Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98467 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadya Valerie Shanaz
"Penelitian ini berusaha menjelaskan terjadinya komodifikasi pekerja media (jurnalis) dalam industri media massa televisi dengan studi kasus pada grup media MNC. Peneliti mengembangkan kerangka pemikiran dari teori ekonomi politik komunikasi, dengan menggunakan konsep utama komodifikasi. Penelitian ini menggunakan paradigma kritis dengan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus. Penelitian ini mengungkapkan bahwa dalam perkembangan MNC Media menjadi stasiun televisi terintegrasi terbesar di Asia Tenggara, telah terjadi praktik komodifikasi para pekerjanya. Spasialisasi yang dilakukan MNC Media melalui integrasi empat stasiun televisi swasta menyebabkan para jurnalis mengalami komodifikasi. Pekerja media telah ditransformasikan menjadi komoditas utama dalam industri media massa sebagai alat untuk mengakumulasi modal kapital. Industri media massa yang erat kaitannya dengan kapitalisme menerapkan struktur yang menguntungkan pemodal semata kepada pekerjanya melalui waktu kerja yang tidak menentu, pemberian upah minimum, serta struktur eksploitatif lainnya seperti pengulangan kontrak kerja. Para pekerja media ini kemudian menerima komodifikasi baik secara sadar maupun tidak sadar melalui eksploitasi, alienasi, mistifikasi, reifikasi, dan naturalisasi. Kekuasaan yang berpusat pada pemilik modal membuat proses komodifikasi dapat dengan mudah dilakukan terhadap pekerja media, sementara mereka menerima bentuk komodifikasi tersebut sebagai suatu kewajaran atas profesinya.

This study seeks to reveal the commodification of media workers (journalists) in the television mass media industry with a case study on the MNC media group. The researcher develops a framework of thought from the political economy theory of communication, using the main concept of commodification. This study uses a critical paradigm with a qualitative approach and case study method. This research reveals that in the development of MNC Media into the largest integrated television station in Southeast Asia, there has been a practice of commodification of its workers. The spatialization carried out by MNC Media through the integration of four private television stations has caused journalists to experience commodification. Media workers have been transformed into a major commodity in the mass media industry as a means to accumulate capital. The mass media industry, which is closely related to capitalism, applies a structure that benefits investors only through erratic working hours, the provision of minimum wages, and other exploitative structures such as the repetition of work contracts. These media workers then receive commodification both consciously and unconsciously through exploitation, alienation, mystification, reification, and naturalization. The power that is centered on the owners of capital makes the process of commodification easy for media workers, while they accept this form of commodification as a natural thing for their profession."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Langitantyo Tri Gezar
"Industri televisi Indonesia terus memproduksi konten media hiburan seperti program musik dengan menggunakan jasa penonton bayaran dalam proses produksinya demi menarik khalayak dan meraih keuntungan ekonomi yang berpatokan pada rating dan share, lalu menjualnya kepada pengiklan. Dalam hal ini, industri televisi melakukan komodifikasi konten, khalayak, dan pekerja media yang menempatkan penonton bayaran sebagai komoditas. Dengan menggunakan paradigma kritis dan pendekatan kualitatif disertai wawancara dan observasi lapangan pada studi kasus penonton bayaran program Dahsyat, peneliti menyimpulkan bahwa industri media telah melakukan komodifikasi terhadap penonton bayaran sebagai pekerja media yang berada pada relasi kuasa yang tidak seimbang.

ndonesian television industry continues to produce entertainment content such as music programs by using the services of paid audiences in the production process to attract audiences and gain economic benefits based on rating and share, then sell it to advertisers. Television industry is doing commodification of content, audiences, and workers that put paid audiences as commodities. By using critical paradigm and qualitative approach through interviews and field observations on a case study of paid audiences in Dahsyat program, researcher concluded that the media industry has done commodification of media workers to the paid audiences who are in unequal power relations.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S64970
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cosmas Gatot Haryono
"

Penelitian ini menunjukkan bahwa dalam era globalisasi ini, media tidak lagi dilihat dan dikelola sebagai entitas bisnis special dengan tata kelola khusus. Sebaliknya, media diperlakukan layaknya entitas bisnis biasanya yang dikelola dengan menggunakan logika-logika industri pada umumnya. Maka tidak mengherankan bila tata kelola media tidak jauh dari tata kelola bisnis pada umumnya yang mengedepankan spirit khas kapitalisme dalam mengelola bisnis, yaitu pengeluaran biaya sedikit mungkin untuk mencapai laba sebesar mungkin. Dalam konteks produksi program siaran dunia media, hal itu kemudian diterjemahkan dengan penetapan share dan rating menjadi satu-satunya justifikasi dari kesuksesan sebuah program.

Akibatnya, pengelola media berupaya dengan berbagai cara untuk mencapai rating yang tinggi sehingga terjadilah komodifikasi pekerja. Para pekerja televisi dikondisikan untuk bekerja mati-matian tanpa pernah memperhatikan jam kerja dan hak-hak dasar mereka demi tercapainya rating yang tinggi. Dengan slogan profesionalisme dan tuntutan kerja, mereka sering bekerja dengan beban yang lebih, tapi dengan penghasilan yang pas-pasan. Banyak pekerja media yang dituntut multi tasking (mempunyai peran dan tanggungjawab yang lebih banyak) tetapi tidak digaji semestinya. Celakanya, sebagian besar pekerja media televisi menikmatinya dan terjebak dalam suatu kesadaran palsu yang membuai kehidupan mereka.

Penelitian merupakan penelitian kualitatif dengan paradigma kritis. Teori yang digunakan adalah teori ekonomi politik media yang dikembangkan oleh Vincent Mosco. Peneliti juga menggunakan teori strukturasi untuk melihat bagaimana agen dan struktur melakukan constraining dan enabling. Fokus penelitian ini adalah tentang komodifikasi pekerja media, dimana peneliti berusaha untuk menngungkap bagaimana komodifikasi pekerja media terjadi dalam produksi program siaran televisi dan bagaimana kesadaran palsu pekerja media berperanan besar dalam memperkokoh komodifikasi tersebut.

Hasil dari penelitian ini antara lain: komodifikasi pekerja televise di Indonesia muncul dalam bentuk eksploitasi pekerja yang telah dimulai sejak persetujuan kontrak kerja. Struktur eksploitatif ini kemudian diterima pekerja dan direproduksi dalam sistem kerja televise di Indonesia. Reproduksi struktur eksploitatif ini pada dasarnya merupakan perwujudan atau cermin dari “ketidakberdayaan” pekerja terhadap struktur eksploitatif yang ada. Ketidakberdayaan pekerja ini pada dasarnya merupakan sedimentasi dari keberulangan praktek sosial yang “salah” tetapi tidak dikritik atau dipertanyakan oleh agen. Para agen justru hidup dalam kesadaran palsu yang membelenggu sedari awal bekerja di industri televisi dan justru menikmatinya sebagai bentuk pencapaian hidup.


This Research demonstrate that in globalization era, the media no longer seen and managed as a special business entity with special management. On the contrary, the media is treated like an ordinary business entity that is managed with the logic of industry in general. Capitalist has penetrated into the world of media (including television) in Indonesia and ultimately leads to the fulfillment of the "economic interest" of capital owners, translated by rating placement as central to all broadcasting management. As aresult, media managers strive with various ways to achieve a high rating so that there is a labor commodification. Television labor are conditioned to work desperately without ever paying attention to their working hours and basic rights in order to achieve a high rating.

The focus of this study is on the commodification of television labor, where reseacher try to uncover how the commodification of labor occures in the production of television broadcasting program and how false cosnciousess plays a big role in strengthening this commodification. This research use Mosco's political economic of communication theory and structuration theory of Antony Giddens in critical paradigm.

The result of this study include: commodification of television labor in Indonesia appearing in the form of exploitation of labor which has been started since the approval of the employment contract. This exploitative structure then accepted and reproduced in Indonesian television work system. Reproduction of this exploitation structure is basically an embodiment or miror of the “helplessness” of worker against the existing exploitative structure. Basically, this ”helplessness of worker” is sedimentation of the repetition of “wrong” social practices, but not critized or questioned by workers as agents. As agents, television workers actually live in the false consciousness which shackles from the beginning of working in the televisison industry and even they observes it as a form of the achievement of life.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 2018
D2547
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henrika
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menganalisis aktivitas manajemen media televisi RBTV Yogyakarta beroperasi di antara kepentingan bisnis dan idealisme kepentingan publik dalam ranah penyiaran di Yogyakarta. Penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan gambaran yang mendalam dan menyeluruh tentang dinamika manajemen sistem penyiaran Indonesia pada saat ini. Bagaimana Teori Ekonomi Media dikaitkan dengan Teori Tanggung Jawab Sosial yang dipadukan dalam penelitian ini menjadi teori utama penelitian ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif dengan desain penelitian Studi Kasus digunakan untuk dapat memberikan deskripsi yang komprehensif akan dinamika tersebut. Data dikumpulkan melalui wawancara dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan manajemen yang dilakukan oleh sebuah stasiun televisi lokal memang tidak mudah. Banyak hambatan dan kerja keras yang harus dilakukan. Berjaringan dengan Stasiun TV Nasional dapat dijadikan salah satu alternatif dalam memaksimalkan proses itu. Bagaimanapun sebuah TV Lokal mempunyai tanggung jawab untuk kepada masyarakat daerahnya, tetapi tentu saja RBTV Yogyakarta adalah Industri TV dimana bisnis mempunyai tuntutan secara ekonomi.

ABSTRACT
This study aims to analyze the activity of television media management RBTV Yogyakarta operates between business interests and ideals in the realm of public interest broadcasting in Yogyakarta. This study also aims to provide a deep and comprehensive overview of the dynamics of Indonesian broadcasting system management at this time. How Economic Media Theory associated with the Social Responsibility Theory combined in this study to be the main theory of this study. This study uses a descriptive qualitative research approach research design Case Study used to be able to provide a comprehensive description of the dynamics of these. Data were collected through interviews and document research. The results show that management is done by a local television station is not easy. Many obstacles and hard work to be done. Networking with National TV can be used as an alternative in the process maximizing. However a Local TV has a responsibility to the local community, but of course RBTV Yogyakarta is a business where the TV industry has economic demands."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adam Thoriq
"Persaingan dalam industri penyiaran televisi di Indonesia memiliki sistem oligopolisitk yang menggambarkan dominasi beberapa pelaku pasar. Dalam hal ini, Grup MNC menjadi korporasi yang memiliki tingkat pangsa pemirsa dan pangsa iklan tertinggi dalam industri penyiaran televisi di Indonesia. Penelitian ini menganalisiss bagaimana Grup MNC berhasil mencapai tingkat pangsa pemirsa tertinggi di Indonesia. Penulis menganalisis dengan menggunakan model rantai nilai yang mencakup tahapan-tahapan yang terdiri dari content creation atau acquisition, packaging atau aggregating, scheduling, distribution platform atau conduit, dan user interface untuk menunjukkan efektivitas perumusan manajemen stratejik yang menghasilkan tingginya tingkat pangsa pemirsa. Tingginya tingkat pangsa pemirsa memberikan dampak pada pendapatan Grup MNC melalui pangsa iklan.

The competition of Television Broadcasting Industry in Indonesia has an oligopoly system that illustrates the dominancy of several market participants. In this regard, the MNC Group has become the corporation that has the highest audience share and advertising share in the television broadcasting industry in Indonesia. This study analyzes how the MNC Group managed to reach the highest level of audience share in Indonesia. The author analyzes by using value chain model, consisted of content creation or acquisition, packaging or aggregating, scheduling, distribution platform or conduit, and user interface to show the effectiveness of strategic management formulation that results in a high level of audience share. The high level of audience share has an impact on MNC Group revenues through advertising share."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Mahmudah
"Industri media merupakan industri yang terus berkembang dan memunculkan berbagai kelompok media. Salah satu kelompok media yang muncul di Indonesia adalah CT Corp yang berkembang pesat menjadi sebuah perusahaan induk nasional yang terdiversifikasi di berbagai bidang industri mulai dari layanan finansial, media, gaya hidup, hiburan, dan sumber daya alamo Tahun 2011 CT Corp melakukan langkah besar dengan membeli portal berita terkemuka di Indonesia, detik.com. Hal ini tidak terlepas dari pemahaman bahwa di era teknologi media saat ini peranan media barn tentunya diperlukan untuk memperluas domain kekuasaan. Oleh karena itu, kajian ini mencoba memaparkan perkembangan kepernilikan media yang dilakukan oleh CT Corp khususnya terkait pembelian portal berita detik.com dilihat dari pendekatan ekonomi-politik, Sehingga diharapkan dapat menambah wawasan terkait perkembangan kelompok media di Indonesia, khususnya kelompok media di bawah naungan CT Corp. Berdasarkan pendekatan ekonomi-politik tersebut detik.com dapat menjadi cara bagi CT Corp untuk menambah pundi-pundi keuntungan. Sebab detik.com dapat dikomodifikasi menjadi alat yang digunakan untuk melakukan promosi berbagai program acara yang ditayangkan di media televisi yang dirniliki CT Corp, maupun promosi berbagai produk yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan yang berada dibawah payung CT Corp. Dengan diakuisisinya detik.com oleh CT Corp juga membuka peluangnya bertambahnya audiens dari pihak-pihak yang selama ini sudah
The media industry is an industry that continues to grow and bring up various media groups. One of the emerging media groups in Indonesia is the rapidly growing CT Corp to become a diversified national holding company in various industries ranging from financial services, media, lifestyle, entertainment and natural resources In 2011 CT Corp took a major step by buying Leading news portal in Indonesia, detik.com. This is inseparable from the understanding that in the current era of media technology the role of new media is necessary to expand the domain of power. Therefore, this study tries to explain the development of media ownership done by CT Corp especially related to the purchase of news portal detik.com viewed from the economic-political approach, So it is expected to add insight related to the development of media groups in Indonesia, especially the media group under the auspices of CT Corp. Based on the economic-political approach detik.com can be a way for CT Corp to increase the profit coffers. Because detik.com can be commodified into a tool used to promote various programs that aired on the television show CT Corp, as well as the promotion of various products produced by companies under the umbrella of CT Corp. With the acquisition detik.com by CT Corp. also opened up its chances of increasing audiences from parties who have been"
Peneliti Bidang Studi Komunikasi dan Media pada BPPKI Jakarta, 2016
384 KOMAS 12:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Ras Amanda G.
"Dunia pertelevisian di Indonesia berkembang Sejalan dengan perkembangan dunia politik di Indonesia pada tahun 1998. Angin reformasi saat itu tidak hanya membuka peluang untuk menambah jumlah stasiun televisi Swasta, namun juga gerakan di daerah untuk mendirikan televisi maupun radio, balk swasta, komunitas maupun publik. Materi siaran selama ini dikuasai stasiun nasional yang berpusat di Jakarta, yang relatif selalu mengangkat isu dan wacana nasional sedangkan wacana di daerah seringkali tidak mendapat perhatian. Di sisi lain dengan hadimya televisi-televisi Iokal. maka perebutan kue iklan di televisi yang sudah sangat ketat akan semakin ketat PT Bali Ranadha Televisi adalah salah satu televisi swasta Iokal di Indonesia, yang mengudara di daerah Bali dan sekitamya. Kehadiran BaliTV di Bali mendapat perhatian khusus dari masyarakat Bali, dengan program bermuatan Iokal, posisi rating BaliTV di Bali berada pada urutan keempat setelah Indosiar, RCTI dan SCTV.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh mengenai pola masyarakat di Denpasar dalam menggunalcan televisi, jenis hiburan dan informasi apa yang dikonsumsi mereka, dan mengetahui ragam kebutuhan program teievisi yang diinginkan masyarakat di Bali khususnya di Denpasar.
Penelitian menggunakan kerangka pemikiran studi ekonomi media, yang terfokus pada konsumen pengguna media dengan mempelajari karakteristik konsumen pengguna media televisi, meliputi kelompok umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan kelompok berdasarl-can status sosial ekonomi sampai pacla budaya yang mereka anut hingga pola penggunaan media televisi. Pole penggunaan ini terbagi dari program acara yang mereka sukai, saluran televisi hingga durasi menonton televisi.
Penelitian ini menggunakan dua metode penelitian, yakni metode penelitian kuantitatif dan metode penelitian kualitatif. Sifat penelitian ini bersifat deskriptif, dimana memaparkan suatu situasi atau peristiwa. Sedangkan tehnik pengumpulan data dengan dua tehnik ; yakni dengan studi dokumen data rating yang dikeluarkan Nielsen Media Research Indonesia. Lalu untuk memperkaya data dan menjawab fenomena yang didapatkan peneliti melakukan wawancara pada masyarakat pengguna televisi di Denpasar, Bali.
Dari hasil penelitian diketahui, di antara faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi seseorang, faktor budaya adalah faktor terbesar yang mempengaruhi pola konsumsi masyarakat khususnya dalam menggunakan televisi. Untuk kelompok masyarakat yang mempunyai kecenderungan budaya yang homogen dan masih menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan norma-norma yang sangat mengikat di dalam masyarakat, maka faktor budayalah yang memberi kontribusi terbesar dalam menentukan pola konsumsi seseorang.
Berdasarkan pada asumsi studi ekonomi media, media berfungsi dalam dual pasar produksi, yakni menjual program kepada masyarakat dengan, dan sebagai mempromosikan produk dari pengiklan. Dari hasil penelitian ini, diketahui peran televisi khususnya televisi swasta komersial, Iebih sebagai wadah untuk melayani pengiklan dibanding melayani masyarakat pada umumnya.
Televisi bagi masyarakat di Denpasar lebih digunakan sebagai media hiburan dibandingkan dengan media informasi. Tipe program acara yang mereka sukai adalah acara serial komedi, atau aoara yang mengundang tawa. Terutama komedi yang ditayangkan BaliTV dengan mengangkat budaya Iokal, yang menggunakan bahasa daerah.
Penelitian ini mengimplikasikan pada perlunya menyusun program dengan terus menerus melakukan riset terhadap budaya Iokal serta unsur proximity atau lokalitas lainnya antara Iain program acara variety show, yang menampilkan kesenian-kesenian Bali, muiai dari lawak Bali hingga sajian musik Bali."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T22023
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ana Windarsih
"ABSTRAK
Tesis ini membahas masalah imperialisme media dalam dinamika televisi
nasional Indonesia -Trans TV- khususnya, Metalui teori hegemoninya Gramsci
dianalisa bagaimana TV dapat berfungsi sebagai resistensi hegemoni dalam
menghadapi imperialisme media yang masuk melalui program TV asing.
Pengembangan identitas budaya merupakan salah satu srrategi yang diterapkan
pada stasiun teievisi nasional Trans TV, Menggunakan pendekatan studi kasus
dengan teknik pengumpulan data in depth interview dan observasi. Analisa data
secara ilustratif naratif setelah melalui tahap pengkategorian data. HasH penelitian
menunjukkan bahwa Trans TV sebagai stasiun televisi late comer
tnengembangkan produksi program secara in house (90%) dengan
mengedepankan identitas budaya lokal. Namun hal tersebut belum bisa dikatakan
mengcounter hegemoni, karena Trans TV sejak awal siaran sampai sekarang
masih tetap menayangkan program impor dalam Biaskop Trans TV. Faktor
lainnya, sebagai televisi komersial Trans TV di samping mengemban tugas
memberikan edukasi kepada masyarakat. di sisi lain tetap mengembangkan
bisnisnya yang sudah barang tentu semakin melanggengkan ideologi kapitalisme.

Abstract
The focus of this study Is media imperialism within the dynamic of
(Indonesian national television especially Trans TV. With Gramsci's theory
hegemony i1 will be investigated how television could function an agent of
counter hegemony against media imperialism that infiltrated television through its
imported programs. To Develop of cultural identity is a strategy that has been
practiced by Trans TV. This research is a qualitative research that uses data
collecting technics are in depth interview and observation. The analysis of data
collected were conducted through categorization and coding which was later
systematically written imo illustrative narrative. The research findings show that
Trans TV as a late comer among all national televisions has developed an in house
production straightly (90%), with priority on local cultural identity. But it is
difficult to agree that such an action is a counter hegemony against imported
program particularly since Trans TV is still displaying imported movies through a
special program called Bioskop Trans TV. Another is the role of Trans TV as a
commercial television. so besides its function to provide educational programs for
the society, it must also pay attention to the development of its business core
which with inevitably sustain the so called capitalism ideology."
2009
T32482
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vincentia Dety Abrita
"Studi ini mengeksplor mengenai anteseden dan keefektifan penerapan Ambidextrous Strategy (AS) sebagai prediktor sustainabilitas perusahaan (FS). Dalam model penelitian, AS dihipotesiskan dipengaruhi oleh Kompleksitas Kognisi Organisasional (OCC), Environmental Dynamism (ED), dan moderasi ED terhadap OCC. Studi ini mengangkat Industri Penyiaran Televisi FTA sebagai obyek penelitian dengan tren konvergensi media dan digital TV sebagai konteks ED. Pengolahan dilakukan dengan menggunakan Partial Least Square-Path Modelling (PLS-PM). Metode ini dipilih karena (1) Minimnya jumlah sampel penelitian (2) Model yang relatif kompleks dengan adanya higher-order latent, dan, (3) Kesesuaian dengan tujuan penelitian. Hasil dari penelitian ini mendukung hipotesis bahwa OCC dan ED berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerapan Ambidextrous Strategy. Namun, ED ternyata melemahkan hubungan antara OCC dengan AS dan pengaruhnya tidak terbukti signifikan. Penerapan Ambidextrous Strategy terbukti efektif memprediksi sustainability stasiun televisi dalam tren konvergensi media dan digital TV.

This study aims to explore the antecedents of Ambidextrous Strategy (AS) and its practices as the predictor of firm sustainability. Organizational Cognitive Complexity (OCC) and Environmental Dynamism (ED) are hypothesized as the antecedents of AS. Furthermore, relationship between OCC and AS is also tested using ED as moderator variable. The study covers only Free To Air TV Broadcating Industry and explores the issues of media convergence and digital TV as the context of ED. Data are processed using Partial Least Square-Path Modelling (PLS-PM). PLS-PM is chosen because of : (1) small sample size (2) relatively complex model with higher order latents, and, (3) appropriate with the objectives of the study. The results of the study partially support all the hypothesises, which, OCC and ED has positive significant effects on Ambidextrous Strategy practices. ED as moderator is surprisingly weaken the relationship between OCC and AS but the moderating effect is not statistically significant. The practice of AS is statistically significant affecting FS, therefore, AS is a good predictor of FS."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T39369
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Morissan, M.A.
Tangerang: Raminda Prakarsa, 2005
384.552 1 MOR m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>