Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28729 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Natasya Roselind
"Mikrobiologi Forensik merupakan suatu disiplin ilmu yang relatif baru yang didedikasikan untuk menganalisis bukti kejahatan mikrobiologi untuk tujuan atribusi. Mikrobiologi forensik merupakan alat yang ideal untuk investigasi forensik dikarenakan sifat mikrobiologi sendiri tergolong unik dan dapat diisolasi dari lingkungan spesifiknya. Mikrobiologi forensik ditemukan dapat menjadi bukti untuk kasus kriminal, penyebab kematian, identifikasi manusia dan estimasi interval waktu post mortem serta pencemaran produk makanan atau minuman. Pada tubuh manusia sendiri ditemukan mikroba yang sangat banyak dan bervariasi dimana rongga mulut menempati posisi kedua dengan mikroba paling bervariasi. Pergerakan setelah kematian merupakan faktor yang penting untuk dipertimbangkan dalam investigasi kematian yang tidak dapat dijelaskan serta menentukan waktu kematian. Setelah kematian, terjadi proses dekomposisi yang membuat adanya perubahan dimulai secara seluler dan berlanjut secara makroskopis. Perubahan ini dapat menimbulkan perubahan mikrobiota rongga mulut setelah post mortem. Post mortem interval sangat bergantung pada proses dan kondisi post mortemnya. Metode PMI terkadang masih sulit ditentukan karena PMI rentan terhadap faktor eksternal, semakin lama waktu kematian, semakin sulit juga ditentukan post mortem interval. Pada penelitian ini digunakan mikroorganisme sebagai estimasi post mortem interval terkhususnya pada bakteri Proteus mirabilis. Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa bakteri Proteus mirabilis merupakan bakteri yang dominan selama post mortem interval terutama pada PMI akhir. Setelah dilakukannya analisis dengan real time PCR terhadap bakteri sampel, ditemukan bahwa bakteri Proteus mirabilis terdeteksi pada post mortem interval 12 jam, 24 jam, 48 jam serta 72 jam dimana menunjukkan ketahanannya untuk bertahan hidup pada post mortem interval awal hingga akhir. Namun, penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan, dibutuhkan penelitian lebih lanjut agar dapat digunakan pada kepentingan bidang forensik.  

Forensic Microbiology is a relatively new discipline dedicated to analyzing evidence of microbiological crimes for attribution purposes. Forensic microbiology is an ideal tool for forensic investigations because microbiology itself is unique and can be isolated from its specific environment. Forensic microbiology was found to be evidence for criminal cases, cause of death, human identification and estimation of post mortem time intervals as well as contamination of food or beverage products. In the human body are found very many and various microbes where the oral cavity occupies the second position with the most varied microbes. Movement after death is an important factor to consider in investigating unexplained deaths and determining the time of death. After death, there is a decomposition process that shows changes from cellular to macroscopically. These changes can lead to changes in the oral microbiota after post mortem. The post mortem interval is highly dependent on the post mortem process and conditions. The PMI method is sometimes still difficult to determine because PMI is susceptible to external factors, the longer the time of death, the more difficult to determine the post mortem interval. In this study, microorganisms were used as an estimation of the post mortem interval, especially for the bacterium Proteus mirabilis. In previous studies, it was known that Proteus mirabilis was the dominant bacterium during the post mortem interval, especially at the end of PMI. After analysis with real time PCR on sample bacteria, it was found that Proteus mirabilis bacteria were detected at post mortem intervals of 12 hours, 24 hours, 48 ​​hours and 72 hours which showed its resistance to survive at post mortem intervals from beginning to end. However, this research still has many shortcomings and limitations, further research is needed so that it can be used in the interest of the forensic field."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afdhalil Azmi
"ABSTRAK
Pembahasan dalam skripsi ini adalah analisis yuridis bedah mayat dalam Undang-undang kesehatan dan Hak Asasi Manusia tentang pendonoran mayat oleh anggota keluarganya. Selain itu juga membahas perbandingan pengaturan bedah mayat di Indonesia dan Singapura. Penulisan ini bertujuan menganalisis pelaksanaan bedah mayat anatomis di Indonesia sesuai dengan Undang-undang Hak Asasi Manusia dan Undang-undang Kesehatan. Penelitian ini juga bertujuan menganalisis perbandingan pengaturan bedah mayat antara Indonesia dan Singapura. Penelitian ini berbentuk yuridis normatif, tipe penelitiannya adalah deskriptif, jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Alat pengumpulan data yang digunakan berupa studi dokumen atau bahan pustaka dan wawancara. Analisis, data yang digunakan oleh penulis adalah dengan pendekatan kualitatif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah keluarga tidak berhak untuk mendonorkan mayat anggota keluarganya untuk bedah mayat. Terdapat persamaan dan perbedaan antara pengaturan bedah mayat di Indonesia dan Singapura dan pengaturan bedah mayat anatomis di Singapura lebih lengkap daripada di Indonesia. Saran dari peneliti adalah Pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Kesehatan Republik Indonesia harus membuat Peraturan Menteri Kesehatan tentang donor bedah mayat anatomi. Perlu dilakuakan sosialisasi bedah mayat di Indonesia.

ABSTRACT
The discussion in this thesis is a juridical analysis about post mortem surgery in Health and Human Rights Act about donating corpses by members of his family. It also discusses the comparison of post mortem surgery in Indonesia and Singapore. This paper aims to analyze the implementation of anatomical post mortem surgery in Indonesia in accordance with the Human Rights Act and Health Act. This study also aims to analyze the comparison of post mortem surgery between Indonesia and Singapore. This study is in the form of normative juridical, the type of research is descriptive, the type of data used is secondary data. Data collection tools used in the form of document studies or library materials and interviews. Data analysis used by writer is with qualitative approach. The conclusion of this study is that families are not entitled to donate the corpses of family members for post mortem surgery. There are similarities and differences between medical and post mortem arrangements in Singapore and Indonesia, for anatomic post mortem surgert in Singapore is more complete than in Indonesia. advice from researchers is Indonesian Goverment, in particular the Ministry of Health of the Republic of Indonesia need to make a Regulation concerning anatomical post mortem surgery. There is a need of socialization concerning post mortem surgery in Indonesia. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ebringer, Alan
"Rheumatoid arthritis and proteus explores the idea that Rheumatoid arthritis is caused by a urinary tract infection as a result of Proteus bacteria. Rheumatoid arthritis is a severe, painful and crippling disease affecting millions of people throughout the world, especially women. Genetic studies over the last 30 years have shown that individuals who possess the white cell blood groups HLA-DR1/4 carry a susceptibility sequence and are more likely to develop the disease. This book uses the methods of Sir Karl Popper, the philosopher of science, to present 12 “Popper sequences” which have been identified to indicate that proteus is the causative agent of rheumatoid arthritis. Rheumatoid arthritis and proteus proposes that Anti-Proteus therapies should be followed as early as possible to prevent the crippling and irreversible joint deformities that occur in rheumatoid arthritis."
London : Springer, 2012
e20426019
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Ken Sekar Langit
"Mikrobiologi forensik dalam estimasi post-mortem interval merupakan salah satu analisis forensik yang masih terus mengalami perkembangan. Peran mikroorganisme dalam estimasi post-mortem interval masih belum banyak literatur mengenai hal tersebut terutama mikroorganisme dominan rongga mulut. Perubahan yang terjadi selama post-mortem akibat dari proses dekomposisi, juga berdampak pada survival mikrobiota di dalam tubuh. Tujuan penelitian ini menetapkan perubahan proporsi bakteri flora normal dominan mikrobiota oral yaitu Streptococcus dan Veillonella yang dapat dijadikan acuan dalam mengestimasi post-mortem interval. Peneltian ini didasarkan pada analisis real time-PCR (qPCR) terhadap DNA bakteri target pada sampel oral yang berasal dari satu jenazah tidak dikenal. Hasil analisis qPCR menunjukkan adanya perubahan proporsi pada bakteri genus Streptococcus, S. mutans, S. sanguinis, S. gordonii, genus Veillonella, V. atypica, V. parvula, V. dispar, Gammaproteobacteria dan Proteus mirabilis selama post-mortem interval 12 jam, 24 jam, 48 jam dan 72 jam. Perubahan proporsi bakteri tersebut dianalisis pada sampel usapan permukaan mukosa bukal dan lingual bagian dorsal. Perubahan proporsi yang terjadi pada genus Streptococcus dan Veillonella hingga interval waktu 48 jam disertai perubahan nilai pH rongga mulut selama post-mortem interval menunjukkan hasil yang sama dengan bakteri Gammaproteobacteria. Hasil ini mengindikasikan bahwa spesies bakteri tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dalam analisis forensik. Hasil penelitian ini juga menunjukkan terdapat peningkatan proporsi P. mirabilis pada permukaan dorsal lingual setelah interval 48 jam sehingga P. mirabilis dapat dijadikan spesies predictor dalam mengestimasi PMI dalam interval waktu lebih dari 48 jam post-mortem. Namun masih diperlukan penelitian lanjutan dengan beberapa pertimbangan, khususnya untuk kepentingan aplikasi di bidang forensik.

Forensic microbiology in post-mortem interval estimation is a forensic analysis that is still a developing field. The role of microorganisms in the estimation of the post-mortem interval is still less in the literature on this matter, especially the dominant microorganisms in the oral cavity. The changes that occur during the post-mortem as a result of the decomposition process also have an impact on the survival of the microbiota in the body. The purpose of this study was to determine the change in the proportion of normal flora dominant in oral microbiota, namely Streptococcus and Veillonella, which can be used as a reference in estimating the post-mortem interval. This study is based on real time-PCR (qPCR) analysis of target bacterial DNA in oral samples from an unidentified body. The results of the qPCR analysis showed a change in the proportion of bacteria of the genus Streptococcus, S. mutans, S. sanguinis, S. gordonii, genus Veillonella, V. atypica, V. parvula, V. dispar, Gammaproteobacteria, and Proteus mirabilis during the post-mortem interval of 12 hours. , 24 hours, 48 hours, and 72 hours. Changes in the proportion of bacteria were analyzed in the swab samples of the dorsal buccal and lingual mucosal surfaces. Changes in the proportion that occurred in the genus Streptococcus and Veillonella up to a time interval of 48 hours accompanied by changes in the pH value of the oral cavity during the post-mortem interval showed the same results as Gammaproteobacteria. These results indicate that these bacterial species can be used as a reference in forensic analysis. The results of this study also showed that there was an increase in the proportion of P. mirabilis on the dorsal lingual surface after an interval of 48 hours therefore P. mirabilis can be used as a predictor species in estimating PMI in time intervals of more than 48 hours post-mortem. However, further research is still needed with several considerations, especially for the concern of application in the forensic field."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Salsabila Kirana
"Tren terbaru estimasi PMI melalui data gigi adalah dengan mengamati perubahan yang terjadi pada material kedokteran gigi. Perubahan material yang ada di dalam rongga mulut dipengaruhi oleh durasi korban terpapar lingkungan tempat tubuh mereka ditinggalkan. Salah satu lingkungan adalah jika korban terkubur di dalam tanah. Analisis perubahan fisik material pasca penguburan yang dapat diamati antara lain perubahan warna dan perubahan mekanis seperti microhardness. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah perubahan material tumpatan resin komposit yang terkubur dapat digunakan untuk mengestimasi PMI pada kasus jasad terkubur. Tiga puluh lima spesimen gigi premolar manusia dipreparasi dan direstorasi dengan material resin komposit nanohibrida (warna A3.5, Filtek Z250 XT, 3M, USA). Spesimen dibagi menjadi 1 kelompok kontrol dan 6 kelompok perlakuan yang akan dikubur selama 3 bulan di Gadog (Jawa Barat, Indonesia). Penggalian spesimen dari dalam tanah dilakukan dalam interval 2 minggu, lalu dilakukan foto klinis, uji stabilitas warna (CIE*Lab) dengan alat colorimeter, dan Knoop microhardness. Data diolah menggunakan software Microsoft Excel dan SPSS dengan uji ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan warna yang tidak signifikan (p>0,05) untul nilai ΔE, ΔL, Δa, dan Δb. Terdapat perubahan microhardness yang signifikan (p<0,05) untuk semua kelompok kecuali minggu ke-12. Namun, pola perubahan yang terjadi seiring waktu masih kurang jelas untuk semua hasil pengujian. Meskipun terlihat adanya perubahan pada material resin komposit pasca penguburan, tampaknya analisis perubahan warna dan microhardness masih belum menjanjikan untuk dijadikan dasar estimasi PMI yang akurat dan spesifik.

A recent trend in PMI estimation through dental data is to observe the changes that occur in dental materials. This is because the changes in the material should be related to the time in which the material inside the victim's oral cavity is exposed to the surrounding environment where the body is left out. One of the scenarios is a buried victim in soil. Some of the ways to analyze the physical changes that occured after burial are changes in color and mechanical properties such as microhardness. The purpose of this research is to analyze the changes that can occur to a buried resin composite filling material, and then determine what changes can be used to estimate PMI. 35 human premolar tooth specimens were prepared and restored with nanohybrid resin composite material (A3.5 color, Filtek Z250 XT, 3M, USA). They are divided into 1 control group and 6 groups that will be buried for 3 months in Gadog (West Java, Indonesia). Specimens are excavated in 2 weeks interval, and then examined for clinical photos, color stability (CIE*Lab) with a colorimeter, and Knoop microhardness. Data is processed using Microsoft Excel and SPSS software with ANOVA test. There were changes, albeit statistically insignificant, in color changes (p>0,05) for values ΔE, ΔL, Δa, and Δb. On the other hand, there was a significant change in microhardness number (p<0,05) for all groups except the 12th week. However, the pattern in relation to change over time is still not clear for all results. Although changes are seen in post-burial composite resin material, it seems that changes in color stability and microhardness is still far from being used as the basis of an accurate and specific PMI estimation"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariadna Adisattya Djais
"ABSTRAK
Ruang lingkup dan Cara Penelitian : Umumnya pada masyarakat Indonesia pencabutan gigi masih merupakan pilihan utama untuk pengobatan gigi. Pasca pencabutan gigi seringkali menimbulkan bakteremia, yang dapat melanjut menjadi endokarditis atau infeksi pada organ lain. Profilaksis yang dilakukan berupa pemberian antibiotika dan upaya profilaksis lain yaitu berkumur, untuk mengurangi jumlah bakteri oral yang dapat masuk dalam darah akibat tindakan pencabutan gigi. Penelitian ini bertujuan mengetahui kemampuan Hexetidine 0,1% dalam mereduksi jumlah bakteri oral, dan juga daya Hexetidine 0,1% dalam mencegah kasus bakteremia pasca pencabutan gigi terhadap bakteri aerob maupun anaerob. Telah diteliti empat puluh subyek penelitian yang dibagi dalam dua kelompok. Sebelum pencabutan gigi kelompok kontrol berkumur dengan air garam faal steril dan kelompok perlakuan dengan Hexetidine 0,1%, dilakukan pemeriksaan terhadap hasil kumuran, plak gigi dan darah peserta yang diambil dari vena cubitis.
Hasil dan kesimpulan : Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa besar reduksi bakteri oral setelah berkumur dengan Hexetidine 0,1% dan air garam foal steril, terdapat perbedaan yang bermakna dengan p < 0,05. Pada pemeriksaan darah lima menit, pada kelompok kontrol terdapat kasus bakteremia sebesar 85% dan pada kelompok perlakuan sebesar 50%. Pada pemeriksaan darah sepuluh menit, pada kelompok kontrol terdapat kasus bakteremia 40% dan kelompok perlakuan sebesar 25%. Disimpulkan bahwa dengan berkumur Hexetidine 0,1% sebelum pencabutan gigi, akan mereduksi bakteri oral dengan persentasi tinggi dan menurunkan insidens kasus bakteremia pasca pencabutan gigi. "
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Fitria
"Kontaminan yang paling sering dijumpai pada makanan adalah bakteri. Bakteri dapat berasal dari berbagai sumber di lingkungan, termasuk dari tinja manusia dan hewan yang tertular ke dalam makanan karena perilaku penjamah makanan, pencucian peralatan yang tidak bersih, dan penggunaan air pencuci yang berulang kali. Salah satu tempat pengolahan makanan yang mendapat perhatian adalah Kantin FKM UI, karena hasil penelitian menunjukkan bahwa air bilasan dan piring makan yang tersedia di kantin tersebut telah terkontaminasi bakteri Coliform dan Faecal Coliform. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menurunkan jumlah bakteri kontaminan pada air bilasan dan piring makan dari kantin tersebut dengan cara penambahan asam cuka dengan volume tertentu ke dalam air bilasan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan asam cuka sebanyak 9 ml pada 2 liter air bilasan hingga mencapai pH 4 berhasil menurunkan jumlah bakteri selain E. coli pada air bilasan dan pada piring makan. Sedangkan penurunan jumlah bakteri E. coli baru tampak setelah penambahan asam cuka sebanyak 90 ml pada 2 liter air bilasan hingga mencapai pH 3. Namun hal tersebut dianggap bias, karena keterbatasan teknik pemeriksaan bakteri dengan Total Plate Count yang sangat mengandalkan kemampuan penaamatan visual.
Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengamati efek penambahan asam cuka dalam air bilasan terhadap penurunan E. coli dengan menggunakan metode pemeriksaan laboratorium yang lebih khusus (menggunakan media selektif untuk pertumbuhan E. coli)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvia Y. Muliawan
"buku ini berisi tentang penjelasan berbagai kasus yang disebabkan oleh bakteri yang hidup intraselular obligat serta aspek klinisnya."
Jakarta : Erlangga, 2009
579.1 SYL b (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Iman Santoso
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pH pertumbuhan optimum dari 3 strain Acetobacter xylinum yang dimiliki oleh Universitas Indonesia Culture Collection, yaitu strain UICC-B,UICC-P, dan UICC-T.
Substrat fermentasi berupa limbah cair tahu yang ditambahkan dengan 12,5% sukrosa (gala pasir) dan 0,5% NH4H2PO4 yang disterilisasi pada suhu 115°C selama 5 menit. Substrat dibagi atas 4 kelompok yang masing-masing diatur sehingga mempunyai pH awal 4,5 ; 5,0 ; 5,5 ; atau 6,0. Ke dalam setiap kalompok substrat fermentasi diinokulasikan dengan 105 (vlv) Axylinum UICC-B, UICC-P, atau UICC-T. Biakan diinkubasi pada suhu ruang selama 14 hari untuk strain UICC-P dan UICC-T sedangakan strain MCCB diperpanjang hingga 21 hari.. Pertumbuhan diukur melalui ketebalan nata yang terbentuk. Pada akhir fermentasi dilakukan juga pengukuran pH substrat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketebalan rata rata strain UICC-P (1,384 -1,514cm) dan. UICC-T (0,910 - 1,132 cm) lebih besar dari ketebalan rata rata UICC-B (0,420 - 0,978 cm), walaupun waktu inkubasi UICC-B telah diperpanjang. Hal tersebut menunjukkan bahwa strain UICC-P merupakan strain terunggul dan berpotensi untuk dikembangkan dalarn industri fermentasi nata. Pertumbuhan ke dua strain, UICC-P dan UICC-T, tidak dipengaruhi oleh pH awal substrat fermentasi sedangkan strain UICC-B walaupun pertumbuhannya lambat, tampak akan tumbuh lebih baik pada pH di atas pH 5, 0."
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ruyitno Nuchsin
"Telah dilakukan penelitian distribusi vertikal bakteri dan kaitannya dengan klorofil-a di perairan Kalimantan Timur pada bulan Agustus - September 1999. Tujuan penelitian adalah mengamati kaitan bakteri dengan klorofil -a. Analisa bakteri menggunakan metoda Acridine Orange- Epifluorescence Microscopy sedangkan analisa klorofil-a menggunakan metode fluorometrik.
Hasil kajian menunjukkan bahwa pada lokasi yang populasi bakterinya tinggi cenderung diikuti dengan tingginya kandungan klorofil-a. Di lokasi yang populasi bakterinya tinggi, konsentrasi klorofil-a nya juga tinggil. Populasi bakteri dan konsentrasi klorofil-a yang tinggi diperoleh pada lapisan kedalaman 25 m, berkisar antara (4 hingga 90) x 106 sel per ml untuk populasi bakteri dan berkisar antara (0,2 hingga 1,14) mg per m3 untuk konsentrasi klorofil-a. Kesimpulan hasil pengamatan, distribusi vertikal populasi bakteri ada kaitannya dengan konsentrasi klorofil-a.

Vertical distribution of bacteria population in relation to chlorophyll-a in East Kalimantan waters. Study on distribution of bacteria population and its relation to concentration of chlorophyll-a has been conducted in August - September 1999 in East Kalimantan waters. The purpose of the study was to observe the correlation between population of bacteria and concentration of chlorophyll-a in water column. Acridine Orange Epifluorescence Microscopy method was used to analyze bacteria population, while fluorometric method was used to determine chlorophyll-a concentration.
The result of the study showed that bacteria population was positively correlated to chlorophyll-a concentration, area with high bacteria population has high concentration of chlorophyll-a. The high bacteria population was found in the water columnh of the 25 m deep,as well as for chlorophyll-a concentration, ranged between (4 and 90) x 106 cell per ml and (0.2 and 1.14) mg per m3 respectively. It was concluded that vertical distribution of bacteria population was closely correlated to the concentration of chlorophyll-a."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>