Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150482 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Brian Handhar Beni
"Dalam sistem pemanas yang digunakan di industri, ada beberapa sistem salah satunya sistem pemanas uap. Pada sistem pemanas uap, alat yang digunakan untuk membuat yaitu ketel uap. Ketel uap adalah sebuah alat untuk memproduksi uap panas bertekanan yang melalui proses pemanasan air hingga mendidih. Untuk membuat air menjadi mendidih diperlukan proses pembakaran. Dalam praktik keinsinyuran ini, membahas tentang perawatan ketel dan K3L pengoprasian ketel. Dalam perawatan preventif dan K3L peongoprasian ini bertujuan menghemat biaya perawatan bulanan, mencegah kerusakan unit, dan mencegah terjadinya bahaya dalam pengoprasian ketel. Beberapa bagian yang harus di analisa dalam perawatan yaitu air umpan, bahan bakar dan komponen ketel. Dan K3L dalam pengoprasian harus diperhatikan karna masi banyak kasus kecelakaan yang terjadi akibat dari kurangnya pelindung diri, sistem keamanan yang kurang, dan unit ketel yang kurang keamanannya. Hasil analisa praktek keinsinyuran ini didapat dari data kualitas air dan kinerja pada setiap komponen ketel. Serta untuk K3L pengoprasiannya dilihat dari sistem operasionalnya dan keamanannya. Agar terhindar dari kecelakaan kerja pada operasional.

Several heating systems are used in the industry, one of which is the steam heating system. In this system, the tool used to create the steam is a boiler. A steam boiler is a tool to produce pressurized hot steam, which goes through the water heating process until it is evaporated. A combustion process is needed to create boiled water. This study discusses the maintenance of boiler and security, safety, health, and environment related to the boiler operation. The preventive maintenance and safety measures for boiler operation are performed to minimize operational costs, prevent unit damages, and prevent any potential hazards in operating the boiler. In addition, the safety measures should be conducted under tight supervision as many accidents occur due to a lack of personal protection, minor security systems, and an unsafe boiler unit. The results are obtained from the water quality data and the performance of the boiler’s components. Also, for the safety measures, the operational and safety systems are appropriately monitored to avoid work accidents during operation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Garcia-Borras, Thomas
Houston: Gulf Publishing Company, 1983
R 621.18 GAR m
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Suharno
"Bahan yang memiliki sifat ferroelektrik dan ferromagnetik berpotensi sebagai absorber gelombang mikro dan memiliki peranan penting pada dunia militer. BiFeO3 merupakan salah satu bahan multiferroik yang memiliki sifat ferroelektrik dan ferromagnetik. Pada penelitian ini dilakukan rekayasa sintesa BiFeO3 dengan doping Yttrium dan Seng dengan variasi konsentrasi (%wt) 6, 12, dan 18%. Sintesa BiFeO3 telah berhasil disintesis dengan metode sol-gel autocombustion. Melalui uji XRD, fasa BiFeO3 diperoleh pada temperatur 750°C selama 5 jam. Hasil refinement menunjukkan bahwa BiFeO3 memiliki struktur kristal rhombohedral space grup R3c. BiFeO3 doping Yttrium dan Seng di atas 12% (%wt) terjadi perubahan struktur kristal dari rhombohedral ke orthorombic. Kurva hysterisis menunjukkan bahwa BiFeO3 memiliki saturasi magnetik 3.04 emu/g, remanen magnetik 0.26 emu/g, dan medan koersivitas 0.0013 T. BiFeO3 doping Yttrium dengan konsentrasi (%wt) 12% terjadi peningkatan nilai saturasi magnetik, remanen magnetik, dan medan koersivitas namun BiFeO3 doping Seng dengan konsentrasi (%wt) 12% terjadi penurunan nilai saturasi magnetik, remanen magnetik, dan medan koersivitas. BiFeO3 doping Yttrium 12% (%wt) dan Seng 12% (%wt) memiliki nilai saturasi magnetik 8.18 emu/g, remanen magnetik 2.92 emu/g, medan koersivitas 0.0036 T. Pada frekuensi 1 kHz BiFeO3 memiliki konstanta dielektrik sebesar 239.12 dan adanya doping Yttrium dan Seng terjadi penurunan nilai konstanta dielektrik. Hasil pengujian sifat penyerapan gelombang mikro pada frekuensi X band (8.2 ? 12.4 GHz) diperoleh bahwa bahan Bi0.88Y0.12FeO3/C memiliki refleksi loss -39.42 dB pada frekuensi resonansi 11.47 GHz. Dengan demikian bahan Bi0.88Y0.12FeO3/C dapat dijadikan bahan penyerap gelombang mikro pada frekuensi X band.

Materials with both ferroelectric and ferromagnetic properties are potential candidate for microwave absorbers and play important role in military world. One of them is BiFeO3, a multiferroic material with both ferroelectric and ferromagnetic properties. In this research, BiFeO3 has been synthesized successfully via auto-combustion sol-gel method. To improve its properties, yttrium- and zinc-doped BiFeO3 has been synthesized with various doping concentrations, i.e. 6, 12, and 18 wt.%. X-ray diffraction patterns showed that BiFeO3 phase was obtained after heating at 750ᵒC for 5 hours with rhombohedral crystal structure and space group of R3c. The hysteresis curve of BiFeO3 showed a magnetic saturation of 3.04 emu/g, magnetic remnant 0.26 emu/g and coercive field 0.0013 T. Yttrium- and zinc-doped BiFeO3 over 12wt.% showed a structural change from rhombohedral to orthorhombic with magnetic saturation of 8.18 emu/g, the magnetic remnant of 2.92 emu/g and coercive field of 0.0036 T. Yttrium-doped BiFeO3 showed an increase in the magnetic saturation, the magnetic remnant and the coercive field; however zinc-doped BiFeO3 showed a decrease in the magnetic saturation, the magnetic remnant and coercive field. At a frequency of 1 kHz, the dielectric constant of BiFeO3 was 239.12, and this value will decrease when it was doped by yttrium and zinc. Further investigation on the application of this material, composites Bi0.88Y0.12FeO3/C has also been synthesized. The composites showed a reflection loss of -39.32 dB within the frequency range of 8.2-12.4 GHz (X-band) particularly at the frequency of 11.47 GHz with the absorptivity of 98.60%. Based on this results, composite Bi0.88Y0.12FeO3/C material could be used as a potential microwave absorber in the X-band frequency.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
D2061
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imanuel
"Pengertian Flashback yakni adalah fenomena api yang terjadi ketika nyala api merambat masuk ke dalam burner atau saluran pencampur bahan bakar. Dalam aplikasinya, fenomena ini sering terjadi pada saat aliran bahan bakar dari kompor gas ditutup. Hal itu dapat diketahui dari adanya suara letupan yang terdengar. Suara letupan tersebut berasal dari api yang menyambar balik setelah turun masuk ke dalam burner-nya. Titik permasalahannya yakni resiko bahaya ledakan yang dapat terjadi bila api yang mengalir masuk ini menyambar sumber penyimpanan bahan bakar sehingga fenomena ini perlu diketahui lebih rinci.
Dalam penelitian ini, akan dilihat bagaimana perbedaan besar kecepatan api turun ke bawah pada saat fenomena Flashback terjadi yang diakibatkan dari perubahan variasi dari rasio aliran udara pembakarannya. Parameter yang dicari dalan kajian eksperimen ini adalah kecepatan api masuk ke dalam tabung pencampur (barrel) sedangkan variabel yang diubah yakni aliran debit (flowrate) udara sebagai indikator pengamatan bilamana terjadi perubahan fenomena nyala api Flashback tersebut. Variasi udara yang diambil yakni sebanyak 9 variasi pembacaan skala rotameter. Mulai dari 0 cm, 1 cm, 2 cm, dan seterusnya hingga 8 cm. Pengamatan juga dilakukan pada fenomena api yang terjadi pada kondisi aliran tertutup total / kondisi tanpa udara pembakaran. Semua pengamatan fenomena ini juga direkam di dalam kamera digital untuk mendapatkan foto nyala api jelasnya.
Hasil yang didapat berupa rekaman gambar-gambar nyala api akan diolah dengan bantuan program pengolahan gambar AdobePhotoshop CS3 dan untuk pengukuran gambar yaitu dengan ImageJ. Jarak maksimal Flashback yang terjadi berbeda-beda pada setiap variasi udara tertentu, juga dengan kecepatan yang juga berubah-ubah setiap waktunya.

Flashback is one of the fire phenomena which occur when the flame flows back into the burner tube or fuel mixing channel. Often, fire Flashback occurs when the flow of fuel from the gas stove is closed. The sign can be heard from the popping voice come from inside of the fuel line. This ?pop? sound is the sound occurs when fire from the inside is trying to blow back again into the outside after falling into the burner tube. Pointing the risk of explosion hazard problem that can occur when the fire was continuously flowing into the fuel source, for example, onto the gas tank, we need to investigate the flame characteristics of this phenomenon in more detail.
In this study, we will see how big the difference in the flame speed traveling down into the tube at the time when a Flashback phenomenon occurs as a result of changes in the variation of the combustion air flow rate. The parameter which is looked for in this experimental study is the flame speed traveling into the mixing tube (barrel) while the changed variable is the air flow rate as an indicator for the observation of flame Flashback. This observation uses nine variations of airflow in the flow meter scale reading. Starting from the 0 cm 1 cm, 2 cm, and so on up to 8 cm scale. In addition, the flame phenomenon when the air flow is totally shutoff or in condition without combustion air is also observed. All of these observations are recorded with the aid of digital high-resolution camera to gain better result of flame images.
The flame images recorded from the camera will be processed with the aid of an image processing program Adobe Photoshop CS3 and for the measurement of the image by using ImageJ software. Maximum Flashback distance occurs differently in each particular variation of the air, also at a pace that is also changing all the time.
"
2012
S43572
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Buchari Ali
"Baja perkakas banyak digunakan dalam industri enjinering dan manufaktur sebagai cetakan (moulds and dies) dan berbagai canal pembentuk, baik untuk proses pengerjaan panas maupun untuk proses pengerjaan dingin.
Studi ini ditujukan pada baja perkakas untuk canal proses pengerjaan dingin yang berfungsi sebagai alat mereduksi penampang, dan karenanya harus mempunyai sifat : kekerasan yang tinggi, tangguh dan tahan terhadap keausan.
Bahan yang dipilih dalam penelitian ini adalah baja perkakas dalam keadaan lunak, selanjutnya dilakukan proses permesinan dan yang terakhir adalah perlakuan panas. Proses laku panas yang dilakukan terdiri dari temperatur austenisasi : 960 ° C, 980°C, 1000°C, 1020°C dan 1040°C, dengan waktu tahan 30 menit, pendinginan cepat kedalam minyak (Oli). Setelah proses pengerasan, diadakan pengujian sifat mekanis den pengamatan struktur mikro, sehingga diperoleh suatu temperatur austenisasi optimum.
Benda uji pada temperatur austenisasi optimum tersebut, selanjutnya diberi proses penemperan pada temperatur : 350°C, 400°C, 450°C, 500°C dan 550°C, dengan waktu tahan mesing-masing 60 menit, pendinginan udara. Dilanjutkan dengan pengujian sifat mekanis dan struktur mikro, sehingga diperoleh suatu temperatur penemperan optimum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa temperatur austenisasi optimum adalah 1040°C, sedangkan temperatur temper optimum adalah 500°C. Nilai yang diperoleh pada kondisi tersebut adalah : kekerasan 59,1 HRC, barge Impak 4,1 Joule/cm 2 dan keausan 0,2932 gram pada 2500 siklus. Sedangkan struktur mikro terdiri dari matrik mertensit temper dengan karbida chrom . Dalam kondisi lunak mempunyai kekerasan sekitar 19 HRC dengan barge impak sekitar 10,2 Joule/cm2, dan keausan pada 2500 sifts sekitar 0,8089 gram. Struktur mikro terdiri dari karbida massif pada matrik ferit dan perlit dengan sejumlah besar spemidite yang halus."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unversitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bondan Tiara Sofyan
"Baja fasa ganda (Dual phase steel) merupakan bahan lembaran baja karbon rendah yang memiliki sifat mekanis yang baik, seperti mampu bentuk, kekuatan tarik dan kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan baja karbon rendah konvensional. Baja fasa gander diperoleh melalui proses perlakuan panas sederhana di daerah austenit yang dilanjutk:an dengan pendinginan cepat (quenching) dalam air sehingga didapat struktur akhir ferit dan martensit. Perlakuan panas yang dilakukan pada penelitian ini ada dua macam, yaitu anil interkritis dan pencelupan perantara. Temperatur pemanasan pada kedua proses divariasikan : 800 °C. 857 °C dan 900 °C dengan waktu tahan 10, 20 dan 70 menit.
Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa fraksi volume martensit hasil proses pencelupan perantara lebih besar dari pada hasil proses anil interkritis. Akibatnya kekerasan baja fasa ganda hasil pencelupan perantara lebih tinggi, tetapi kekuatan tarik dan luluhnya lebih rendah dari pada hasil anil interkritis. Sementara regangan baja fasa ganda hasil pencelupan perantara lebih besar dari pada hasil anil interkritis. Fenomena ini terjadi karena adanya perpaduan fasa lunak dan keras yang menyebabkan baja fasa ganda berperilaku seperti material komposit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Rivai
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja plasma non-termal dalam mengolah limbah padat. Pengujian uji kinerja tersebut dilakukan dengan melakukan gasifikasi limbah padat secara batch dalam reaktor berbahan gelas borosilikat dengan pembangkit plasma sederhana berbasis CFL, baik dalam kondisi reaktor vakum dan terisi gas support CO2. Variasi parameter uji kinerja meliputi nilai kapasitansi pada CFL, jumlah elektroda, bahan elektroda dan jenis limbah.
Kinerja reaktor plasma non-termal yang paling optimal adalah sebagai berikut: kondisi reaktor dengan gas CO2, nilai kapasitansi sebesar 1000 nF, dan menggunakan elektroda wolfram sebanyak 4 buah. Dalam keadaan terisi gas CO2, kinerja reaktor untuk mereduksi massa organik lebih baik dibandingkan dengan kondisi reaktor vakum, yaitu 17,15% untuk plasmatron 23W dan 28,58% untuk plasmatron 65W.

The aim of present experiment is to know the non-thermal plasma performance to process solid waste. It test conducted by gasifies solid waste in borosolicate glass reactor with simple plasma generator based on CFL semi-continously, both in vacuum state and filled support gas CO2. The variation of performance parameter test include CFL capacitance value, number of electrode, electrode materials, and kind of waste.
The most optimum condition are using support gas CO2, capacitance value 1000nF, and using 4 wolfram electrode. In state of filled CO2 gas, reactor performance to reduce organic mass better compared to vacuum reactor condition, that is 17,15% for 23W plasmatron and 28,58% for 65W plasmatron.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S52191
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kent Chester
"ABSTRAK

Secara tradisional, metode memasak kerupuk adalah dengan menggorengnya sampai bentuknya optimal. Namun, ada berbagai cara alternatif untuk mengekspansi volume kerupuk, misalnya, dengan metode pemanasan pasir dan pemanasan gelombang mikro dalam microwave. Pemanasan gelombang mikro memang memberikan rasa baru dan cara sehat untuk mengkonsumsi kerupuk, daripada metode menggoreng dan menarik lebih banyak lemak ke dalam kerupuk. Namun, memasak kerupuk menggunakan oven mikrowave tidak menghasilkan distribusi panas yang seragam, sehingga kerupuk tidak berkembang secara optimal dan mempertahankan beberapa bagian yang tidak berkembang. Untuk mengatasi masalah ini, sebuah film metalik tipis digunakan untuk percobaan untuk meningkatkan volume ekspansi. Penggunaan film diyakini dapat memberikan beberapa ekspansi volume melalui penggunaannya pada popcorn mikrowave. Eksperimen ini melibatkan penggunaan sampel dan pengukuran kerupuk dengan Faro-Arm dan perpindahan pasir untuk menemukan dan membandingkan volume.


ABSTRACT
Methods to cook cracker traditionally was by fry it until it expand into its optimum shape. Then, there are various methods to alternatively expand the cracker, e.g. heat with sand and microwave heating. Microwave heating does gives new taste and healthy way to consume cracker rather than frying it and attract more fat into the cracker. However, using microwave to cook cracker does not gives an uniform distribution of heat and therefore the cracker does not expand optimally and remains some raw parts that did not expand. To solve this problem, a thin film is used for an experiment to increase the expansion volume. The usage of thin film is believed to gives some boost of expansion by its use on microwave popcorn. This experiment involve using samples of cracker and being measured by Faro-Arm and sand displacement method to find and compare the volume. 

"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Saba`at Darojat
"Penelitian ini menganalisis pengaruh variasi waktu pemanasan awal (4, 5, dan 6 menit) dan variasi massa sampel (5, 6.5, dan 8 gram) terhadap hasil indeks alir lelehan polipropilena. Variabel ini ditentukan berdasarkan ASTM D1238. Hasil pengujian menunjukkan semakin lama waktu pemanasan awal, maka nilai indeks alir lelehan semakin tinggi. Karena semakin lama polimer terkena panas, semakin turun nilai viskositasnya. Selain itu semakin besar massa sampel menyebabkan nilai indeks alir lelehan semakin turun, karena butuh semakin banyak transfer panas dalam melelehkan massa sampel di barel."
2008
S51094
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhli Rizqi
"Lembaga pendidikan tinggi dituntut untuk mengikuti perkembangan global yang terjadi. Oleh karena itu, lembaga pendidikan tinggi harus memiliki laboratorium yang dapat diberdayakan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu pemberdayaan di Departemen Metalurgi Dan Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia adalah pengaktifan mesin uji Melt Flow Indexer pada Laboratorium Polimer dengan meneliti pengaruh waktu pemanasan awal dan massa sampel terhadap hasil uji MFI Polietilena Densitas Rendah Linier
3120.
Proses pengujian indeks alir lelehan dimulai dari pemasangan bagian-bagian peralatan pada mesin uji, pemasukan data parameter pengujian, pemanasan awal barel, pemasukan sampel dan penekanannya, pemanasan awal sampel, pemotongan ekstrudat, dan penimbangan ekstrudat.
Dalam penelitian ini digunakan 3 variasi waktu pemanasan awal sampel dan 4 variasi massa sampel. Waktu pemanasan awal yang digunakan adalah 4, 5, dan 6 menit, sedangkan massa sampel yang digunakan adalah 2.75, 2.85, 3, dan 4 gram. Pengambilan variasi-variasi tersebut berdasarkan ASTM D1238.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin lama waktu pemanasan awal, maka nilai indeks alir lelehan semakin tinggi karena semakin lama polimer terkena panas, semakin turun nilai viskositasnya. Sedangkan massa sample tidak memiliki pengaruh pada hasil indeks alir lelehan, tetapi mempengaruhi keberhasilan pengujian, karena massa sampel yang masuk ke barel mempengaruhi jumlah gelembung udara pada ekstrudat di samping penekanan sampel.
Waktu pemanasan awal sampel yang optimal dari hasil pengujian adalah 4 menit untuk sampel Polietilena Densitas Rendah Linier 3120 dengan hasil 1.0407 g/10 menit yang paling mendekati nilai MFI spesifikasi material yaitu 1 g/10 menit sesuai dengan literatur, sedangkan massa sampel optimal adalah 3 gram. Massa sampel tidak boleh kurang dari 3 gram agar pengujian memiliki massa tambahan untuk membawa gelembung udara keluar, dan tidak boleh melebihi batas itu agar tidak diperlukan penekanan manual pada piston untuk sampai ke piston support sebelum waktu pemanasan awal berakhir.

Higher educational institution are demanded to follow the nowadays global development. In order to obtain this purpose, they must have functionalized laboratories to increase the educational quality. One of the functionalization in the Department of Metallurgy and Material Faculty of Engineering-University of Indonesia is the activation of Melt Flow Index testing machine in Laboratory of Polymer by investigating the effects of pre-heating time and sample mass to the melt flow index testing result of Linear Low Density Polyethylene 3120.
The melt flow index testing process starts with the attachment of parts to the machine, entering testing parameters, pre-heating barrel, sample feeding, preheating sample, extrudates cutting-off, and extrudates weighing. In this research project, three variables of pre-heating time and four variables of sample mass are investigated. The pre-heat times used are 4, 5, and 6 minutes, and sample masses used are 2.75, 2.85, 3, and 4 grams. These variables are designed based on ASTM D1238.
The testing results show that the higher the pre-heat time, the higher the melt flow index value will be. This is because the longer the polymer is exposed to heat, the lower the viscosity. Meanwhile, the sample mass has no effects to melt flow index value, but it affects the testing process itself. That is because the sample mass fed to the barrel affects the number of bubbles in the extrudates in addition to the sample pressing.
On the basis of the testing results, it is known that the optimal pre-heating time is 4 minutes for Linear Low Density Polyethylene 3120, as it results in the closest value of 1.0407 g/10 mins to the specification of the material which is 1 g/10 mins based on the literature. The optimal sample mass is 3 grams, since it is sufficient to provide the excess polymer to repel bubbles out and to enable the the piston to reach to the piston support in the range of pre-heating time without manual pressing."
2008
S41785
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>