Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 80909 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nanda Wardhana
"Konsep Healthy Building merupakan generasi selanjutnya dari Green Building, dimana konsep yang tidak hanya mencakup tanggung jawab terhadap dampak lingkungan, namun juga kesehatan dan kinerja penghuninya. Namun, konsep ini masih belum banyak diterapkan terutama di Indonesia karena persepsi bahwa terdapat peningkatan biaya yang lebih besar jika dibandingkan dengan bangunan konvensional ataupun Green Building. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan desain eksisting berupa rancangan Green Building untuk mewujudkan konsep Healthy Building dengan mempertimbangkan nilai ekonomi bangunan. Studi kasus, analisis life-cycle-cost dan analisis benefit-cost ratio dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan Green Building ke Healthy Building dapat dilakuakan dengan peningkatan desain kualitas udara dalam ruang, kelembaban udara dan penerapan pengendalian hama terpadu. Healthy Building membutuhkan tambahan biaya investasi sebesar 1,44% dari Green Building dan 9,02% dari bangunan konvensional. Namun dapat memberikan nilai B/C ratio sebesar 4,29 dari bangunan konvensional dan 7,08 dari Green Building.

The Healthy Building concept is the next generation of Green Building, where the concept includes not only responsibility for environmental impacts, but also the health and performance of its occupants. However, this concept is still not widely applied, especially in Indonesia due to the perception that there is a greater increase in costs when compared to conventional buildings or Green Buildings. This study aims to improve the existing design in the form of a Green Building design to actualize the Healthy Building concept by considering the economic value of the building. Case studies, life-cycle-cost analysis and benefit-cost ratio analysis were carried out to achieve the research objectives. The results showed that the improvement of Green Building to Healthy Building can be done by improving the design of indoor air quality, air humidity and the application of integrated pest management. Healthy Building requires additional investment costs of 1.44% of Green Buildings and 9.02% of conventional buildings. However, it can provide a B/C ratio value of 4.29 from conventional buildings and 7.08 from Green Building."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rahma Utami
"ABSTRAK
Green building menjadi tren seiring dengan penghematan penggunaan energi
primer dan pengendalian emisi yang terus dilakukan. Namun, nilai efisiensi energi
yang dihasilkan oleh suatu green building masih di bawah 50% sehingga
memunculkan ide meningkatkan nilai efisiensi energi hingga mencapai 100%
untuk mewujudkan suatu Near Zero Energy Building (N-ZEB) yang merupakan
sebuah konsep bangunan dengan energi bersih dan emisi karbon yang mendekati
nol. Setiap peningkatan efisiensi energi yang dilakukan pada bangunan akan
menyebabkan peningkatan biaya awal bangunan (initial cost). Oleh sebab itu
dibutuhkan suatu pendekatan yang kreatif dan terorganisir dengan tujuan untuk
mengoptimalkan biaya dan/atau kinerja dari sebuah bangunan gedung yang
memiliki nilai efisiensi energi tinggi. Value engineering (VE) merupakan suatu
proses pendekatan kreatif yang didasari oleh pertimbangan inovasi teknologi
dengan tujuan mengenali unsur-unsur biaya utama dan biaya penunjang
berdasarkan kepada suatu kebutuhan. Dengan menggunakan analisa fungsi dan
biaya sesuai dengan studi VE diharapkan dapat meningkatkan efisiensi energi
pada green building sehingga terwujudnya suatu near zero energy building.
ABSTRACT
The construction of green building has becoming trend along with the savings of
primary energy use and continuing emission control. However, since the
efficiency value of the energy generated by a green building is still under 50%,
therefore emerge the ideas to improve the value of energy efficiency up to 100%
to achieve a Near Zero Energy Building (N-ZEB) which is a concept of a building
with clean energy and carbon emissions are close to zero. However, any energy
efficiency improvements will lead to an increase in initial building costs.
Therefore it takes a creative and organized approach with the aim to optimize the
cost and or performance of a building that has high energy efficiency. Method of
value engineering (VE) is a process with creative approach that is based on the
consideration of technological innovation in order to identify the main cost
elements and expenses based on the requirement. It is expected that the use of
functions and costs analysis in accordance with the VE study could improve
energy efficiency in green building therefore a near zero energy building could be
realized."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T37660
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maidina
"ASBTRAK
Maraknya isu global warming menarik perhatian kalangan umum. Meningkatnya CO2 penyebab gas rumah kaca menjadi pemicu efisiensi energi pada green building. Penelitian ini meninjau proyek bangunan green tersertifikasi oleh Green Building Council Indonesia (GBCI) berlandaskan greenship v.1.0 dengan target rating GOLD. Hipotesa konstruksi green bulding akan menambah biaya jika dibandingkan dengan conventional. Metode yang digunakan adalah survey dan studi kasus proyek Jasa Marga oleh PT.PP Persero (Tbk) terhadap penerapan aspek Energy Efficiency and Conservation. Pada aspek ini faktor dominan perubahan biaya konstruksi terdapat pada measurement energy dengan desain penurunan nilai OTTV. Total perubahan kenaikan biaya berdasarkan studi kasus adalah 3.24%.

ABSTRACT
The rise of the global warming issue attracted the attention of the public. Increased CO2 causes a greenhouse gas trigger energy efficiency in green building. The research was reviewing a green building project to be certified by the Green Building Council of Indonesia (GBCI) which is summarized in version 1.0 with targeted GOLD rating.its hipotized that gren construction needs additional cost than conventional. The method used in this study is survey and case studies on projects Jasa Marga by PT.PP Corporation (Corporation) on the implementation aspects of the Energy Efficiency and Conservation. This dominant factor changed the construction costs is the energy measurement with decrease the value of OTTV.By the case study cost, its changes about 3.24%."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42240
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Winkler, Greg
New York: McGraw-Hill, 2011
690.52 WIN g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Oghie M. Purnomo
"Dunia gencar membangun bangunan hijau termasuk Indonesia. Konsep green bukan sekedar penggunaan material dan penghematan energi, namun mengenai kualitas udara dalam ruangan (indoor air health and comfort/IHC). Aspek ini berkolerasi dengan kesehatan dan kenyamanan dari penghuni gedung. Pemenuhan konsep hijau akan mempengaruhi biaya konstruksi.
Skripsi ini bertujuan mengidentifikasi aspek apa yang mempengaruhi biaya konstruksi dan besar pengaruhnya terhadap biaya konstruksi dengan melakukan survey dan studi kasus di proyek kantor pusat Jasa Marga. Penelitian ini mendapatkan faktor yang paling dominan adalah instalasi sensor gas karbon dioksida dan penambahan biaya untuk memenuhi aspek IHC secara keseluruhan adalah sebesar 0,01%.

More nations including Indonesia tend to develop the green building. The green concept is not only using of materials and energy comsumption saving, but also concerning to indoor air health and comfort (IHC). This aspect has correlation to the health and the comfort of the building occupants. The Application of green building concept will have significant effect on construction cost.
This thesis is aimed to identify the aspect which influences on construction cost and how much it affects the construction cost with survey method and case study on Jasa Marga Main Office project. This research found that the most dominant factor of this aspect is carbon dioxide gas cencor installation and the additional costs to fulfill the whole aspects of IHC is 0.01 percents.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44671
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London : Wiley-Academy, 2001
720.47 GRE (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
London: Routledge, Taylor & Francis Group, 2017
720.472 PAS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Poetro Catoer Pralabda
"ABSTRAK
Perkembangan desain gedung green building di dunia semakin kompleks,dan memiliki tingkat resiko yang tinggi. Diperlukan peran Arsitek untuk mencapai tujuan peringkat green building yang diinginkan. Namun perkembangannya pada proyek-proyek yang terjadi tidak diimbangi kompetensi Arsitek sehingga berdampak pada tidak tercapainya peringkat green building yang diinginkan sehingga, antara desain dengan kenyataan berbeda. Oleh karena itu diperlukan peningkatan standar kompetensi Arsitek berbasis resiko untuk mengetahui sebab dan akibat serta kuantifikasi efek potensial dari faktor resiko dominan yang lebih tajam sehingga dapat melakukan tindakan preventif dan menentukan strategi yang tepat dalam menangani resiko-resiko yang terjadi. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat gap kompetensi yang diperlukan arsitek untuk mendesain green building dan diperlukan penambahan materi modul pelatihan kompetensi arsitek untuk green building.

ABSTRACT
The development of green building design in the world increasingly complex, and has a high level of risk. Architects are required to achieve the desired rating. But its development on the projects that occur is not offset the competence of Architects so that the impact on not achieving the desired green building rating so that, between the design with different reality. Therefore, it is necessary to evaluate the competency standards of risk based Architects to find out the cause and effect and quantify the potential effects of the sharper dominant risk factors so that they can take preventive action and determine the right strategy in handling the risks that occur. The result shows that there are a gaps competencies architect needs to fulfill and additional course subject for following training"
2017
T48877
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dick Bernadi Hermanto
"Perubahan iklim telah menarik perhatian dunia, terbukti dengan adanya persetujuan Paris dalam Conference of Parties 21 dimana semua negara berkomitmen untuk menurunkan suhu hingga 1.5°C dari 2°C pada tahun 2020. Alat penilaian bangunan gedung hijau merupakan salah satu solusi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca pada sektor bangunan dan industri. Menurut sebuah studi dari penggunaan sertifikasi bangunan gedung hijau, LEED (Leadership in Energy and Environmental Design) oleh USGBC (United States Green Building Council) ditemukan bahwa pemakaian energi, karbon, air dan juga penghasilan limbah dapat dihemat dalam rentang 30 sampai 97%.
Greenship merupakan sebuah alat penilaian bangunan gedung hijau yang diluncurkan pada tahun 2010 di Indonesia oleh Green Building Council Indonesia. Penilaian Greenship berdasarkan 6 kriteria, yaitu tepat guna lahan, efisiensi dan konservasi energi, konservasi air, daur hidup dan sumber daya material, kesehatan dan kenyamanan dalam ruangan, dan manajemen lingkungan bangunan. Green Mark merupakan alat penilaian bangunan gedung hijau yang diinisiasikan oleh Building and Construction Authority Singapura dan diluncurkan pada tahun 2005. Green Mark menilai beberapa kriteria, yaitu efisiensi energi, efisiensi air, perlindungan lingkungan, kualitas lingkungan dalam ruang dan fitur-fitur lain.

Perbandingan alat penilaian bangunan gedung hijau antara Greenship dan Green Mark pada 2 bangunan perkantoran di Indonesia menjadi subjek untuk mengetahui efektivitas alat penilaian di suatu negara. Dalam kesimpulannya, alat penilaian bangunan gedung hijau pemerintahan singapura, Green Mark menunjukan poin penilaian yang lebih besar apabila dibandingkan dengan alat penilaian lokal, Greenship dengan catatan membutuhkan beberapa data pada sisi manajemen bangunan.

Climate change has attracted countries in the whole world, proven by an agreement that been produced in Conference of Parties 21 which participated countries agree to decrease the increase of temperature below 2°C by 2020. Green Building rating tools are a solution to decrease greenhouse gasses (GHG) in building and industry sector. According to a study by USGBC, the application of green building certification can reduce the energy, carbon, and water use, also the waste produce can be saved by 30 to 97%.
Greenship is a green building rating tool which launched in Indonesia by the year of 2010 by Green Building Council Indonesia. Greenship rating tool criteria is divided into 6 criterias, which are appropriate site development, energy efficiency and conservation, water conservation, mateial resources and cycle, and building environmental management. Green Mark is a green building rating tool which initiated by Building and Constrution Authority Singapore and launched in 2005. Green Mark assesed building by 5 criterias which are energy efficiency, water efficiency, environmental protection, indoor environmental quality, and other features.
The comparison of green building rating tools between Greenship and Green Mark in 2 office buildings is a case object to be analyzed to know the effectiveness of a green building rating tool in a country. In conclusion, Green Mark rating tool showed a higher point when compared to Greenship as a local rating tool with a need of data from building environment management criteria.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Wicaksono
"Konstruksi adalah kegiatan perencanaan dan pelaksanaan berdasarkan dokumen kontrak yang terperinci, terutama untuk bangunan. Pelaksanaan proyek konstruksi yang efektif, efisien, berkualitas, andal, dan ramah lingkungan perlu didukung oleh jaminan kualitas sumber daya konstruksi agar dapat digolongkan sebagai konstruksi hijau. Dalam hal ini, peralatan konstruksi merupakan faktor penting dalam setiap pekerjaan konstruksi, salah satunya dengan memperhatikan spesifikasi alat berat konstruksi dan alat angkut yang sesuai mulai dari tahap awal perencanaan proyek. Hal ini bertujuan untuk mengurangi emisi karbon yang dihasilkan dari masing-masing alat tersebut. Lokasi yang digunakan untuk penelitian, merupakan gedung perkantoran pemerintah dan datanya disertai dengan Bill of Quantity (BOQ) yang terdiri dari pekerjaan persiapan, pekerjaan tanah, pekerjaan pondasi dan pekerjaan struktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pondasi dan mobilisasi material konstruksi membutuhkan bahan bakar dalam jumlah besar dibandingkan dengan yang lain. Dengan semakin banyaknya bahan bakar yang digunakan, maka emisi yang dihasilkan akan semakin setara. Salah satu solusinya adalah dengan memilih jalur pengambilan material konstruksi terdekat selama pekerjaan berlangsung. Dengan demikian, persentase emisi karbon dapat dikurangi hingga 50% dari total emisi pekerjaan struktur bangunan gedung.

Construction is an activity of planning and implementation based on a detailed contract document, especially for buildings. The implementation of construction projects that are effective, efficient, qualified, reliable, and environmentally friendly need to be supported by quality assurance of construction resources so that they can be classified as green construction. In this case, construction equipment is an important factor in every construction work, one of them is by paying attention to the specifications of construction heavy equipment and appropriate transportation equipment starting from the initial stage of project planning. This aims to reduce the carbon emissions generated from each of these tools. The location used for research, is a government office building and the data is accompanied by Bill of Quantity (BOQ) consisting of preparation, soil work, foundation work and structural work. The results showed that foundation and mobilization of construction materials required a large amount of fuel compared to others. With the greater amount of fuel used, the emissions produced will be equivalent. One of the solutions is to choose the closest construction material pick-up route during the work is in progress. Thus, the percentage of carbon emission can be reduced up to 50% of total emissions of building structural works."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>