anomalies in an imbalanced dataset from the Secure Water Treatment (SWaT) system. The performance of the proposed model is compared with previous works, demonstrating significant improvements in anomaly detection capabilities."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nafisya Alya Aurelitha
"Indeks Harga Saham LQ45 adalah indeks yang mengukur kinerja harga 45 saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Prediksi Indeks Harga Saham LQ45 dapat digunakan untuk mengukur kinerja suatu portofolio saham di masa yang akan datang sehingga investor dapat melakukan evaluasi terhadap saham-saham yang dimilikinya. Prediksi Indeks Harga Saham LQ45 merupakan suatu tugas yang sulit karena data indeks harga saham ini cenderung memiliki fluktuasi yang cukup tinggi. Untuk itu, diperlukan suatu teknik yang tepat dalam memprediksi Indeks Harga Saham LQ45. Indeks Harga Saham LQ45 merupakan salah satu jenis data runtun waktu. Beberapa model telah dikembangkan dalam memprediksi data runtun waktu, salah satunya adalah machine learning. Generative Adversarial Network (GAN) merupakan salah satu pendekatan khusus untuk machine learning melalui pemodelan generatif. GAN dapat menghasilkan prediksi yang memiliki keakuratan yang tinggi, karena GAN menggunakan dua jaringan, yaitu generator dan diskriminator. Long Short-Term Memory (LSTM) digunakan sebagai generator untuk mempelajari data dan melakukan prediksi serta Convolutional Neural Network (CNN) digunakan sebagai diskriminator untuk mengklasifikasi data. Oleh karena itu, dalam tugas akhir ini, penulis menerapkan GAN dalam prediksi Indeks Harga Saham LQ45. Penerapan metode ini bertujuan untuk meningkatkan akurasi dalam prediksi sehingga investor dapat mengukur kinerja portofolio sahamnya di masa yang akan datang dengan baik. Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah harga penutupan atau closing Indeks Harga Saham LQ45 harian dari periode 2 Januari 2019 hingga 30 Desember 2022. Hasil prediksi Indeks Harga Saham LQ45 dapat ditunjukkan dengan nilai MAPE. Untuk data training memiliki nilai MAPE sebesar dan untuk data testing memiliki nilai MAPE sebesar perbandingan 80% data training dan 20% data testing.

The LQ45 Stock Price Index is an index that measures the price performance of 45 stocks that have high liquidity and large market capitalization listed on the Indonesia Stock Exchange. The LQ45 Stock Price Index prediction can be used to measure the performance of a stock portfolio in the future so that investors can evaluate the shares they own. Predicting the LQ45 Stock Price Index is a difficult task because this stock price index data tends to have quite high fluctuations. For this reason, an appropriate technique is needed to predict the LQ45 Stock Price Index. The LQ45 Stock Price Index is a type of time series data. Several models have been developed to predict time series data, one of which is machine learning. Generative Adversarial Network (GAN) is a special approach to machine learning through generative modeling. The GAN method can produce predictions that have high accuracy, because GAN uses two networks, namely generator and discriminator. Long Short-Term Memory (LSTM) is used as generator to study data and make predictions and Convolutional Neural Network (CNN) is used as discriminator to classify data. Therefore, in this thesis, the author applies the GAN method in predicting the LQ45 Stock Price Index. The application of this method aims to increase accuracy in predictions so that investors can measure the performance of their stock portfolio in the future properly. The data used in this thesis is the daily closing price of the LQ45 Stock Price Index from the period 2 January 2019 to 30 December 2022. The prediction results of the LQ45 Stock Price Index can be shown by the MAPE value. For training data, the MAPE value is 20,9340% and for testing data, the MAPE value is 2,3740%. These results use a comparison of 80% training data and 20% testing data."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reynaldo Wijaya Hendry
"Citra bawah air tergolong ke dalam citra yang sulit diproses secara digital. Hal ini dise- babkan citra bawah air mengalami degradasi gabungan berupa scattering dan absorption. Sedangkan permasalahan estimasi kedalaman relatif adalah salah satu permasalahan yang masih menjadi riset dalam bidang computer vision saat ini. Permasalahan ini digolongkan sebagai permasalahan image-to-image translation. Salah satu model yang sering digunakan untuk menyelesaikan permasalahan image-to-image translation adalah dengan menggunakan conditional generative adversarial network (cGAN) yang merupakan salah satu varian dari generative adversarial network (GAN). Komponen penting dari cGAN terdiri dari generator dan discriminator yang berpengaruh terhadap keefektifan model. Pada penelitian ini akan diuji kombinasi generator yang terdiri dari U-net, Resnet-6, dan Resnet-9 dan discriminator yang terdiri dari PatchGAN serta ImageGAN dalam menyelesaikan permasalahan estimasi kedalaman relatif dari citra bawah air. Keoptimalan model diuji dengan menggunakan metrik structural index similarity (SSIM) dan root mean square error (RMSE). Didapatkan hasil bahwa model dengan generator U-net dan discriminator PatchGAN memberikan hasil terbaik pada metrik SSIM dan RMSE.

Underwater images are classified as images that are difficult to be processed digitally. This happens due to the combined degradation of the underwater image in the form of scattering and absorption. Meanwhile, relative depth estimation is one of the problems that is still being actively researched in computer vision. This problem is classified as image-to-image translation problem. One of the model that is often used to solve image-to-image translation is the conditional generative adversarial network (cGAN) which is a variant of generative adversarial network (GAN). The important component of cGAN consists of generator and discriminator which affects the model’s effectiveness. In this research, a combination of generator consisting of U-net, Resnet-6, and Resnet-9 and discriminator consisting of PatchGAN and ImageGAN will be tested in solving relative depth estimation problem for underwater image. Optimization of the model is tested using the metrics structural similarity index (SSIM) and root mean square error (RMSE). The results show that models with generator U-net and discriminator PatchGAN give the best result on SSIM and RMSE metrics."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herardita Cahyaning Wulan
"Age-related macular degeneration (AMD) adalah penyakit degeneratif pada makula yang menyebabkan gangguan penglihatan sentral pada orang lanjut usia. Secara global, orang yang didiagnosis mengalami AMD mencapai 170 juta orang. Pada 2018, AMD menjadi penyebab kebutaan terbesar ketiga di Indonesia, setelah katarak dan gangguan refraksi. Salah satu pendekatan teknologi dalam bidang kedokteran adalah menggunakan sains data dan deep learning untuk mendeteksi dan mendiagnosis penyakit mata. Salah satu metode deep learning yang paling efektif untuk memahami data berbasis citra adalah Convolutionl Neural Network (CNN). Di antara arsitektur CNN yang dikembangkan, arsitektur EfficientNet merupakan salah satu yang paling efektif untuk mencapai akurasi terbaik pada tugas klasifikasi gambar serta efisien secara komputasional. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data citra fundus retina yang bersumber dari empat open source database. Terdapat dua kelas yang akan diklasifikasi yaitu Normal dan AMD. Dengan penggabungan beberapa dataset muncul beberapa masalah yaitu terdapat perbedaan dimensi dan kontras pada citra. Sebelum dataset digunakan untuk melatih model, dilakukan preprocessing dengan centered crop, resize, dan Contrast Limited Adaptive Histogram Equalization (CLAHE). Masalah lain yang muncul adalah ukuran dataset yang kecil karena sulitnya mendapatkan data medis pasien. Salah satu metode yang dapat menjadi solusi adalah Generative Adversarial Network (GAN) yang digunakan untuk menghasilkan data citra sintetis. Penelitian ini diajukan untuk menerapkan metode GAN guna meningkatkan kinerja model EfficientNet dalam mendeteksi AMD. Untuk melakukan hal tersebut dibuat tiga skenario untuk membandingkan kinerja EfficientNet. Skenario A yaitu melakukan klasifikasi dengan dataset asli, tanpa preprocessing CLAHE dan tanpa augmentasi GAN. Skenario B melakukan klasifikasi dengan dataset yang sudah diaugmentasi dengan GAN. Sedangkan, skenario C melakukan klasifikasi dengan dataset yang diaugmentasi dengan GAN dan melalui preprocessing CLAHE. Metrik evaluasi yang digunakan untuk mengukukur kinerja adalah akurasi, sensitivity, dan specifity. Pada skenario A dengan rasio splitting data 70:15:15 dan 80:10:10 didapat rata-rata akurasi sebesar 89,01% dan 88,52%. Sedangkan, pada skenario B dengan rasio 70:15:15 dan 80:10:10 didapat rata-rata akurasi sebesar 87,10% dan 89,86%. Pada Skenario C dengan rasio 70:15:15 dan 80:10:10 didapat rata-rata akurasi sebesar 88,97% dan 91,27%. Skenario terbaik adalah skenario C dengan rasio 80:10:10 dengan nilai akurasi tertinggi 92,96%, sensitivity tertinggi mencapai 93,55%, dan specifity tertinggi mencapai 95,00%.

Age-related macular degeneration (AMD) is a degenerative disease of the macula that causes central vision impairment in the elderly. Globally, the number of people diagnosed with AMD reaches 170 million. In 2018, AMD became the third leading cause of blindness in Indonesia, following cataracts and refractive errors. One technological approach in the field of medicine is utilizing data science and deep learning to detect and diagnose eye diseases. One of the most effective deep learning methods for understanding image-based data is the Convolutional Neural Network (CNN). Among the developed CNN architectures, EfficientNet is one of the most effective in achieving the best accuracy in image classification tasks while being computationally efficient. The data used in this research consists of fundus retinal images sourced from four open source databases. There are two classes: Normal and AMD. Combining multiple datasets presents several issues, such as differences in image dimensions and contrast. Before the dataset is used to train the model, preprocessing is conducted using centered crop, resize, and Contrast Limited Adaptive Histogram Equalization (CLAHE). Another emerging issue is the small dataset size due to the difficulty of obtaining patient medical data. One method that can provide a solution is the Generative Adversarial Network (GAN), which is used to generate synthetic image data. This study proposes to implement GAN to enhance the performance of the EfficientNet model in detecting AMD. To achieve this, three scenarios were created to compare the performance of EfficientNet. Scenario A involves classification with the original dataset, without CLAHE preprocessing and without GAN augmentation. Scenario B involves classification with the dataset augmented by GAN. Scenario C involves classification with the dataset augmented by GAN and processed through CLAHE preprocessing. The evaluation metrics used to measure performance are accuracy, sensitivity, and specificity. In Scenario A, with data splitting ratios of 70:15:15 and 80:10:10, the average accuracy obtained was 89.01% and 88.52%, respectively. In Scenario B, with the same data splitting ratios, the average accuracy obtained was 87.10% and 89.86%, respectively. In Scenario C, with data splitting ratios of 70:15:15 and 80:10:10, the average accuracy obtained was 88.97% and 91.27%, respectively. The best scenario is Scenario C with a ratio of 80:10:10, achieving the highest accuracy of 92.96%, the highest sensitivity of 93.55%, and the highest specificity of 95.00%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rania Nur Farahiyah
"Retinopati hipertensi merupakan penyakit yang timbul pada retina akibat komplikasi dari hipertensi atau tekanan darah tinggi. Pemeriksaan gejala retinopati hipertensi penting untuk dilakukan supaya penanganan yang tepat dapat diberikan. Gejala retinopati hipertensi terdapat pada pembuluh darah di retina sehingga diagnosis dapat dilakukan melalui citra fundus retina. Penelitian ini memanfaatkan model Data-Efficient Image Transformer (DeiT) untuk mengklasifikasikan citra fundus retina menjadi dua kelas, yaitu kelas retinopati hipertensi dan kelas normal. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari empat database open-source, yaitu DRIVE, JSIEC, ODIR, dan STARE. Preprocessing berupa resize dan Contrast Limited Adaptive Histogram Equalization (CLAHE) diterapkan untuk menyeragamkan ukuran citra dan meningkatkan kontras citra. Generative Adversarial Network (GAN) digunakan untuk menghasilkan citra sintetis guna mengatasi masalah keterbatasan jumlah data serta meningkatkan variasi data yang dapat dipelajari oleh model DeiT. Penelitian ini menganalisis pengaruh metode GAN terhadap kinerja model DeiT dengan menggunakan metrik evaluasi accuracy, sensitivity, dan specificity. Analisis dilakukan dengan membandingkan tiga skenario: skenario A menggunakan data asli, skenario B menggunakan data hasil augmentasi GAN, dan skenario C menggunakan preprocessing CLAHE dan data hasil augmentasi GAN. Skenario A menunjukkan kinerja yang cukup baik dengan nilai rata-rata accuracy, sensitivitiy, dan specificity sebesar 94%, 97,7%, dan 84,6% untuk rasio pembagian data 70:30, serta 95,7%, 97%, dan 92,8% untuk rasio pembagian data 80:20. Skenario B mengungguli skenario sebelumnya dengan nilai rata-rata accuracy, sensitivitiy, dan specificity sebesar 96,4%, 97,2%, dan 95,7% untuk rasio pembagian data 70:30, serta 97,5%, 97,9%, dan 97,1% untuk rasio pembagian data 80:20. Pada skenario C, diperoleh nilai rata-rata accuracy, sensitivitiy, dan specificity sebesar 95,7%, 95%, dan 96,2% untuk rasio pembagian data 70:30, serta 95,5%, 94,9%, dan 96,4% untuk rasio pembagian data 80:20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode GAN berhasil meningkatkan kinerja model DeiT, khususnya pada nilai specificity. Dari ketiga skenario yang diuji, skenario B yang memanfaatkan data sintetis hasil augmentasi GAN tanpa preprocessing CLAHE memberikan hasil yang paling unggul.

Hypertensive retinopathy is a disease that occurs in the retina due to complications from hypertension or high blood pressure. Examination of hypertensive retinopathy symptoms is important to ensure appropriate treatment can be performed. The symptoms of hypertensive retinopathy are found in the blood vessels of the retina, allowing diagnosis to be performed through retinal fundus images. This study uses the Data-Efficient Image Transformer (DeiT) model to classify retinal fundus images into two classes: hypertensive retinopathy and normal. The data used in this study were obtained from four different open-source databases: DRIVE, JSIEC, ODIR, and STARE. Preprocessing in the form of resizing and Contrast Limited Adaptive Histogram Equalization (CLAHE) was applied to standardize the image size and enhance the image contrast. Generative Adversarial Network (GAN) was used to generate synthetic images to address the problem of limited data availability and increase the variety of data that can be learned by the DeiT model. This study analyzes the impact of the GAN method on the performance of the DeiT model using evaluation metrics of accuracy, sensitivity, and specificity. The analysis was conducted by comparing three scenarios: scenario A using the original data, scenario B using GAN-augmented data, and scenario C using CLAHE preprocessing and GAN-augmented data. Scenario A showed fairly good performance with average accuracy, sensitivity, and specificity values of 94%, 97.7%, and 84.6% for a 70:30 data split ratio, and 95.7%, 97%, and 92.8% for an 80:20 data split ratio. Scenario B outperformed the previous scenario with average accuracy, sensitivity, and specificity values of 96.4%, 97.2%, and 95.7% for a 70:30 data split ratio, and 97.5%, 97.9%, and 97.1% for an 80:20 data split ratio. In scenario C, the average accuracy, sensitivity, and specificity values were 95.7%, 95%, and 96.2% for a 70:30 data split ratio, and 95.5%, 94.9%, and 96.4% for an 80:20 data split ratio. The results of the study indicate that the application of the GAN method successfully improved the performance of the DeiT model, particularly in terms of specificity. Out of the three scenarios tested, scenario B, which utilized GAN-augmented synthetic data without CLAHE preprocessing, yielded the best results."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Alifia Maharani
"Retinal detachment (RD), atau ablasi retina, adalah kondisi ketika retina neurosensori terlepas dari lapisan dasarnya, yaitu epitel pigmen retina (EPR), karena kehilangan kerekatan. RD bisa menjadi kondisi yang serius jika tidak segera ditangani, seperti gangguan penglihatan hingga kebutaan permanen. Di Indonesia, diperkirakan terdapat 17.500—25.000 kasus baru setiap tahunnya. Namun, dengan jumlah dokter yang terbatas, pendeteksian RD secara konvensional mungkin tidak dapat dilakukan dengan cepat. Dengan memanfaatkan metode machine learning, khususnya deep learning, yang kini berkembangan pesat, dapat dilakukan pendeteksian RD melalui citra fundus mata menggunakan Convolutional Neural Network (CNN) dengan arsitektur ResNeSt. Terdapat masalah keterbatasan jumlah data pada kelas RD sehubungan dengan perlindungan privasi pasien yang membatasi akses terhadap data medis. Untuk meningkatkan jumlah data, dilakukan augmentasi data dengan GAN untuk menghasilkan data baru berupa citra sintetis untuk kelas RD. Dilakukan pula percobaan dengan menerapkan Contrast Limited Adaptive Histogram Equalization (CLAHE) sebagai tahap preprocessing sebelum augmentasi dengan GAN dengan tujuan meningkatkan kualitas citra yang masuk sebagai input dari GAN. Lebih lanjut, penelitian ini menguji tiga skenario dengan dua rasio splitting data, yaitu 6:2:2 dan 6:1:3. Skenario 1 menjalankan model ResNeSt tanpa preprocessing CLAHE dan augmentasi GAN pada data input. Skenario 2 menjalankan model ResNeSt dengan augmentasi GAN pada data input. Sementara itu, skenario 3 menjalankan model ResNeSt dengan menerapkan preprocessing CLAHE dan augmentasi GAN pada data input. Untuk splitting data dengan rasio 6:2:2, skenario 1 menghasilkan nilai rata-rata accuracy 89,9%, sensitivity 76,3%, specificity 94,3%, dan loss 52,4%, skenario 2 menghasilkan nilai rata-rata accuracy 92,3%, sensitivity 88,2%, specificity 94,8%, dan loss 18,6%, sedangkan skenario 3 menghasilkan nilai rata-rata accuracy 95,9%, sensitivity 94,4%, specificity 96,8%, dan loss 9,8%. Sementara itu, untuk splitting data dengan rasio 6:1:3, skenario 1 menghasilkan nilai rata-rata accuracy 91,3%, sensitivity 78,6%, specificity 94,9%, dan loss 27,9%, skenario 2 menghasilkan nilai rata-rata accuracy 94%, sensitivity 90,2%, specificity 96,3%, dan loss 17,9%, sedangkan skenario 3 menghasilkan nilai rata-rata accuracy 97,9%, sensitivity 97%, specificity 98,4%, dan loss 5,4%. Didapatkan bahwa performa model terbaik adalah ketika menggunakan skenario 3 dengan rasio splitting data 6:1:3.

Retinal detachment (RD), also known as retinal ablation, is a condition where the neurosensory retina separates from its underlying layer, the retinal pigment epithelium (RPE), due to the loss of adhesion. RD can become a serious condition if not promptly treated, potentially leading to vision impairment, even permanent blindness. In Indonesia, an estimated 17,500–25,000 new cases of RD occur annually. However, with a limited number of doctors, conventional detection methods for RD may not be performed swiftly enough. Leveraging machine learning, particularly deep learning, which has rapidly advanced, RD detection can be facilitated through fundus imaging using Convolutional Neural Network (CNN) with ResNeSt architecture. A significant challenge arises due to the limited amount of data available for the RD class, as patient privacy regulations restrict access to medical data. To address this, data augmentation is applied using Generative Adversarial Networks (GAN) to generate synthetic images for the RD class. Additionally, experiments were conducted by applying Contrast Limited Adaptive Histogram Equalization (CLAHE) as a preprocessing step before GAN augmentation, aiming to enhance the quality of the images inputted into the GAN. This study further evaluates three scenarios with two data splitting ratios, 6:2:2 and 6:1:3. Scenario 1 involved training the ResNeSt model without CLAHE preprocessing or GAN augmentation. Scenario 2 involved training the ResNeSt model with GAN augmentation. Scenario 3 involved training the ResNeSt model with both CLAHE preprocessing and GAN augmentation. For the 6:2:2 data splitting ratio, Scenario 1 achieved an average accuracy of 89.9%, sensitivity of 76.3%, specificity of 94.3%, and loss of 52.4%. Scenario 2 achieved an average accuracy of 92.3%, sensitivity of 88.2%, specificity of 94.8%, and loss of 18.6%. Meanwhile, Scenario 3 achieved an average accuracy of 95.9%, sensitivity of 94.4%, specificity of 96.8%, and loss of 9.8%. For the 6:1:3 data splitting ratio, Scenario 1 achieved an average accuracy of 91.3%, sensitivity of 78.6%, specificity of 94.9%, and loss of 27.9%. Scenario 2 achieved an average accuracy of 94%, sensitivity of 90.2%, specificity of 96.3%, and loss of 17.9%. Meanwhile, Scenario 3 achieved an average accuracy of 97.9%, sensitivity of 97%, specificity of 98.4%, and loss of 5.4%. The best model performance was observed in Scenario 3 with a 6:1:3 data splitting ratio."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusnanda Farhan
"Penilaian citra embrio manusia memiliki peran yang penting dalam proses Fertilisasi In Vitro (FIV) atau yang dikenal juga sebagai proses bayi tabung. Penilaian citra embrio ini dilakukan secara manual oleh ahli embriologi. Hal ini tentunya membutuhkan waktu yang lama dan konsentrasi yang tinggi dari ahli embriologi sehingga perlu ada sistem yang dapat membantu ahli embriologi dalam melakukan penilaian dengan lebih efisien. Salah satu waktu penilaian embrio yang paling penting yaitu ketika embrio berusia lima hari, dimana ini merupakan tahap penilaian akhir sebelum proses implantasi ke rahim. Penilaian embrio pada hari kelima didasarkan pada tiga aspek yaitu derajat ekspansi, Inner Cell Mass, dan Trophoectoderm, yang menjadi tantangan tersendiri dalam penelitian di bidang ini. Permasalahan lain yang muncul yaitu ketersediaan data yang terbatas dan ketidakseimbangan proporsi kelas atau target pada dataset. Penelitian ini mengusulkan penggunaan augmentasi data berbasis Generative Adversarial Network seperti VanillaGAN, InfoGAN, DCGAN, dan Adversarial Autoencoder sehagai solusi permasalahan ketidakseimbangan data. Penelitian ini juga mengembangkan model klasifikasi berbasis Convolutional Neural Network sebagai klasifikator untuk menilai citra embrio. Penelititan ini menggunakan 10-fold cross validation untuk mengukur kinerja model. Untuk kategori derajat ekspansi, penelitian ini memperoleh hasil terbaik dengan model Convolutional Neural Network yang dikombinasikan dengan Adversarial Autoencoder sebagai augmentasi data dengan nilai f1-score sebesar 0.92. Untuk kategori Inner Cell Mass, penelitian ini memperoleh hasil terbaik dengan model Convolutional Neural Network yang dikombinasikan dengan VanillaGAN sebagai augmentasi data dengan nilai f1-score sebesar 0.92. Serta untuk kategori Trophoectoderm, model Convolutional Neural Network yang dikombinasikan dengan Adversarial Autoencoder memperoleh hasil terbaik dengan nilai f1-score sebesar 0.89.

Assessment of human embryo images has an important role in the process of In Vitro Fertilization (IVF). Evaluation of this embryo image is done manually by the embryologist. This requires a long time and high concentration of embryologists, so it is necessary to create a system that can assist embryologists in making assessments more efficiently. One of the most important parts of human embryo assessment is the embryo on the fifth day after fertilization. Evaluation of embryos on the fifth day is based on three aspects, namely the degree of expansion, Inner Cell Mass, and Trophoectoderm, which is a particular challenge in research in this field. Another problem for this case is the limited availability of data and an imbalanced dataset. This study proposes the use of Generative Adversarial Network-based for data augmentation such as VanillaGAN, InfoGAN, DCGAN, and Adversarial Autoencoder as a solution to imbalanced data problems. This study also developed a classification model based on the Convolutional Neural Network as a classifier for assessing embryo images. This research uses 10-fold cross validation to measure model performance. This study obtained the best results for the degree of expansion category with the Convolutional Neural Network model combined with the Adversarial Autoencoder as a data augmentation with an f1-score of 0.92. This study obtained the best results for the Inner Cell Mass category with the Convolutional Neural Network model combined with VanillaGAN as a data augmentation with an f1-score of 0.92. The best result for Trophoectoderm category is Convolutional Neural Network model combined with the Adversarial Autoencoder as a data augmentation with an f1-score of 0.89."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Marshal Arijona
"Tugas Akhir ini menelaah least square adversarial autoencoder yang menggunakan least square generative adversarial network sebagai diskriminatornya. Diskriminator tersebut meminimalkan fungsi Pearson χ 2 divergence antara distribusi variabel laten dan suatu distribusi apriori. Adanya diskriminator memungkinkan autoencoder untuk membangkitkan data yang memiliki karakteristik yang menyerupai sampel pembelajarannya. Penelitian ini dilakukan dengan membuat program yang memodelkan least square adversarial autoencoder. Program memodelkan dua jenis autoencoder yaitu unsupervised least square adversarial autoencoder dan supervised least square adversarial autoencoder dengan memanfaatkan dataset MNIST dan FashionMNIST. Unsupervised least square adversarial autoencoder menggunakan variabel laten berdimensi 20 sementara supervised least square adversarial autoencoder menggunakan variabel laten masing-masing berdimensi 2, 3, 4, dan 5. Program diimplementasikan menggunakan framework PyTorch dan dieksekusi menggunakan Jupyter Notebook. Seluruh aktivitas pemrograman dilakukan pada environment cloud yang disediakan oleh Floydhub dan Tokopedia-UI AI Center yang masing-masing menggunakan GPU NVIDIA Tesla K80 dan NVIDIA Tesla V100 sebagai perangkat komputasinya. Proses pembelajaran pada unsupervised least square adversarial autoencoder berlangsung selama dua jam sementara pada supervised least square adversarial autoencoder berlangsung selama enam jam. Berdasarkan hasil eksperimen, nilai mean squared error unsupervised least square adversarial autoencoder untuk masing-masing dataset MNIST dan FashionMNIST adalah 0.0063 dan 0.0094. Sementara itu, nilai mean squared error supervised least square adversarial autoencoder pada dataset MNIST sebesar 0.0033. Selanjutnya, nilai Frechet Inception Distance unsupervised least square adversarial autoencoder untuk masing-masing dataset MNIST dan FashionMNIST adalah 15.7182 dan 38.6967. Sementara itu, nilai Frechet Inception Distance supervised least square adversarial autoencoder pada dataset MNIST sebesar 62.512. Hasil tersebut menunjukkan bahwa least square adversarial autoencoder mampu merekonstruksi citra dengan baik, namun kurang mampu membangkitkan citra dengan kualitas sebaik sampel pembelajarannya.

This Final Project (Tugas Akhir) investigates the least square adversarial autoencoder that uses least square generative adversarial network as its discriminator. The discriminator minimizes the Pearson χ 2 divergence between the latent variable distribution and the prior distribution. The presence of discriminator allows the autoencoder to generate data that has characteristics that resemble the original data. Python programs were developed to model the least square adversarial autoencoder. This programs try to model two types of autoencoder namely unsupervised least square adversarial autoencoder and supervised least square adversarial autoencoder by utilizing MNIST dataset and FashionMNIST dataset. The unsupervised least square adversarial autoencoder uses latent variables of dimension 20 while the supervised least square adversarial autoencoder uses latent variables with dimensions of 2, 3, 4, and 5, respectively. This programs were implemented using PyTorch and executed using Jupyter Notebook. All of the programming activities are carried out in the cloud environment provided by Floydhub and Tokopedia-UI AI Center, respectively using NVIDIA Tesla K80 GPU and NVIDIA Tesla V100 GPU as their computing resource. Training time in unsupervised least square adversarial autoencoder lasts for two hours while in supervised least square adversarial autoencoder lasts for six hours. The Results of experiments show that the mean squared error of unsupervised least square adversarial autoencoder for MNIST dataset and FashionMNIST dataset are 0.0063 and 0.0094, respectively. Meanwhile, the mean squared error of supervised least square adversarial autoencoder for MNIST dataset is 0.0033. Furthermore, the Frechet Inception Distance scores of unsupervised least square adversarial autoencoder for MNIST dataset and FashionMNIST dataset are 15.7182 and 38.6967, respectively. Meanwhile, the value of Frechet Inception Distance score of supervised least square adversarial autoencoder in MNIST dataset is 62.512. These results indicate that the least square adversarial autoencoder is able to reconstruct the image properly, but is less able to generate images with the same quality as the learning sample."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hada Melino Muhammad
"Anomaly-Based Network Intrusion Detection System (ANIDS) memegang peranan yang sangat penting dengan berkembangnya teknologi internet. ANIDS digunakan untuk mendeteksi trafik jaringan yang membahayakan pengguna internet. Metode tradisional yang digunakan untuk membuat ANIDS masih sulit untuk mengekstrak fitur dari trafik yang banyak dan berdimensi tinggi. Selain itu, jumlah sampel yang sedikit pada beberapa jenis trafik menyebabkan ketidakseimbangan dataset dan mempengaruhi performa deteksi ANIDS. Ketidakseimbangan dataset dapat diatasi dengan oversampling dan atau undersampling. Penulis mengusulkan metode oversampling menggunakan modifikasi dari Deep Convolutional Generative Adversarial Network (DCGAN) yang dapat mengekstrak fitur trafik data secara langsung dan menghasilkan sampel baru untuk menyeimbangkan dataset. Modifikasi DCGAN bertujuan untuk menghindari adanya pemetaan data tabular menjadi data gambar sebelum masuk ke DCGAN. Selain itu, modifikasi DCGAN bertujuan untuk menstabilkan pelatihan model untuk data tabular sehingga data yang dihasilkan lebih berkualitas. Pengujian efek modifikasi DCGAN dilakukan dengan melatih model ANIDS yang terdiri dari model Deep Neural Network (DNN) dan Convolutional Neural Network (CNN). Evaluasi performa deteksi dilakukan dengan confusion matrix serta metrik accuracy, precision, recall, dan F1-Score. Hasil yang didapatkan adalah oversampling menggunakan modifikasi DCGAN meningkatkan validation accuracy dari 75.77% menjadi 81.41% pada model DNN dan 73.94% menjadi 80.76% pada model CNN. Peningkatan metrik lain juga terjadi akibat dari peningkatan validation accuracy.

Anomaly-Based Network Intrusion Detection System (ANIDS) plays a very important role with the development of internet technology. ANIDS is used for detecting network traffic that endangers internet users. The traditional methods used to create ANIDS are still difficult to extract features from high-dimensional traffic. In addition, the small number of samples in some types of traffic causes imbalanced dataset and affects ANIDS detection performance. Imbalanced dataset can be overcome by oversampling and or undersampling. The author proposes an oversampling method using a modification of the Deep Convolutional Generative Adversarial Network (DCGAN) which can extract data traffic features directly and generate new samples to balance the dataset. DCGAN modification aims to avoid mapping tabular data into image data before entering DCGAN. In addition, the DCGAN modification aims to stabilize the training model for tabular data so that the resulting data is of higher quality. Testing the effects of the DCGAN modification was carried out by training the ANIDS model consisting of the Deep Neural Network (DNN) and Convolutional Neural Network (CNN) models. Evaluation of detection performance is carried out using a confusion matrix and the metrics of accuracy, precision, recall, and F1-Score. The results obtained are oversampling using the DCGAN modification increases the validation accuracy from 75.77% to 81.41% in the DNN model and 73.94% to 80.76% in the CNN model. Improvements in other metrics also occurred as a result of the increase in validation accuracy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>