Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173470 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rayhan Futuh Mahfuzh
"Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki deposit bijih nikel laterit terbesar di dunia. Maka dari itu tuntutan produksi nikel di Indonesia sangat tinggi. Hal itu menyebabkan jumlah smelter pengolahan feronikel semakin meningkat. Setiap satu ton feronikel hasil peleburan menghasilkan delapan ton terak feronikel. Hingga saat ini pemanfaatan terak feronikel di Indonesia masih sangat minim. Penelitian ini menjelaskan tentang peningkatan kadar besi dan magnesium dari terak feronikel dengan metode hidrometalurgi menggunakan pelindian asam sulfat (H2SO4) dengan variasi konsentrasi 0,5, 1,0, 1,5, 2,0, dan 2,5 M, variasi temperatur 32, 50, dan 90°C, serta variasi waktu 10, 20, 30, 60, dan 90 menit untuk mendapatkan kondisi paling efisien. Setelah dilakukan pelindian dilanjutkan ke proses karakterisasi ICP-OES, XRD, dan XRF. Dari karakterisasi didapatkan hasil ekstraksi Fe dan Mg terbesar yaitu 99,12% dan 99,08% pada variabel konsentrasi 2,5 M, temperatur 90°C, dan waktu 90 menit.

Indonesia has one of the world’s largest laterite nickel ore deposits. Therefore, the demand for nickel production in Indonesia is very high. This causes the number of ferronickel processing smelters to increase. Every ton of ferronickel smelter produces eight tons of ferronickel slag. Until now, the utilization of ferronickel slag in Indonesia is still very limited. This study aimed to extract iron (Fe) and magnesium (Mg) concentration from ferronickel slag by hydrometallurgical method using sulfuric acid (H2SO4) leaching with various concentrations of 0.5, 1.0, 1.5, 2.0, and 2.5 M, temperature variations 32, 50, and 90°C, as well as time variations of 10, 20, 30, 60, and 90 minutes to get the most efficient conditions. Several characterizations including ICP-OES, XRD, and XRF were carried out in order to elucidate as well as calculate percentage of the extracted Fe and Mg. The optimum conditions for extraction of both Fe and Mg were at 90°C for 90 minutes under 2,5 M H2SO4 with the highest extraction of Fe and Mg were 99,12% and 99,08%, respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikri Alfalah
"Indonesia merupakan salah satu dari 3 negara yang memiliki deposit bijih nikel laterit terbesar di dunia. Dengan meningkatnya kepentingan nikel pada trend dunia saat ini, Indonesia saat ini direncanakan akan membangun 30 smelter nikel baru hingga tahun 2024. Rencana ini memiliki potensial ekonomi yang tinggi tetapi terdapat satu faktor yang harus diantisipasi, yaitu terak yang akan dihasilkan oleh smelter-smelter nikel yang baru dibuat. Berdasarkan kementerian ESDM pada tahun 2019, tercatat sudah ada 17 juta ton terak yang dapat ditemukan pada kegiatan pengolahan dan pemurnian komoditas nikel. Penelitian ini menjelaskan tentang utilisasi kembali terak feronikel dengan mengekstraksi Fe dan Mg dari terak feronikel menggunakan pelindian asam klorida (HCl) dengan variasi konsentrasi zat pelindi 0,75, 1,125, 1,5, 1,875, dan 2,5 M, variasi temperatur pelindian 32 (temperature ruang), 50, dan 90 oC, serta variasi waktu pelindian 10, 20, 30, 60, dan 90 menit untuk mendapatkan hasil ekstraksi paling efisien. Karakterisasi yang digunakan pada penelitian kali ini adalah ICP-OES untuk sampel filtrat, XRD dan XRF untuk sampel terak feronikel awal dan residu hasil pelindian. Hasil Karakterisasi ICP-OES menunjukkan bahwa hasil ekstraksi Fe dan Mg terbesar berada pada variabel konsentrasi HCl 2,5 M, temperatur pelindian 90 oC, dan waktu pelindian 90 menit dengan hasil sebesar 92,61% untuk Mg dan 89,41% untuk Fe.

Indonesia is one of three countries that has the largest lateritic nickel ore deposits in the world. With the increasing importance of nickel in today’s world trends. Indonesia currently planning to build 30 new nickel smelters till 2024. This plan has a vast economic potential but there are one factor that need to be anticipated, namely the slag that will be produced by the new nickel smelter. According to ministry of ESDM in 2019, there are already 17 million tons of slag that can be found in the processing and refining of nickel commodities. This study describes the utilisation of ferronickel slag by extracting Fe and Mg from ferronickel slag using hydrochloric acid (HCl) leaching with variations in the concentration of leachate 0,75, 1,125, 1,5, 1,875, and 2,5 M, variation of leaching temperature 32 (ambient temperature), 50, and 90 oC, as well as variations in leaching time of 10, 20, 30, 60, 90 minutes to get the most efficient extraction results. The characterizations used in this study were ICP-OES for the filtrat sample, XRD and XRF for the initial ferronickel slag sample and leaching residue. The results of the ICP-OES Characterization showed that the largest extraction yields of Fe and Mg were in the variable leachate concentration of 2,5 M, leaching temperature of 90 oC, and leaching time of 90 minutes with yields of 92,61% for Mg and 89,41% for Fe.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prinanda Doni Santoso
"Terak feronikel adalah produk sampingan dari peleburan bijih nikel yang dikategorikan sebagai limbah berbahaya dan beracun bagi lingkungan yang masih mengandung mineral berharga seperti nikel, besi, kobalt, dan beberapa unsur tanah jarang. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjadi solusi dari masalah lingkungan yang disebabkan oleh terak ini dan juga untuk menemukan solusi alternatif terhadap penurunan pasokan mineral dunia dengan menggunakan kembali terak feronikel. Dalam penelitian ini, terak feronikel pertama kali diberikan fusi alkali untuk membuat microcracks dan untuk mengikat silika pada terak dengan mencampurkannya dengan natrium karbonat (Na2CO3) dan memanggangnya pada suhu 1000oC dan tahan selama 60 menit. Kemudian diikuti dengan pencucian air panas untuk memisahkan silika dari terak pada 100oC selama 60 menit. Selanjutnya, terak dilindi dengan menggunakan asam sulfat (H2SO4) dengan konsentrasi 1,5 M dengan variasi suhu pada suhu kamar (40 oC), 50 oC, 60oC, dan 70oC serta variasi waktu yaitu 15, 30, 60, 90, dan 120 menit untuk mendapatkan kondisi yang paling efektif untuk melarutkan nikel dan besi. Dengan dilakukannya pelindian asam menggunakan asam sulfat pada temperatur pelindian 70 oC dengan 120 menit waktu pelindian menghasilkan % recovery nikel dan besi paling tinggi, yaitu sebesar 50,82 % untuk %recovery nikel dan sebesar 31,09 % untuk % recovery besi.

Ferronickel slag is a by-product of nickel ore smelting which is categorized as hazardous and toxic to the environment which still contains valuable minerals such as nickel, iron, cobalt, and some rare earth elements. Further research is needed to be a solution to the environmental problems caused by this slag and also to find alternative solutions to the decline in world mineral supply by reusing ferronickel slag. In this study, ferronickel slag was first given alkaline fusion to make microcracks and to bind silica to slag by mixing it with sodium carbonate (Na2/subCO3) and baking it at a temperature of 1000oC and holding it for 60 minutes. Then followed by washing hot water to separate silica from slag at 100oC for 60 minutes. Furthermore, slag is leached using sulfuric acid (H2SO4) 1.5 M with temperature variations at room temperature (40oC), 50oC, 60oC, and 70oC with a time variation of 15, 30, 60, 90, and 120 minutes to get the condition the most effective way to dissolve nickel and iron. By conducting acid leaching using sulfuric acid at a leaching temperature of 70oC with 120 minutes leaching time resulting in the highest recovery of nickel and iron, amounting to 50.82% for nickel recovery and 31.09% for iron recovery%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arryan Jibril R.
"Terak feronikel adalah produk sekunder dari peleburan bijih nikel yang mengandung banyak logam berharga seperti nikel, kobalt, besi, bahkan unsur tanah jarang terkandung di sana. Penelitian ini dilakukan untuk menjadi solusi dari masalah lingkungan yang terjadi karena terak ini dan logam berharga yang terbuang karena tidak ada proses lebih lanjut dari terak tersebut. Dalam percobaan ini terak feronikel pertama kali diberikan fusi alkali menggunakan natrium karbonat untuk menghilangkan silika yang memiliki jumlah besar dalam terak dan diikuti oleh pelindian air panas untuk memisahkan silika. Kemudian, proses hidrometalurgi dimulai menggunakan asam sulfat dengan berbagai konsentrasi seperti 0,2M, 0,4M, 0,6M dan 0,8M dengan berbagai waktu yaitu 15, 30, 60, 90 dan 120 menit untuk mendapatkan yang paling efektif kondisi untuk melarutkan nikel. Sampel dan hasil percobaan ini dicirikan oleh proses ICP untuk mengetahui berapa banyak nikel dan besi larut dan dapat dikumpulkan untuk menjadi produk baru. Karakterisasi sampel menunjukkan adanya Ni 0,11%. Hasil penelitian ini adalah 0,2M H2SO4 dan pelindian 15 menit adalah kondisi terbaik untuk menghasilkan% tertinggi dari ekstraksi nikel.

Ferronickel slag is secondary product from nickel ore smelting that containing many valuable metals such as nickel, cobalt, iron, even rare earth elements is contained there. This research is conducted to become the solution of the environmental issues that happened because of this slag and the valuable metals that wasted because there is no further processing of the slag. In this experiment ferronickel slag is first given an alkaline fusion using sodium carbonate to remove silica that have a big amount in the slag and followed by the hot water leaching to separate the silica. Then, the hydrometallurgy process is started using the sulfuric acid with various concentration such as 0.2M, 0,4M, 0,6M and 0,8M with various time that is 15, 30, 60, 90 and 120 minutes to get the most effective condition to dissolve the nickel. The sample and result of this experiment is characterized by ICP process to know how much the nickel and iron dissolve and can be collected to become a new product. Sample characterization showed the presence of Ni 0,11%. The result of this research is 0,2M H2SO4 and 15 minutes of leaching is the best condition to make the highest % of nickel extraction."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isa Dzulqarnain Wijanarko
"Nikel dikenal sebagai salah satu elemen paling umum di dunia dan melimpah di Indonesia, dalam pemrosesannya dihasilkan produk sampingan berupa terak feronikel. Berdasarkan PP 101/2014 tentang pengelolaan limbah B3, terak feronikel tergolong kedalam limbah B3. Studi mengenai pengolahan terak feronikel menjadi hal yang penting untuk dilakukan, adapun pengolahan dilakukan untuk mendapatkan logam berharga yang melimpah pada terak feronikel seperti silika. Silika memiliki berbagai aplikasi, salah satu diantaranya diaplikasikan pada bitumen untuk meningkatkan sifat hidrofobik yang dapat memperkuat umurnya dari kerusakan. Pada penelitian ini dilakukan pengolahan terak feronikel dengan fusi alkali menggunakan Na2CO3 dan pelindian menggunakan air, hasil residu yang didapat dilanjutkan dengan pelindian menggunakan asam stearat dan etanol dengan variabel temperatur dan waktu. Proses dilakukan untuk meningkatkan hidrofobisitas dari silika. Sampel penelitian dilakukan beberapa uji yaitu XRF, SEM-EDS, FTIR, dan uji sudut kontak setelah dicampurkan pada bitumen. Hasil penelitian yang didapat adalah meningkatkan kemurnian dari silika hingga 95,7%, distribusi ukuran partikel pada rentang 2-9 µm, dan hasil sudut kontak terbesar 110,17° pada sampel dengan variabel bebas waktu pelindian 60 menit pada temperatur 60°C.

Nickel is known as one of the most common elements in the world and abundant in Indonesia, in its processing, ferronickel slag is produced. Based on PP 101/2014 concerning B3 waste management, ferronickel slag is classified as B3 waste. The study of ferronickel slag processing is an important thing to do, while the processing is carried out to obtain valuable metals that are abundant in ferronickel slag such as silica. Silica has various applications, one of which is applied to bitumen to increase its hydrophobic properties which can strengthen its lifetime from damage. In this study, ferronickel slag was processed by alkaline fusion using Na2CO3 and Pelindian using water, the residue obtained was continued by leaching using stearic acid and etanol with temperature and time variables. The process is carried out to increase the hydrophobicity of the silika. The research sample was carried out by several tests, namely XRF, SEM-EDS, FTIR, and contact angle tests after being mixed with bitumen. The results obtained were increasing the purity of silika up to 95.7%, particle size distribution in the range of 2-9 µm, and the largest contact angle of 110.17° in samples with an independent variable leaching time of 60 minutes at a temperature of 60°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Amilia
"Tantalum dan niobium termasuk dalam logam kritis dalam kategori midterm and diestimasikan akan habis pada tahun 2020. Tantalum dan niobium memiliki aplikasi yang sangat luas di dunia. Indonesia, sebagai penghasil timbah terbesar kedua didunia tentunya memiliki produksi yang tinggi dan menghasilkan terak timah dengan jumlah yang tinggi pula. Terak timah ini mengandung tantalum dan niobium.
Pada penelitian ini, akan difokuskan pada recovery dari tantalum dan niobium dan dilakukan observasi pada metode dalam meningkatkan kadar tantalum dan niobium. Dimana metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah, pemanganggan pada 900oC yang dilanjutkan dengan pendinginan air. Pelindian NaOH dan diikuti dengan pelindianHClO4 dengan tambahan H2SO4. Sampel awal dan sampel pemanganggan akan dilakukan pengujian dengan XRF dan SEM EDS.
Hasil dari pemanggangan kemudian dilakukan pelindian dengan NaOH dan dilanjutkan dengan pelindian HClO4 dengan penambahan H2SO4. Sampel hasil pelindian masing-masing dilakukan pengujian XRF, SEM EDS, ICP dan AAS, ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari H2SO4. Dalam pelindian HCLO4.
Pada kasus ini, pelindian HCLO4dengan penambahan H2SO4dapat meningkatkan kadar ekstraksi tantalum dan niobium. Dan ditemukan bahwa pelindian HCLO4 meningkatkan kadar pada residu, dimana Nb sebesar 255 dan kenaikan kadar Ta ditemukan sebesar 65 .Dan pengaruh penambahan H2SO4dapat meningkatkan kadar pengendapan tantalum dan niobium dengan sebesar 32,39 dan 23,62 pada konsenterasi optimum H2SO4 yaitu 0,8M.

Tantalum and niobium is including in the critical metals which in midterm category, and estimated that will run out in 2020. Whereas tantalum and niobium have a wide application in the world. Indonesia, as the second largest tin producer in the world absolutely have a big production and also will produce a significant amount of tailing and tin slag. Tin slag is containing tantalum and niobium.
In this study focuses on the recovery of tantalum and niobium. There was an observation about the method to increase tantalum and niobium through several processes, begin with roasted in 900oC and water quenched, NaOH leaching and followed by HClO4 with addition of H2SO4. Initial sample and roasted sample was characterized by usingX Ray Fluorecent XRF and SEM EDS.
One part of roasted sample was dissolved in NaOH then characterized by using Inductively Coupled Plasma ICP , AAS and XRF. And afterthat, the sample was dissolved again in HClO4 with addition of H2SO4.Each sample was characterized also by using Inductively Coupled Plasma ICP , AAS and XRF. And finally, roasted sample was compared to sample which dissolved with NaOH and HClO4 with addition of H2SO4, it aimed to know how the effect of addition H2SO4.
In this case, HClO4 leaching with addition of H2SO4 aimed to increase the extraction of tantalum and niobium. And the result is HCLO4leaching increasing niobium content in residue until 255 and tantalum until 65 . And addition of H2SO4is also increasing niobium concent until 32.39 and 23.62 for tantalum with the optimum concentration of H2SO4 is 0.8M.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri Fahrezi Akli
"Logam tantalum dan niobium merupakan logam bernilai ekonomi tinggi yang banyak dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi terutama sebagai kapasitor dan paduan pada baja paduan super, tetapi keberadaan logam ini digolongkan ke dalam 14 critical materials. Terak timah hasil dari proses peleburan konsentrat bijih timah merupakan mineral yang memiliki potensi sebagai sumber sekunder dalam pengolahan logam tantalum dan niobium. Penelitian ini berfokus pada peningkatan kadar unsur tantalum dan niobium dari terak timah PT Timah Tbk dengan kadar Ta 0,23 dan Nb 0,47 melalui metode pelindian NaOH dan variasi konsentrasi asam fosfat. Sebelum proses pelindian, sampel terak timah dilakukan pemanggangan pada temperatur 900 oC selama 2 jam dan pendinginan cepat dalam media air untuk melihat morfologi struktur yang memiliki celah antar butir, dikarakterisasi dengan SEM. Kemudian, dilakukan pelindian menggunakan NaOH dan H3PO4, dimana masing-masing residunya dikarakterisasi dengan XRF sementara filtrat hasil pelindian dikarakterisasi dengan AAS dan ICP-OES. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelindian NaOH dapat menurunkan kadar unsur pengotor Fe, Ca, Ti, Al pada residu serta diperoleh kadar Ta tertinggi sebesar 0,85 pada pelindian H3PO4 0.5 M dan kadar Nb tertinggi sebesar 1,45 pada pelindian H3PO4 1.0 M.

Tantalum and niobium metal are high value metals that widely used in various applications, especially as capacitors and alloys in super alloy steel, but the presence of these metals is classified into 14 critical materials. Tin slag that produced from tin ore concentrate smelting process is a mineral that has a potential as a secondary source in the processing of tantalum and niobium. This study focuses on upgrading of tantalum and niobium content from tin slag PT Timah Tbk with content of Ta is 0.23 and Nb 0,47 by NaOH leaching process and variable concentration of phosphoric acid as a leaching agent. Before leaching process, the tin slag sample was roasted at 900 C for 2 hours and water quenching to observe the morphology of gap between the grains, characterized by SEM. Then, leaching was done using NaOH and H3PO4, where each residue was characterized by XRF while the leaching filtrate was characterized by AAS and ICP OES. The results showed that NaOH leaching could decrease the content of Fe, Ca, Ti, Al on residues and obtained the highest Ta content of 0.85 in leaching H3PO4 0.5 M and the highest Nb content of 1.45 in leaching H3PO4 1.0 M."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jordan Andrean Martin
"Paduan Feronikel (FeNi) merupakan salah satu produk utama yang dihasilkan dalam pengolahan bijih nikel laterit. Negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan deposit nikel besar dalam bentuk bijih laterit. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kadar senyawa Magnesium melalui proses leaching menggunakan larutan asam klorida dengan variasi konsentrasi larutan dan waktu proses leaching. Sampel yang digunakan berupa Slag Feronikel yang telah diberikan penambahan aditif Na2CO3 dan telah dipanggang dengan temperatur 1100oC. Penelitian dilakukan dengan melakukan proses leaching sampel menggunakan larutan HCl 4M dan 6M. Proses leaching untuk setiap konsentrasi larutan kemudian divariasikan waktu proses leaching yang digunakan yaitu 2, 4, dan 6 Jam. Setelah proses leaching mencapai waktu yang ditentukan, dilakukan proses penyaringan untuk memisahkan filtrat dan residu yang dihasilkan. Pada filtrat hasil leaching dilakukan karakterisasi ICP-OES untuk mengidentifikasi unsur-unsur yang terlarut pada filtrat selama proses leaching berlangsung. Sedangkan residu hasil leaching dilakukan karakterisasi SEM/EDS untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada residu setelah proses leaching. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan kadar Magnesium dari kadar sebelum dilakukan proses leaching. Proses leaching menggunakan larutan HCl 6M menghasilkan peningkatan kadar Magnesium yang lebih besar. Selain itu, waktu proses leaching yang digunakan juga berpengaruh terhadap hasil yang dilakukan, dimana proses leaching Roasted Slag Feronikel memiliki waktu optimal untuk proses ekstraksi senyawa Magnesium. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa larutan asam klorida (HCl) yang digunakan dalam proses leaching Roasted Slag Feronikel dapat meningkatkan kadar senyawa Magnesium pada filtrat. Proses leaching yang paling optimal pada penelitian ini menggunakan larutan HCl 6M selama 4 Jam, dengan persentase leaching sebesar 49,05%.

Feronickel Alloy (FeNi) is one of the main products produced in the processing of nickel laterite ore. Indonesia is one of the countries with a large nickel deposit in the form of laterite ore. This research aims to increase the levels of Magnesium compounds through the leaching process using hydrochloric acid solutions with varying solution concentrations and leaching process times. The sample used is the Feronickel Slag which has been given the addition of the Na2CO3 additive and has been baked at an 1100oC temperature. Research is conducted by conducting leaching process samples using a solution of HCl 4M and 6M. The leaching process for each solution concentration is then varied when the leaching process used are 2, 4, and 6 hours. After the leaching process reaches the specified time, the filtering process is performed to separate the filtrate and the resulting residue. In filtrate, leaching is performed ICP-OES characterization to identify the dissolved elements of the filtrate during the progress of the leaching process. Meanwhile, leaching residue is performed SEM/EDS characterization to know the changes occurring in residue after leaching process. The results of this study showed that the presence of increased levels of Magnesium from levels prior to leaching processes. The leaching process using a 6M HCl solution produces a greater increase in Magnesium levels. In addition, the leaching process time used also affects the results, where the leaching process of Roasted Slag Feronickel has the optimal time for the extraction process of Magnesium compounds. Based on the results of this study, it can be concluded that a solution of hydrochloric acid (HCl) used in the leaching process of Roasted Slag Feronikel can increase the levels of Magnesium compounds in filtrate. The most optimal leaching process in this study was using an 6M HCl solution for 4 hours, with a leaching percentage of 49,05%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aritonang, David Fernando
"Penggunaan batubara sebagai bahan bakar utama di PLTU XYZ menghasilkan limbah berupa abu dasar (bottom ash). Dengan pertumbuhan konsumsi batubara yang signifikan, penanganan limbah ini menjadi krusial. Hingga saat ini pemanfaatan abu dasar di Indonesia masih sangat minim. Penelitian ini menjelaskan tentang peningkatan aluminium dari abu dasar dengan metode hidrometalurgi menggunakan pelindian asam sulfat (H2SO4) pada temperatur 90 oCdengan variasi konsentrasi 4, 6, dan 8 M, dan variasi waktu 2, 4, 6, dan 8 jam untuk mendapatkan kondisi paling efisien. Setelah dilakukan pelindian dilanjutkan ke proses karakterisasi ICP-OES, XRD, dan XRF. Dari karakterisasi didapatkan hasil ekstraksi Al terbesar yaitu 82,63% dan pada variabel konsentrasi 6 M dan waktu 8 jam.

The utilization of coal as the primary fuel in XYZ Power Plant generates waste in the form of bottom ash. With a significant growth in coal consumption, the management of this waste becomes crucial. The utilization of bottom ash in Indonesia remains minimal to date. This research elucidates the enhancement of aluminum extraction from bottom ash using hydrometallurgical methods involving sulfuric acid (H2SO4) leaching at a temperature of 90 °C. The study incorporates variations in acid concentration (4, 6, and 8 M) and leaching duration (2, 4, 6, and 8 hours) to attain optimal conditions. Subsequent to leaching, the material undergoes characterization through ICP-OES, XRD, and XRF analyses. The largest aluminum extraction percentage is achieved at 82,63%, under the conditions of concentration 6 M and duration 8 hours."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Haposan Edward Daniel
"Terak merupakan hasil dari proses pirometalurgi yang mengandung unsur yang tidak diinginkan. Terak kadar rendah tidak digunakan kembali atau ditimbun karena bila digunakan kembali pada proses awal, tidak akan efektif. Disisi lain, lingkungan akan terus tercemar akibat tidak adanya metode pengolahan terak di Indonesia. Walaupun kebutuhan timah dunia tidak sebanyak logam lain seperti alumunium dan besi, dengan mengolah kembali terak akan menambah kemajuan pada Indonesia karena pencemaran lingkungan dapat dikurangi.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mencari jalan keluar dengan mengolah kembali terak 2 dan debu terak dengan menggunakan kalium hidroksida dan suhu yang tidak terlalu tinggi sehingga kadar yang didapat meningkat. Komposisi antara sampel dan KOH yang digunakan yaitu 1:13, kemudian dicampur, dipanggang dalam suhu 550oC dan 810oC dan pelindian menggunakan aquadest. Karakterisasi yang digunakan yaitu XRD, EDAX dan AAS.
Penambahan KOH yang memiliki pH 14 menyebabkan timah berada pada daerah ion stanat yang bereaksi dengan kalium menjadi kalium stanat yang larut dalam air. Hasil terbaik pada debu terak didapat dari pelindian dengan perbandingan 1:1 yang memberikan hasil pada filtrat 235,5 ppm dan pada terak dengan perbandingan 19:12 yang memiliki hasil pada filtrat sebesar 375,15 ppm.

Slag comes from pyrometallurgy that contain bad. Low grade slag mostly can?t be used because slags only contain very low tin and makes it not effective.In other side, environment will always be polluted by slags because no way to process it in Indonesia. Althought world tin request isn?t like aluminium and iron, if Indonesia can process the slags, this process will reduce pollutant environment.
Because of that, we do research to find way to process slags and slags dust using potassium hydroxide (KOH) with low temperature, so tin content will increased. Ratio sample and KOH for our research is 1:13, then mixing, roasting in temperature 550oC and 810oC, and the last leaching with aquadest. For characterization of sample using XRD, EDAX and AAS.
By adding KOH that has pH 14 cause tin located at ion stanate area and react with potassium into potassium stanate that can dissolved in water. The best result for slags dust is using 1:1 leaching ratio with amount of contain in filtrate is 235,5 ppm and slags is using 19:12 leaching ratio with amount of contain in filtrate 375,15 ppm.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53301
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>