Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166627 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bagus Widodo Cahyo Putro
"Subjective well-being guru merupakan hal yang penting untuk dimiliki dan dipengaruhi oleh hubungan guru-siswa, juga oleh dukungan sosial eksternal berupa tunjangan sertifikasi guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi dari hubungan guru-siswa dan sertifikasi terhadap subjective well-being guru baik secara parsial maupun simultan. Hubungan guru-siswa diukur dengan menggunakan Student-Teacher Relationship Scale (STRS) milik Aldrup et al. (2018), sedangkan subjective well-being guru diukur dengan alat ukur Teacher Subjective Well-Being Questionnaire (TSWQ) milik Renshaw et al. (2015). Status sertifikasi diukur dengan pertanyaan tertutup. Responden dalam penelitian ini berjumlah 289 orang yang merupakan guru pada jenjang sekolah menengah (SMP dan SMA/Sederajat). Berdasarkan multiple regression analysis, hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial persepsi guru mengenai hubungan guru-siswa dapat memprediksi subjective well-being guru jenjang sekolah menengah. Namun, status sertifikasi tidak dapat memprediksi subjective well-being guru jenjang sekolah menengah. Sedangkan persepsi guru mengenai hubungan guru-siswa dan status sertifikasi secara bersama-sama (simultan) dapat memprediksi subjective well-being guru.

Teacher subjective well-being is an important thing to have and is influenced by the teacher-student relationship, by external social support in the form of teacher certification allowances. This study aims to determine the contribution of the teacher-student relationship and teacher certification either partially or simultaneously. Teacher-student relationships were measured using the Student-Teacher Relationship Scale (STRS) belonging to Aldrup et al. (2018), while the subjective well-being of teachers is measured by the Teacher Subjective Well-Being Questionnaire (TSWQ) by Renshaw et al. (2015). Certification is measured by closed questions. Respondents in this study are 289 people who are teachers at the middle school level (SMP and SMA/equivalent). Based on multiple regression analysis, the results showed that partially teacher-student relationships could predict the subjective well-being of secondary school teachers. However, certification cannot predict the subjective well-being of secondary school teachers. Meanwhile, teacher-student relationships and certification status can predict teachers' subjective well-being simultaneously."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johana Retno Widiantari
"Kreativitas merupakan kemampuan penting yang dapat membantu individu dalam menjalani aktivitas sehari - hari. Dengan begitu, kemampuan ini perlu dikembangkan sedini mungkin. Pada setting pendidikan, guru merupakan individu yang memiliki peran dalam mengembangkan kemampuan kreativitas. Agar guru maksimal dalam menjalankan peran tersebut, diperlukan kesejahteraan dalam dirinya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara teacher subjective well-being dan creativity fostering teacher behavior dengan guru sekolah dasar inklusif sebanyak 142 individu menjadi partisipan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah adaptasi CFTIndex oleh Kurniawati dkk. (2022) dan adaptasi TSWQ oleh Saleh dkk. (nd). Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa ditemukan hubungan positif yang signifikan antara teacher subjective well-being dengan creativity fostering teacher behavior pada guru sekolah dasar inklusif (rs 0.363, p<0,01). Hal tersebut berarti jika teacher subjective well-being yang dialami guru meningkat, maka akan semakin baik creativity fostering teacher behavior yang dilakukan guru. Implikasi hasil penelitian ini adalah memberikan wawasan dan kesadaran bagi pihak guru, sekolah, dan pemerintah akan pentingnya teacher subjective well-being saat guru melakukan creativity fostering teacher behavior.

Creativity is an important ability that can help individuals in carrying out their daily activities. Thus, this ability needs to be developed as early as possible. In the education setting, teachers are individuals who have a role in developing creativity abilities. In order for the teacher to carry out this role, well-being is needed in them. This study aims to look at the relationship between teacher subjective well-being and creativity fostering teacher behavior with inclusive elementary school teachers as many as 142 individuals participating. The measuring tool used in this study is the adaptation of the CFTIndex by Kurniawati et al. (2022) and the TSWQ adaptation by Saleh et al. (n.d.). The results of the correlation analysis showed that there was a significant positive relationship between teacher subjective well-being with creativity fostering teacher behavior in inclusive primary school teachers (rs 0.363, p<0.01). It means if teacher subjective well-being experienced by the teacher increases, the better creativity fostering teacher behavior that the teacher does. The implication of the results of this research is to provide insight and awareness for teachers, schools, and the government of the importance of teacher subjective well-being when the teacher does creativity fostering teacher behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridhoutomo Putra Sutryarjoko
"Pengembangan kreativitas murid merupakan peran penting untuk guru. Namun, situasi pandemic dan berbagai tekanan mengancam menurunkan well-being guru. Terdapat indikasi well-being guru memiliki pengaruh terhadap perilaku guru untuk menumbuhkan krestivitas murid. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara well-being guru dan Creativity Teaching Behavior (CFTB). Penelitian ini mengumpulkan sebanyak 285 partisipan guru sekolah menengah. Instrumen penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah Teacher Subjective Well-being Questionnaire (TSWQ) milik Renshaw et al. (2015) dan Creativity Fostering Teacher Index (CFTI) Scale milik Soh (2000). Hasil analisa korelasi statistik menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara well-being guru dengan CFTB (r = 0,503, p < 0,01). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi guru mengenai kehidupan yang sehat dan sukses di tempat kerjanya memiliki hubungan dengan perilaku guru untuk menumbuhkan kreativitas murid.

Developing creativity in students are an important role for teacher. The pandemic and other pressure threatens to decrease the teacher’s well-being. There is an indication that teacher’s well-being effects their ability to foster creativity in students. Thus, this research is conducted to examine the correlation between teacher’s well-being dan Creativity Teaching Behavior (CFTB). The research has gathered 285 middle-school teachers as participants. Instrument used in this research is Teacher Subjective Well-being Questionnaire (TSWQ) from Renshaw et al. (2015) dan Creativity Fostering Teacher Index (CFTI) Scale from Soh (2000). The statistical analysis showed that there is a significant correlation between teacher’s well-being and CFTB (r = 0,503, p < 0,01). The results of this study indicate that there is a relationship between teachers' perceptions of a healthy and successful life in the workplace with teachers’ behavior to foster student creativity."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Ariowibowo
"ABSTRAK
Memiliki hubungan yang baik dengan siswa merupakan kebutuhan dasar guru. Guru harus memiliki hubungan baik dengan siswa agar dapat menampilkan kinerja yang baik. Tak terkecuali bagi guru jenjang sekolah menengah, memiliki hubungan baik dengan siswa dapat mencegah kenakalan yang dapat ditimbulkan siswa. Terdapat perbedaan kondisi dari well-being guru wali kelas dan guru non-wali kelas yang disebabkan oleh perbedaan kondisi hubungan guru-siswa diantara kedua kelompok guru tersebut. Guru wali kelas memiliki kondisi hubungan dengan siswa serta well-being dan yang lebih baik daripada guru non-wali kelas (Fisherman, 2015; Hagenauer et al., 2015). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan pada kondisi hubungan guru-siswa terhadap well-being guru wali kelas dan guru non-wali kelas di jenjang sekolah menengah. Penelitian ini dilakukan kepada guru jenjang sekolah menengah (N = 284; M = 35,58 tahun) dengan alat ukur Student-Teacher Relationship Scale dari Aldrup et al. (2018) dan Teacher Subjective Well-Being Questionnaire dari Renshaw et al. (2015). Teknik analisis yang digunakan adalah analisis Independent Sample T-Test. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan kondisi hubungan guru-siswa [t(284) = -0,430; p = -0,667] dan well-being [t(284) = 1,815; p = 0,71] pada guru wali kelas dan guru non-wali kelas di jenjang sekolah menengah."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Utama Pramasta
"ABSTRAK
Terdapat pengaruh dari hubungan yang terjalin dari guru dengan siswanya terhadap bagaimana seorang guru mempersepsikan dirinya berkaitan dengan fungsi kesuksesan dan kesehatannya dalam pekerjaannya di sekolah atau biasa disebut dengan teacher well-being. Namun dalam pengaruh tersebut terdapat kaitan yang menarik dengan jenis kelamin guru pada jenjang sekolah menengah. Untuk itu peneliti ingin untuk melihat apakah jenis kelamin guru memoderasi pengaruh dari hubungan guru-siswa terhadap teacher well-being pada guru sekolah menengah. Alat ukur yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Teacher Subjective Well-being Questionnaire (TSWQ) dan Student-Teacher Relationship Scale (STRS). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 284 guru sekolah menengah yang terdiri dari guru laki laki dan perempuan. Hasil analisis statistik menggunakan macro PROCESS menyatakan hasil bahwa jenis kelamin memoderasi pengaruh dari hubungan guru-siswa terhadap teacher well-being (b3 = -0,272; t = -2,055; p = 0,041 [-0,533; -0,012]). Dengan demikian jenis kelamin pada guru memperkuat atau memperlemah pengaruh dari hubungan guru-siswa terhadap teacher well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifah Nur Meiliana
"Topik kesejahteraan pada guru menjadi pembahasan yang terus bergulir dari tahun ke tahun. Hingga saat ini, guru masih dianggap sebagai salah satu profesi dengan tingkat stres yang cukup tinggi, tak terkecuali guru di sekolah dasar yang tugasnya lebih menantang dibandingkan guru di jenjang pendidikan lain. Padahal, stres pada guru dapat memengaruhi berbagai aspek, bukan hanya terhadap proses belajar siswa, melainkan juga pemenuhan kebutuhan personal guru itu sendiri. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk memiliki teacher subjective well-being yang baik. Salah satu faktor yang diduga dapat memengaruhi teacher subjective well-being adalah self-compassion. Penelitian ini hadir untuk mengeksplorasi hubungan antara self-compassion dan teacher subjective well-being pada guru sekolah dasar dengan menggunakan Teacher Subjective Well-Being Questionnaire (TSWQ; Renshaw et al., 2015) dan Self-Compassion Scale (SCS-LF; Neff, 2003a). Melalui 224 partisipan yang mengikuti penelitian ini, ditemukan korelasi positif yang signifikan antara self-compassion dengan teacher subjective well-being (r = 0,389, p < 0,01). Dalam hal ini, komponen-komponen positif dalam self-compassion mampu membantu guru sekolah dasar memaknai perannya lebih dalam sehingga teacher subjective well-being pada guru meningkat.

The topic of teacher well-being is commonly discussed over time. Up to this day, teacher is still mainly named as one of the most stressful job, not to mention elementary school teachers whose demands are more challenging than other secondary teachers. This topic is appealing since teacher’s stress influences some aspects, not only student’s learning process, but also teacher’s journey on personal growth. Therefore, it is important for teacher to maintain a good level of teacher subjective well-being. One of the factors expected to be affecting teacher subjective well-being is self-compassion. This study aimed to explore the correlation between self-compassion and teacher subjective well-being among elementary school teachers using Teacher Subjective Well-Being Questionnaire (TSWQ; Renshaw et al., 2015) and Self-Compassion Scale (SCS-LF; Neff, 2003a). Through the participation of 224 elementary school teachers, a positive, significant correlation is found between self-compassion and teacher subjective well-being (r = 0,389, p < 0,01). In this case, the positive components of self-compassion can help elementary school teachers grasp the meaning of their own role, thus increasing their teacher subjective well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Nurfitriani Listyanti
"Memasuki masa perkuliahan menjadi transisi hidup yang rentan menimbulkan stres karena menuntut individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan dan sosial yang sepenuhnya baru. Sebuah hasil penelitian menemukan bahwa 39% mahasiswa UI mengalami distres psikologis yang tinggi, dan 10.6% melaporkan adanya masalah Adjustment to College World (ACW). Self-esteem merupakan prediktor yang krusial dari college adjustment. Mahasiswa dengan self-esteem rendah rentan mengalami distres psikologis. Salah satu teknik untuk meningkatkan self-esteem adalah melalui dukungan sosial. Oleh karena itu, dilakukan intervensi psikologis berupa Interpersonal Psychotherapy (IPT) untuk mengoptimalkan dukungan sosial dari hubungan interpersonal yang dimiliki.
Metode: Penelitian randomized controlled trial dilakukan menggunakan desain one-group pretest-posttest dan teknik accidental sampling. Intervensi dilakukan sebanyak enam pertemuan setiap satu minggu sekali dengan melibatkan empat partisipan yang memiliki self-esteem di bawah rata-rata menurut Rosenberg Self- Esteem Scale (RSES) distres psikologis tinggi menurut Hopkins Symptoms Checklist-25 (HSCL-25), dan masalah pada ranah adjustment to college world.
Hasil: Keempat partisipan mengalami peningkatan self-esteem berdasarkan alat ukur RSES dan penurunan distres psikologis berdasarkan alat ukur HSCL-25. Secara umum, keempat partisipan merasakan adanya pandangan yang lebih positif mengenai dirinya dan berkurangnya kecemasan terhadap penilaian orang lain.
Kesimpulan: IPT efektif untuk meningkatkan self-esteem dan mengurangi distres psikologis pada mahasiswa UI. Hasil refleksi dari partisipan menunjukkan adanya peningkatan keterbukaan dalam mengekspresikan perasaan. Teknik-teknik yang dianggap paling membantu adalah survei kualitas positif diri dan role play.

Attending college is a stressful life transition for many students as they have the demands to adapt with new educational and social environments. A preliminary study showed that 39% of undergraduate students at Universitas Indonesia was considered to have high level of psychological distress, and 10.6% of this population reported to experience Adjustment to College World (ACW) problems. Self-esteem was found to be a crucial predictor of college adjustment. Students with low self-esteem are predicted to have poor adjustment and also susceptible to psychological distress. One of the treatments to increase self-esteem is through social support enhancement. Therefore, Interpersonal Psychotherapy (IPT) is conducted to assist participants in establishing and maintaining supportive relationships as well as enhancing self-appreciation skills.
Methods: Randomized controlled trial was conducted using one-group pretestposttest design and accidental sampling to recruit participants. The treatment was conducted in 6 (six) weekly sessions to each of four undergraduate students with low self-esteem according to the Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES), high level of psychological distress according to the Hopkins Symptoms Checklist-25 (HSCL-25), and some adjustment to college world problems.
Result: All participants reported improvements in self-esteem and reductions in psychological distress symptoms according to the RSES and HSCL-25. Overall, the four participants explained that the treatment had built more positive feelings about themselves and made them less anxious about people?s judgements.
Conclusion: IPT is considered effective to increase self-esteem and reduce psychological distress symptoms among undergraduate students at Universitas Indonesia. Participants reported some improvements in their self-disclosure and self-appreciation. Techniques that are considered helpful were positive qualities survey and role play."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30612
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irsyad Farhah
"Hubungan yang baik antara guru dengan siswanya dapat mempengaruhi well-being pada guru. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat peran moderasi dari pengalaman guru mengajar pada hubungan kedekatan guru dengan siswanya terhadap well-being guru. Hubungan kedekatan guru-siswadiukur dengan menggunakan Student-Teacher Relationship Scale (STRS) milik Aldrup (2018), sedangkan well-being guru diukur dengan alat ukur Teacher Subjective Well-Being Questionnaire (TSWQ) milik (Renshaw et al., 2015). Responden dalam penelitian ini berjumlah 289 orang yang merupakan guru pada jenjang sekolah menengah (SMP,SMA/Sederajat). Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi sederhana. Hasil uji hipotesis pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat peran dari pengalaman guru mengajar dalam memperlemah atau memperkuat hubungan kedekatan guru-siswaterhadap well-being guru. Namun, hasil uji korelasi pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara hubungan kedekatan guru-siswa dan well-being guru.

A good relationship between teachers and students can influence the well-being of teachers. This study was conducted to determine whether there is a moderating role of the teaching experience of the teacher in the relationship between the teacher and his students towards the teacher's well-being. The teacher-student closeness relationship was measured using Aldrup's (2018) Student-Teacher Relationship Scale (STRS), while the teachers well-being was measured by the teacher's Subjective Well-Being Questionnaire (TSWQ) measuring instrument (Renshaw et al., 2015). Respondents in this study totaled 289 people who were teachers at the secondary school level (junior high school, high school / equivalent). The analysis technique used is simple regression analysis. The results of hypothesis testing in this study indicate that there is no role of the teaching experience of teachers in weakening or strengthening the close relationship between teacher-student and teacher well-being. However, the results of the correlation test in this study indicate that there is a positive relationship between the teacher-student closeness relationship and the teachers well-being.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laily Rahmaniyah Sjarif
"Caring menjadi sari dari keperawatan dan sebagai core dari keperawatan itu sendiri. Perawat dituntut untuk memiliki sikap caring yang baik. Penanaman sikap caring dimulai sejak dalam masa pendidikan keperawatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap caring dosen dengan sikap caring mahasiswa. Penelitian ini penelitian kuantitatif dengan pengambilan data cross-sectional. Jumlah responden sebanyak 91 mahasiswa regular Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia angkatan 2014.
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi mahasiswa terhadap caring dosen dengan sikap caring mahasiswa. Penelitian ini merekomendasikan perawat, mahasiswa dan dosen untuk menerapkan caring pada kesehariannya. Terlebih untuk institusi pendidikan keperawatan untuk melakukan evaluasi berkala terhadap sikap caring mahasiswa dan dosen.

Caring is the essence and core of nursing. Nurses are required to possess a proper caring attitude. Caring attitude is developed since in the academy. This study aimed to identify correlation between students perception on teachers caring attitude and students caring attitude. The study was quantitative with cross sectional approach. It involved 91 regular students of Faculty of Nursing of University of Indonesia batch 2014.
The result indicated that there was no significant correlation between students perception on teacher's caring attitude and students caring attitude. The study suggested for all nurses, nursing students, and teachers to apply caring attitude in their daily lives. Especially for nursing education institution to give periodic evaluation for teacher's and students caring behavior.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hart, Lois B
"Gives trainers information they need to teach and apply leadership competencies participants need. Featuring adaptable exercises on a range of leadership topics, this collection of activities is an all-in-one resource for trainers seeking to prepare leaders."
New York: AMACOM, 2005
658.409 2 HAR l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>