Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19797 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adli Kusuma Basri
"Representasi simulasi dalam arsitektur merupakan fenomena ketika sebuah karakteristik inti dari sebuah objek original dikomunikasikan kembali dalam sebuah bentuk simulasi yang baru. Kedua objek tersebut menghasilkan pengalaman yang serupa ketika dialami. Hal ini terjadi karena sebuah simulasi merepresentasikan image dari sebuah arsitektur original melalui ekspresi elemen-elemen yang hadir sehingga memicu sebuah mental image dari arsitektur original. Untuk memahami proses interpretasi mental image dalam sebuah representasi-simulasi, skripsi ini akan menjelaskan proses dari fenomena simulasi melalui pendekatan semiotika terhadap kode semantik dengan studi kasus pada game Genshin Impact. Dengan menganalisis arsitektur original dan simulasi sebagai sebuah sistem tanda-tanda, dapat dilihat susunan elemen dari arsitektur yang membentuk sebuah struktur yang signifikan. Proses ini melihat kedua arsitektur sebagai teks yang akan dibongkar melalui unit, hubungan antar unit, dan latar belakang sosio-kultural untuk menemukan ide formal. Ide formal mengandung struktur formal dan ide-ide penting bagi arsitektur untuk membentuk sebuah mental image tertentu. Dalam pembuatan sebuah simulasi, perlu mempertahankan mental image dari original dengan membawa ide formal tersebut.

Simulation representation in architecture is a phenomenon that occurs when the main characteristics of an original object is recommunicated in a new form of a simulation. Although the simulation is an object with its own individuality, there is a cognitive process in the brain that equates the experience of the original architecture and the simulation. This happens because a simulation represents the image of an original architecture through the expression of the elements that are present, thereby triggering a mental image interpretation of the original architecture. To understand the process of interpreting mental images in a simulation-representation, this thesis will explain the process of simulation phenomena through a semiotic approach to semantic codes with a case study on the game Genshin Impact. By analyzing the original architecture and the simulation as a system of signs, it can be seen that both architectures are composed of individual elements that are arranged in a certain way to form a significant structure. This process sees both architectures as texts that will be disassembled through units, relationships between units, and socio-cultural backgrounds to find formal ideas. Formal ideas contain formal structures and important ideas for the architecture to form a certain mental image. In the creation of a simulation, one needs to maintain the mental image of the original by still presenting the original’s formal idea."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ezra Jan Reynara
"Penelitian ini membahas mengenai representasi Indonesia menurut karya lagu para artis, yaitu Wieteke Van Dort, Anneke Gronloh, dan grup band Rosy & Andres (Rosy Pereira dan Dries Holten) yang merupakan artis keturunan Indo-Belanda dan lahir di era 1930-1945. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dan akan menganalisis pemaknaan secara detonasi dan konotasi dari lirik lagu tersebut berdasarkan teori semiotika yang dikemukakan oleh Roland Barthes. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan pemaparan tentang Indonesia di mata penyanyi Indo-Belanda yang pernah tinggal di awal kemerdekaan Belanda dan kini menetap di Belanda. Dalam penelitian ini makna yang terdapat pada lagu ketiga artis dianalisis secara komparatif dan asosiatif untuk mendapatkan gambaran tentang Indonesia. Lirik lagu yang dianalisis merupakan lima lagu yang mengandung asosiasi denganIndonesia baik secara indera maupun nilai-nilai emosional. Dapat disimpulkan dari analisa bahwa Indonesia digambarkan positif oleh semua artis dan direpresentasikan dalam lagu mereka lewat kata-kata atau frasa yang berasosiasi dengan kekayaan budaya, keindahan alam, sifat karakter bangsa atau pesona masyarakatnya dan hasil budayanya.

This study discusses the representation of Indonesia according to the songs of the artists, namely Wieteke Van Dort, Anneke Gronloh, and the band Rosy & Andres (Rosy Pereira and Dries Holten) who are artists of Indo-Dutch descent and born in the 1930-1945 era. This study uses a qualitative descriptive analysis method and will analyze the denotation and connotation of the meaning of the song lyrics based on the semiotic theory proposed by Roland Barthes. The purpose of this study is to get an explanation of Indonesia in the eyes of Indo-Dutch singers who lived in the early days of Dutch independence and now live in the Netherlands. In this study, the meanings contained in the songs of the three artists were analyzed comparatively and associatively to get an overview of Indonesia. The song lyrics analyzed are five songs that contain associations with Indonesia, both sensory, and additional values. It can be concluded from the analysis that Indonesia is described positively by all artists and is represented in their songs through words or phrases associated with cultural richness, natural beauty, the character of the nation, or the charm of its people and cultural products."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Paivio, Allan
New York: Oxford University Press, 1986
R 153 PAI m
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Paivio, Allan
New Jersey: Lawrence Erlbaum, 2007
155.7 PAI m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Mega Paranti
"Studi terdahulu menemukan bahwa individu cenderung melihat orang terdekatnya seperti melihat dirinya. Fenomena ini terjadi karena terdapat kecocokan/kesamaan antara struktur konsep diri individu dan struktur konsep yang dibangun individu tentang orang terdekat tersebut. Mekanisme terjadinya kecocokan kedua representasi mental tersebut karena individu cenderung memasukkan orang terdekat ke dalam konsep dirinya (inclusion others in the self/IOS) sehingga terjadi peleburan kedua representasi mental. Mengingat individu bisa memiliki lebih dari satu orang terdekat, dalam hal ini individu yang bisa memiliki beberapa sahabat sekaligus, lalu apakah kecocokan kedua representasi mental tersebut akan setara terjadi pada seluruh sahabat yang dimiliki individu? Jika tidak, apa faktor yang mempengaruhinya? Dua studi kuasi eksperimental dengan desain within subject dilakukan kepada partisipan mahasiswa untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut. Lebih khusus penelitian ini mencoba mengeksplorasi pengaruh faktor persepsi pentingnya suatu persahabatan yang dimaknai oleh individu terhadap tingkat kecocokan representasi mental diri dan sahabat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kecocokan antara kedua representasi mental di antara para sahabat, yang menunjukkan individu mempersepsi sahabat-sahabatnya secara berbeda. Sahabat yang dinilai paling penting oleh individu adalah sahabat yang paling dipersepsi mirip seperti individu mempersepsi diri.

Previous studies have found that people tend to see close others as they see themselves. This phenomenon occurs due to presence of similarity between self-concept structures and close others-concept structures that perceived by individual. This mechanism can be explain by individuals that tend to include close others to their self-concept (inclusion others in the self), thus there is a fusion of the two mental representations. Considering people may have more than one close others, or in this case an individual can have several close friends at once, then will the compatibility of the two mental representations equally happen for all close friends that the individual has? If not, what factors do influence it? Two quasi-experimental studies with within-subject designs were conducted on student participants to answer the research questions. More specifically, this study attempt to explore the influence of friendship importance that perceived by participants on the compatibility of mental representations about self and close friends. The results of this study indicate that there are differences in the level of compatibility between the two mental representations between best friends, which shows that individuals perceive their best friends differently. Best friend who is considered as the most important one appeared to be best friend who is perceived most similar to individual’s self-perception."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Cahyorinartri
"Anak dengan disabilitas intelektual memiliki keterampilan adaptif yang lebih rendah. Sebelum anak dengan disabilitas intelektual memahami harapan lingkungan, anak diharapkan terlebih dahulu mengenal dirinya sendiri. Representasi diri merupakan penjabaran yang bersifat kontekstual atas diri dan konstruksi kognitif dan sosial. Anak disabilitas intelektual dengan tahap perkembangan praoperasional, biasanya memiliki representasi diri yang merujuk pada ciri-ciri dan perilaku yang dapat diobservasi. Anak dengan disabilitas intelektual juga perlu mengembangkan kemampuannya dalam mengenal dan memahami emosi. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan efektifitas program direct instruction dalam meningkatkan perilaku adaptif melalui representasi diri dan pemahaman emosi pada siswa dengan disabilitas intelektual menengah.Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian kasus tunggal. Subjek penelitian ini adalah seorang siswa dengan disabilitas intelektual menengah (IQ: 49, skala Stanford Binet) dengan usia mental 4 tahun 5 bulan. Program direct instruction belum berhasil meningkatkan perilaku adaptif melalui representasi diri dan emosi pada subjek sebagai anak dengan disabilitas intelektual menengah. Hal ini dipengaruhi keterbatasan intelektual dari subjek sehingga terdapat kemungkinan subjek belum menguasai kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan dalam menguasai keterampilan yang diajarkan. Hambatan lain adalah perkembangan bahasa subjek yang terbatas. Kosa kata yang terbatas juga mempengaruhi kemampuan subjek memaparkan hasil pikiran dan perasaannya.

Children with intellectual disability have adaptive skill lower than others. Before children with intellectual disability realize about social expectation, children wished to understand themselves first. Self-representation is contextual description about themselves and cognitive and social construction. Children with intellectual disability with preoperational developmental stage, usually have self-representation that refer to observable things. They also have to developing emotional understanding. The study aimed to determine effectiveness of direct instruction program to enhance adaptive skill through self-representation and emotional understanding in student with moderate intellectual disability. The design use in this study is a single case experiment. The subject of this study is a student with intellectual disability (IQ: 49, Stanford Binet Scale) with mental age 4 years 5 months. Based on analysis showed that direct instruction program haven?t succeed enhanced self-representation and emotion understanding in student with moderate intellectual disability. It can be influenced by subject?s intellectual limitedness. Another limitedness is subject?s language development and vocabulary limited also influenced subject?s ability to tell her mind, thought and feeling.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T41387
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andini Afionita
"Objektifikasi perempuan dalam berbagai media massa masih menjadi topik yang menarik hingga saat ini, misalnya representasi gender dalam film. Pada tahun 2022, Netflix merilis serial berjudul Die Kaiserin yang mengangkat isu serupa. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, dalam penelitian ini dianalisis bagaimana dialog-dialog tokoh yang menjadi korpus dalam serial ini data dapat merepresentasikan praktik objektifikasi perempuan melalui analisis pemaknaan dialog secara semantik maupun pragmatik berdasarkan teori Blanke (1973) dan Cruse (2013). Secara semantik, analisis dilakukan dengan pemaknaan referensial yang didukung dengan pemaknaan situasi ujarannya dalam menemukan tindakan objektifikasi dalam dialog tersebut. Sementara itu, dari hasil analisis pragmatik, ditemukan penggunaan deiksis persona, waktu, dan wacana yang disertai tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi dalam merujuk tindakan objektifikasi pada tokoh utama Elizabeth. Dari hasil analisis pemaknaan dialog tersebut ditemukan lima bentuk representasi yang mengandung ciri tindakan objektifikasi berdasarkan teori Nussbaum (1995), yaitu penyangkalan subjektivitas perempuan, perempuan dipandang sebagai objek kecantikan, perempuan sebagai objek seksualitas, perempuan sebagai alat untuk melanjutkan keturunan, dan perempuan dipandang sebagai properti yang dapat dimiliki laki-laki.

The objectification of women in various mass media is still an interesting topic today, for example, gender representation in films. In 2022, Netflix released a series entitled Die Kaiserin which raised a similar issue. Using qualitative descriptive methods, this research analyzes how the dialogues of the characters in this series which form the data corpus can represent the practice of objectifying women by analyzing the meaning of dialogue semantically and pragmatically based on the theories of Blanke (1973) and Cruse (2013). Semantically, the analysis is carried out with referential meaning which is supported by the meaning of the situation in finding acts of objectification in the dialogue. Meanwhile, from the results of the pragmatic analysis, it was found that the use of persona, time, and discourse deixis was accompanied by locutionary, illocutionary and perlocutionary speech acts in referring to the act of objectification of the main character Elizabeth. From the results of the analysis of the meaning of the dialogue, five forms of representation were found that contain the characteristics of objectification based on Nussbaum's theory (1995), namely the denial of women's subjectivity, women are seen as objects of beauty, women are seen as objects of sexuality, women are a tool to continue their offspring, and women are seen as property that men can have"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Miftha Huljanah
"Film ziarah menceritakan perjalanan hidup tokoh utama, Mbah Sri, yang berjuang demi mencari fakta mengenai sang suami yang dinyatakan gugur di medan perang pada saat agrasi militer II. Masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana representasi perjuangan dan kesetiaan yang dilakukan oleh tokoh utama dalam film Ziarah (2017). Penelitian ini bertujuan membuktikan serta merepresentasikan perjuangan dan kesetiaan dari tokoh utama melalui bukti visual. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan semiotika Charles Sanders Peirce. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa, perjuangan dan kesetiaan dapat ditinjau melalui beberapa aspek. Perjuangan yang terdiri dari lima aspek, yaitu rela berkorban, persatuan, harga-menghargai, semangat dan pantang menyerah, dan kerja sama. Adapun kesetiaan yang terdiri dari tiga aspek, yaitu keteguhan hati, ketaatan dan kepatuhan. Aspek tersebut ditinjau melalui scene, sequence, dan dialog Mbah Sri melalui sikap, tindakan, dan juga tingkah laku. Tidak hanya itu, penelitian ini juga menyandingkan perjuangan dan kesetiaan dengan sikap orang Jawa yaitu sikap nrima. Dengan adanya penulisan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mudah serta lebih dalam mengenai nilai-nilai budaya Jawa yang tercermin melalui sikap, tindakan dan perilaku mengenai perjuangan, kesetiaan, dan sikap nrima.

The film pilgrimage tells the life journey of the main character, Mbah Sri, who struggles to find facts about her husband who was declared dead on the battlefield during military aggression II. The main problem in this study is how the struggle and loyalty are represented by the main character in the film Ziarah (2017). This study aims to prove and represent the struggle and loyalty of the main character through visual evidence. In this study, the authors used a qualitative research method with Charles Sanders Peirce's semiotic approach. The results of the study reveal that struggle and loyalty can be viewed through several aspects. The struggle consists of five aspects, namely willingness to sacrifice, unity, respect, enthusiasm and never give up, and cooperation. As for loyalty which consists of three aspects, namely determination, obedience and obedience. These aspects are reviewed through scenes, sequences, and Mbah Sri's dialogue through attitudes, actions, and also behavior. Not only that, this research also juxtaposes struggle and loyalty with Javanese attitudes, namely nrima. With this writing, it is hoped that it can provide an easier and deeper understanding of Javanese cultural values ​​which are reflected through attitudes, actions and behavior regarding struggle, loyalty, and acceptance."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sistha Widyaresmi
"Mental-state yang dipergunakan oleh ibu merupakan faktor yang penting dalam perkembangan theory of mind pada anak. Meskipun demikian, penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai mental-state dan theory of mind, hanya berfokus pada komponen false belief. Padahal dalam theory of mind, false belief hanyalah salah satu dari enam komponen yang ada. Selain itu, komunikasi tidak hanya terjadi antara ibu dan anak, melainkan juga komunikasi juga terjadi dalam sistem keluarga. Sejauh ini, masih sedikit penelitian yang mempelajari peran pola komunikasi keluarga dan penggunaan mental-state term ibu secara bersamaan dalam kaitan pemahaman theory of mind anak usia 5-6 tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi kontribusi mental-state term dan pola komunikasi keluarga terhadap pemahaman theory of mind anak usia 5-6 tahun. Sebanyak 104 ibu dan anak mengikutikegiatan penelitian ini. Kemampuan theory of mind anak diukur melalui 6 komponen theory of mind dengan metode tanya jawab, sedangkan penggunaan mental state term ibu dan pola komunikasi keluarga diukur menggunakan kuesioner. Mental-state term ibu dan pola komunikasi keluarga conversation orientation memprediksi pemahaman theory of mind anak, dengan mengontrol variabel usia anak dan interval pendidikan ibu. Di sisi lain pola komunikasi keluarga conformity orientation tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemahaman theory of mind anak. Penelitian ini memberikan informasi penting mengenai pentingnya penggunaan mental-state term dan menerapkan pola komunikasi keluarga yang tepat terhadap pemahaman theory of mind anak di periode usia 5-6 tahun.

Mother rsquo s mental state is one of crucial factors in the children rsquo s theory of mind understanding. Nonetheless, numerous research related to children rsquo s theory of mind understanding, had focused only on the false belief domain. Whereas in theory of mind, false belief is one of six component. Other than that communication not only between mother and children interaction, but also in family system. On top of that, there is still a limited number of studies covering the up rearing of both family communication pattern and mother rsquo s mental state term in relation to the children rsquo s theory of mind understanding. The current study investigated the contribution of mother rsquo s mental state term and family communication pattern to theory of mind understanding among 5 6 years old children. 104 mothers and children are participated in this study. Children rsquo s theory of mind understanding were measuring using 6 component of theory of mind, while mother rsquo s mental state term and family communication pattern was measuring by questionnaire. It was revealed that mother rsquo s mental state term and family communication pattern conversation orientation could predict children rsquo s theory of mind understanding, taking into account their age and mother rsquo s interval of education. On the other hand, family communication pattern conformity orientation had no significant contribution to children rsquo s theory of mind understanding. This study gave new insight regarding the importance of using mental state term and applying an appropriate pattern to theory of mind understanding at 5 6 years old children.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46943
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London: Open University, 2003
306 REP
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>