Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 37642 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reza Ilman Derajat
"Gua Batu di Desa Napal Licin, Sumatra Selatan merupakan situs yang dimanfaatkan masyarakat prasejarah dan memiliki temuan artefak batu yang raya, baik dari aspek bentuk maupun bahannya. Diketahui 1.022 artefak batu ditemukan pada ekskavasi Sektor II tahun 2013 dan 2014 oleh Balai Arkeologi Sumatra Selatan. Berdasarkan sortir dari 1.022 artefak yang ditemukan, hanya 50 yang menujukkan ciri alat. Skripsi ini membahas tipologi bentuk alat batu dengan unit analisis bentuk umum alat, bentuk khusus alat, letak tajaman, dan bentuk tajaman. Analisis tipologi menghasilkan tiga tipe, enam subtipe, empat variasi, dan empat subvariasi. Penelitian ini memperlihatkan bahwa temuan di Gua Batu memiliki corak Paleolitik hingga Neolitik, sedangkan berdasarkan pertanggalan Gua Batu merupakan situs yang berasal dari masa Neolitik.

Gua Batu in Desa Napal Licin, Sumatra Selatan, is a site used by prehistoric people and has great stone artifact findings in terms of shape and raw material. It is known that 1,022 stone artifacts were found from sector II excavations in 2013 and 2014 done by Balar Arkeologi Sumatra Selatan. Based on the sorting of those 1,022 artifacts, only 50 showed the characteristics of the tools. This research discusses the form typology of the stone tool with a unit of analysis of the general shape of the tool, the specific shape of the tool, the location of the edge, and the shape of the edge. The typological analysis resulted in three types, six subtypes, four variations, and four subvariations. This research also shows that the stone tools from Gua Batu have a Paleolithic to the Neolithic pattern, although based on the dating of the cave, the site was from the Neolithic period."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desrosiers, Pierre M., editor
"The contributors to this seminal work combine research findings on pressure knapping from different cultures around the globe to develope a cohesive theory. This contributions to this volume represents a significant development to research on pressure knapping, as well as the field of lithic studies in general."
New York: Springer, 2012
e20400986
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Githa Pramadyati Setiawan
"Adanya kehidupan yang lebih menetap ini mendorong berkembangnya pola pikir dan tingkat kecerdasan, khususnya pada teknologi pembuatan peralatan sehari-hari, termasuk peralatan dari bahan bebatuan. Di Indonesia, adanya konsep pembuatan alat batu yang yang lebih sempurna dan sesuai dengan tujuan penggunaannya berlangsung pada periode Preneolitik. Penelitian terhadap artefak batu periode Prenelolitik di Indonesia telah banyak dilakukan pada daerah-daerah gua dan ceruk di sekitar perbukitan karst di Sulawesi dan Jawa. Namun, penelitian mengenai artefak batu dari periode Preneolitik di wilayah Sumatera masih jarang dilakukan. Salah satu situs yang menghasilkan artefak batu dari periode Preneolitik adalah Situs Gua Pondok Selabe-1, Baturaja, Sumatera Selatan. Permasalahan penelitian yang diajukan terhadap alat batu dari Situs Gua Pondok Selabe-1 adalah bagaimana tipologi alat batu yang ditemukan, bagaimana karakteristik alat batu, serta bagaimana pemanfaatan bahan baku pada situs ini. Untuk mencapai tujuan penelitian dalam upaya mengetahui tipe-tipe, karakteristik serta pemanfaatan alat batu yang terdapat pada Situs Gua Pondok Selabe-l, maka dilakukan beberapa tahapan penelitian. Tahap-tahap yang dilakukan merupakan pengamatan terhadap aspek kualitatif dan kuantitatif dengan mengamati unsur-unsur teknologi batu yang dijadikan atribut sehingga dihasilkan beberapa klasifikasi. Pengamatan aspek kualitatif dan kuantitatif tersebut meliputi analisis morofologi, analisis bahan baku, analisis permukaan alat, serta analisis khusus pada bagian tajaman alat yang meliputi lokasi, bentuk dan jenis tajaman alat. Setelah dilakukan klasifikasi, didapatkan tiga tipe kelompok alat yaitu tipe serpih, tipe bilah dan tipe batu inti yang umumnya berukuran kecil dengan bentuk tidak beraturan dan mencerminkan teknologi pembuatan yang masih sangat sederhana. Ketiga tipe tersebut dapat dikelompokkan lagi berdasarkan adanya jejak pakai berupa retus buat dan retus pakai sehingga dihasilkan kelompok tipe alat serpih, tipe alat bilah, tipe serpih dipakai, tipe bilah dipakai dan tipe batu inti dipakai. Jenis-jenis bahan baku yang digunakan dengan memanfaatkan sumber daya alam di sekitar situs antara lain rijang, andesit, fosil kayu, jasper, tufa, gamping dan kalsedon."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S11857
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irdiansyah
"Situs Gua Pandan di Sumatra Selatan merupakan salah satu situs di Indonesia yang memiliki beragam tipe artefak batu, selain itu penelitian tentang jejak pakai alat batu di situs ini belum pernah dilakukan. Berdasrkan klasifikasi, didapat lima tipe alat yang mayoritas berupa alat dengan tajaman unifasial bersudut sangat landai (tipe 11), kemudian diikuti alat dengan tajaman bersudut sangat terjal (tipe 13), tajaman unifasial bersudut terja (tipe 12), tajaman bifasial bersudut landai (tipe 11), tajaman bifasial bersudut sangat terjal (tipe 113), dan tajaman bifasial bersudut landai (tipe 111). Berdasarkan analisis jejak pakai serta penapsiran melalui analogi etnografi dan eksprimen, alat pakai tipe 12 cendrung dekat dengan kegiatan yang sangat beragam, seperti menyerut/memotong kayu, menyerut tumbuhan, melubangi kulit segar, memoton/mengiris daging dan menggergaji tulang. Alat pakai tipe pada 11 cendrung dekat dengan kegiatan memotong/mengiris daging, meraut tulang, dan meraut/menyerut/memotomg kayu. Alat pakai tipe 13 dekat dengan kegiatan menyetut/mengetam kayu dan menyerut kulit kerang. Alat pakai pada tipe 113 dekat dengan kegiatan membelah kayu. Berdasarkan berbagai perkiraan, kemungkinan individu/kelompok, manusia di situsGgua Pandan dekat dengan kegiatan berburu dan mengumpulkan makanan yang secra langsung dilakukan melalui alat-alat berbahan baku kayu, sementara itu, alat batu merupakan alat bantu untuk memproduksi alat-alat kayu tersebut. Dengan demikian, alat batu yang cukup efisien dan proporsional di Gua Pandan tidak dibuat untuk mudah dibawa saat kepentingan berburu, tetapi mudah dibawa dalam perjalanan saat perpindahan tempat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S11799
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
A. Rauf Andar Adipati
"Temuan batu di situs Gua Togi Ndrawa merupakan hasil ekskavasi di situs tersebut yang dilakukan pada tahun 2004. Pada ekskavasi ini dibuka dua kotak Bali yaitu C6 dan E6. Kotak C6 memiliki 375 buah temuan batu, sedangkan kotak E6 memiliki 498 buah temuan batu. Permasalahan yang diajukan pada penelitian ini berkaitan dengan tipologi dan pemanfaatan sumber daya batuan. Proses selanjutnya memperlihatkan bahwa kebanyakan temuan batu di situs ini merupakan temuan non alat. Analisis yang digunakan untuk menjawab permasalahan adalah analisis khusus. Langkah awal dilakukan dengan mengelompokan temuan batu berdasarkan kotak gali, unit kedalaman lapisan tanah, jenis batuan, kisaran ukuran, dan korteks. Dari temuan batu ini disusun pula tipologi. Penentuan tipologi bukan didasarkan pada fungsi, namun dilakukan atas dasar pengamatan terhadap bentuk, ciri-ciri morfologi, bekas buat, dan bekas pakai. Terdapat enam tipe batuan, yaitu sempalan, perkutor, runtuhan, serpih, batu inti, dan manuport. Tipe runtuhan merupakan temuan batu yang paling banyak ditemukan. namun karena tipe ini tidak terkait dengan teknologi alat batu maka tidak dilakukan analisis lebih lanjut terhadapnya. Tipe yang terkait dengan teknologi alat batu adalah sempalan, serpih, dan perkutor. Temuan perkutor sebanyak 7 buah dan serpih sebanyak 24 buah memang bukan merupakan jumlah yang signifikan dalam melihat proses teknologi. Namun dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa di situs ini pernah terjadi proses pemakaian alat batu. Kemungkinan hal yang mendasari minimnya temuan batu yang termasuk alat adalah pembukaan kotak gali yang masih sedikit. Selain itu dari temuan yang diperoleh dapat diprediksi bahwa kemungkinan pada bagian gua yang lain terdapat temuan batu yang memiliki lebih banyak ciri-ciri alat. Namun demikian, karena pada situs ini tidak tercipta suatu pola umum alat batu maka kemungkinan alat batu yang ditemukan tidak menunjukkan bentuk-bentuk khusus yang dapat dipakai untuk membedakan antara fungsi alat yang satu dengan lainnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S11892
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel, Glyn
London: Thames and Hudson, 1992
571 DAN w (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
"Cave pictures are one form of human culture found in old sites of dwelling caves of the pre-historical time. Cave pictures can be said to be universal in nature because they are found almost every where in the world, including Indonesia. One form or object of picture frequently found is hand stencils. In Indonesia, beside Kalimantan, the Moluccas, and Irian, it is also found in South Sulawesi, especially in the District of Pangkajene Islands (Pangkep). Twelve caves in Pangkep are studied where 326 hand stencils are found. The hand part, orientation, hand side, number of fingers, size, color, and context are analyzed. The analysis reveals a pattern of hand palms of adults with upward orientation. The analysis also reveals a pattern of hand palms that are brown in color, randomly arranged, within the context of pictures of other hands."
Depok: Faculty of Humanities University of Indonesia, 2005
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Yani Yuniawati Umar
"Kubur batu waruga yang diteliti terdapat di wilayah Kecamatan Tomohon (Kabupaten Minahasa) clan Kecamatan Wenang (Kodia Manado), Provinsi Sulawesi Utara. Pendukung dari kubur batu waruga di wilayah ini adalah Sub Etnis Tou'mbulu yang merupakan salah sate sub etnis yang ada di Etnis Minahasa. Kubur batu waruga merupakan salah sate unsur peninggalan megalitik yang berupa kubur peti batu. Dilihat dari konstruksinya waruga mempunyai wadah yang berbentuk empat persegi panjang serta tutup yang berbentuk prisma (menyerupai atap rumah), yang hanya terdapat di wilayah Sulawesi Utara khususnya di daerah kawasan Minahasa dan Manado. Pembahasan waruga di Sub Etnis Tou'mbulu ini difokuskan pada bagian tutupnya saja, terutama pada bagian muka dari tutup waruga. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mendapatkan data sedini mungkin sebelum data-data tersebut hilang dan musnah, dengan cara demikian maka botch dikata semua waruga masih sempat didokumentasikan sebelum Benda-benda tersebut lenyap sebagai dokumen sejarah, serta mendukung atau melanjutkan penelitian-penelitian sebelumnya agar lebih akurat terutama dalam pendeskripsian, sehingga dapat diolah dan digolongkan secara kornprehensip, cermat dan akurat, 2) mengadakan pendeskripsian terhadap seluruh jenis peninggalan megalitik khususnya waruga di sub-ctnis Tou'mbulu, Minahasa, sehingga diketahui keragaman maupun kekhasannya, 3) mengetahui poly persebaran waruga ditinjau dari bentuk, hiasan dan Iingkungan tisiknya. Diharapkan dari pokok bahasan mengenai waruga ini, kiranya dapat digunakan sebagai salah satu pangkal tolak dalam menyusun gambaran tentang kehidupan masa lalu, sebagai Benda kebudayaan yang memperlihatkan ciri-ciri yang dapat memberikan petunjuk tentang beberapa kondisi sosial, kulturil dan kronologinya (relatif) dari para pendukung waruga tersebut. Dari has""iI penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa di Sub Etnis Tou'mbulu terdapat 39 bentuk tutup waruga bagian muka. Secara keseluruhan jenis tipe yang terbanyak adalah tipe 11I yang berbentuk trapesium (TPS), yang memiliki 17 variasi. Apabila kenyataan ini dihubungkan dengan uraian dari Deetz dan juga Sharer dan Ashmore tentang norma, maka dapat dianggap bahwa jenis tipe 111 yang berbentuk trapesium ini adalah jenis yang normatif untuk Sub Etnis Tou'mbulu. Norma yang diwakilinya adalah norma pembuatan bentuk tutup pada masyarakat di Sub Etnis Tou'mbulu., mengingat bahwa sampel tutup waruga bagian muka diambil dari seluruh situs di wilayah Sub Etnis Tou'mbulu yang tutupnya masih bisa diamati. Ada kemungkinan pula bahwa bentuk trapesium merupakan ciri atau bentuk tertua serta digemari dibanding dengan bentuk-bentuk lainnya, karena persebarannya terlihat hampir merata di daerah penelitian (lihat tabel 32-35 dan peta no. 8). Selain itu jika dilihat, bentuk trapesium menyerupai bentuk rumah adat di sub etnis ini (lihat gambar 1). Berdasarkan basil dari seriasi frekuensi yang telah dilakukan maka tampak bahwa tutup waruga yang paling digemari adalah tutup waruga dari bentuk 22 (TPS-B-b), yang kemungkinan muncul pertama kali di Situs Lansot (LS), kemudian berkembang kearah situs Kolongan B, Kakaskasen A, Woloan A, clan populer di Situs Kayuwu, kemudian tutup waruga ini mulali memudar berawal dari Situs Tara-tara menuju Kolongan A, dan berakhir di Winawanua. Dari seriasi frekuensi ini juga terlihat bahwa ada kemungkinan Situs Lansot merupakan salah satu pusat tempat munculnya bentuk-bentuk waruga, sedangkan situs Woloan merupakan pusat berkembangnya waruga. Pada sub etnis ini terlihat pula adanya konsep atau norma, bahwa didalam pembuatan kubur yang dinamakan waruga itu adalah harus terdiri dari wadah dan tutup. Bentuk wadah secara sepintas tampak sebagian atau seluruhnya tertanam, sedang tutupnya menonjol di atas...""
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11832
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rindy Gita Wahyuni
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai tipologi bentuk alat cangkang
Pelecypoda situs Gua Kidang, Blora, Jawa Tengah. Jumlah alat yang diteliti
dalam penelitian ini adalah 97 buah. Unit analisis yang digunakan dalam
pembentukan tipologi adalah jenis cangkang yang dimanfaatkan, bentuk alat,
bentuk tajaman, dan retus pengerjaan. Penelitian ini menghasilkan delapan tipe,
14 sub-tipe, dan 16 variasi alat. Selain itu, penelitian ini juga memperlihatkan
bahwa alat-alat cangkang Pelecypoda di situs Gua Kidang umumnya merupakan
alat-alat yang menunjukkan sedikit atau tidak adanya modifikasi berupa retus
setelah cangkangnya dipangkas untuk menghasilkan suatu bentuk tertentu
(expedient tools).

ABSTRACT
This thesis discusses about morphological types of Pelecypod shell tools
from Kidang Cave, Blora, Central Java. Total number of tools that are used in
this research are 97 pieces. Attributes which are used as the unit of analysis to
form the typology are shell habitat, shape of tool, shape of sharp edge, and
retouch. This research shows eight types, 14 sub-types, and 16 variations of
Pelecypod shell tools. Furthermore, this research also shows that Pelecypod shell
tools from Kidang Cave are generally expedient tools."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S55459
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cibulan: Proyek Penelitian dan Penggalian Purbakala Departemen P dan K, 1977
930.1 GOE l (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>