Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 80139 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sulthon Abdul Aziz
"Sistem pernapasan (respirasi) merupakan proses pertukaran gas oksigen (O2) yang dibutuhkan oleh tubuh untuk metabolisme sel dengan karbon dioksida (CO2) sebagai bentuk keluaran dari metabolisme. Gagal napas adalah ketidakmampuan sistem pernapasan dalam mempertahankan pemberian oksigen dalam darah dengan atau tanpa penumpukan karbon dioksida. Ventilator merupakan alat yang membantu dan menunjang pernapasan seseorang yang mengalami gagal napas. Ritme pernapasan yang diatur oleh mesin sering kali dirasakan tidak nyaman oleh pengguna dalam keadaan sadar sehingga diperlukan sinkronisasi antara ritme pengguna dengan mesin. Skripsi ini bertujuan untuk merancang ventilator mode Synchronized Intermittent Mandatory Ventilation (SIMV) yang tersinkronisasi dengan usaha napas pasien dengan berbagai nilai parameter tekanan pemicu. Mode SIMV ini dirancang dengan mikrokontroler STM32F411CEU6 sebagai pengontrol kerja komponen, sensor tekanan untuk mendeteksi usaha napas pasien, sensor aliran udara untuk mendeteksi aliran udara yang keluar. Masukan kepada alat ini adalah gas oksigen yang akan diolah dalam alat kemudian dikeluarkan sesuai dengan pemicu dari pasien dan volume yang diatur serta dalam pengujiannya digunakan ventilator analyzer dan paru-paru buatan. Hasil dari penelitian ini telah berhasil dilakukan rancang bangun ventilator mode SIMV dengan pembacaan Positive End Expiratory Pressure (PEEP) dan Peak Inspiratory Pressure (PIP), pembangkitan udara dengan usaha pasien sebanyak 20% dari nilai PEEP serta pembangkitan udara 300 ml, 400 ml, 500 ml, dan 600 ml dengan kesalahan pembacaan PEEP 0-16% dan PIP 0-9%, kesalahan perbandingan tekanan saat pembangkitan terhadap PEEP sebesar 0-9%, serta kesalahan luaran volume 0%-8%.

The respiratory system (respiration) is the process of exchanging oxygen gas (O2) needed by the body for cell metabolism with carbon dioxide (CO2) as a form of metabolism output. Respiratory failure is the inability of the respiratory system to maintain oxygen delivery in the blood with or without a buildup of carbon dioxide. Ventilator is a device that helps and supports the breathing of a person who has respiratory failure. The breathing rhythm regulated by the machine is often felt uncomfortable by the user in a conscious state so that synchronization between the user's rhythm and the machine is needed. This thesis aims to design a Synchronized Intermittent Mandatory Ventilation (SIMV) ventilator which is synchronized with the patient's respiratory effort with various trigger pressure parameter values. This SIMV mode is designed with STM32F411CEU6 microcontroller as a controller, pressure sensor to detect the patient's breath effort, an air flow sensor to detect the outgoing air flow. The input to this device is oxygen gas which will be processed in the device and then taken out according to the trigger from the patient and the volume is regulated, a ventilator analyzer and artificial lungs are used for testing the device. The results of this study have successfully carried out the design of the SIMV mode ventilator with Positive End Expiratory Pressure (PEEP) and Peak Inspiratory Pressure (PIP) readings, air generating with patient effort as much as 20% of the PEEP value and air generation of 300 ml, 400 ml, 500 ml, and 600 ml with PEEP reading errors of 0-16% and PIP 0-9%, the pressure ratio error when generating to PEEP is 0-9%, and the volume output error is 0%-8%."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulthon Abdul Aziz
"Penelitian mengenai ventilator semakin banyak seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia akan alat bantu pernapasan mekanis. Ventilator mekanik adalah alat yang dapat menyediakan dukungan pernapasan untuk mempertahankan hidup pada pasien yang membutuhkan bantuan ventilasi jangka panjang akibat gangguan atau kegagalan pernapasan. Pengaturan Fraction of Inspired Oxygen (FiO2) sebagai salah satu parameter dalam ventilator menjadi penting untuk mencegah terjadinya hipoxia ataupun hyperoxia. Pengaturan tekanan juga penting untuk menghindari barotrauma ataupun hiperventilasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan metode kontrol tekanan dan kontrol oksigen dengan menggunakan STM32F407VGT6 sebagai mikrokontroler dengan metode fuzzy logic sebagai sistem kendali lingkar tertutup. Hasil dari pengembangan ini didapat akurasi dari parameter tekanan inspirasi pada kontrol tekanan yang diuji dengan VT analyzer dengan akurasi hasil luaran alat dengan pengujian sebesar 91,98% sampai 98,54%, sementara kontrol oksigen memiliki akurasi 89,9% hingga 99,6% yang disebabkan metode kontrol oksigen masih dalam sistem kendali lingkar terbuka.

Research on ventilators is increasing along with the increasing human need for mechanical breathing aids. A mechanical ventilator is a device that can provide respiratory support to maintain life in patients who require long-term ventilation assistance due to respiratory disorders or failure. Setting the Fraction of Inspired Oxygen (FiO2) as one of the parameters in the ventilator is essential to prevent hypoxia or hyperoxia. Pressure regulation is also vital to avoid barotrauma or hyperventilation. This research aims to develop a pressure control and oxygen control method using STM32F407VGT6 as a microcontroller with a fuzzy logic method as a closed-loop control system. The results of this development showed that the accuracy of the inspiratory pressure parameter in pressure control was tested with a VT analyzer, and the accuracy of the output results of the tool was tested at 91.98% to 98.54%. In comparison, oxygen control had an accuracy of 89.9% to 99.6%. The oxygen control method is still in an open-loop control system."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seni Purnamaningsih
"Ventilator kini memasuki generasi ketiga dengan beragam fitur, mode pemantauan, dan fitur keamanan yang luar biasa. Perbaikan atau perkembangan teknologi ini memfasilitasi bahkan mendorong pengembangan dan pengenalan mode ventilasi tambahan. Metode pengujian yang direkomendasikan oleh manufaktur ke staf teknis di rumah sakit tidak cukup untuk melakukan verifikasi kinerja penggunaan klinis. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh mode pengukuran parameter fisiologis terhadap kinerja ventilator. Dengan cara membandigkan nilai yang dihasilkan saat menggunakan mode pengukuran parameter fisiologi pada pengukuran kinerja ventilator. Terdapat perbedaan nilai yang dihasilkan pada pengukuran kinerja ventilator pada saat menggunakan mode pengukuran parameter fisiologis yang tidak sesuai dengan rekomendasi yang diberikan oleh manufaktur. Mode pengukuran parameter fisiologi yang tidak sesuai akan berpengaruh pada nilai dari tidal volume hasil pengukuran kinerja ventilator tersebut. Rata-rata nilai error pada parameter tidal volume dari penelitian 3 hasil uji ventilator sebesar 11%, hal ini terjadi karena ketidaktepatan penggunaan mode pengukuran parameter fisiologi pada ventilator tester yang digunakan pada saat melakukan pengukuran kinerja Ventilator ICU (Intensive Care Unit) sesuai dengan yang disarankan oleh manufaktur. Pada 8 parameter yang lain diantaranya Minute Volume, Respiration Rate, I : E Ratio, PIP (Peak Inspiratory Pressure), MAP (Mean Airway Pressure), PEEP (Positive End-expiratory Pressure), Inspiration Time, Expiration Time tidak mempengaruhi hasil dengan menggunakan mode pengukuran parameter fisiologi BTPS (Body Temperature Pressure, Saturated), STPD (Standard Temperature, Pressure, Saturated), ATP (Ambient Temperature Pressure).     

The ventilator is now entering its third generation with an incredible range of features, monitoring modes and safety features. These technological improvements or developments facilitate and even encourange the development and introduction of additional ventilation modes. The test methods recommended by manufacturers to technical staff in hospitals are insufficient to verify performance for clinical use. This study aims to evaluate the influence of physiological parameter measurement modes on ventilator performance. By comparing the values produces when using the physiological parameter measurement modes on ventilator performance. By comparing the values produced when using the physiological parameter measurement mode to measure ventilator performance. There are differences in the values produced when measuring ventilator performance when using the physiological parameter measurements mode which is not in accordance with the recommendations provided by the manufacturer. An inappropriate physiological parameter measurement mode will affect the value of the tidal volume resulting from the ventilator performance measurement. The average error value in the tidal volume parameters from study 3 of the ventilator test results was 11 %, this occurred due to inaccuracy of using the physiological parameter measurement mode on the ventilator tester used when measuring the performance of the ICU (Intensive Care Unit) Ventilator as recommended by manufacturing. The other 8 parameters including Minute Volume, Respiration Rate, I : E Ratio, PIP (Peak Inspiratory Pressure), MAP (Mean Airway Pressure), PEEP (Positive End-expiratory Pressure), Inspiration Time, Expiration Time do not affect the results using physiological parameter measurement mode BTPS (Body Temperature Pressure, Saturated), STPD (Standard Temperature, Pressure, Saturated), ATP (Ambient Temperature Pressure)."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahli Irfan
"Ventilator adalah alat bantu pernafasan yang berfungsi sebagai alat terapi atau alat penanganan pasien dengan kegagalan sistem pernafasan yang dapat diakibatkan oleh berbagai masalah kesehatan atau penyakit. Pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini, mendorong kebutuhan ventilator di dunia. Penyakit COVID-19 yang umumnya menyerang dan mengganggu bagian pernafasan manusia membuat kebutuhan alat bantu pernafasan pada pasien COVID-19 menjadi krusial. Pada ventilator terdapat parameter krusial yang perlu dipantau dan dikalibrasi sebelumnya seperti volume tidal, peak inspiration pressure (PIP), positive end-expiratory pressure (PEEP) dan konsentrasi oksigen. Hal ini membuat kebutuhan alat ukur parameter ventilator menjadi penting untuk membantu proses kalibrasi dari ventilator pada masa produksi. Sayangnya, harga alat ukur parameter ventilator saat ini yang berada di pasaran masih terbilang cukup tinggi terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia. Pada tulisan ini, penulis mencoba membuat alat ukur parameter ventilator rendah biaya yang memiliki tingkat kemampuan akurasi pengukuran yang memadai. Purwarupa dibuat menggunakan integrasi sensor yang telah ada di pasaran sebelumnya. Hasil pengukuran perbandingan purwarupa dengan ventilator komersial Fluke VT650 memperoleh nilai Mean Absolute Percentage Error (MAPE) sebesar 1,95% untuk pengukuran volume tidal, 2,04% untuk pengukuran PIP, 3,59% untuk pengukuran PEEP, 2,62% untuk pengukuran konsentrasi oksigen, 0,3% untuk pengukuran ritme pernafasan, serta 6,94% untuk pengukuran rasio pernafasan.

Ventilator is a breathing support device that serves as a therapeutic tool or treatment tool for patients with respiratory system failure that can be caused by various health problems or diseases. The COVID-19 pandemic that is occurring today, driving the needs of ventilators in the world. COVID-19 disease generally attacks and disrupts the human respiratory system that makes the need for respiratory aids in COVID-19 patients crucial. On ventilators there are crucial parameters that need to be monitored and calibrated in advance such as tidal volume, peak inspiration pressure (PIP), positive end-expiratory pressure (PEEP) and oxygen concentration. This makes the need for ventilator analyzer tools important for ventilator calibration on the production stage. Unfortunately, the price of ventilator analyzer tools currently on the market is still quite high especially for developing countries such as Indonesia. In this paper, the authors try to create a low-cost ventilator analyzer tool that has an adequate level of measurement accuracy capability. Prototypes are built using already available sensor on the market and integrates it as a new system. Measurement comparation test between the prototype and commercially available ventilator tester Fluke VT650 results in Mean Absolute Percentage Error (MAPE) value of 1,95% for tidal volume measurement, 2,04% for PIP measurement, 3,59% for PEEP measurement, 2,62% for oxygen concentration measurement, 0,3% for respiratory rate measurement, and 6,94% for breath ratio measurement.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marcia Kumala
"Latar Belakang: Ventilasi mekanik merupakan salah satu prosedur yang sering digunakan dalam penatalaksanaan pasien sakit kritis yang mengalami gagal napas. Penggunaan ventilator jangka panjang (Prolonged Mechanical Ventilation, PMV) meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Salah satu faktor risiko yang berperan dalam terjadinya PMV adalah malnutrisi dan sarkopenia, yang ditandai dengan hilangnya massa dan fungsi otot. Di satu sisi, sakit kritis sendiri ditandai dengan hipermetabolisme dan peningkatan katabolisme protein otot itu sendiri. Pemantauan massa otot di perawatan intensif menjadi penting, namun belum ada metode pengukuran yang cukup praktis dalam menggambarkan massa otot tubuh. Creatinine Height Index dapat menjadi salah satu penanda massa otot tubuh sehingga diperkirakan terdapat perbedaan perubahan Creatinine Height Index terhadap keberhasilan penyapihan pada pasien dengan penggunaan ventilator jangka panjang. Metode: Penelitian ini merupakan studi prospektif observasional pada pasien sakit dengan PMV di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo dan RS Universitas Indonesia. Dilakukan pengukuran Creatinine Height Index (CHI) pada 72 jam pertama pemakaian intubasi dan diulang pada saat pasien ekstubasi atau maksimal hari ke-14 penggunaan ventilator. Hasil Creatinine Height Index akan dilihat berdasarkan keberhasilan penyapihan. Karakteristik subjek lainnya meliputi usia, jenis kelamin, riwayat asupan bahan makanan sumber kreatin, aktivitas fisik pra admisi, imbang cairan kumulatif, asupan energi dan protein selama perawatan di ICU. Hasil: Terdapat 27 subjek dengan rerata usia 46 tahun dan mayoritas laki-laki (67%). Nilai CHI awal dan akhir tidak berbeda pada kelompok yang berhasil maupun yang gagal menyapih (p = 0,466 dan p = 0,494), namun nilai perubahan CHI berbeda bermakna secara statistik pada mereka yang mengalami berhasil menyapih dan gagal menyapih (p= 0,009). Kelompok yang gagal menyapih mengalami penurunan nilai CHI sebesar 3,9 (-18,3;23,7)%. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna pada nilai CHI awal maupun akhir pada kelompok yang berhasil dan gagal menyapih. Terdapat perbedaan bermakna secara statistik pada perubahan nilai CHI pada kelompok yang berhasil dan gagal menyapih. Kelompok yang gagal menyapih mengalami penurunan nilai CHI, sementara kelompok yang berhasil menyapih tidak mengalami hal tersebut

Background: Mechanical ventilation is one of the procedures that frequently used in the management of critically ill patients experiencing respiratory failure. Prolonged mechanical ventilation increases morbidity and mortality. One of the risk factors contributing to prolonged mechanical ventilation (PMV) is malnutrition and sarcopenia, characterized by loss of muscle mass and its function. On one hand, critical illness itself is marked by hypermetabolism and increased muscle protein catabolism. Monitoring muscle mass in intensive care is essential, but there is currently no practical method for describing whole-body muscle mass. Creatinine Height Index could serve as an indicator of body muscle mass, suggesting potential differences between Creatinine Height Index level changes and successful weaning in patients with prolonged mechanical ventilation. Methods: This study is a prospective observational study conducted on critically ill patients with prolonged mechanical ventilation (PMV) at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo and RS Universitas Indonesia. Creatinine Height Index (CHI) was measured within the first 72 hours of intubation and repeated upon extubation or by day 14 of ventilation. CHI results were then categorized based on weaning success. Other subject characteristics included age, gender, history of dietary creatine intake, pre-admission physical activity, cumulative fluid balance, energy intake, and protein intake during ICU hospitalization. Results: There were 27 subjects with a mean age of 46 years, predominantly male (67%). Initial and final CHI values did not differ between the successful and failed weaning groups (p = 0.466 and p = 0.494, respectively), but there was a statistically significant difference in the change in CHI values between those who successfully weaned and those failed (p = 0.009). The failed weaning group experienced a decrease in CHI values by 3.9 (-18.3; 23.7)%. Conclusion: There was no significant difference in initial or final CHI values between the groups that successfully weaned and those who failed. However, there was a statistically significant difference in the CHI values alteration between those groups. The failed weaning group experienced a decrease in CHI values, while the successful weaning group did not."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Anna Christina
"Dewasa ini manusia membutuhkan energi dalam setiap detiknya untuk mendukung semua aktivitas yang berhubungan dengan sumber energi listrik. Untuk menghindari terhentinya aktivitas tersebut, maka diperlukan cadangan energi. Selain itu, untuk memudahkan masyarakat dalam mengendalikan penggunaan perangkat listrik diperlukan suatu sistem yang mendukung kemudahan tersebut, dimana sistem tersebut dapat dikendalikan baik dari jarak dekat maupun jarak jauh. Maka dari itu Penulis merancang sistem dual energi dengan energi surya sebagai default dan PLN sebagai cadangan dalam penulisan Tugas Akhir ini. Dalam merancang sistem ini Penulis menggunakan energi surya yang disimulasikan dengan charger aki. Sedangkan, untuk mengendalikan beban listrik Penulis merancang dua mode aktivasi menggunakan saklar dan sms, dimana kedua mode aktivasi tersebut dapat terdeteksi keberhasilannya melalui informasi yang dikirimkan server ke telepon selular pengguna dalam bentuk sms.

To support all electric activity, human being need some energy nowadays. To avoid the activity stuck, we need energy back up. Moreover, we need a system to make people use the electricity easier, where the system itself can be controlled either from long or short distance. Therefore, the writer has designed dual energy system using photovoltaic as a default and PLN as the back-up plan in writing this final paper. The writer used accumulator charger to replace the photovoltaic. Then to control electric load, the writer has designed two activation mode with the switch and sms, where the report of the two activation mode could be detected by server information that sent to cellular phone by sms."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S40399
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thomas Harry Adoe
"Latar belakang. Continuous positive airway pressure (CPAP) dan nasal intermittent positive ventilation (NIPPV) mengurangi intubasi dan ventilasi mekanik pada neonatus dengan gawat napas. Masih sedikit penelitian yang membandingkannya pada neonatus cukup bulan maupun kurang bulan.
Tujuan. Mengetahui kejadian intubasi, lama dukungan ventilasi non invasif dan pemakaian oksigen, bronchopulmonary dysplasia (BPD), dan kematian antara CPAP dan NIPPV pada neonatus dengan gawat napas.
Metode. Studi kohort retrospektif dilakukan terhadap neonatus dengan gawat napas, usia gestasi 28-40 minggu, lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi pada periode Januari 2013 - Juni 2015. Pengambilan subyek penelitian secara konsekutif, memenuhi kriteria inklusi, dan menggunakan bantuan napas dengan CPAP atau NIPPV, masing-masing 50 subjek.
Hasil. Neonatus dengan gawat napas menggunakan CPAP maupun NIPPV disebabkan karena respiratory distress syndrome , transient tachypnea of the newborn, pneumonia neonatal. Rerata usia gestasi dan berat lahir pada kelompok CPAP (34±3,11 minggu, 2018±659 gr) dan NIPPV [34 (28-40) minggu, 2050 (900-3900) gr]. Kejadian intubasi dan kematian berkurang, rerata hari dukungan ventilasi non infasif maupun pemakaian oksigen lebih lama pada NIPPV dibandingkan CPAP.
Simpulan. NIPPV mengurangi kejadian intubasi dan kematian pada neonatus dengan gawat napas dibandingkan CPAP.

Background. Continuous positive airway pressure (CPAP) and nasal intermittent positive ventilation (NIPPV) reduce intubation and mechanical ventilation. Still limited studies compare to CPAP and NIPPV in term and preterm infant with respiratory distress.
Purpose. To determine CPAP and NIPPV to the event of intubation, duration non-invasive ventilation and oxygen support, bronchopulmonary dysplasia, and death in neonate.
Methods. Retrospective cohort study was conducted to newborn with gestational age 28-40 weeks were born at General Hospital of Bekasi City, January 2013 - June 2015. Consecutive subjects and met inclusion criteria for CPAP and NIPPV group, each one 50 subjects.
Results. CPAP and NIPPV were support to neonate with respiratory distress due to respiratory distress syndrome, transient tachypnea of the newborn, and pneumonia. Mean gestational age and birth weight in CPAP group (34 ± 3.11 weeks, 2018 ± 659 gr) and NIPPV [34 (28-40) weeks, 2050 (900-3900) g]. Raduce rate of intubation and death, duration of non-invasive ventilation and oxygen support longer to NIPPV than CPAP in neonate.
Conclusion. NIPPV reduce intubation and mortality rate comparison to CPAP in neonate
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmadius Eka Santoso
"Latar Belakang: Intensive care unit-acquired weakness (ICU-AW) adalah salah satu masalah yang dihadapi dalam manajemen pasien kritis karena dihubungkan dengan ventilasi mekanik berkepanjangan sehingga meningkatkan risiko komplikasi dan mortalitas selama di ICU. Mobilisasi dini seperti neuromuscular electrical stimulation (NMES) dilaporkan bermanfaat mengurangi durasi penggunaan ventilator di ICU. Telaah sistematik dan meta-analisis ini dibuat untuk menyimpulkan dampak dari NMES terhadap durasi penggunaan ventilator di ICU. Tujuan: Mengetahui dampak spesifik penggunaan NMES terhadap durasi penggunaan ventilator pada pasien ICU. Metode: Studi eligibel hingga Januari 2022 terinklusi dalam studi. Pencarian literatur dilakukan melalui database jurnal berbasis elektronik yaitu Cochrane, EBSCOHost, Scopus, dan Pubmed dengan kata kunci spesifik dan operator boolean. Studi terinklusi dievaluasi untuk risiko bias dengan Cochrane RoB 2 dan estimasi besar efek dilakukan dengan fixed effect model menggunakan perangkat lunak Review Manager 5.4. Hasil: Pencarian literatur menghasilkan 9 studi yang terinklusi dalam meta-analisis. Dari penggabungan data, disimpulkan bahwa penggunaan NMES berhubungan dengan penurunan durasi penggunaan ventilator (MD -1.48; 95% CI: -2,54 – -0,41, p = 0,007, I 2 =30%, fixed-effect modelling). Kesimpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian NMES dapat menurunkan durasi penggunaan ventilator di ICU.

Background: Intensive Care Unit-Acquired Weakness (ICU-AW) is one of the problems faced in critical medicine management, associated with prolonged mechanical ventilation (PMV) thereby increasing risk and mortality while in the ICU. Early mobilization such as neuromuscular electrical stimulation (NMES) has been reported to be beneficial in reducing the duration of mechanical ventilation in the ICU. This systematic review and meta-analysis was conducted to conclude the impact of NMES on the duration of mechanical ventilation in the ICU. Objective: To determine the impact of the use of NMES on duration of mechanical ventilation in ICU patients. Methods: Eligible studies up to January 2022 were included in the study. The literature search was carried out through electronic-based journal databases, namely Cochrane, EBSCOHost, Scopus, and Pubmed with specific keywords and boolean operators. The included studies were evaluated for risk of bias with Cochrane RoB 2 and estimation of effect size was performed using a fixed effect modelling using Review Manager 5.4 software. Results: The literature search yielded 9 studies that were included in the meta- analysis. From the pooled data, it was concluded that NMES administration was associated with a decrease in the duration of mechanical ventilation (MD -1.48; 95% CI: -2.54 – -0.41, p = 0.007, I2 = 30%, fixed-effect modeling). Conclusion: This study concluded that the administration of NMES reduces the duration of ventilator use in the ICU."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anik Istiyani
"ABSTRAK
Pasien yang terpasang ventilator mengalami kesulitan berbicara sehingga mengalami gangguan dalam berkomunikasi dan menggunakan suatu metode dalam berkomunikasi. Penelitian ini menggunakan desain crossectional dengan sampel 45 responden dan tekhnik pengumpulan data purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan metode komunikasi yang digunakan pasien yaitu menunjuk atau membuat isyarat dengan tangan yang digunakan 100% responden, menulis atau menggambar yang digunakan 40% responden, menggerakkan bibir atau mencoba untuk berbisik yang digunakan 91% responden, ekspresi wajah yang digunakan 84% responden, dan menggerakkan kepala, ya atau tidak yang digunakan 93% responden. Metode komunikasi lain yang digunakan adalah mengetuk tempat tidur. Perawat diharapkan mengetahui metode komunikasi yang digunakan pasien yang terpasang ventilator sehingga dapat memberikan penjelasan tentang pilihan metode komunikasi sesuai keadaan pasien serta menyediakan media sesuai metode komunikasi yang dipilih.

ABSTRAK
Patients who have difficulty speaking with mechanical ventilation so that impaired communication and uses a method of communicating. This study used crosssectional design with a sample of 45 respondents and data collection purposive sampling technique. The results showed that method of communication used by patients to refer or make a gesture with the hand were used 100% by the respondents, writing or drawing were used 40% by respondents, moving his lips or trying to whisper were used 91% by respondents, the facial expression were used 84% by respondents, and move his head, yes or not were used 93% by respondents. Another communication method which was used by the patient is knocking on the bed. Nurses are expected to know the method of communication used by patients with mechanical ventilation in order to provide an explanation of the preferred method of communication according to the situation of patients and provide appropriate media communication method selected."
Lengkap +
2016
S64205
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Soka Rahmita
"Ventilator mekanik adalah salah satu alat bantuan hidup yang paling sering digunakan oleh pasien kritis, namun terdapat banyak komplikasi apabila digunakan dengan durasi yang memanjang yaitu lebih dari 14 hari (prolonged mechanical ventilation, PMV), dan dikatakan hanya 50% pasien dengan
Ventilator mekanik adalah salah satu alat bantuan hidup yang paling sering digunakan oleh pasien kritis, namun terdapat banyak komplikasi apabila digunakan dengan durasi yang memanjang yaitu lebih dari 14 hari (prolonged mechanical ventilation, PMV), dan dikatakan hanya 50% pasien dengan PMV yang dapat dilakukan ekstubasi. Peningkatan durasi pemakaian ventilator dan lama rawat pada pasien ICU disebabkan antara lain karena berkurangnya sintesis protein dan meningkatnya pemecahan protein otot, sehingga asupan protein dalam jumlah yang tepat dan diberikan sesuai dengan waktu rawat dapat mengurangi waktu lama rawat, durasi pemakaian ventilator dan angka kematian pada pasien kritis. Namun, saat ini prevalensi obesitas meningkat pada sakit kritis dan memengaruhi pemanjangan durasi pemakaian ventilator. Penelitian ini menggunakan desain kohort prospektif pada subjek dengan indeks massa tubuh ≥25 kg/m2, berusia 18-70 tahun, menggunakan ventilator mekanik ≥72 jam, dan dirawat di ICU RSCM dan RSUI. Diperoleh 23 subjek dengan proporsi 65,2% laki-laki dan 34,8% perempuan, dengan rerata usia 51 tahun. Mayoritas subjek penelitian memiliki IMT obesitas derajat 1 (91,3%) dan EOSS kelas 2 (56,5%). Berdasarkan diagnosis awal admisi ICU didominasi oleh sepsis dan pasca pembedahan (14,3%). Subjek penelitian sebagian besar belum dapat memenuhi kebutuhan energi berdasarkan rekomendasi (17,52±5,99 kkal/kgBB/hari). Rerata asupan protein pada penelitian ini masih kurang dari rekomendasi (0,833±0,264 g/kgBB/hari) dan rerata durasi pemakaian ventilator pada penelitian ini cukup panjang (245,35±125,16 jam). Hasil penelitian ini tidak didapatkan hubungan antara rerata asupan protein dengan durasi pemakaian ventilator mekanik. Penelitian lanjutan diperlukan dengan kriteria subjek pada variabel dependen dan independen yang lebih bervariasi dan dengan mempertimbangkan analisis faktor perancu lain yang dapat memengaruhi durasi pemakaian ventilator mekanik.

Mechanical ventilators are one of the most frequent life-support used in critically ill patients. However, prolonged mechanical ventilation (more than 14 days) can lead to many complications and only 50% of PMV patients being able to be extubated. The increased duration of ventilator and length of ICU stay in patients is partly due to decreased protein synthesis and increased muscle protein breakdown. Therefore, adequate protein intake may reduce length of ICU stay, duration of ventilation, and mortality in critically ill patients. However, the prevalence of obesity in critically ill patients has been increasing and affecting the longer duration of ventilation. This study employed a prospective cohort design on subjects with a body mass index (BMI) of ≥25 kg/m², aged 18-70 years, who used mechanical ventilators for ≥72 hours, and were treated in the ICUs of Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM) and University of Indonesia Hospital (RSUI). A total of 23 subjects were included, with 65.2% male and 34.8% female, and an average age of 51 years. The majority of study subjects had a BMI obesity grade 1 (91.3%) and EOSS class 2 (56.5%). The initial diagnosis at ICU admission was dominated by sepsis and post-surgery conditions (14.3%). Most subjects in the study could not meet their energy needs (17.52±5.99 kcal/kgBW/day). The average protein intake in this study was still below the recommendation (0.833±0.264 g/kgBW/day) and the average duration of mechanical ventilation was quite long (245.35±125.16 hours). The study did not find a relationship between protein intake and duration of mechanical ventilation. Further research is needed with more varied subject criteria fpr dependent and independent variables, while considering the analysis of other confounding factors that may influence the duration of mechanical ventilator use."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>