Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141077 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rachmat Hermawan
"Semen merupakan material utama yang digunakan pembuatan beton yang digunakan dalam konstruksi. Produksi semen OPC dapat meningkatan emisi CO2 global. Dengan abu terbang berbasis cofiring batubara dan biomassa dari PLTU dapat memberikan konstribusi dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDG). Abu terbang sebagai material pozzolan dapat menjadi material pengganti sebagian semen Ordinary Portland Cement (OPC) dalam komposisi utama pembuatan beton. Dengan adanya unsur utama pozzolan Al2O3 SiO2 dan Fe2O3 dapat mengikat Ca(OH)2 membentuk reaksi sekunder kalsium silikat hidrat sehingga berdampak pada peningkatan kekuatan tekan beton. Pada penelitian ini dibuat beton  berdasarkan mix design dengan memanfaatkan abu terbang (fly ash), pengujian sifat mekanik beton yakni densitas, porositas, sorptivity yang didukung analisa komposisi kimia material beton serta karakteristik partikel abu terbang kemudian dilakukan analisa elektromia menggunakan metode Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) dan polarisasi untuk mengukur ketahanan korosi baja tulangan pada beton bertulang, juga uji karbonasi dalam memastikan adanya reaksi karbonasi dalam beton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi spesimen beton mengandung abu terbang pada spesimen beton 10FA90OPC memiliki hasil uji mutu beton paling optimal dan ketahanan korosi paling baik dibandingkan dengan variasi campuran abu terbang lainnya 20FA80OPC. 30FA70OPC dengan densitas 2225,81 kg/m3, porositas 25,91 %, sorptivity 0,323 mm/s0.5 yang memiliki kekuatan tekan 32,9 MPa dengan laju korosi 0,25509 mm/year. Hasil uji EIS menunjukkan nilai ketahanan korosi pada baja tulangan dengan nilai impedansi tinggi untuk setiap variasi beton, hal ini dikonfirmasi dengan uji karbonasi pada semua variasi spesimen beton berwarna pink yang diartikan belum terjadi karbonasi. Dari penelitian ini dapat diketahui nilai yang paling optimal pada spesimen beton abu terbang pada variasi 10FA90OPC dibandingkan dengan variasi abu terbang lainnya jika dibandingkan dengan spesimen beton 100PPC sehingga akan menjadi alternatif dalam pemanfaatan abu terbang berbasis cofiring batubara dan biomassa sebagai material pengganti sebagian semen OPC pada pembuatan beton yang memiliki nilai mutu beton dan ketahan korosi relatif sama

Cement is the main material used to make concrete used in construction. OPC cement production can increase global CO2 emissions. With fly ash-based cofiring of coal and biomass from the power plant, it can contribute to supporting the SDGs. Fly ash as a pozzolanic material can be a partial replacement material Ordinary Portland Cement (OPC) in the main composition of concrete. In the presence of the main pozzolanic elements Al2O3, SiO2 and Fe2O3 can bind Ca(OH)2 to form a secondary reaction of calcium silicate hydrate so that it has an impact on increasing the compressive strength. In this study, we will make concrete based on the mix design by utilizing fly ash, testing the mechanical properties of concrete, namely density, porosity, sorptivity which is supported by analysis of the chemical composition of the concrete material and the characteristics of fly ash particles. Then, electrochemical analysis is carried out using EIS and polarization to analyze the corrosion resistance of reinforcing steel with proven by the carbonation test in confirming the presence of a carbonation reaction in the concrete. Based on the research results, the concrete specimen 10FA90OPC has an optimum values and highest corrosion resistance in comparing others variation 20FA80OPC, 30FA70OPC. It has a density of 2225,81 kg/m3, porosity 25,91%, sorptivity 0,323 mm/s0.5 and with a corrosion rate of 0,25509 mm/year. The results of the EIS test show corrosion resistance of reinforce steel with higher impedance for each variation of the concrete specimen, this is confirmed by the carbonation test on all variations of the pink concrete specimen which means that no carbonation has occurred. From this study, it can be seen that the most optimal value for fly ash concrete specimens in the 10FA90OPC variation compared to other variations of fly ash when compared to 100PPC concrete specimens so that it will be an alternative in the use of coal and biomass cofiring-based fly ash as a partial replacement material for OPC cement in the manufacture of concrete that has the same value of concrete quality and corrosion resistance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Shidqi Ashari
"Terak merupakan hasil sampingan dari proses pengolahan mineral yang masih dapat dimanfaatkan seperti contohnya pada bidang konstruksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik beton dari Ordinary Portland Cement (OPC) dengan campuran terak terhadap ketahanan korosi baja tulangan berdasarkan metode Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) dan Linier Polarization. Penelitian ini menggunakan terak akhir timah dan terak akhir nikel yang dicampurkan dengan OPC masing-masing sebanyak 0%, 30%, dan 40% dari berat total semen didalam beton. Rasio terak timah dan terak feronikel didalam beton adalah 1:1. Beton  dilakukan proses curing selama 28 hari lalu direndam di dalam larutan NaCl 3.5% selama 1 bulan sebelum pengujian korosi. Hasil menunjukkan baja di dalam campuran 40% terak memiliki ketahanan korosi yang paling baik dibandingkan dengan dua sampel.

Slag is side product of mineral processing that still beneficial such as in construction sector. This research intend to study about characteristics of Ordinary Portland Cement (OPC) concrete with slag mixture concrete against corrosion resistance of steel reinforcement embedded inside the concrete with Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) and Linear Polarization Method. There are two kind of slag used in this research, tin slag and ferronickel slag, mixed to OPC with many percentage that is 0%, 30%, and 40% from weight total of cement inside concrete. Ratio of tin slag and ferronickel inside the concrete is 1:1. Concrete has 28 days of curing time then concrete immersed in NaCl 3.5% solution for one month before  corrosion testing. Result shows steel that embedded in concrete with 40% slag mixture has better corrosion resistance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ibnu Surya Praja
"Terak feronikel adalah produk sampingan dari proses ekstraksi feronikel. Proses peleburan itu mengandung senyawa oksida seperti SiO2, CaO, Al2O3, dan Fe2O3. Kandungan senyawanya mirip dengan kandungan semen komersial merek Portland (OPC) yang biasa digunakan sebagai bahan baku pembuatan beton. Oleh karena itu, penelitian ini akan menganalisis pengaruh penggunaan terak feronikel sebagai campuran semen terhadap ketahanan baja tulangan dalam beton.
Penulis akan menganalisis perilaku korosi dari berbagai campuran semen OPC dan feronickel slag dengan variasi dalam penggunaan feronikel terak sebanyak 5%, 10%, 15%, 20% dengan semen OPC dalam proses pengawetan beton selama 28 hari. kemudian direndam larutan NaCl 3,5%. Wiil beton menggunakan metode polarisasi siklik untuk menganalisis perilaku pitting dan ketahanan korosi baja tulangan di lingkungan klorida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baja dalam campuran beton terak 20% ditambahkan dengan semen OPC memiliki ketahanan korosi paling baik khususnya korosi pitting dibandingkan dengan variasi campuran lainnya.

Ferronickel slag is a by-product of the ferronickel extraction process. Smelting process that contain the oxide compounds such as SiO2, CaO, Al2O3, and Fe2O3. The compound content is similar to the content of Portland brand commercial cement (OPC) which is commonly used as raw material for making concrete. Therefore, this research will analyze the effect of using ferronickel slag as a cement mixture on the resistance of reinforced steel in concrete.
The author will analyze the corrosion behavior of various mixtures of OPC cement and ferronickel slag with variations in the use of Ferronickel slag as much as 5%, 10%, 15%, 20% with OPC cement in the process of curing concrete for 28 days then it is immersed 3.5% NaCl solution. The concrete wiil uses cyclic polarization method to analyze pitting behaviour and resistance corrosion of reinforced steel in chloride environment. The results show that the steel in the 20% slag concrete mixture added with OPC cement has resistance compared to other mixed variations.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Korosi baja tulangan dalam beton adalah permasalahan yang umum ditemui
dalam struktur konstruksi di sekitar lingkungan air laut. Penyebab utama korosi ini
adalah serangan ion klorida dari air laut yang akan menurunkan umur pakai dan
kualitas beton. Salah satu usaha untuk mengatasi terjadinya korosi ini adalah
penambahan zat yang dapat mengurangi laju korosi baja tulangan yang dikenal
dengan istilah inhibitor. Jenis inhibitor yang dapat digunakan antara lain adalah
Natrium benzoat. Inhibitor ini adalah jenis inhibitor organik yang akan
mengabsorbsi permukaan logam dan melindunginya dari korosi.
Penelitian ini menggunakan sampel baja tulangan dalam selimut beton
dengan penambahan konsentrasi inhibitor Natrium benzoat 0 I/m3, 35 L/mj, 45 L/ms
yang dicelup dalam air Iaut buatan (35 gpl). Penelitian dilakukan dari minggu ke-26
sampai 30 perendaman melanjutkan penelitian sebelumnya, yaitu minggu ke-3 dan
ke-4 selama curing Serta minggu ke-5 sampai ke-9 perendaman. Pengukuran yang
dilakukan adalah Iaju korosi dengan metode potensiodinamik (overpotensial +_ 20
mV dan scan rate 0,1 mV/menit) dan mekanisme inhibisi inhibitor dengan metode
Electrochemical Impedance Spectroscopy (porensiai AC 10 mV dan selang frekuensi
5000-0, 002 Hz). Spektra impedance hasil pengukuran EIS dipresentasikan dalam
bentuk kurva Nyquist dan Bode.
Hasil pengukuran potensiodinamik menunjukkan nilai Icorr ketiga variasi
Sampel yang hampir sama dan cenderung semakin meningkat dari minggu ke-26
sampai minggu ke -30. Sedangkan hasil pengukuran EIS dengan melakukan fitiing
kurva Nyquisi dan Bode dengan program Zview dari Scribner Associaies
menunjukan kondisi semua sampel baik dengan maupun tanpa inhibitor telah
terkorosi. Kondisi tersebut berdasarkan nilai Rp tahanan poIarisasi-nya dalam
rentang 250-2500 ohm/cm2 yang menunjukan Iaju korosi yang tinggi dan nilai CPE,”
tidak berada pada rentang 40-60 #F/cm. Jadi, penelitian minggu ke-26 sampai 30
ini menunjukan penambahan inhibitor Natrium benzoar kurang eféktif lagi
memproduksi baja tulangan dalam selimut beton dari proses korosi."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S41287
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ihsan Fathurrahman
"Baja tahan karat austenitik 316L telah banyak digunakan di lingkungan laut yang mengandung larutan natrium klorida NaCl . Agar terjadi paduan yg baik dengan logam induk, logam pengisi baja tahan karat 316L weld metal biasanya diproduksi dengan komposisi paduan sedikit di atas. Studi ini ini mempelajari tentang perilaku korosi baja las tahan karat austenitik 316L dengan menggunakan Electrochemical Impedance Spectroscopy EIS untuk mengevaluasi mekanisme perilaku korosi berdasarkan pengukuran impedansi pada suhu kamar 27oC . Pengujian dilakukan pada berbagai konsentrasi larutan natrium klorida yaitu 1 , 2 , 3,5 , 4 , dan 5 NaCl. Optical Metallography OM juga dilakukan untuk melihat struktur mikro dari baja las .Hasil percobaan, yang direpresentasikan dengan grafik Nyquist dan rangkaian listrik ekuivalen, menunjukkan bahwa besarnya impedansi sampel, yang mana menunjukkan ketahanan korosinya, dipengaruhi oleh konsentrasi larutan NaCl. Besarnya nilai impedansi baja las tahan karat austenitik 316L dari yang paling tinggi ke yang paling rendah berada pada larutan NaCl dengan konsentrasi: 1 , 2 , 5 , 4 , 3.5 w.t NaCl. Dapat dilihat bahwa ketahanan korosi sampel paling rendah berada pada larutan NaCl konsentrasi 3.5 w.t NaCl, yang mana hal tersebut terjadi karena kelarutan optimimum dari oksigen terlarut terjadi.

Austenitic stainless steel 316L has been widely used in marine environment which containing sodium chloride solution NaCl . In order to provide matching properties with parent metal, filler metal SMA 316L weld metal is commonly produced with slightly over alloyed composition. This work investigated the corrosion behavior of austenitic stainless steel 316L weld by using Electrochemical Impedance Spectroscopy EIS to evaluate the mechanism of corrosion behavior based on impedance magnitude measurement at room temperature 27oC . Various concentrations of sodium chloride solution i.e 1 ,2 ,3.5 ,4 ,and 5 NaCl were prepared. Optical Metallography was also conducted to study microstructure weld metal.The testing results which were represented by Nyquist graphs and electrochemical equivalent circuits showed that the impedance magnitudes of austenitic stainless steel 316L weld which indicated its corrosion resistance were influenced by sodium chloride concentrations. Rank of impedance magnitude of austenitic stainless steel 316l weld at various chloride concentrations from the highest to the lowest were 1 , 2 , 5 , 4 , 3,5 w.t NaCl consecutively. It was observed that the lowest corrosion resistance of alloys was at 3,5 w.t NaCl. This was caused by the presence of maximum dissolved oxygen solubility."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69484
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Korosi bcja tulungan daiarn selimut beton teiah merjadi masaiah utama dalam apiilcasi struktur-struktur bangunan terutama pada jernbatan dan bangunan disekitar laut. Pada kondisi lingirungan air lout, ion klorida yang lerdapa! dalam Iinglcungan air [aut dapat berdgiui masuk kedaiam seiimut beton menyebabkan Iaju icorosi bcya tulangan daiam selimut beton meningkat, sehingga umur pakai dan kualitas beton rnenjadi berlairang.
Usaha dan penelitian banyak dilaicukan untuk mengatasi masalah ini, antara Iain dengan penambahan inhibitor Migrating Corrosion Inhibitors (MCIs) ke dalam campuran beton. Inhibitor ini digunakan karena selain e_k/aff dalam menghambat ietjadinya proses korosi pada bcya tulangan juga tidal: menurunkan kekuamn tekan beton.
Parameter kondisi beton daiam peneiitian ini dibuat dengon perbandingan air-semen 0,6 dengan variabel lconsentrasi 0, 01 %VoI., 0,001 %Voi., dan tanpa inhibitor yang dicelup ke dalam air iaut buatan (35 gp! NaCl teknis). Untuk rnenguimr Iaju korosi digunakan metode poiarisasi linier dengan mernberiican overpotensial sebesar i 20 mV dan scanrate QI mV/detik. Sedangicon untuk mengetahui mekanisme inhibisi inhibitor MCls digunakan metode Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) dengan memberikan potensiai bolalc-baiik 10 mV dan selang jrekuensi dari 5000 Hz sampai 0,002 Hz. Hasil pengukuran EIS dioresentasikan dalam bentuk kurva N yq nist dan Bode.
Hasil pengujian dengan menggunakan metode polarisasi liner menunjuk/fan iaju korosi baja tuiangan daiam seiimut beton akan meningkat seiring dengon penambahan /fonsentrasi inhibitor MCIs sebesar 0%VoI. MCIS; 0, 001 %Vo!. MCIS;
0, 01 %Vol. MCIs dengan nilai iaju korosi rata-rata pada minggu ke-28 sebesar 4.25 xI0`7 A/cmz; 1.44 x10'6 A/crnz; I,8xl0’° A/cmz. Sedangican hasil fitting kurva Nyquist dan Bode hasil pengujion EIS dengan menggunakan program Zview dari Scribner Associates, diperolch nilai CPEdJ dari sampel dengan penambahan inhibitor MCI.: dan tanpa inhibitor MCIS berada pada rentang 1,8 #F/cmz - 27 ,uF/cm! yang menunjukan icondisi biga tulangan dolam keadaan terkorosi."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S41296
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Geraldo Joseph Frideandra
"Perilaku korosi dari baja tahan karat duplex 2205 dan feritik 410s diamati dalam berbagai konsentrasi larutan sodium klorida. Rangkaian pengujian dilakukan dengan menggunakan metode Electrochemical Impedance Spectroscopy pada suhu ruang. Metode ini dilakukan untuk mengamati impedansi dari material uji. Konsentrasi larutan klorida disiapkan dengan variasi 1, 2, 3, 4 dan 5 w.t. Hasil pengujian terhadap kedua sampel menyatakan bahwa sistem dengan ketahanan korosi paling rendah adalah sistem yang menggunakan 3,5 w.t sodium klorida, yang serupa dengan kandungan klorida air laut. Hasil pengujian juga menyatakan bahwa baja tahan karat duplex 2205 secara umum lebih tahan korosi dibandingkan dengan feritik 410s pada setiap konsentrasi klorida.

Corrosion behaviour of SS 2205 and SS 410s were investigated in various concentrations of aqueous sodium chloride solutions. Experimental work was carried out by using electrochemical impedance spectroscopy method at room temperature to evaluate the impedance of the system. Sodium chloride solutions were prepared with various concentration i.e. 1, 2, 3.5, 4 and 5 w.t. The testing results were represented by Nyquist plot for both alloys. It was observed that the lowest corrosion resistance of both alloys was at 3,5 w.t NaCl which was similar to typical seawater solution. It was also observed that SS 2205 had better corrosion resistance along with greater impedance than the SS 410s in every NaCl concentration."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Burhan Ramadhan
"Dilakukan studi tentang ketahanan korosi baja tahan karat austenitik seri 304L pada berbagai konsentrasi larutan NaCl. Percobaan dilakukan dengan metode electrochemical impedance spectroscopy EIS pada temperatur ruang yang bertujuan untuk mengevaluasi mekanisme korosi sampel berdasarkan tahanan polarisasi dan impedansi kapasitansinya.Percobaan dilakukan dalam berbagai konsentrasi larutan NaCl, yaitu 1 , 2 , 3.5 , 4 and 5 w.t. Hasil percobaan, yang direpresentasikan dengan grafik Nyquist dan rangkaian listrik ekuivalen, menunjukkan bahwa besarnya impedansi sampel, yang mana menunjukkan ketahanan korosinya, dipengaruhi oleh konsentrasi larutan NaCl. Besarnya nilai impedansi baja tahan karat 304L dari yang paling tinggi ke yang paling rendah berada pada larutan NaCl dengan konsentrasi: 1 , 2 , 5 , 4 , 3.5 w.t NaCl. Telah diamati bahwa ketahanan korosi terendah dari sampel berada pada larutan NaCl konsentrasi 3.5 w.t NaCl, yang mana serupa dengan air laut pada umumnya. Hal ini terjadi karena kelarutan optimimum dari oksigen terlarut terjadi pada larutan NaCl konsentrasi 3.5 w.t.NaCl. Kata kunci : Baja tahan karat 304L, Perilaku Korosi, Ketahanan Korosi, pengaruh konsentrasi NaCl, electrochemical impedance spectroscopy.

Corrosion behavior of austenitic stainless steel 304L type in various concentrations of aqueous sodium chloride solutions was investigated. Experimental testing method was carried out by using electrochemical impedance spectroscopy EIS at room temperature 27oC to evaluate the change of corrosion mechanism based on its polarization resistance and capacitive impedance.Aqueous sodium chloride solutions were prepared with various concentration i.e. 1 , 2 , 3.5 , 4 and 5 w.t. The testing results which were represented by Nyquist graphs and electrochemical equivalent circuits showed that the impedance magnitudes of austenitic stainless steel which indicated its corrosion resistance were influenced by sodium chloride concentrations. Rank of impedance magnitude of SS 304L at various chloride concentrations from the highest to the lowest were 1 , 2 , 5 , 4 , 3,5 w.t NaCl consecutively. It was observed that the lowest corrosion resistance of alloys was at 3,5 w.t NaCl which was similar to typical seawater solution. This was caused by the presence of maximum dissolved oxygen solubility."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67983
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Korosi baja tulangan dalam beton merupakan permasalahan utama pads
struktur-struktur bangunan seperti pada jembatan dan bangunan di sekitar laut. Hal
ini disebabkan karena serangan ion klorida pada baja tulangan yang menyebabkan
kualitas dan umur pakai beton menurun. Salah satu metode pengendalian korosi
tersebut adalah dengan cara penambahan inhibitor korosi Ca(NO3)2 ke dalam
lingkungan beton. Mekanisme inhibisi inhibitor Ca(NO3)2 terhadap pedlalcu korosi
baja tulangan dipelajari dengan menggunakan metode EIS (Electrochemical
Impedance Spectroscopy).
Pada penelitian ini, baja tulangan yang akan diukur dengan metode EIS
dicelup ke dalam larutan pori artifisial yang mengandung 35 gp! NaCl dan inhibitor
Ca(NO3)2 dengan variabel konsentrasi sebesar 4.65, 5.21, dan 5.77 gpl. Pengukuran
EIS dilakukan setiap minggu sampai akhir minggu kelima dengan memberikan
potensial bolak-balik 10 mV dan selang frekuensi darii 5000 Hz sampai 0.001 Hz.
Dengan metode EIS ini, proses korosi dapat dimodelkan berupa komponen-
komponen rangkaian listrik. Penentuan model rangkaian listrik dilakukan dengan
cara pencocokan (fitting) hasil pengukuran dan hasil interpretasi model dalam
bentuk kurva Nyquist dan Bode.
Secara umum, hasil firing kurva Nyquist dan Bode yang menggunakan
program Zview dari Sciibner Msociates menunjukkan bahwa penambahan inhibitor
Ca(N03)2 dengan variabel konsentrasi sebesar 4.65, 5.21, dan 5.77 gpl temyata
tidak dapat membantu baja tulangan dalam membentuk lapisan pasif stabil yang
mmgalcibaxkan baja tetap terkorosi. Dalam hal semakin bertambah konsentrasi
inhibitor Ca(N03)1, baja tulangan semakin terkorosi. lnterprelasi mekanisme korosi
yang terjadi ekuivalen dengan rangkaian listrik model 5."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S41286
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fadhil
"Ketahanan korosi SS 316L pada variasi konsentrasi lingkungan NaCl diinvestigasi dengan menggunakan pengujian Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS). Perlakuan panas dilakukan pada suhu 1100oC. Pengamatan struktur mikro menggunakan Optical Microscope. Larutan NaCl mensimulasikan kondisi air laut tempat pengaplikasian SS316L, variasi konsentrasi larutan NaCl yaitu ; 1%, 2%, 3,5%, 4%, dan 5%. Ion klorida pada NaCl dapat menyerang lapisan pasif pada permukaan SS. Penetrasi ion klorida ini yang bepengaruh terhadap ketahanan korosi pada SS316L.
Hasilnya menunjukkan bahwa pada konsentrasi 3,5% NaCl memiliki ketahanan korosi yang paling rendah. Kelarutan oksigen dalam air paling optimum pada ion Cl 3-3,5%. Pengamatan perubahan struktur mikro menggunakan larutan 3,5% NaCl sebagai pembanding ketahanan korosi sebelum dan setelah dilakukannya perlakuan panas. Hasilnya menunjukkan ketahanan korosi sesudah diberikan perlakuan panas jauh lebih rendah. Struktur mikro saat sesudah mengalami sensitasi pada batas butirnya dan ketidaksamaan besar butir.

Corrosion resistance of Austenitic Stainless Steel 316L in variation of NaCl environment was investigated using Electochemical Impedance Spectroscopy test. Heat treatment was done at temperature 1100oC. The microstructure was studied by Optical Microscopy. NaCl solution demonstrated seawater environment, conctentrations varying from 1% to 5%. Ion chloride can penetration through passive film. The penetration of chloride affected corrosion resistance of SS316L.
The result showed that the corrosion resistance of concentration of 3,5% NaCl had the lowest corrosion resistance. Optimum oxygen dissolved occured in concentration 3 ? 3,5% NaCl. The studied of changed of microstructure used 3,5% NaCl solution to compared corrosion resistance of before and after heat treatment. The result demonstrated tha corrosion resistance after heat treatment was lower than the before one. The microstructure after heat treatment suffered sensitization and dissimilarity of grain on microstructure.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S62630
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>