Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113624 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cindy Notonegoro
"Pendahuluan: Obesitas dinyatakan sebagai suatu epidemik dan prevalensinya masih meningkat di negara ekonomi berkembang.  Kondisi obesitas dapat mempengaruhi hampir seluruh fungsi fisiologis tubuh dan menyebabkan ancaman signifikan terhadap kesehatan masyarakat.  Penanganan obesitas seringkali sulit dan membutuhkan biaya mahal.  Terapi farmakologi banyak memiliki efek samping.  Akupunktur sebagai salah satu terapi non-farmakologi telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam terapi obesitas.  Elektroakupunktur dan akupunktur tanam benang merupakan modalitas yang dapat digunakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efek terapi elektroakupunktur dengan akupunktur tanam benang PDO terhadap penurunan berat badan, lingkar pinggang, dan kadar leptin plasma pada pasien obesitas yang menjalani intervensi diet.
Metode: Desain penelitian ini adalah uji klinis acak tersamar tunggal.  Sebanyak 34 subjek dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok elektroakupunktur dengan intervensi diet (EA) dan kelompok akupunktur tanam benang dengan intervensi diet (ATB). Pada kelompok EA, akupunktur dilakukan 3 kali seminggu. Sedangkan pada kelompok ATB, akupunktur dilakukan hanya 1 kali.  Berat badan dan lingkar pinggang diukur sebelum terapi, hari ke-3, 7, 14, 21, dan ke-28.  Sedangkan kadar leptin plasma diukur sebelum terapi dan hari ke-28.
Hasil: Terdapat penurunan yang bermakna pada rerata berat badan dan lingkar pinggang pada kedua kelompok sebelum dan setelah terapi (p < 0,001), serta penurunan kadar leptin plasma pada kelompok EA (p = 0,012) dan pada kelompok ATB (p = 0,001).  Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada kedua kelompok baik terhadap selisih penurunan berat badan (p = 0,342), penurunan lingkar pinggang (p = 0,826), dan penurunan kadar leptin plasma (p = 0,784).
Kesimpulan: Elektroakupunktur dan akupunktur tanam benang PDO yang disertai intervensi diet memiliki efektivitas yang sama baiknya terhadap penurunan berat badan, lingkar pinggang, dan kadar leptin plasma pada pasien obesitas.  Akupunktur tanam benang memiliki efisiensi waktu dibandingkan dengan elektroakupunktur karena hanya dilakukan satu kali.

Introduction: Obesity is declared as an epidemic and its prevalence is still increasing in developing countries.  Obesity can affect almost all physiological functions of the body and create a significant threat to public health.  Treatment of obesity is often difficult and expensive.  Pharmacological therapy has many side effects.  Acupuncture as a non-pharmacological therapy has shown promising results in the treatment of obesity.  Electroacupuncture and thread embedding acupuncture are modalities that can be used.  The aim of this study was to analyze therapeutic effects of electroacupuncture  with PDO thread embedding acupuncture on weight loss, waist circumference, and plasma leptin levels in obese patients with dietary intervention.
Methods: This study design was a single blind randomized clinical trial. A total of 34 subjects were divided into 2 groups: electroacupuncture with dietary intervention group (EA) and thread embedding acupuncture with dietary intervention group (TEA).  In EA group, acupuncture was performed 3 times a week.  While in TEA group, acupuncture was performed only once.  Body weight and waist circumference were measured before treatment, on the 3rd, 7th, 14th, 21st, and 28th days. Meanwhile, plasma leptin levels were measured before treatment and on the 28th day.
Results: There was a significant decrease in body weight and waist circumference in both groups before and after treatment (p < 0.001), and also a significant decrease in plasma leptin level in EA group (p = 0,012) and TEA group (p = 0,001).  There was no significant difference between the two groups in term of weight loss (p = 0.342), waist circumference (p = 0.826), and plasma leptin levels (p = 0,784).
Conclusion: Electroacupuncture and PDO thread embedding acupuncture with dietary intervention have the same effectiveness in reducing body weight, waist circumference, and plasma leptin levels in obese patients.  However, thread embedding acupuncture has better time efficiency than electroacupuncture.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hanggoro Laka Bunawan
"Pendahuluan: Tukak lambung merupakan salah satu penyakit tersering pada saluran pencernaan yang mempunyai angka kekambuhan yang cukup tinggi. Penanganan tukak lambung seringkali sulit dan membutuhkan biaya mahal. Terapi farmakologi memiliki banyak efek samping. Akupunktur sebagai salah satu terapi non-farmakologi telah menunjukkan hasil yang baik dalam terapi dan sebagai protektif terhadap tukak lambung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan efek protektif elektroakupunktur dengan akupunktur tanam benang terhadap indeks ulkus lambung dan kadar serum Malondialdehyde (MDA) pada tukak lambung.
Metode: Penelitian dilakukan pada bulan November - Desember 2021 di Puslitbangkes Biomedik, Kementerian kesehatan Republik Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat. Desain penelitian adalah studi eksperimental dengan Randomized posttest design. 30 hewan coba tikus dibagi menjadi 5 kelompok: kelompok normal, kontrol tukak lambung (TL), omeprazole (OME), elektroakupunktur (EA) dan akupunktur tanam benang (ATB). Kelompok OME diberikan omeprazole oral 20 mg/kg dan EA pada ST36 Zusanli dan CV12 Zhongwan dengan frekuensi 2 Hz, intervensi pada OME dan EA dilakukan setiap 2 hari sekali selama 12 hari. Kelompok ATB 1 kali intervensi di hari pertama. Skor indeks ulkus lambung dan kadar serum MDA diukur setelah induksi tukak lambung dilakukan pasca 12 hari perlakuan. Semua hasil data diolah menggunakan SPSS versi 20.
Hasil: Skor indeks ulkus tidak berbeda bermakna antara kelompok EA dengan ATB (uji Mann Whitney, p = 0,523), namun skor indeks ulkus kelompok EA dan ATB lebih rendah bermakna dibandingkan kelompok TL (uji Mann Whitney, p < 0,05). Kadar serum MDA lebih rendah bermakna pada kelompok EA versus TL (uji post-hoc, p < 0,001) dan pada kelompok ATB versus TL (uji post-hoc, p < 0,05). Kelompok EA versus ATB, kadar MDA tidak berbeda bermakna (uji post-hoc, p = 1,000).
Kesimpulan: Elektroakupunktur dan akupunktur tanam benang memiliki efek protektif terhadap tukak lambung yang sama baiknya terhadap skor indeks ulkus lambung dan kadar serum MDA. Akan tetapi akupunktur tanam benang memiliki efisiensi waktu [sw1] dibandingkan dengan elektroakupunktur.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Airin Kristiani
"ABSTRAK
Obesitas adalah akumulasi lemak yang berlebih yang dapat mengganggu kesehatan sebagai akibat ketidakseimbangan asupan dan pengeluaran energi. Obesitas merupakan penyakit kronis yang dapat menjadi faktor risiko penyakit metabolik kronis yang dapat menyebabkan kematian. Lingkar pinggang merupakan cara yang sederhana untuk menilai distribusi lemak tubuh dalam memprediksi morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh obesitas. Adiponektin merupakan hormon protein yang disekresi oleh sel adiposit yang mempunyai efek anti diabetes, anti inflamasi, anti aterogenik, dan efek kardioprotektif. Untuk mendapatkan hasil optimal diperlukan tatalaksana interdisiplin. Beberapa studi menyimpulkan bahwa elektroakupunktur dapat meningkatkan kadar adiponektin dan menurunkan lingkar pinggang pada pasien obesitas. Pada penelitian ini dilakukan uji klinis tersamar tunggal terhadap 38 pasien obesitas yang secara acak dibagi kedalam 2 kelompok yaitu Elektroakupunktur dan intervensi diet dan kelompok elektroakupunktur sham dan intervensi diet untuk mengetahui pengaruh elektroakupunktur dan intervensi diet terhadap lingkar pinggang dan kadar adiponektin. Hasil penelitian menunjukkan penurunan lingkar pinggang yang bermakna sesudah perlakuan baik pada kelompok perlakuan p=0,000 maupun kelompok kontrol p=0,002 . Terdapat perbedaan bermakna terhadap selisih lingkar pinggang awal dan akhir antara kedua kelompok p=0,002 , namun pada pengukuran adiponektin tidak menunjukkan perubahan bermakna sebelum dan setelah perlakuan baik pada kelompok perlakuan p=0,409 maupun pada kelompok kontrol 0,306. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok p=0,638. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa terapi kombinasi elektroakupunktur dan intervensi diet memiliki pengaruh terhadap lingkar pinggang namun tidak berpengaruh terhadap perubahan kadar adiponektin pada pasien obesitas.

ABSTRACT<>br>
Obesity is the accumulation of excess fat that can interfere with health as a result of theimbalance of energy intake and expenditure. Obesity is a chronic disease that can be arisk factor for chronic metabolic disease that can lead to death. Waist circumference isa simple way to assess the distribution of body fat in predicting morbidity and mortalitycaused by obesity. Adiponectin is a protein hormone secreted by adipocyte cells thathave anti diabetic, anti inflammatory, anti atherogenic, and cardioprotective effects. Toobtain optimal results required interdisciplinary management. Several studies haveconcluded that electroacupuncture can increase adiponectin levels and decrease waistcircumference in obese patients. In this study a single blinded clinical trial of 38 obesepatients was randomly divided into 2 groups electroacupuncture and dietaryinterventions and electroacupuncture sham groups and dietary interventions todetermine the effectiveness of electroacupuncture and dietary intervention of waistcircumference and adiponectin levels. The results showed a significant decrease inwaist circumference after treatment in both treatment groups p 0,000 and controlgroup p 0.002 . There was a significant difference in waist circumference betweenthe two groups p 0.002 , but the measurement of adiponectin showed no significantchange before and after treatment in both treatment groups p 0.409 and in thecontrol group 0.306. There were no significant differences between the two groups p 0.638. In this study it was concluded that combination electroacupuncture anddietary intervention therapy had an effect on waist circumference in obese patients"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58961
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cherry Presilia Tanudjaja
"Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia, dan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan penurunan kualitas hidup dan faktor resiko perkembangan berbagai penyakit lainnya. Obesitas juga berhubungan dengan status inflamasi kronik yang berperan dalam perkembangan disfungsi metabolik dan sindrom metabolik. Akupunktur diketahui dapat membantu menurunkan berat badan dengan cara menekan nafsu makan dan mengurangi resiko sindrom metabolik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas terapi kombinasi akupunktur tanam benang catgut dan intervensi diet terhadap kadar Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α) dan lingkar perut pada pasien obesitas. Uji klinis acak tersamar ganda dengan pembanding dilakukan pada 36 pasien obesitas yang dialokasikan secara acak menjadi kelompok terapi kombinasi akupunktur tanam benang catgut dan intervensi diet (kelompok kasus) atau kelompok akupunktur sham dan intervensi diet (kelompok kontrol).
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna kadar TNF-α awal dengan akhir dalam kelompok kasus (p < 0,01) dan terdapat perbedaan bermakna selisih lingkar perut awal dan akhir antara kedua kelompok (p < 0,01; IK 95% 1,68 sampai 6,13). Kesimpulan penelitian ini terapi kombinasi akupunktur tanam benang catgut dan intervensi diet memiliki pengaruh terhadap kadar TNF-α plasma darah dan lingkar perut pada pasien obesitas.

Obesity is a health problem in Indonesia and associated with decreased quality of life and a risk factor for the development of other diseases. Obesity is also associated with chronic inflammatory status that play a role in the development of metabolic dysfunction and metabolic syndrome. Acupuncture is known to help you lose weight by suppressing appetite and reducing the risk of metabolic syndrome.
The aim of this study was to establish the effectiveness of acupoint catgut embedding therapy combined with dietary intervention on tumor necrosis factor-α (TNF-α) levels and abdominal circumference in obese patients. This study is a randomized, double-blind and controlled clinical trial involving 36 obese patients that are allocated into groups of catgut embedding method combined with dietary intervention (case group) or sham acupuncture combined with dietary intevention (control group).
The results showed there was significant difference in TNF-α levels within case group (p < 0,01) and there were significant differences in abdominal circumference changes between the two groups (p < 0.01; 95% CI: 1.68 to 6.13). The conclusion of this study is acupoint catgut embedment combined with dietary intervention has effects on TNF-α levels of blood plasma and abdominal circumference in obese patients.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathania Himawan
"Obesitas merupakan masalah epidemik di dunia. Obesitas menyebabkan inflamasi kronik derajat rendah dan meningkatkan risiko beberapa penyakit kronis dengan komplikasi seperti aterosklerosis, dan masalah kardiovaskuler. Penanda inflamasi yang dianggap terbaik saat ini adalah high sensitivity C-Reactive Protein hsCRP . HsCRP juga merupakan prediktor terbaik untuk mengetahui risiko penyakit kardiovaskuler. Diperlukan penanganan secara interdisiplin untuk mengatasi masalah obesitas ini. Akupunktur merupakan terapi pelengkap yang paling cepat berkembang dan diakui oleh National Institutes of Health dan WHO.
Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas terapi kombinasi elektroakupunktur dan intervensi diet terhadap kadar HsCRP dan body fat pada pasien obesitas. Uji klinis acak tersamar tunggal terhadap 36 pasien obesitas yang dialokasikan secara acak menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kombinasi elektroakupunktur dan intervensi diet kelompok perlakuan dan kelompok kombinasi elektroakupunktur sham dan intervensi diet kelompok kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar hsCRP sebelum dan sesudah perlakuan tetapi belum terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik p= 0.476. Terdapat perbedaan yang bermakna terhadap perbandingan kadar body fat sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan p=0.002.
Kesimpulan penelitian ini terapi kombinasi elektroakupunktur dan intervensi diet memiliki pengaruh terhadap kadar hsCRP dan body fat pada pasien obesitas.

Obesity is an epidemic problem in the world. Obesity causes low grade chronic inflammation and increases the risk of some chronic diseases with complications such as atherosclerosis, and cardiovascular problems. The best current inflammatory marker is the high sensitivity of C Reactive Protein hsCRP . HsCRP is also the best predictor of risk of cardiovascular disease. Interdisciplinary treatment is needed to overcome this obesity problem. Acupuncture is the most rapidly growing complementary therapy and is recognized by the National Institutes of Health and WHO.
This study aims to determine the effectiveness of electroacupuncture combination therapy and dietary intervention on HsCRP and body fat levels in obese patients. Single blinded randomized clinical trials of 36 obese patients were randomly assigned to 2 groups, electroacupuncture combined with dietary intervention group treatment group and sham electroacupuncture combined with dietary intervention group control group.
The results showed decrease of hsCRP levels before and after treatment but there was no statistically significant difference p 0.476 . There was a significant difference to the body fat content before and after treatment in the treatment group p 0.002.
The conclusions of this study combined electroacupuncture and dietary intervention therapy have an influence on levels of hsCRP and body fat in obese patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priscilla Mutiara Tjan
"Obesitas merupakan suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan. Diperkirakan lebih dari 500 juta orang dewasa di seluruh dunia mengalami obesitas dan 1,5 miliar mengalami masalah kelebihan berat badan. Pada obesitas terdapat peningkatan jaringan adiposa dimana jaringan adiposa dapat mensintesis dan mensekresi sitokin pro-inflamasi seperti interleukin-6 (IL-6). Akupunktur telah lama dikenal sebagai salah satu terapi tambahan dalam menangani obesitas. Akupunktur dapat menurunkan respon inflamasi pada jaringan adiposa dengan menurunkan infiltrasi makrofag ke dalam jaringan adiposa pada obesitas sehingga jumlah makrofag yang merupakan sumber produksi adipokin pro-inflamasi menjadi lebih sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi akupunktur tanam benang catgut dan intervensi diet terhadap perubahan kadar IL-6 dan indeks massa tubuh pada pasien obesitas. Uji klinis acak tersamar ganda dilakukan pada 36 pasien obesitas yang dialokasikan ke dalam kelompok akupunktur tanam benang catgut dan intervensi diet atau kelompok akupunktur tanam benang sham dan intervensi diet. Akupunktur tanam benang dilakukan 2 kali pada titik CV12 Zhongwan, ST25 Tianshu, CV6 Qihai, dan SP6 Sanyinjiao setiap 2 minggu. Kadar IL-6 dalam plasma darah dan indeks massa tubuh digunakan untuk mengukur keluaran penelitian. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan bermakna rerata kadar IL-6 awal dengan akhir dalam kelompok akupunktur tanam benang catgut (p = 0.01; 95% IK: 0.03 sampai 0.23) dan rerata selisih IMT lebih rendah 0.33 pada kelompok akupunktur tanam benang catgut dibandingkan dengan kelompok akupunktur tanam benang sham (p = 0.02; 95% IK: 0.05 sampai 0.61). Kesimpulan penelitian adalah terapi kombinasi akupunktur tanam benang catgut dan intervensi diet lebih efektif dalam menurunkan kadar IL-6 dan indeks massa tubuh pada pasien obesitas.

Obesity is a condition with abnormal fat accumulation or excessive adipose tissue so it can disturb our health. It is estimated that over 500 million adults worldwide are obese and 1.5 billion are having problems with overweight. In obese there is an increased adipose tissue which can synthesize and secrete pro-inflammatory cytokines such as interleukine-6 (IL-6). Acupuncture has long been known as an adjunctive therapy for obesity. Acupuncture can reduce inflammatory responses in adipose tissue by reducing macrophage infiltration into adipose tissue in obesity so that the number of macrophages, which are the source of production of proinflammatory adipokines become fewer. A double blind randomized controlled trial involved 36 obesity patients randomly allocated into catgut embedding acupuncture group with diet intervention or sham embedding acupuncture group with diet intervention. Catgut embedding therapy was given two times at CV12 Zhongwan, ST25 Tianshu, CV6 Qihai, and SP6 Sanyinjiao every two weeks. Interleukine-6 level in blood plasma and body mass index (BMI) is used to measure research output. There was a statistically significant difference within catgut embedding group with levels of IL-6 (p = 0.01; 95% CI: 0.03 to 0.23) and lower mean BMI difference of 12.33 in catgut embedding group compared with sham embedding group (p = 0.02; 95% CI: 0.05 to 0.61). The result suggest that acupoint-catgut embedding therapy combined with diet intervention is more effective in reducing IL-6 levels and BMI in obese patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priscilla Mutiara Tjan
"Obesitas merupakan suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan. Diperkirakan lebih dari 500 juta orang dewasa di seluruh dunia mengalami obesitas dan 1,5 miliar mengalami masalah kelebihan berat badan. Pada obesitas terdapat peningkatan jaringan adiposa dimana jaringan adiposa dapat mensintesis dan mensekresi sitokin pro-inflamasi seperti interleukin-6 (IL-6). Akupunktur telah lama dikenal sebagai salah satu terapi tambahan dalam menangani obesitas. Akupunktur dapat menurunkan respon inflamasi pada jaringan adiposa dengan menurunkan infiltrasi makrofag ke dalam jaringan adiposa pada obesitas sehingga jumlah makrofag yang merupakan sumber produksi adipokin pro-inflamasi menjadi lebih sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi akupunktur tanam benang catgut dan intervensi diet terhadap perubahan kadar IL-6 dan indeks massa tubuh pada pasien obesitas. Uji klinis acak tersamar ganda dilakukan pada 36 pasien obesitas yang dialokasikan ke dalam kelompok akupunktur tanam benang catgut dan intervensi diet atau kelompok akupunktur tanam benang sham dan intervensi diet. Akupunktur tanam benang dilakukan 2 kali pada titik CV12 Zhongwan, ST25 Tianshu, CV6 Qihai, dan SP6 Sanyinjiao setiap 2 minggu. Kadar IL-6 dalam plasma darah dan indeks massa tubuh digunakan untuk mengukur keluaran penelitian. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan bermakna rerata kadar IL-6 awal dengan akhir dalam kelompok akupunktur tanam benang catgut (p = 0.01; 95% IK: 0.03 sampai 0.23) dan rerata selisih IMT lebih rendah 0.33 pada kelompok akupunktur tanam benang catgut dibandingkan dengan kelompok akupunktur tanam benang sham (p = 0.02; 95% IK: 0.05 sampai 0.61). Kesimpulan penelitian adalah terapi kombinasi akupunktur tanam benang catgut dan intervensi diet lebih efektif dalam menurunkan kadar IL-6 dan indeks massa tubuh pada pasien obesitas.

Obesity is a condition with abnormal fat accumulation or excessive adipose tissue so it can disturb our health. It is estimated that over 500 million adults worldwide are obese and 1.5 billion are having problems with overweight. In obese there is an increased adipose tissue which can synthesize and secrete pro-inflammatory cytokines such as interleukine-6 (IL-6). Acupuncture has long been known as an adjunctive therapy for obesity. Acupuncture can reduce inflammatory responses in adipose tissue by reducing macrophage infiltration into adipose tissue in obesity so that the number of macrophages, which are the source of production of pro-inflammatory adipokines become fewer. A double blind randomized controlled trial involved 36 obesity patients randomly allocated into catgut embedding acupuncture group with diet intervention or sham embedding acupuncture group with diet intervention. Catgut embedding therapy was given two times at CV12 Zhongwan, ST25 Tianshu, CV6 Qihai, and SP6 Sanyinjiao every two weeks. Interleukine-6 level in blood plasma and body mass index (BMI) is used to measure research output. There was a statistically significant difference within catgut embedding group with levels of IL-6 (p = 0.01; 95% CI: 0.03 to 0.23) and lower mean BMI difference of 12.33 in catgut embedding group compared with sham embedding group (p = 0.02; 95% CI: 0.05 to 0.61). The result suggest that acupoint-catgut embedding therapy combined with diet intervention is more effective in reducing IL-6 levels and BMI in obese patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Suzanna Juanieta
"Obesitas adalah suatu kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi lemak pada jaringan adiposa. Tingkat prevalensi di Indonesia sebesar 44%, sehingga menyebabkan persoalan yang sangat serius karena berkaitan dengan peningkatan prevalensi penyakit kronis seperti diabetes melitus, hipertensi dan penyakit kardiovaskular. Beberapa penelitian di bidang kedokteran menyatakan bahwa Leptin memiliki peran yang sangat penting pada keadaan obesitas. Akupunktur diharapkan menjadi salah satu terapi yang dapat digunakan karena memiliki respon terapi yang baik, efisien dan relatif aman. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan apakah modalitas akupunktur manual dan elektroakupunktur mempunyai pengaruh yang sama terhadap kadar Leptin pasien obesitas. Penelitian ini menggunakan metode uji acak tersamar tunggal dengan kontrol. Penelitian ini dilakukan terhadap 38 pasien obesitas dan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok akupunktur manual dan kelompok elektroakupunktur, yang masing-masing terdiri dari 19 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selisih rerata kadar Leptin plasma pada kelompok akupunkur manual 6029,6 ± 2276,3 (p =0,016) dan selisih rerata kadar Leptin pada kelompok elektroakupunktur 8079,6 ± 1763,7 (p=0,000). Dapat disimpulkan bahwa kedua modalitas mempunyai pengaruh yang sama terhadap kadar leptin pasien obesitas (p>0,05).

Obesity is a condition of abnormal or excess accumulation of fat in adipose tissue. The prevalence rate itself in Indonesia has been gained 44%, resulting in a very complex issue, relating to the prevalence of chronic diseases such as diabetes mellitus, hypertension, cardiovascular disease and many other diseases. Several studies in the field of acupuncture, concludes that Leptin has a very important role in obesity. Acupuncture therapy is expected to be one that can be applied since it has a better response to therapy, efficient and without side effects. This study aims to compare whether the modalities of manual acupuncture and electro-acupuncture have the same effect for Leptin levels on obese patients. This study uses a single-blind randomized trials with a control. This study was conducted on 38 obese patients and were divided into 2 groups, namely the manual acupuncture and electroacupuncture group, each of which consists of 19 people. The results showed that the difference in mean plasma Leptin levels in the group of manual acupuncture is 6029,6±2276,3 (p=0,016) and the difference in mean levels of Leptin in the electro-acupuncture group is 8079,6±1763,7 (p=0,000). It can be conclude that both modalities have the same effect on leptin levels of obese patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Airine Hendrawan
"[ABSTRAK
Merokok merupakan masalah kesehatan serius di seluruh dunia. Jumlah
perokok di Indonesia diperkirakan mencapai sepertiga dari jumlah seluruh
penduduk Indonesia, dan sebagian besar memulai merokok pada usia muda.
Merokok dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada jaringan dalam berbagai
tingkatan akibat meningkatnya radikal bebas dan menurunnya mekanisme
antioksidan baik tipe enzimatik maupun non-enzimatik. Banyak penelitian di
bidang akupunktur yang dilakukan untuk meneliti efek akupunktur terhadap kadar
enzim antioksidan dalam tubuh. Metoda akupunktur manual dan
elektroakupunktur frekuensi rendah kerap dilakukan oleh praktisi akupunktur
dalam praktek klinik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari metode
penusukan akupunktur secara manual dan elektroakupunktur frekuensi rendah
terhadap peningkatan aktivitas enzim antioksidan Glutation peroksidase (GSHPx)
di plasma darah. Desain penelitian yang digunakan adalah uji klinis acak
tersamar ganda dengan kontrol. Penelitian ini melibatkan 42 subjek perokok yang
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok akupunktur manual (n=21) dan
kelompok elektroakupunktur frekuensi rendah (n=21). Akupunktur dilakukan
pada titik ST36 Zusanli dan SP6 Sanyinjiao bilateral. Hasil penelitian
menunjukkan adanya peningkatan kadar Glutation peroksidase (GSH-Px) yang
bermakna pada kelompok akupunktur manual setelah terapi ke-3. Peningkatan
kadar GPx juga terjadi di kelompok elektroakupunktur frekuensi rendah namun
tidak bermakna secara statistik. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada rerata
perubahan kadar Glutation Peroksidase pada kelompok akupunktur manual
dibandingkan dengan kelompok elektroakupunktur setelah terapi ke-3 (p=0.176).
Kesimpulan penelitian ini adalah akupunktur manual lebih efektif untuk
meningkatkan kadar enzim Glutation peroksidase daripada elektroakupunktur
frekuensi rendah.

ABSTRACT
Cigarette moking is a worldwide serious health problem. Smoking
prevalence in Indonesia is approximately one third of all population, and most of
them start to smoke since very young age. Smoking can cause oxidative damage
in body tissues in various levels due to the increase of free radicals and the
decrease of antioxidant mechanisms of enzymatic and non-enzymatic reactions.
Many trials have been conducted to find the acupuncture effect on antioxidant
enzymes in the body. Manual acupuncture and low frequency electroacupuncture
are often used by acupuncture professionals in clinical practice. The aim of this
study is to determine the effect of manual acupuncture and low frequency
electroacupuncture on serum levels of Gluthatione peroxidase (GSH-Px). The
design of the trial is a double-blind randomized controlled trial, involving 42
smokers which randomly allocated into groups of manual acupuncture (n=21) and
low frequency electroacupuncture (n=21). Acupuncture was conducted at ST 36
Zusanli dan SP 6 Sanyinjiao bilaterally. The results showed a significant increase
of serum Glutathione peroxidase on manual acupuncture group after the 3rd
treatment. The increase of serum Glutathione peroxidase was also shown on low
frequency electroacupuncture group, but not statistically significant. There was no
significant differences on the mean difference of Glutathione peroxidase levels in
manual acupuncture group and electroacupucture group after the 3rd treatment
(p=0.176). Conclusion of this study is manual acupuncture found to be more
effective in increasing the serum levels of GSH-Px than low frequency
electroacupuncture., Cigarette moking is a worldwide serious health problem. Smoking
prevalence in Indonesia is approximately one third of all population, and most of
them start to smoke since very young age. Smoking can cause oxidative damage
in body tissues in various levels due to the increase of free radicals and the
decrease of antioxidant mechanisms of enzymatic and non-enzymatic reactions.
Many trials have been conducted to find the acupuncture effect on antioxidant
enzymes in the body. Manual acupuncture and low frequency electroacupuncture
are often used by acupuncture professionals in clinical practice. The aim of this
study is to determine the effect of manual acupuncture and low frequency
electroacupuncture on serum levels of Gluthatione peroxidase (GSH-Px). The
design of the trial is a double-blind randomized controlled trial, involving 42
smokers which randomly allocated into groups of manual acupuncture (n=21) and
low frequency electroacupuncture (n=21). Acupuncture was conducted at ST 36
Zusanli dan SP 6 Sanyinjiao bilaterally. The results showed a significant increase
of serum Glutathione peroxidase on manual acupuncture group after the 3rd
treatment. The increase of serum Glutathione peroxidase was also shown on low
frequency electroacupuncture group, but not statistically significant. There was no
significant differences on the mean difference of Glutathione peroxidase levels in
manual acupuncture group and electroacupucture group after the 3rd treatment
(p=0.176). Conclusion of this study is manual acupuncture found to be more
effective in increasing the serum levels of GSH-Px than low frequency
electroacupuncture.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Arumsari Asmara
"ABSTRAK
Kerutan nasolabial merupakan salah satu tanda penuaan wajah yang menonjol. Upaya mengurangi tanda penuaan wajah dengan metode invasif minimal belakangan semakin marak. Akupunktur tanam benang Polydioxanone (PDO) sering dipraktekkan untuk mengurangi kerutan, namun penelitian yang menilai efek obyektif akupunktur tanam benang terhadap perbaikan kerutan masih sedikit. Uji klinis open-label prospektif lengan tunggal dilakukan terhadap wanita usia 30-49 tahun, dengan Skala Glogau II-III. 13 subyek menerima 1 sesi akupunktur tanam benang dengan penjabaran sesuai Revised STandards for Reporting Interventions in Clinical Trials of Acupuncture (STRICTA). Penilaian utama yaitu perbedaan jarak kerutan nasolabial dilakukan 4 kali pada sebelum, tepat sesudah, 2 minggu dan 4 minggu sesudah tindakan. Penilaian sekunder adalah skor Modified Fitzpatrick Wrinkle Score (MFWS) dan skor kepuasan subyek. Tidak ada subyek yang dinyatakan gugur. Penilaian utama menunjukkan penurunan jarak rerata kerutan nasolabial kanan yang signifikan pada tepat sesudah (6.43 ± 7.15), 2 minggu (6.53 ± 6.07), dan 4 minggu (15.32 ± 6.21) dibandingkan dengan nilai awal (p<0.05), serta penurunan jarak rerata kerutan nasolabial kiri pada tepat sesudah (7.05 ± 5.23), 2 minggu (7.52 ± 4.29), dan 4 minggu (15.65 ± 6.25) dibandingkan dengan nilai awal (p<0.05). Didapatkan penurunan signifikan rerata skor MWFS pada 4 minggu dibandingan nilai awal baik pada kerutan nasolabial kanan maupun kiri. Sebelas subyek (84.62%) merasa sangat puas dengan tindakan akupunktur tanam benang PDO, sementara 2 subyek lainnya merasa cukup puas. Efek samping yang ditemui berupa eritema, hematoma, edema, gatal, dan nyeri, bersifat sementara dan menghilang tanpa intervensi. Akupunktur tanam benang PDO terbukti mengurangi jarak kerutan nasolabial kiri dan kanan, dimana pengurangan jarak kerutan lebih besar setelah 2 Minggu.

ABSTRACT
Nasolabial folds are one of the most prominent facial aging signs. There is a growing trend on minimally invasive procedures to correct facial aging signs. While Polydioxanone (PDO) thread embedding acupuncture are often practiced in wrinkle treatment, the clinical trials with objective measurements are scarce. A single arm, prospective, open-label clinical trial was done to women aged 30-49 years, with Glogau scale II-III. Thirteen participants each receive a single thread embedding acupuncture reported according the Revised STandards for Reporting Interventions in Clinical Trials of Acupuncture (STRICTA). The primary outcome, length of nasolabial fold, were oberved 4 times; before, right after, 2 weeks, and 4 weeks after procedure. The secondary outcomes are Modified Fitzpatrick Wrinkle Score (MFWS) and patient satisfaction score. There was no dropout. Primary outcome analisis shows significant improvement in every mean difference of dextra nasolabial folds right after (6.43 ± 7.15), 2 weeks (6.53 ± 6.07), and 4 weeks (15.32 ± 6.21), as well on sinistra nasolabial folds right after (7.05 ± 5.23), 2 weeks (7.52 ± 4.29), and 4 weeks (15.65 ± 6.25) compared to baseline (p<0.05). Significant improvement in MWFS score was also observed in 4 week for both right and left nasolabial folds compared to baseline. Eleven participants (84.62%) scored very satisfied, while the rest scored quite satisfied. Side effects found were erythema, bruising, edema, itchiness, and pain were all brief and self limiting. PDO thread emnbedding acupuncture are effective in reducing both right and left nasolabial length, with higher decrease 2 weeks after post treatment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59206
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>