Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146001 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sofia Alissandra Sitchon Winarno
"Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi dan menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal menduduki peringkat kedua di Indonesia. Penyakit periodontal terdiri atas 2 jenis yaitu gingivitis dan periodontitis. P. gingivalis dan S. sanguinis merupakan bakteri yang sering dikaitkan dengan kerusakan pada jaringan peridontal terutama gingivitis dan periodontitis, dan memiliki sifat resisten terhadap antibiotik. Nisin termasuk dalam bakteriosin kelas I lantibiotik dan merupkan peptida antimikroba yang diproduksi oleh bakteri Gram-positif tertentu yang mencakup spesies Lactococcus dan Streptococcus. Nisin A dan nisin Z merupakan varian nisin alami yang diproduksi oleh L. lactis dimana keduanya memiliki aktivitas bakterisidal. Bakteriosin merupakan solusi potensial untuk masalah ini karena aktivitas spektrumnya yang luas terhadap bakteri resisten terhadap antibiotik. Untuk melihat efektivitas bakteriosin nisin Z dan nisin A terhadap bakteri patogen P. gingivalis dan S. sanguinis dilakukan studi in-silicodengan menggunakan metode molecular docking dengan menggunakan software PatchDock dan FireDock. Visualisasi dilakukan menggunakan PyMol untuk melihat situs interaksi antara ligan dan reseptor. Protein target yang digunakan dari bakteri P. gingivalis dan S. sanguinis adalah LPS dan bakteriosin nisin A serta nisin Z dipilih sebagai ligan uji. Hasil metode molecular docking dan visualisasi menunjukan bahwa nilai global energy terbaik dari docking bakteriosin nisin Z dan protein LPS bakteri P. gingivalis adalah -45.40 kcal/mol dan antara bakteriosin nisin A dan protein LPS bakteri S. sanguinis adalah -42.59 kcal/mol. Selain itu, terdapat interaksi antara asam amino ASP-74, ASP-76, dan ARG-66 pada bakteriosin nisin A dengan reseptor LPS pada bakteri S. sanguinis dan interaksi antara asam amino Lys-1C pada bakteriosin nisin Z dengan reseptor LPS pada bakteri P. gingivalis. Dapat disimpulkan bahwa bakteriosin nisin A dapat menghambat aksi bakteri S. sanguinis dan bakteriosin nisin Z dapat menghambat aksi bakteri P. gingivalis sebagai bakteri patogen di mulut.

Periodontal is a disease that often occurs and causes dental and oral health problems. Periodontal disease is ranked second in Indonesia. There are two types of periodontal disease: gingivitis and periodontitis. P. gingivalis and S. sanguinis are bacteria that are often affected by periodontal tissue damage, especially gingivitis and periodontitis, and are resistant to antibiotics. Nisin belongs to the class I lantibiotic bacteriocins and is an antimicrobial peptide produced by certain Gram-positive bacteria including Lactococcus and Streptococcusspecies. Nisin A and nisin Z are natural variants of nisin produced by L. lactis which both have bactericidal activity. Bacteriocins are a potential solution to this problem because of their broad-spectrum activity against bacterial resistance to antibiotics. To see the effectiveness of bacteriocin nisin Z and nisin A against pathogenic bacteria P. gingivalis and S. sanguinis, an in-silico study was conducted using the molecular docking method using PatchDock and FireDock softwares. Visualization was carried out using PyMol to see the interaction site between the ligand and the receptor. The target protein used from bacteria P. gingivalis and S. sanguinis was LPS and bacteriocin nisin A and nisin Z were selected as test ligands. The results of the molecular docking method and visualization showed that the best global energy value of docking between bacteriocin nisin Z and bacterial LPS protein P. gingivalis was -45.40 kcal/mol and between bacteriocin nisin A and bacterial LPS protein S. sanguinis was -42.59 kcal/mol. In addition, there is an interaction between the amino acids ASP-74, ASP-76, ASP-78 and ARG-66 on the bacteriocin nisin A with the LPS receptor on S. sanguinis and the interaction between the amino acids Lys-1C on the bacteriocin nisin Z with the LPS receptor. on P. gingivalis bacteria. It can be concluded that bacteriocin nisin A can inhibit the action of bacteria S. sanguinis and bacteriocin nisin Z can inhibit the action of bacteria P. gingivalis as pathogenic bacteria present in the mouth."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Fatima Azzahra
"Latar belakang: Kondisi penyakit periodontal dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan klinis dan radiografi.Pada teknik radiografi digitaldapat dilakukan image enhancement untuk memperbaiki kualitas gambar dengan mengoptimalkan brightness dan contrast. Tujuan :Mengetahui batasan valueyang dapat ditoleransi pada pengaturan brightnessdan contrast pada kasus periodontitis mild - moderate.Metode :Dilakukan image enhancementdengan mengubah brightnessdan contrastpada 100 radiograf dengan kasus periodontitis mild-moderatedengan interval poin -20,-10, +10 dan +20 pada setiap sampel pada masing-masing kelompok menggunakan program software Digora for Windows. Hasil :Valueyang dapat ditoleransi pada pengaturan brightness pada kasus periodontitis mild-moderateberkisarpada valuedibawah +10 dan yang dapat ditoleransi dalam pengaturan contrastberkisardari valuediatas -20.Kesimpulan :Pengaturan brightnessdan contrastdilakukan pada valuetersebut tidak akan mempengaruhi ataupun mengubah interpretasi radiografik periodontitis mild - moderatejika dilakukan pada value toleransinya.

Background :Periodontal disease condition can be checked by clinical and radiograph examination. In digital radiography techniques, image enhancement can be done to improve image quality by optimizing brightness and contrast. Objective :To determine the limit of values that can be tolerated in brightness and contrast setting in mild-moderate periodontitis cases. Methods :Adjust the image enhancement setting by changing the brightness and contrast of 100 radiographs with mild-moderate periodontitis with points intervals of -20, -10, +10 and +20 each sample in each group using the Digora for Windows. Result :Values that can be tolerated in brightness setting in interpretation of mild-moderate periodontitis rangeat values below +10 and values that can be tolerated in contrast setting rangefrom values above -20. Conclusion :Brightness and contrast adjustment made at these values will not affect the radiographic interpretation of mild-moderate periodontitis if carried out at their tolerance values."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Univeritas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kelcy Theresia Gotama
"Latar Belakang: Penyakit periodontal merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut utama di Indonesia, dengan prevalensi sebesar 74,1% pada tahun 2018. Salah satu penyebab utama dari periodontitis merupakan akumulasi biofilm yang mengalami pematangan menjadi plak di daerah permukaan gigi, khususnya subgingiva yang kaya akan bakteri anaerobik seperti Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola. Maka dari itu, perlu dilakukan tindakan pencegahan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Hingga saat ini, agen antiplak gold standard di bidang kedokteran gigi ialah Chlorhexidine 0,2%. Namun, penggunaan Chlorhexidine dalam jangka panjang dapat menyebabkan beberapa efek samping. Oleh karena itu, dicarilah alternatif dari Chlorhexidine sebagai agen antibakteri—salah satunya yaitu kulit semangka. Kulit semangka merupakan bagian buah semangka yang tinggi akan zat fitokimia yang memiliki kemampuan antibakteri, seperti saponin, tanin, alkanoid, flavonoid, dan terpenoid, namun khasiatnya belum banyak diteliti di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui dan menganalisa aktivitas antibakteri ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dalam menghambat pertumbuhan serta membunuh bakteri Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola, dan membandingkannya dengan kemampuan antibakteri gold standard anti-plaque agent yaitu Chlorhexidine 0,2%.
Metode: aktivitas antibakteri ekstrak kulit semangka terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis (ATCC 33277) dan Treponema denticola (ATCC 35405) diamati melalui uji Kadar Hambat Minimum (KHM) dengan mengukur Optical Density dari sampel menggunakan microplate reader dan uji Kadar Bunuh Minimum (KBM) dengan mengukur secara visual koloni bakteri yang terbentuk setelah dipaparkan ekstrak dengan konsentrasi 30%, 20%, dan 10%. Selanjutnya hasil dioleh secara statistik.
Hasil: Ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dapat menghambat pertumbuhan serta membunuh koloni bakteri Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola dengan nilai KHM 10% dan KBM 10%. Uji komparatif secara statistik dengan uji One-Way Anova menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara aktivitas antibakteri ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dengan Chlorhexidine 0,2%.
Kesimpulan: Ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dapat menghambat pertumbuhan serta membunuh koloni bakteri Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola sehingga dapat dipertimbangkan sebagai alternatif agen antibakteri untuk mencegah penyakit periodontal.

Background: Periodontal disease is one of the main oral and dental health diseases in Indonesia, with a prevalence of 74,1% in 2018. The etiology of periodontal disease is multifactorial. One of the main causes is the accumulation of dental biofilm which matures, forming plaque on tooth surfaces, particularly the subgingival area that has an abundance of anaerobic bacteria such as Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola. Hence, preventive measures has to be implemented in order to preserve oral and dental health. One way to do so is by regular usage of oral rinses. Chlorhexidine 0,2% is considered to be the gold-standard antiplaque agent in today’s dental field. However, long-term use of Chlorhexidine may lead to several side effects. As a result, researchers have begun looking for alternatives to Chlorhexidine as an antibacterial and antiplaque agent—one of which is watermelon peel. Watermelon peel is rich in phytochemicals which possess antibacterial properties, such as saponin, tannin, alkanoid, flavonoid, and terpenoid; however, its benefits have not been studied much in Indonesia.
Goal: To analyze the antibacterial activity of watermelon (Citrullus lanatus) peel extract in preventing the growth and eliminating bacteria colonies of Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola as well as comparing them to the antibacterial activity of Chlorhexidine 0,2% as gold standard.
Method: the antibacterial activity of watermelon peel extract against the bacteria Porphyromonas gingivalis (ATCC 33277) and Treponema denticola (ATCC 35405) is observed through the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) test by measuring the Optical Density (OD) of the studied samples through a microplate reader, as well as the Minimum Bactericidal Concentration (MBC) test by visually counting the number of colonies formed after being exposed to the extracts at 30%, 20%, and 10% concentration. Afterwards, the data collected is statistically.
Results: Watermelon peel extract is capable of inhibiting as well as eliminating bacterial colonies of Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola with MIC score of 10% and MBC score of 10%. Statistical comparative test reveals that there’s no significant difference between the antibacterial activity of all sample groups of watermelon peel extract and Chlorhexidine 0,2%.
Conclusion: Watermelon peel extract can inhibit the growth as well as eliminate bacterial colonies of Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola, which makes it a considerable alternative as antibacterial agent in order to prevent periodontal diseases.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Ilham Hutomo
"Latar Belakang: Osteoporosis merupakan penyakit yang ditandai oleh penurunan massa tulang, sehingga menyebabkan perubahan mikroarsitektur tulang. Osteokalsin adalah protein penanda adanya pembentukan dan resorpsi tulang. Tujuan: Menganalisis hubungan antara kadar osteokalsin dengan status periodontal pada perempuan berisiko osteoporosis. Metode: Studi potong lintang pada 70 perempuan pascamenopause. Dilakukan pemeriksaan status periodontal dan kadar osteokalsin dalam serum menggunakan metode ELISA. Hasil: Tidak terdapat perbedaan kadar osteokalsin antara subjek osteoporosis, osteopenia, dan normal. Terdapat hubungan antara kadar osteokalsin terhadap kehilangan perlekatan klinis pada subjek osteoporosis. Kesimpulan: Ada hubungan antara kadar osteokalsin dengan status periodontal pada subjek osteoporosis.

Background: Osteoporosis is defined as a bone disease characterised by a decrease in bone mass results in bone microarchitecture alteration. Osteocalcin is a valid biomarker for bone turnover and resorption. Aim: To analyze relationship between serum osteocalcin levels and periodontal status in osteoporotic risk women. Methods: A cross-sectional study was conducted on 70 postmenopausal women. Periodontal examination and serum osteocalcin levels was measured using ELISA method. Result: There is no difference of serum osteocalcin levels on osteoporotic, osteopenia, and normal subjects. Relationship between serum osteocalcin and clinical attachment loss was found on osteoporotic subjects. Conclusion: Relationship between serum osteocalcin levels and periodontal status was found on osteoporotic subjects.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Zainudin
"Latar belakang: Infeksi SARS-CoV-2 menyebabkan disregulasi sistem imun sehingga memperberat klinis pasien. Penilaian CT dan parameter inflamasi pejamu (neutrofil, limfosit, CRP dan feritin) saat admisi diharapkan membantu klinisi memberi tatalaksana efektif bagi pasien berisiko perburukan.
Tujuan: Mengetahui pengaruh nilai CT dan parameter inflamasi pejamu saat admisi terhadap derajat penyakit COVID-19 dalam 14 hari sejak onset gejala.
Metode: Studi kohort retrospektif dengan menelusuri rekam medis pasien COVID-19 berusia >18 tahun yang dirawat di RSCM dan RS Medistra pada Juni 2020-Februari 2021. Dilakukan analisis bivariat antara nilai CT, neutrofil, limfosit, CRP, feritin saat admisi dengan keparahan COVID-19, dilanjutkan analisis ROC untuk mendapatkan titik potong optimal. Setelahnya, dilakukan analisis multivariat dan membuat model klinis terbaik menilai kemungkinan keparahan COVID-19.
Hasil: Dari 336 subjek didapatkan COVID-19 berat-kritis sejumlah 75,3%. Tidak terdapat hubungan antara nilai CT rendah-sedang dan CT rendah-tinggi terhadap keparahan COVID-19 dengan nilai p masing-masing 0129 dan 0,913, sementara itu terdapat hubungan signifikan antara neutrofil, limfosit, CRP dan feritin terhadap keparahan COVID-19 dengan masing-masing nilai p<0,001. Dari analisis ROC, didapat titik potong optimal neutrofil (>71,5%), limfosit (<18,5%), CRP (>17,2 mg/dL), feritin (270 ng/mL) terhadap terjadinya COVID-19 berat-kritis dalam 14 hari sejak onset gejala. Hasil analisis multivariat menujukkan faktor yang mempengaruhi COVID-19 berat-kritis antara lain neutrofil (aRR 1,850 [IK 95% 1,482-2,311]), limfosit (aRR 1,877 [IK 95% 1,501 – 2,348]), CRP (aRR 2,068 [IK 95% 1,593 – 2,685]), dan feritin (aRR 1,841 [IK 95% 1,438 – 2,357]). Model klinis kombinasi neutrofil, limfosit, CPR dan feritin terhadap COVID-19 berat-kritis memiliki nilai AUC 0,933 (IK 95% 0,902 – 0,963).
Kesimpulan: nilai CT tidak mempengaruhi COVID-19 tidak berat dan berat-kritis. Neutrofil, limfosit, CRP, dan feritin saat admisi mempengaruhi terjadinya COVID-19 tidak berat dan berat-kritis Kombinasi neutrofil, limfosit, CRP dan feritin merupakan model klinis terbaik menilai kemungkinan keparahan COVID-19 dalam 14 hari sejak onset gejala.

Background: SARS-CoV-2 infection leads to immune dysregulation and hyperinflammation, thus potentially exacerbating clinical outcomes. Assessing CT value and host inflammatory parameters such as neutrophils, lymphocytes, CRP, and feritin upon admission may assist clinicians in providing effective management, especially for patient at risk of severe-critical condition.
Objective: To analyze the effect of CT values and host inflammatory parameters upon admission on the severity of COVID-19 within 14 days of symptom onset.
Methods: A retrospective cohort study tracing COVID-19 patient’s medical records aged >18 years admitted to RSUPN Ciptomangunkusumo and RS Medistra from June 2020 to February 2021. Bivariate analysis was conducted between CT values, neutrophils, lymphocytes, CRP, feritin on admission with COVID-19 severity, then ROC analysis to determine the optimal cut off points. Multivariate analysis was performed to control confounding factors. The best clinical model was analyzed for severe-critical outcome within 14 days of symptom onset.
Results: Out of 336 subjects, 75,3% had severe-critical COVID-19. There was no association between low-moderate CT value and low-high CT value with COVID-19 severity, with p value 0,129 and 0,913 respectively. However, there was significant association between neutrophils, lymphocytes, CRP, and feritins with COVID-19 severity, each with p<0.001. ROC analysis determined optimal cut off for neutrophils (>71.5%), lymphocytes (<18.5%), CRP (>17.2 mg/dL), and feritin (270 ng/mL) for the occurrence of severe-critical COVDI-19 within 14 days symptom onset. Multivariate analysis revealed factors influencing severe-critical COVID-19 including neutrophils (aRR 1.850 [95% CI 1.482-2.311]), lymphocytes (aRR 1.877 [95% CI 1.501 – 2.348]), CRP (aRR 2.068 [95% CI 1.593 – 2.685]), and feritin (aRR 1.841 [95% CI 1.438 – 2.357]). Combination of neutrophil, lymphocytes, CRP, and feritin was the best clinical model for severe-critical COVID-19 with AUC value 0.933 (95% CI 0.902 – 0.963).
Conclusion: Neutrophils, lymphocytes, CRP, and feritin value upon admission effect COVID-19 severity within 14 days of symptom onset
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vriona Ade Maenkar
"Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19), yang disebabkan oleh sindrom pernafasan akut parah coronavirus 2 (SARS-CoV-2), telah mengakibatkan pandemik global. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor risiko Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI) dan efektivitas vaksinasi SARS-CoV-2. Studi observasional ini, menggunakan desain studi cross-sectional dengan total sampel penelitian 261 orang dan pengumpulan data dilakukan menggunakan Google Form. Hasil dari penelitian ini menunjukkan gejala KIPI paling banyak ditemukan pada onset <24 jam. Gejala umum yang ditemukan adalah sakit di tempat suntikan, fatigue, nyeri otot dan nyeri sendi. Sebagian besar keparahan KIPI adalah tingkat mild dan hanya beberapa peserta yang mengkonsumsi pengobatan. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa peserta dengan jenis kelamin perempuan, peserta dengan penyakit penyerta, usia remaja – dewasa, jenis vaksin mRNA (BNT162b2) memiliki risiko KIPI yang lebih tinggi dan berpengaruh secara signifikan secara statistik (p<0.005). Efektivitas vaksin COVID-19 dalam mencegah infeksi cukup tinggi dengan persentase ≥79% pada setiap jenis dan dosis vaksin. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa vaksin COVID-19 aman untuk diberikan karena KIPI sebagian besar ringan dan otomatis hilang dan menurun setelah 1 hingga 3 hari dan persentase efektivitas vaksin dalam mencegah infeksi COVID-19 cukup baik.

The coronavirus that causes severe acute respiratory syndrome (COVID-19) is coronavirus 2 (SARS-CoV- 2). This virus has caused a global pandemic. This study aims to analyze relationship between risk factors for Adverse Events Following Immunization (AEFI) and the effectiveness of the SARS-CoV-2 vaccination. This observational study used a cross-sectional study design with a total sample of 261 people, data were collected using Google Forms. Results of this study showed the most AEFI symptoms are found at the onset of <24 hours. Common symptoms found are pain at injection site, fatigue, muscle aches and joint pain. Most of the AEFI severity was mild and only a few participants took medication. Results of this study stated that participants with female gender, comorbidities, adolescents - adults, type of mRNA (BNT162b2) vaccine had a higher risk of AEFI and statistically significant (p<0.005). Effectiveness of the COVID-19 vaccine is quite high with a percentage of ≥79% for each type and dose of vaccine. Conclusion of this study shows that the COVID-19 vaccines are safe to give because most of AEFIs are mild and automatically disappear and decrease after 1 to 3 days and percentage of effectiveness of the vaccine in preventing COVID-19 infection is good."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fenandri Fadillah Fedrizal
"Latar Belakang: Oklusi kronik total (OKT) adalah lesi koroner kronik yang memiliki morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Salah satu proses yang terjadi pada OKT adalah inflamasi, yang berperan penting dalam perkembangan aterosklerosis. Beberapa faktor risiko penyakit kardiovaskular diketahui meningkatkan proses inflamasi. Rasio neutrofil limfosit (RNL) baru-baru ini menunjukkan potensinya sebagai salah satu biomarker inflamasi yang memiliki berbagai fungsi, baik diagnosis maupun prognosis, pada pasien dengan PJK.
Tujuan: Mengetahui hubungan RNL, usia, jenis kelamin, diabetes melitus, hipertensi, hiperlipidemia, riwayat penggunaan antiplatelet maupun statin, riwayat keluarga dengan PJK dan merokok terhadap kejadian OKT.
Metode: Studi potong lintang yang dilakukan pada Oktober 2020 – April 2021 ini behasil mendapatkan 98 pasien IMA-EST yang menjalani prosedur angiografi di RSCM pada rentang 2015-2018 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Karakteristik klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium diekstrak dari data rekam medis. Data tersebut dianalisis secara bivariat dengan menggunakan uji Chi-square atau uji Fischer. Variabel dengan nilai p < 0,25 dilibatkan dalam analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik.
Hasil: Proporsi OKT pada pasien IMA-EST di RSCM pada periode 2015-2018 adalah 77,6%. Analisis bivariat mendapatkan bahwa jenis kelamin, riwayat merokok, dan RNL ≥ 6,42 adalah variabel yang signifikan dan analisis multivariat mendapatkan faktor prediktor independen terhadap kejadian OKT pada pasien IMA-EST. adalah merokok (p= 0,006, OR;IK95% 7,391;1,791-30,508) dan RNL ≥ 6,42 (p<0,001, OR; IK95% 11,157;3,250-38,303). Analisis ROC menunjukkan bahwa RNL ≥ 6,42 memiliki sensitivitas sebesar 73,7 dan spesifisitas sebesar 77,3 dengan AUC 0,888 untuk memprediksi kejadian OKT pada pasien IMA-EST.
Kesimpulan: Faktor-faktor yang memengaruhi kejadian OKT pada pasien IMA-EST secara signifikan adalah RNL ≥ 6,42 dan merokok.

Background: Chronic total occlusion (CTO) is a chronic lesion that has significant morbidity and mortality. Inflammation plays a key role in the development of atherosclerosis. Several risk factors for cardiovascular disease’s are known to increase inflammatory process. The neutrophil lymphocyte ratio (NLR) has recently shown its potential as a inflammation biomarker that has multiple functions, both diagnostic and prognostic, in patients with coronary heart disease.
Objective: To determine the relationship between NLR values, age, gender, diabetes mellitus, hypertension, hyperlipidemia, history of antiplatelet and statin use, family history of CHD and smoking on the incidence of total chronic occlusion.
Methods: A cross-sectional study was conducted in October 2020 – April 2021 that obtained 98 STEMI patients who underwent angiography procedures at the CMGH during 2015-2018 who met the inclusion and exclusion criteria. Clinical characteristics and laboratory results were extracted from medical record data. The data were analyzed bivariately using the Chi-square test or Fischer's test. Variables with p value < 0.25 were included in multivariate analysis using logistic regression
Results: The proportion of chronic total occlusion in STEMI patients at the RSCM in the 2015-2018 period was 77.6%. Bivariate analysis found that gender, smoking history, and RNL ≥ 6.42 were significant variables and multivariate analysis found independent predictors of CTO in STEMI patients. were smoking (p= 0.006, OR; CI95% 7.391; 1.791-30.508) and NLR 6.42 (p<0.001, OR; CI95% 11.157; 3.250-38.303). ROC analysis showed that NLR ≥ 6.42 had a sensitivity of 73.7 and specificity of 77.3 with an AUC of 0.888 for predicting the incidence of CTO in STEMI patients.
Conclusion: Factors that significantly influenced occurence of CTO in STEMI patients were NLR ≥ 6.42 and smoking.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziah M. Asim
"Latar Belakang: Berbagai penelitian menyebutkan terdapat hubungan antara penyakit periodontal dengan kelahiran bayi prematur KBP , namun belum ada kajian hubungan keparahan periodontitis kronis dan proporsi Porphyromonas gingivalis dalam plak subgingiva dengan KBP.
Metode: Penelitian retrospektif dengan metode wawancara, kuesioner, dan pemeriksaan klinis periodontal pada subjek maksimum 48 jam paska persalinan. Penentuan keparahan periodontitis kronis berdasarkan kriteria gabungan CAL, PPD, BOP, dan penyebaran. Pengambilan sampel plak subgingival dari poket terdalam untuk P. gingivalis dengan metode qPCR. Analisis statistik Chi-square dan Regresi Logistik menggunakan SPSS.
Hasil: Ada hubungan antara keparahan periodontitis kronis dengan KBP p=0,002 ; dan antara proporsi P. gingivalis dengan keparahan periodontitis kronis p=0,015 dengan distribusi terbanyak pada periodontitis kronis berat. Tidak ada hubungan antara proporsi P. gingivalis dengan KBP p=0,466.
Kesimpulan: KBP berhubungan dengan keparahan periodontitis kronis, namun tidak dengan proporsi P. gingivalis. Perlu penelitian lanjutan yang mengkaji hubungan bakteri periodontopatogen kuat lainnya dengan KBP.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Respons trofoblas terhadap Porphyromonas gingivalis yang dimediasi Toll-Like Receptor-2 dan -4. Trofoblas berpartisipasi mencegah allorecognition dan mengendalikan patogen berbahaya bagi kelangsungan hidup janin. Toll-like receptor mengenali urutan terkonservasi pada permukaan patogen dan memicu fungsi sel efektor.
Porphyromonas gingivalis diduga menyebar ke tali pusat, dan menyebabkan restriksi pertumbuhan janin. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi ekspresi TLR-2 dan TLR-4 pada sel trofoblas dari tikus hamil yang terinfeksi Porphyromonas gingivalis. Metode: Tikus betina dipapar live-Porphyromonas gingivalis pada konsentrasi 109 colony forming unit/mL ke dalam sulkus subgingiva molar pertama maksilaris sebelum dan/atau selama kehamilan. Tikus dikorbankan pada gestational day 14 dan 20. Porphyromonas gingivalis dideteksi dengan sistem API-ZYM dalam darah vena pleksus retro- orbital maternal dan tali pusat. Ekspresi TLR-2 dan TLR-4 pada sel trofoblas dideteksi secara imunohistokimia. Hasil: Porphyromonas gingivalis pertama kali dideteksi dalam darah maternal dan akhirnya menyebar ke tali pusat. Sinsitiotrofoblas, spongitrofoblas dan giant cell
trofoblas pada kelompok perlakuan memiliki ekspresi TLR-2 dan TLR-4 secara signifikan lebih tinggi daripada kelompok kontrol (p<0,05). Simpulan: Sinsitiotrofoblas, spongitrofoblas dan giant cell trofoblas mampu mengenali Porphyromonas gingivalis melalui ekspresi TLR-2 dan TLR-4. Ligasi TLR-2 dan TLR-4 mendorong produksi sitokin dan menginduksi kematian sel trofoblas. Temuan kami memperkuat hubungan antara penyakit periodontal dan restriksi pertumbuhan janin.

Trophoblast participates in preventing allorecognition and controlling pathogens that compromise fetal wellbeing. Toll-like receptors recognize conserved sequences on the pathogens surface and trigger effector cell functions. Porphyromonas gingivalis is thought to spread to the umbilical cord and cause fetal growth restriction. Objective: To characterize expression and function of TLR-2 and TLR-4 in trophoblast cells from Porphyromonas gingivalisinfected pregnant rats. Methods: Live Porphyromonas gingivalis were challenged into the maxillary first molar subgingival sulcus of female rats before and/or during pregnancy and sacrified on gestational day (GD) 14 and 20.
Porphyromonas gingivalis was detected by API-ZYM system in the maternal blood of the retro-orbital venous plexus and the umbilical cord. TLR-2 and TLR-4 expressions in trophoblast cells was detected by immunohistochemistry. Results: Porphyromonas gingivalis was first detected in the maternal blood and finally spread to the umbilical cord. Syncytiotrophoblast, spongitrophoblast and trophoblastic giant cell in treated groups had significantly higher expression of TLR-2 and TLR-4 than control group (p<0.05). Conclusion: Syncytiotrophoblast, spongitrophoblast and trophoblastic giant cell are able to recognize Porphyromonas gingivalis through TLR-2 and TLR-4 expression. The ligation of TLR-2 and TLR-4 promoted cytokine production and induced trophoblast cell death. These findings strengthen links between periodontal disease and fetal growth restriction"
Universitas Gadjah Mada, 2013
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Syafi`
"Latar Belakang: Karies gigi merupakan suatu permasalahan utama mengenai kesehatan gigi dan mulut di Indonesia. Menurut Riskesdas tahun 2018 prevalensi karies di Indonesia mencapai 88,8%. Karies gigi dapat terjadi disebabkan oleh bakteri patogen Streptococcus mutans yang menjadi faktor patogen utama terbentuknya karies gigi. Karies dapat terbentuk karena terdapat peran dari bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis. Maka saat ini diperlukan pengembangan dari agen antibakteri, salah satu nya terhadap bakteri penyebab karies gigi. Pengembangan agen antibakteri yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan bahan alam sebagai agen antibakteri. Salah satu bahan alam yang dapat digunakan sebagai agen antibakteri adalah kulit semangka. Kulit semangka (Citrullus lanatus) memiliki banyak manfaat di bidang medis, salah satu nya sebagai agen antibakteri. Kulit semangka ternyata mengandung bahan fitokimia seperti: flavonoid, terpenoid, tanin, saponin, dan alkanoid yang dapat berperan sebagai antibakteri. Tujuan: Mengetahui dan menganalisis efektivitas ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dalam menghambat pertumbuhan dan membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans (ATCC 25175) dan Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) serta membandingkan efektivitas ekstrak kulit semangka dengan chlorhexidine (kontrol positif). Metode: Efektivitas ekstrak kulit semangka terdapat bakteri Streptococcus mutans (ATCC 25175) dan Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) dilihat dari uji Kadar Hambat Minimum (KHM) dan uji Kadar Bunuh Minimum (KBM) dengan konsentrasi ekstrak kulit semangka yang digunakan adalah 30%, 20%, dan 10%. Selanjutnya hasil tersebut dianalisis dengan uji statistik One Way Anova. Hasil: Ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans (ATCC 25175) dan Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) dengan nilai KHM 10% dan KBM 10%. Melalui uji statistik One Way Anova didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna pada efektivitas ekstrak kulit semangka dengan chlorhexidine (p ³ 0,05). Kesimpulan: Ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dapat menghambat pertumbuhan bakteri serta membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans (ATCC 25175) dan Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) sehingga dapat menjadi agen antibakteri terhadap karies gigi.

Background: Dental caries is a major problem regarding dental and oral health in Indonesia. According to Riskesdas in 2018, caries prevalence in Indonesia reached 88.8%. Dental caries can be caused by the pathogenic bacteria Streptococcus mutans which is the main pathogenic factor for the formation of dental caries. Caries can be formed because of the role of the bacteria Streptococcus mutans and Streptococcus sanguinis. So now it is necessary to develop antibacterial agents, one of which is against bacteria that cause dental caries. The development of antibacterial agents can be done is to using natural ingredients as antibacterial agents. One of the natural ingredients that can be used as an antibacterial agent is watermelon peel. Watermelon peel (Citrullus lanatus) has many medical benefits, one of which is as an antibacterial agent. Watermetoln peel turns out to contain phytochemicals such as flavonoids, terpenoids, tannins, saponins, and alkaloids that can act as antibacterial. Objectives: To determine and determine the effectiveness of watermelon peel extract (Citrullus lanatus) in inhibiting the growth and killing bacterial colonies of Streptococcus mutans (ATCC 25175) and Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) and to compare the effectiveness of watermelon peel extract with chlorhexidine (positive control). Methods: The effectiveness of watermelon peel extract contained Streptococcus mutans(ATCC 25175) and Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) seen from the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) test and Minimum Killing Concentration (MBC) test with concentrations of watermelon peel extract used were 30%, 20%, and 10%. Furthermore, these results were analyzed by using One Way Anova statistical test. Results: Watermelon peel extract (Citrullus lanatus) could inhibit the growth and kill the bacterial colonies of Streptococcus mutans (ATCC 25175) and Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) with a MIC value of 10% and MBC of 10%. Through the One Way Anova statistical test, the results showed that there was no significant difference in the effectiveness of watermelon peel extract with chlorhexidine (p ³ 0.05). Conclusion: Watermelon peel extract (Citrullus lanatus) can inhibit bacterial growth and kill bacterial colonies of Streptococcus mutans (ATCC 25175) and Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) so that it can be an antibacterial agent against dental caries."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>