Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142895 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanan Talida
"Latar belakang: Kanker serviks merupakan penyakit keganasan dengan prevalensi tinggi pada wanita baik di Indonesia maupun di dunia. Pengobatan yang tersedia saat ini dapat berupa terapi operatif ataupun non operatif seperti radiasi dan kemoterapi, tetapi masih terdapat efek samping, resiko yang dapat ditimbulkan, serta biaya yang cukup mahal. Holothuria scabra merupakan bahan alam yang banyak ditemukan di Indonesia serta diketahui memiliki beberapa kandungan dengan aktivitas antikanker namun belum banyak diteliti.
Metode: Holothuria scabra diekstraksi menggunakan pelarut etil asetat, etanol, dan n-heksana. Analisis kandungan metabolit sekunder masing-masing ekstrak dilakukan melalui uji fitokimia dan uji kromatografi lapis tipis (KLT), sementara aktivitas sitotoksik ekstrak terhadap sel kanker serviks HeLa diuji menggunakan metode MTT assay dan dibandingkan dengan doxorubicin.
Hasil: Holothuria scabra memiliki kandungan fitokimia triterpenoid pada ekstrak etil asetat, etanol, dan n-heksana, serta alkaloid pada ekstrak etanol. Aktivitas sitotoksik Holothuria scabra terhadap sel kanker serviks HeLa yang paling kuat dimiliki oleh ekstrak etil asetat dengan nilai IC50 sebesar 26,598 ± 1,091 μg/mL, diikuti oleh ekstrak etanol 62,959 ± 3,656 μg/mL, dan ekstrak n-heksana 75,385 ± 3,226 μg/mL, sementara nilai IC50 doxorubicin sebesar 7,209 ± 0,995 μg/mL. Terdapat perbedaan yang signifikan antar masing-masing ekstrak dan doxorubicin.
Kesimpulan: Holothuria scabra mengandung senyawa fitokimia yang memiliki aktivitas antikanker. Ketiga ekstrak menunjukkan aktivitas sitotoksik sedang terhadap sel kanker serviks HeLa.

Introduction: Cervical cancer is a malignant disease with a high prevalence among women in Indonesia and the world. Treatment currently available consists of operative or non-operative therapy such as radiation and chemotherapy. However, there are still side effects, risks, and the cost is also expensive. Holothuria scabra is a natural ingredient commonly found in Indonesia and is known to have some anticancer activity that has not been widely studied.
Method: Holothuria scabra was extracted using ethyl acetate, ethanol, and n-hexane as solvents. Analysis of the secondary metabolite content of each extract was carried out through phytochemical tests and thin-layer chromatography tests. In contrast, the cytotoxic activity of the extracts against HeLa cervical cancer cells was tested using the MTT assay and compared with doxorubicin.
Result: Holothuria scabra contains triterpenoid in all extracts, namely ethyl acetate, ethanol, n-hexane extract, and alkaloid in ethanol extract. Among the three Holothuria scabra extracts, ethyl acetate extract had the strongest cytotoxic activity against HeLa cervical cancer cells with an IC50 value of 26.598 ± 1.091 μg/mL, followed by ethanol extract of 62.959 ± 3.656 μg/mL, and n-hexane extract of 75.385 ± 3.226 μg/mL, meanwhile the IC50 value of doxorubicin was 7,209 ± 0,995 μg/mL. There were also significant differences between each extract and doxorubicin.
Conclusion: Holothuria scabra contains phytochemical compounds with anticancer activity and the three extracts showed moderate cytotoxic activity against HeLa cervical cancer cells.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridna Wulantari
"Latar belakang: Kanker kolorektal urutan ke-4 kasus kanker terbanyak di Indonesia pada tahun 2020. Tatalaksana kanker kolorektal terdapat efek samping sehingga dikembangkan pengobatan alternatif dari bahan alam, doxorubicin sudah digunakan sebagai obat antikanker . Holothuria scabra diketahui mengandung senyawa metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antioksidan dan antikanker dimana mampu menangkal radikal bebas yang menjadi penyebab terjadinya disfungsi pertumbuhan sel.
Metode: Holothuria scabra diolah dengan prinsip maserasi menggunakan pelarut n- heksana, etanol, dan etil asetat yang memiliki sifat kepolaran berbeda untuk mendapatkan hasil ekstraksi senyawa paling maksimal. Uji DPPH melihat aktivitas antioksidan sedangkan kemampuan aktivitas sitotoksik terhadap sel HT-29 diuji dengan metode MTT Assay dibandingkan dengan doxorubicin.
Hasil: Ekstrak etanol, etil asetat dan n-heksana Holothuria scabra sebagai antioksidan dengan nilai IC50 berturut-turut 1,750 ± 1,007 μg/mL, 2,644 ± 1,937 μg/mL, dan 6,128 ± 0,356 μg/mL. Kemampuan Holothuria scabra menginhibisi sel kanker kolorektal HT-29 didapatkan nilai IC50 0,831 ± 0,082 μg/mL (etanol); 2,172 ± 0,170 μg/mL (etil asetat), dan 59,276 ± 4,090 μg/mL (n-heksana), sedangkan doxorubicin 0,464 ± 0,254 μg/mL. Hasil uji statistik dibandingkan dengan doxorubicin didapatkan ekstrak etanol tidak menunjukkan perbedaan rerata nilai IC50 signifikan, sedangkan ekstrak etil asetat dan n- heksana terdapat perbedaan signifikan.
Kesimpulan: Holothuria scabra termasuk kelompok antioksidan sangat aktif ditemukan pula kemampuan sitotoksik terhadap sel kanker kolorektal HT-29, nilai rerata IC50 sitotoksik ekstrak Holothuria scabra yang paling baik adalah ekstrak etanol dibandingkan ekstrak etil asetat dan n-heksana.

Background: Colorectal cancer ranks 4th most cancer cases in Indonesia in 2020. Treatment of colorectal cancer has side effects so that alternative treatments from natural ingredients have been developed. Holothuria scabra is known to contain secondary metabolites that have the potential as antioxidants and anticancer which are able to counteract free radicals that cause cell growth dysfunction.
Methods: Holothuria scabra was processed by maceration principle using n-hexane, ethanol, and ethyl acetate as solvents. The DPPH test looked at the antioxidant activity while the cytotoxic activity against HT-29 cells was tested using the MTT Assay method compared to doxorubicin.
Results: Extracts of ethanol, ethyl acetate and n-hexane Holothuria scabra as antioxidants with IC50 values of 1.750 ± 1.007 μg/mL, 2.644 ± 1.937 μg/mL, and 6.128 ± 0.356 μg/mL, respectively. The ability of Holothuria scabra to inhibit HT-29 colorectal cancer cells obtained IC50 values of 0.831 ± 0.082 μg/mL (ethanol); 2.172 ± 0.170 μg/mL (ethyl acetate), and 59.276 ± 4.090 μg/mL (n-hexane), while doxorubicin was 0.464 ± 0.254 μg/mL. The results of statistical tests compared with doxorubicin showed that the ethanol extract did not show a significant difference in the mean IC50 value. Conclusion: Holothuria scabra belongs to the group of very active antioxidants. Cytotoxicity against HT-29 colorectal cancer cells was also found, the mean IC50 cytotoxic value of Holothuria scabra extract was the best ethanol extract compared to ethyl acetate and n-hexane extract.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muflih Adil Hanif
"Kanker serviks adalah salah satu kanker yang menjadi penyebab kematian tersering pada perempuan di seluruh dunia. Terapi yang menjadi pilihan dalam dunia kedokteran adalah bedah, kemoterapi, dan/atau radioterapi. Akan tetapi, muncul masalah yang diakibatkan oleh efek samping yang besar akibat dari pengobatan kanker serviks tersebut. Ekstrak etanol 96% daun kumis kucing (EEKK) dan ekstrak etil asetat daun kumis kucing (EAKK) memiliki potensi sebagai alternatif pengobatan kanker serviks karena memiliki efek samping yang relatif kecil dibandingkan pengobatan konvensional. Penelitian ini terdiri atas uji kualitatif serta kuantitatif. Uji kualitatif yang dilakukan adalah fitokimia dan kromatografi lapis tipis (KLT) untuk mengetahui kandungan yang ada di ekstrak daun kumis kucing. Uji kualitatif meliputi uji MTT assay menggunakan 8 dosis dari setiap kelompok EEKK dan EAKK terhadap sel HeLa. Hasil fitokimia yang diperoleh adalah diidentifikasinya senyawa flavonoid, tanin, glikosida, alkaloid, dan steroid pada EEKK dan EAKK. Hasil MTT assay menunjukkan nilai IC50 untuk EEKK dan EAKK sebesar 10,557 µg/mL dan 8,577 µg/mL, berturut-turut. Perbedaan yang bermakna antar varian konsentrasi ditemui pada masing-masing ekstrak (p≤0.05).

Cervical cancer is one of the most common causes of death among women worldwide. Therapies that become an option in medicine are surgery, chemotherapy, and/or radiotherapy. However, many problems arise due to the large side effects resulting from the treatment of cervical cancer. 96% ethanolic extract of cat whiskers (EECW) and ethyl acetate extract of cat whiskers (EACW) leaves has potential as an alternative treatment for cervical cancer because it has relatively small side effects compared to conventional treatment. for cervical cancer. This study consists of qualitative and quantitative tests. Qualitative tests carried out were phytochemicals and thin layer chromatography (TLC) to determine the content in cat leaf mustache extract. Qualitative tests included MTT assay testing using 8 doses of each EECW and EACW group against HeLa cells. Phytochemical results obtained were identified flavonoid compounds, tannins, glycosides, alkaloids, and steroids in EECW and EACW. MTT assay results showed IC50 values for EECW and EACW were 10,557 ug/mL and 8,577 ug/mL, respectively. Significant differences between concentration variants were found in each extract (p≤0.05).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahriyah Raihan Maharani
"Di Indonesia, kanker serviks termasuk penyakit kanker dengan jumlah penderita terbesar kedua setelah kanker payudara. Tata laksana kanker serviks masih bersifat nonselektif dan menimbulkan efek samping berat, sehingga perkembangan pengobatan dan pencegahan kanker terus berlanjut, termasuk pemanfaatan tanaman obat seperti miana (Plectranthus scutellarioides). Miana telah dimanfaatkan sebagai jamu tradisional di Indonesia karena memiliki banyak manfaat kesehatan dan mudah dijangkau. Daun miana juga memiliki kandungan senyawa yang bersifat antikanker dan dapat menurunkan risiko infeksi HPV. Dengan demikian, penulis bermaksud meneliti efek sitotoksik ekstrak etil asetat daun miana terhadap sel kanker serviks HeLa. Ekstrak etil asetat daun miana atau doksorubisin (sebagai kontrol positif) diberikan dalam konsentrasi 0 ppm, 1,625 ppm, 6,25 ppm, 12,5 ppm, 25 ppm, 50 ppm, 100 ppm, dan 200 ppm pada sel HeLa. uji MTT dilakukan untuk memperoleh nilai absorbansi dan nilai IC50-nya. Perbandingan antarkelompok perlakuan dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara kelompok ekstrak dengan doksorubisin. Ditemukan bahwa nilai IC50 kelompok ekstrak adalah 26,16 ppm, dan nilai p = 0,047 pada uji kemaknaan antara kelompok ekstrak dengan doksorubisin. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa ekstrak etil asetat daun miana memiliki IC50 yang tergolong memiliki sitotoksisitas moderat dan memiliki perbedaan inhibisi sel HeLa yang signifikan dibandingkan dengan kontrol positif doksorubisin.

In Indonesia, cervical cancer is the second most common cancer. Cervical cancer treatment options have limitations including their nonselective properties and serious side effects. Scientific developments regarding cancer treatment and prevention continue to be carried out, such as the use of medicinal plants like miana (Plectranthus scutellarioides). Miana has been used as Indonesian traditional medicine for its health benefits and abundance in tropical areas. Miana leaves has anticancer properties and can reduce HPV infection risk. This research aims to study the cytotoxic effect of ethyl acetate extract of miana leaves on cervical cancer HeLa cells. Ethyl acetate extract of miana leaves or doxorubicin (as positive control) was given in 0 ppm, 1.625 ppm, 6.25 ppm, 12.5 ppm, 25 ppm, 50 ppm, 100 ppm, and 200 ppm into HeLa cells. MTT test was done to obtain the IC50 value. Comparison between treatment groups was done to determine the difference between the extract and doxorubicin group. IC50 value of the extract group was 26,16 ppm and the significance test between the extract and doxorubicin group showed the p value of 0,047. In conclusion, the extract had moderate cytotoxicity and had a significant difference in its inhibition against HeLa cells compared to doxorubicin."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Rizqy Fadhillah
"Kanker serviks merupakan salah satu kanker tersering yang diidap oleh populasi wanita di dunia. Modalitas utama terapi kanker serviks adalah kemoradioterapi dan pembedahan. Namun, keberhasilan terapi yang bervariasi dan efek samping yang beragam masih menjadi masalah. Untuk menjawab masalah tersebut, ekstrak etanol daun kenikir (EEDK) dan ekstrak etil asetat daun kenikir (EADK) memiliki potensi sebagai antikanker. Penelitian ini terdiri dari uji kualitatif dan uji kuantitatif. Uji kualitatif dilakukan dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dan analisis fitokimia. Uji kuantitatif dikerjakan dengan MTT assay yang menggunakan delapan variasi dosis EEDK dan EADK terhadap sel HeLa. Hasil yang diperoleh adalah ekstrak etanol dan etil asetat mengandung flavonoid, tanin, steroid, alkaloid, dan glikosida. MTT assay menunjukan IC 50 pada EEDK dan EADK sebesar 17,46 ppm dan 6,31 ppm, berturut-turut. Pada masing-masing ekstrak ditemukan adanya perbedaan yang bermakna pada antar varian konsentrasi (p ≤ 0,05).

Cervical cancer is one of the most frequent cancer that occur among reproductive women in the world. The main modality of treatment is chemoradiotherapy and surgery. But, its wide-ranged success therapy and various side effects are still remain the issues. To solve this problems, kenikir leaves ethanol extract (KLEE) and kenikir leaves ethyl acetate extract (KLAE) have been thought to contain various substrate that could promote anticancer activities. This study comprised qualitative and quantitative test. Qualitative test consist of thin layer chromatography (TLC) and phytochemistry analysis while the quantitative test, MTT assay was used. MTT assay has done by using eight variety of doses of KLEE and KLAE on HeLa cells. Qualitative test showed that KLAE and KLEE has at least 5 compounds, which are flavonoid, tanin, steroid, alkaloid, dan glycoside. MTT assay revealed that KLEE and KLAE has strong cytotoxicity activity with IC50 17,46 ppm dan 6,31 ppm, respectively. In addition, each extracts exhibited significant difference in some variants of doses (p ≤ 0,05).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariska Triantama Putra
"Kanker serviks merupakan salah satu penyakit keganasan yang paling banyak di dunia. Salah satu penelitian terkait pengobatan kanker serviks yaitu menggunakan ekstrak rimpang Kaempferia rotunda karena tanaman tersebut memiliki aktivitas sitotoksik terhadap berbagai jenis sel kanker. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan sitotoksisitas antara ekstrak etanol rimpang K.rotunda dengan ekstrak etil asetat rimpang K.rotunda terhadap sel kanker serviks HeLa secara in vitro. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji kandungan senyawa menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan uji skrining fitokimia serta uji sitotoksisitas menggunakan MTT assay. Hasil yang didapat yaitu ekstrak etil asetat mengandung flavonoid, alkaloid, tanin, dan triterpenoid sedangkan ekstrak etanol mengandung flavonoid, triterpenoid, dan alkaloid. Selain itu, ekstrak etanol memiliki aktivitas sitotoksik kuat (IC50 = 16,939 μg/ml) sedangkan ekstrak etil asetat memiliki aktivitas sitotoksik sedang (IC50 = 127,9 μg/ml). Masing-masing ekstrak menunjukkan hasil yang berbeda bermakna (p ≤ 0,05) walaupun ketika dibandingkan antar konsentrasi terdapat beberapa konsentrasi yang tidak berbeda signifikan serta memiliki nilai koefisien determinan yang kecil yang disebabkan oleh berbagai faktor perancu. Kesimpulannya adalah ekstrak etanol rimpang K.rotunda memiliki aktivitas sitotoksik yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak etil asetat rimpang K.rotunda terhadap sel kanker serviks HeLa.

Cervical cancer is one of the most common malignancies in the world. One of the studies about cervical cancer treatment is using rhizome extract of Kaempferia rotunda because it has cytotoxic activity against various types of cancer cell lines. The aim of this study is to compare between ethanol and ethyl acetate rhizome extract of K.rotunda against HeLa cervical cancer cell in vitro. Methods used in this research are test the chemical compound of extracts using Thin Layer Chromatography (TLC) and phytochemical screening test, also cytotoxicity test using MTT assay. Results show that ethyl acetate extract contains flavonoid, alkaloid, tannin, and triterpenoid, while ethanol extract have flavonoid, triterpenoid, and alkaloid. In addition, ethanol extract has strong cytotoxic activity (IC50 = 16,939 μg/ml) while ethyl acetate extract has moderat cytotoxic activity (IC50 = 127,9 μg/ml). Each of extracts showed significant results (p ≤ 0,05) although when compared between concentrations there are several concentrations that are not significant and also small coeficient of determinant values caused by various confounding factors. The conclusion is that the ethanol extract of K.rotunda rhizome extract has the higher cytotoxicity activity compared to ethyl acetate extract of K.rotunda rhizome extract against HeLa cervical cancer cell.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Auliya Firdausy
"Latar belakang: Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker dengan angka kejadian yang tinggi pada wanita di Indonesia dan dunia. Tingginya angka mortalitas kanker serviks dapat terjadi akibat tatalaksana yang tidak efektif, sehingga pengembangan terapi alternatif kanker serviks sangat diperlukan. Mirabilis jalapa merupakan plasma nutfah Indonesia. Bagian bunga Mirabilis jalapa mengandung senyawa metabolit sekunder yang dapat diteliti lebih lanjut potensinya sebagai tanaman herbal antikanker. Tujuan: Mengetahui komposisi fitokimia, aktivitas antioksidan, dan sitotoksisitas ekstrak bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) terhadap sel kanker serviks HeLa. Metode: Penelitian dilakukan terhadap ekstrak etanol, ekstrak etil asetat, serta ekstrak heksana yang didapatkan menggunakan teknik maserasi bagian bunga tanaman Mirabilis jalapa. Pengukuran komposisi fitokimia dilakukan dengan uji kualitatif, kromatografi lapis tipis, serta uji kadar total flavonoid. Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode DPPH. Pengukuran sitotoksisitas dilakukan dengan metode MTT assay terhadap sel kanker serviks HeLa. Uji statistik dilakukan terhadap nilai IC50 ekstrak Mirabilis jalapa terhadap sel HeLa.
Hasil: Pada bagian bunga Mirabilis jalapa ditemukan adanya golongan senyawa flavonoid, tannin, glikosida, dan triterpenoid dalam ekstrak etanol dan ekstrak etil asetat, serta juga golongan senyawa triterpenoid dan steroid dalam ekstrak etil asetat dan ekstrak heksana. Kadar total flavonoid dalam ekstrak etanol sebesar 111,97 μg/mL dan ekstrak etil asetat sebesar 55,42 μg/mL. Kekuatan aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol termasuk dalam kelompok sangat aktif (nilai IC50 11,541 μg/mL), sedangkan kekuatan aktivitas antioksidan dari ekstrak etil asetat termasuk dalam kelompok aktif (nilai IC50 188,365 μg/mL). Sitotoksisitas terhadap sel kanker serviks HeLa yang teramati dari ekstrak etanol memberikan efek sitotoksik kuat (nilai IC50 15,127 μg/mL), sedangkan dari ekstrak etil asetat serta ekstrak heksana memberikan efek sitotoksik moderat (IC50 ekstrak etil asetat 44,501 μg/mL, IC50 ekstrak heksana 56,425 μg/mL). Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai IC50 ekstrak etanol berbeda signifikan dibandingkan dengan kedua ekstrak lainnya. Simpulan: Ekstrak Mirabilis jalapa menunjukkan aktivitas antioksidan dan sitotoksisitas terhadap sel kanker serviks HeLa sehingga berpotensi sebagai tanaman.

Background: Cervical cancer is one type of cancer which has high prevalence in women in Indonesia and the world. High mortality of cervical cancer was deducted prior to ineffective treatment, thus the development of alternative therapy is needed. Mirabilis jalapa is an Indonesian biodiversity plant. The flower contains secondary metabolites which could be explored further for their potential as herbal medicinal plants. Aim: Discovering phytochemical composition, antioxidant activity and cytotoxicity of Mirabilis jalapa extract against HeLa cervical cancer cell line. Methods: Experiment was done towards ethanolic, etilacetat, and hexene extract using maceration extraction method on dried flower Mirabilis jalapa. Measurements were done to analyse phytochemical components using qualitative experiment and thin layer chromatography and also quantitative analysis. Antioxidant activity analysis was done using DPPH method and cytotoxicity against HeLa cervical cancer cell line was done using MTT assay. Statistical analysis was done to analyse IC50 score of Mirabilis jalapa extract to inhibit HeLa cell growth.
Result: The flower part of Mirabilis jalapa has various types of phytochemical compounds. The ethanolic extract and ethyl acetate extract has flavonoid, tannin, glycoside and triterpenoid, whereas steroid and triterpenoid compounds are observed in hexane and ethyl acetate extract. Total flavonoid content measured on ethanolic extract and ethyl acetate extract are 111,97 μg/mL and 55,42 μg/mL respectively. Antioxidant activity on ethanolic extract is considered highly active (IC50 11,541 μg/mL), whilst ethyl acetate extract shows active antioxidant activity (IC50 188,365 μg/mL). Cytotoxic activity against HeLa cervical cancer cell line observed on ethanolic extract displays strong effect (IC50 15,127 μg/mL), whereas ethyl acetate extract and hexane extract shows moderate cytotoxic effect (IC50 ethyl acetate extract 44,501 μg/mL, IC50 hexane extract 56,425 μg/mL). Statistical analysis showed that ethanol extract of Mirabilis jalapa exhibit higher IC50 value which significantly different than other two type of extract Conclusion: Mirabilis jalapa extract obtained from the flower shows antioxidant activity and cytotoxicity against HeLa cervical cancer cell line, thus potential as an anticancer herbal medicinal plant
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Satya Gananda
"ABSTRAK
Pendahuluan: Kanker serviks memiliki prevalensi yang tinggi pada populasi wanita usia reproduktif, dengan mortalitas dan tingkat keberhasilan terapi yang bervariasi. Salah satu bahan alami yang berpotensi dikembangkan sebagai antitumor adalah ekstrak etanol kedelai hitam EEKH. Metode: Pada penelitian ini dilakukan uji kualitatif dengan kromatografi lapis tipis KLT dan uji fitokimia, serta uji kuantitatif berupa MTT assay menggunakan delapan variasi konsentrasi EEKH terhadap sel HeLa. Hasil: Hasil yang didapatkan pada KLT dan uji fitokimia adalah EEKH mengandung 6 seyawa metabolit sekunder, yaitu tanin, saponin, triterpenoid, alkaloid, glikosida, dan flavanoid. MTT assay menunjukkan bahwa EEKH memiliki nilai IC50 102,76 g/mL dengan korelasi yang bermakna p 0,05. Sedangkan, kelompok kontrol positif menggunakan cisplatin memiliki nilai IC50 78,80 g/mL. Selain itu, perbedaan yang bermakna antar varian konsentrasi juga ditemukan pada beberapa konsentrasi kelompok perlakuan EEKH dan kelompok kontrol positif. Kesimpulan: Dengan demikian, EEKH memiliki aktivitas sitotoksik sedang terhadap sel kanker serviks HeLa.

ABSTRACT
Introduction Cervical cancer has high prevalence among reproductive women, followed by high mortality rate and wide ranged therapy success rate. To answer the problems, black soybean ethanol extract BSEE is a potential anticancer agent. Method This study consists of qualitatif tests, which were thin layer chromatography TLC and fitochemistry test, also a quantitative study, which was, MTT assay with eight different BSEE concentrations on HeLa cells. Result TLC and fitochemistry tests showed that BSEE has 6 secondary metabolites, which are tanins, saponins, triterpenoids, alkaloids, glycosides, and flavanoids. MTT assay shows that IC50 value of BSEE is 102,76 g mL with significant relationship p le 0,05 . Whilst, IC50 of positive control group using cisplatin shows the value of 78,80 g mL. Also, significant differences are observed in some variants of concentration in the extract and positive control groups. Conclusion To sum up, BSEE is moderately cytotoxic on HeLa cells. "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yully Astika Nugrahayning Aziza
"Kanker serviks merupakan salah satu jenis penyakit kanker dengan prevalensi dan mortalitas yang tinggi di Indonesia. Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut yang banyak dijumpai di perairan laut Indonesia dan dapat dikembangkan sebagai agen anti kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi fitokimia dan efek sitotoksik ekstrak makroalga Eucheuma cottonii terhadap sel kanker serviks HeLa yang dinyatakan dengan nilai IC50. Pada penelitian ini, Eucheuma cottonii diekstraksi masing-masing menggunakan pelarut etanol, etil asetat, n-heksana, dan kloroform. Ekstrak yang diperoleh kemudian diuji kandungan fitokimianya, dan menunjukkan hasil positif mengandung flavonoid. Sedangkan analisis kualitatif dengan kromatografi lapis tipis, menunjukkan bahwa ekstrak mengandung tiga hingga lima senyawa kimia. Selanjutnya, masing-masing ekstrak sebanyak 20 L dengan 5 variasi konsentrasi, yaitu 3,125 g/ml; 6,25 g/ml; 12,5 g/ml; 25 g/ml; dan 50 g/m, dimasukkan ke lini sel HeLa yang sudah ditambahkan 100 L DMEM dan diinkubasi selama 24 jam. Setelah diinkubasi selama 24 jam, dilakukan uji MTT assay dengan panjang gelombang 492 nm. Data yang diperoleh kemudian dianalisis sehingga diperoleh nilai IC50 untuk keempat ekstrak Eucheuma cottonii yang diujikan. Hasil menunjukkan bahwa keempat ekstrak Eucheuma cottonii memiliki nilai IC50.

Cervical cancer is one kinds of cancer with high prevalence and mortality in Indonesia. Eucheuma cottonii is one kind of seaweed which is commonly found in Indonesian marine and can be developed as anticancer agent. This research aims to know the phytochemical composition and cytotoxic effect of extract of makroalgae Eucheuma cottonii on HeLa cervical cancer cells that is expressed by IC50 value. In this research, Eucheuma cottonii were extracted each using ethanol, ethyl acetate, n hexane, and chloroform. The obtained extracts were then tested for its phytochemical content, and showed positive result containing flavonoids. While qualitative analysis with Thin Layer Chromatography TLC , showed that the extract contains three to five chemical compounds. Furthermore, 20 L of each extract in five variation of concentration, i.e. 3,125 g ml 6,25 g ml 12,5 g ml 25 g ml and 50 g ml, inserted into the HeLa cell line that has been added 100 L of DMEM and incubated for 24 hours. After 24 hour incubation, MTT assay with a wavelength of 492 nm was performed to generate data which was then analyzed to obtain IC50 value for the four extracts tested of Eucheuma cottonii. The results showed that all four Eucheuma cottonii extract had IC50 values less than 100 g ml, so it can be concluded that all extracts have cytotoxic activity against HeLa cervical cancer cell HeLa. Among four extracts of Eucheuma cottonii, ethyl acetate extract has the lowest IC50 value and shows the most potent cytotoxic activity against HeLa cervical cancer cells. Thus, ethyl acetate extract of Eucheuma cottoniiis potential to be developed as an anticervical cancer agent.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhea Fatma Azelia
"Latar belakang: Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker yang sering diderita dan menyebabkan kematian pertama di Indonesia. Modalitas umum untuk tatalaksana kanker paru seperti bedah, radioterapi, dan kemoterapi tergolong mahal dan menyebabkan efek samping. Teripang (Holothuria scabra) merupakan bahan alam Indonesia yang diketahui mengandung berbagai metabolit sekunder sebagai antikanker, namun masih terbatas penelitian yang dilakukan terhadap kanker paru di Indonesia.
Metode: Holothuria scabra dibuat menjadi ekstrak menggunakan pelarut etil asetat, n-heksana, dan etanol dengan metode maserasi. Dilanjutkan dengan uji fenol dan flavonoid total untuk mengetahui kadar fenol dan flavonoid total ekstrak Holothuria scabra. Kemudian dilakukan uji MTT untuk mengetahui aktivitas sitotoksik ekstrak Holothuria scabra terhadap sel kanker paru A549 dibandingkan dengan doxorubicin. Hasil: Holothuria scabra memiliki kadar fenol total secara berturut-turut pada ekstrak etil asetat, n-heksana, dan etanol sebesar 41,310 ± 0,975; 29,684 ± 0,977; dan 12,408 ± 0,990 mgGAE/g namun tidak memiliki kadar flavonoid total. Holothuria scabra memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker paru A549 dengan nilai IC50 pada ekstrak etanol, etil asetat, dan n-heksana secara berturut-turut sebesar 8,094 ± 5,079 μg/ml (aktif); 30,918 ± 8,455 μg/ml (sedang); dan 142,033 ± 30,180 μg/ml (sedang). Nilai IC50 doxorubicin sebesar 2,560 ± 3,239 μg/ml.
Kesimpulan: Holothuria scabra mengandung fenol sebagai senyawa antioksidan dan antikanker, tidak mengandung senyawa flavonoid, dan memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker paru. Ekstrak n-heksana memiliki perbedaan kemampuan yang signifikan terhadap doxorubicin, sementara ekstrak etil asetat dan etanol tidak memiliki perbedaan kemampuan yang signifikan terhadap doxorubicin.
.....Introduction: Lung cancer is the first cause of cancer-related death in Indonesia. Common modalities for lung cancer treatment, such as surgery are relatively expensive and cause side effects. Sea cucumber (Holothuria scabra) is Indonesia’s natural ingredient which is known to contain various secondary metabolites as anticancer, however research conducted on lung cancer in Indonesia is still limited. Method: Holothuria scabra was made into extract using ethyl acetate, n-hexane, and ethanol solvent by maceration method. Followed by the total phenolic and flavonoid test to determine the total phenolic and flavonoid content of Holothuria scabra. Then the MTT test was performed to determine the cytotoxic activity of Holothuria scabra extract against A549 lung cancer cells.
Result: Holothuria scabra had total phenol content in ethyl acetate, n-hexane, and ethanol extracts of 41,310 ± 0,975; 29,684 ± 0,977; and 12,408 ± 0,990 mgGAE/g, respectively, but did not have total flavonoid content. Holothuria scabra had cytotoxic activity against A549 cells with IC50 in ethanol, ethyl acetate, and n- hexane extracts of 8,094 ± 5,079 μg/ml; 30,918 ± 8,455 μg/; and 142,033 ± 30,180 μg/ml, respectively. IC50 of doxorubicin was 2,560 ± 3,239 μg/ml.
Conclusion: Holothuria scabra contains phenolic as antioxidants and anticancer compounds, does not contain flavonoid compounds, and has cytotoxic activity against lung cancer cells. N-hexane extract has a significant difference in the ability to doxorubicin, while ethyl acetate and ethanol extracts does not have significant difference in their ability to doxorubicin."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>