Ditemukan 116960 dokumen yang sesuai dengan query
Rynaldo
"Microwave Link System adalah salah satu sistem komunikasi yang menggunakan gelombang radio sebagai medium menyampaikan data dari satu titik ke titik lain nya. Umum nya, untuk mendapatkan jangakauan jarak yang jauh, antenna dari Microwave Link dipasang di tempat yang lebih tinggi menggunakan tower. Hal ini membuat antena rawan akan gangguan petir terutama dalam keadaan cuaca hujan. Seringkali terdengar bahwa banyak terjadi kerusakan alat elektronik akibat adanya petir. Salah satu yang menjadi penyebabnya adalah grounding system yang tidak baik.
Tower telekomunikasi tidak lepas dari potensi permasalahan ini. Sistem proteksi petir adalah alat yang paling utama dalam menghadapi petir, dimana petir akan dialirkan ke tanah dari beberapa titik proteksi. Selain ini, grounding system juga harus diperhatikan terhadap peralatan elektronik baik di tower maupun di dalam Gedung, termasuk untuk Sistem Microwave Link.
Permasalah grounding yang buruk terjadi di salah satu tower telekomunikasi di Handil Kalimantan Timur, yang menyebabkan adanya kerusakan rusaknya beberapa perangkat Microwave Link. Sehingga diperlukan upaya menyeluruh dalam perbaikan grounding system nya. Dalam pelaksanaan ditemukan bahwa buruk nya instalasi grounding serta kurang nya perawatan (maintenance) adalah penyebab utama. Perbaikan dimulai dengan survei terhadap keadaan yang ada (existing), dilanjutkan dengan rencana serta pelaksanaan perbaikan.
Microwave Link System is a communication system that uses radio waves as a medium to convey data from one point to another. In generally, to get a long-distance range, the antenna from the Microwave Link is installed at a higher place using a tower. It makes the antenna prone to lightning interference, especially in rainy conditions. It’s quite common shown in news that a lot of damage to electronic equipment due to lightning. One of the causes is a bad grounding system.The telecommunication tower cannot be separated from this potential problem. Lightning protection system is the most important tool in dealing with lightning, where lightning will be grounded to the ground(earth) from several points of protection. In addition, the grounding system must also be considered for electronic equipment both in the tower and inside the building, including for the Microwave Link System.A poor grounding problem occurred in one of the telecommunications towers in Handil, East Kalimantan, which caused damage to several Microwave Link devices. It’s needed to improve the grounding system in holistic manners. In the implementation, it was found that poor grounding installation and lack of maintenance were the main causes. Improvements begin with a survey of the existing conditions, followed by plans and implementation of improvements"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Muhammad Rizky Haritsyafah
"Pembumian (grounding) listrik merupakan sebuah sistem pentanahan untuk menghilangkan perbedaan potensial pada suatu instalasi listrik, sehingga kebocoran tegangan atau arus dapat langsung dialirkan ke tanah. Sistem pentanahan disini diperlukan untuk melindungi bangunan dan peralatan dari aliran listrik akibat gangguan sambaran petir. Grounding juga bisa berfungsi untuk melindungi alat elektronik dari kebocoran arus listirk. Dikarenakan banyak fungsi sistem pentanahan(grounding), maka grounding merupakan suatu sistem yang sangat vital bagi suatu bangunan, dan instalasi suatu sistem pentanahan di suatu gedung sebaiknya perlu diperhatikan agar fungsi-fungsi dari grounding itu sendiri bisa digunakan secara optimal. Penelitian pengukuran sistem pentanahan ini dilakukan di gedung Departemen Teknik Elektro, Departemen Teknik Mesin, dan Departemen Arsitektur Universitas Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi kelayakan sistem grounding di gedung-gedung tersebut. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat maka penulis melakukan pengukuran sebanyak 3 kali. Dalam penelitian ini meninjau berbagai elemen seperti struktur tanah, kondisi tanah, serta kondisi lingkungan. Hasil yang didapat dari pengukuran dengan menggunakan earth tester yakni ketujuh objek yang diukur nilai pentanahannya sudah sesuai dengan standar PUIL 2000 yakni sebesar 5 Ω, dilihat dari hasil pengukuran nilai pentanahan di gedung Departemen Teknik Elektro, Departemen Teknik Mesin, serta Departemen Arsitektur ini maka bisa dikatakan “baik dan optimal’’ untuk sebuah sistem grounding. Setelah melakukan penelitian ini, maka penulis bisa menyimpulkan bahwa ketujuh objek yang diteliti sudah sesuai dengan standar PUIL 2000 dan instalasi pentanahannya masih cukup optimal.
Electrical grounding is a grounding system to eliminate potential differences in an electrical installation, so that voltage or current leakage can be directly channeled to the ground. The grounding system here is needed to protect buildings and equipment from electricity due to lightning strikes. Grounding can also serve to protect electronic devices from leakage current. Due to the many functions of the grounding system, grounding is a very vital system for a building, and the installation of a grounding system in a building should be considered so that the functions of the grounding itself can be used optimally. This grounding system measurement research was conducted in the building of the Department of Electrical Engineering, Department of Mechanical Engineering, and Department of Architectural, University of Indonesia. The purpose of this research is to evaluate the feasibility of the grounding system in these buildings. To get more accurate results, the author took measurements 3 times. This study reviewed various elements such as soil structure, soil conditions, and environmental conditions. The results obtained from measurements using an earth tester are that the seven objects measured grounding value is in accordance with PUIL 2000 standards of 5 Ω, seen from the measurement results of the grounding value in the building of the Department of Electrical Engineering, Department of Mechanical Engineering, and Department of Architecture, it can be said "good and optimal" for a grounding system. After conducting this research, the author can conclude that the seven objects studied are in accordance with the PUIL 2000 standard and the grounding installation is still quite optimal."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Morrison, Ralph
New York: John Wiley & Sons, 1977
621.381 MOR g
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Nuril Aditya Dewi
"Pada gardu induk sebagai pusat pengaturan pelayanan beban dalam sistem tenaga listrik harus dipasang sistem pentanahan yang handal. Sistem pentanahan pada gardu induk berfungsi sebagai pengaman personil dan peralatan-peralatan listrik pada gardu induk dengan desain yang umumnya digunakan adalah desain sistem pentanahan Grid-Rod yang menggunakan konduktor grid yang ditanam sejajar dengan permukaan tanah pada kedalaman tertentu dan ditambahkan penanaman batang-batang pentanahan secara vertikal. Skripsi ini akan membahas optimalisasi rancangan sistem pentanahan Grid-Rod pada gardu induk 150 kV dalam PLTP Ulubelu berdasarkan standar IEEE 80-2000 dengan menggunakan kalkulator desain Microsoft Excel dan modul Ground Grid Systems ETAP 7.0.0.
Dari hasil simulasi dengan memodifikasi variabel desain terkait konfigurasi konduktor grid, kedalaman penanaman konduktor grid dan konfigurasi batang pentanahan, diperoleh bahwa rancangan sistem pentanahan Grid-Rod yang paling optimal secara teknis dan ekonomis adalah konfigurasi konduktor grid dengan ukuran kisi-kisi (mesh) 6 x 5 meter, kedalaman penanaman konduktor grid sejauh 0,6 meter dari permukaan tanah dan batang pentanahan sebanyak 4 buah. Desain ini menghasilkan nilai tahanan pentanahan sebesar 0,56 Ohm, tegangan sentuh sebesar 639,3 Volt dan tegangan langkah sebesar 497,7 Volt yang telah memenuhi standar aman IEEE 80-2000.
On substation as the center of load service controlling in electrical power system must be installed a reliable grounding system. Grounding system on substation has a function for the protection of personnel and electrical equipments in substation with commonly used design is the design of Grid-Rod grounding system which using grid conductor are planted parallel to the ground surface at a certain grid depth and then added some ground rods. This thesis will research how to optimize design of Grid-Rod grounding system for 150 kV Ulubelu substation based on IEEE Std 80-2000 by using calculator for designing Grid-Rod grounding system on Microsoft Excel and Ground Grid Systems modul on ETAP 7.0.0. From the result of simulation by modifying the associated design variable of grid conductor’s configuration, grid depth and ground rod’s configuration, founded that most technically and economically optimal design is the grid conductor’s configuration with mesh size 6 x 5 meter , grid depth as far as 0,6 meter from the ground surface, and 4 ground rods. This design will result grounding resistance value 0,56 Ohm, touch voltage 639,3 Volt and step voltage 497,7 Volt which have met the requirements of a safety standard IEEE 80-2000."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47622
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
New York: Institute of Electrical and Electronics Engineers, 1982
621.31 INS
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Kezia Sherlita
"Perlindungan pada sistem tenaga listrik harus dirancang untuk memenuhi prinsip kehandalan, selektivitas, dan prinsip kestabilan, yang dapat dicapai melalui zonasi dan koordinasi proteksi. Dalam hal deteksi dan koordinasi proteksi gangguan tanah, sistem harus mempertimbangkan alokasi pentanahan dan kesesuaian hubungan, seperti pentanahan solid atau impedansi. Oleh karena itu, pemilihan lokasi dan koneksi pentanahan yang tidak tepat dapat menyebabkan gangguan yang tidak diinginkan dan kegagalan yang bertingkat. Studi ini menyajikan desain korektif untuk deteksi dan koordinasi proteksi gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah. Sistem pentanahan dievaluasi dengan menggunakan rangkaian urutan nol untuk memperkirakan gangguan yang dapat terjadi pada sistem. Implementasi dari Standar IEEE 142-2007 digunakan untuk menyediakan sistem yang terhubung secara efektif, yang menghasilkan lokasi dan koneksi yang sesuai untuk pentanahan. Simulasi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak analisis sistem tenaga untuk membandingkan kinerja sebelum dan setelah desain korektif yang diusulkan. Hasilnya menunjukkan bahwa desain yang diusulkan dapat mengoreksi kesalahan operasi proteksi kesalahan tanah.
Power system protection must be designed to meet the reliability, selectivity, and stability principle, which can be achieved through zoning and coordination. In the case of ground fault protection detection and coordination, the appropriate grounding allocation and connection, i.e. solid or impedance, shall be considered throughout the system. Hence, inaccurate selection for grounding location and connection may lead to undesirable disturbances and cascaded failure. This paper presents a corrective design for ground fault protection detection and coordination in an actual 34.5 kV power system network which has faced several misoperation of the ground fault protection. For this, the system’s grounding is assessed by using zero sequence network and the issues are summarized. The implementation of IEEE 142-2007 Standard is utilized to provide an effectively grounded system, resulting in the suitable location and connection for the grounding. The simulation is carried out by using power system analysis software to compare the performances before and after the proposed corrective design. The results shows that the proposed design can solve the misoperation of the ground fault protection."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
New York, N.Y.: Institute of Electrical and Electronics Engineers, 1995
621.381 044 POW i (1)
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Muhammad Rumi Ramadhan
"Dalam memenuhi kebutuhan rakyat di daerah rural, Pemerintah memiliki target di tahun 2018 seluruh ibukota kabupaten/kota sudah terhubung jaringan Broadband. Daerah rural saat ini sulit dijangkau jaringan broadband karena secara ekonomi tidak menguntungkan membangun jaringan disana. Saat ini pemerintah menggunakan link satelit untuk backbone ke daerah rural. Penggunaan link satelit juga terbatas hanya pada layanan 2G. Disamping itu penggunaan link satelit kurang efisien (biaya sewa yang mahal) dengan kapasitas jaringan yang kecil. Penelitian ini menganalisis Pembangunan Backbone Radio link sebagai pengganti penggunaan link Satelit. Untuk mengurangi biaya, ikut dipertimbangkan penggunaan tower-tower eksisting.
Dari analisis diketahui bahwa total biaya pembangunan VSAT lebih tinggi dibandingkan dengan Radio Microwave. Hal ini disebabkan oleh komponen Biaya VSAT yaitu biaya sewa transmisi yang mahal. Oleh karena itu penggunaan VSAT dalam jangka panjang akan merugikan bagi penyedia jaringan. Selain itu penggunaan Tower eksisting pada perancangan mampu menghemat Capex sebesar Rp.6.304.000.000,- atau 10.04% dari total Capex.
In fulfilling the needs of people in rural areas, the Government has a target that the district / city capital will be connected by Broadband network by 2018. Currently, rural areas has a difficulty to connect broadband network, because there is no profit to build a network in that location. The government uses a satellite link to be the backbone into rural areas and is limited only 2G service; However, the link is less efficient (the cost of renting is expensive) with small network capacity. This study analyzes the radio backbone development to subsitute the usage of satellite links, by taken into consideration the usage of existing tower. The result shows that the total cost development VSAT is more expensive than Radio Microwave; because of transmission rent cost is very expensive. So, The usage of VSAT for a long time will make loss to Network provider. Meanwhile, the use of existing Tower on the design can save Capex Rp.6.304.000.000,- or 10.04% of total Capex."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T46760
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Fidiarta Andika
2008
T 26782
UI - Tesis Open Universitas Indonesia Library
Stevan Hendrawan Lodo
"Ditjen SDPPI sebagai pengelola dan pengatur spektrum frekuensi radio harus dapat mempertahankan kinerja layanannya dalam menetapkan frekuensi radio untuk microwave link yang permohonannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi untuk mengukur kepuasan pengguna layanan atau kinerja layanannya. Menggunakan KepMenPan No: KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang pedoman umum penyusunan indeks kepuasan masyarakat (IKM) unit pelayanan instansi pemerintah ada 14 unsur yang relevan, valid dan reliabel dilakukan untuk menilai kepuasan pemohon izin serta 11 unsur pelayanan ditambahkan dalam penilaian berdasarkan dari perbaikan proses perizinan, perkembangan teknologi informasi dan rekomendasi pengawasan eksternal dengan menggunakan metode survey, gap analysis dan in-dept interview.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai IKM sama dengan 77,37 mutu pelayanannya mempunyai nilai B atau berarti kinerja unit pelayanan baik. Empat sektor rekomendasi yang dapat dilakukan Ditjen SDPPI untuk peningkatan kinerja layanannya, yaitu sektor sumber daya manusia, sektor sistem yang diberikan oleh pemberi layanan baik infrastruktur maupun aplikasi, sektor prosedur, aturan dan kebijakan serta informasi, pengaduan dan penganan masalah.
Ditjen SDPPI as an organizer and regulator of radio spectrum frequency for microwave link must be able to maintain the performance of its services in assign a radio frequency to microwave links that petition is increasing from year to year. It is necessary for an evaluation to measure user satisfaction or performance of services. Using KepMenPan No: KEP/25/M.PAN/2/2004 about general guidance of customers satisfaction index (IKM) to government service unit, there are 14 elements that are relevant, valid and reliable performed to assess the satisfaction of the applicant as well as 11 service elements added in based assessment of the licensing process improvement, information technology developments and recommendations of external oversight by using a survey, gap analysis and in-depth interviews methods. From the calculations, IKM (customer satification index) is 77,37 and the grade is B (good). That grade means government services works good. Four sectors recommendation to do Ditjen SDPPI for performance improvement services, they are the human resources sector, the system of services providers in infrastucture and application, procedures, rules and policies sector, and informative, complaint and problem handling sector."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T39129
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library