Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 212123 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jhon Martua Malau
"Kelelahan pengemudi truk menjadi faktor risiko penting di sebagian besar kecelakaan lalu lintas. Statistik menunjukkan kelelahan pengemudi truk menyumbang sekitar 10-15% dari kecelakaan lalu lintas jalan. Kemungkinan terjadinya kecelakaan lalu lintas pada pengemudi truk yang kelelahan delapan kali lebih tinggi daripada pengemudi truk yang cukup istirahat. Menurut Badan Pusat Statistik (2019), dari tahun 2015- 2019, jumlah kecelakaan lalu lintas di Indonesia mengalami kenaikan rata-rata 4,87 persen per tahun. Korlantas POLRI mencatat jumlah kecelakaan sepanjang 2019 sebanyak 116.411. Jumlah tersebut naik 6,59 persen dibandingkan pada tahun 2018 dengan 109.215 kejadian. Kecelakaan mobil barang menempati posisi ketiga dengan jumlah kecelakaan 5,02 persen atau sekitar 5,822 kejadian. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat fatigue serta faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan fatigue pada pengemudi truk. Penelitian ini dilaksanakan pada Juli – Oktober 2021 di PT.X sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang transportasi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Sampel penelitian ini adalah 64 pengemudi truk. Data dianalisis dengan uji statistik chi square. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa 89% responden mengalami fatigue sedang dan 11% responden mengalami fatigue tinggi. Dari penelitian ini diketahui ada hubungan antara kualitas tidur, durasi kerja dan beban lingkungan kerja dengan keluhan fatigue pada pengemudi truk (p<0,05). Sedangkan faktor individu berupa usia dan kebiasaan merokok, kuantitas tidur, serta faktor beban mental berupa beban kerja, jadwal kerja diketahui tidak memiliki hubungan dengan keluhan fatigue pada pengemudi truk (p>0,05).

Fatigue is a significant factor regarding safety issues such as transportation incident. Statistics show truck driver fatigue accounts for about 10 to 15% of serious road traffic accidents. The likelihood of a traffic accident occurring in an exhausted truck driver is eight times higher than for a well rested truck driver. According to the Badan Pusat Statistik (2019), During the 2015-2019 period, the number of traffic accidents in Indonesia increased by an average of 4.87 percent per year. Korlantas POLRI recorded the number of accidents throughout 2019 as many as 116,411. The number is up 6.59 percent compared to 2018 with 109,215 events. Accidents on truck cars occupy the third position based on the type of vehicle with the number of accidents 5.02 percent or about 5,822 incidents. Therefore, this study aims to describe the level of fatigue and the factors associated with complaints of fatigue on truck drivers. This research was conducted in July – October 2021 at PT. X as a company engaged in the transportation sector. This research is a quantitative research with a cross sectional study design. The sample in this study were 64 truck drivers. The data were then analyzed by chi square statistical test. The results of the study showed that 89% of respondents experienced moderate fatigue and 11% of respondents experienced high fatigue. From this research, it is also known that there is a relationship between sleep quality, duration of work and work environment load with complaints of fatigue in machinists (p <0.05). While individual factors in the form of age and smoking habits, sleep quantity and mental burden factors in the form of workload, work schedules are known to have no relationship with fatigue complaints among drivers (p>0.05)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wenna Yolanda
"Kelelahan pada pengemudi adalah salah satu penyebab utama kecelakaan di jalan raya. Pengemudi truk skid-tank LPG adalah salah satu pekerjaan yang berisiko mengalami kelelahan karena memiliki durasi kerja yang panjang, durasi mengemudi yang panjang dan faktor lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor ndash; faktor risiko kelelahan seperti shift kerja, durasi mengemudi, durasi lembur, situasi jalan, kuntitas tidur, waktu terjaga, dan commuting time pada pengemudi truk skid-tank LPG PT. X tahun 2017. Desain studi cross-sectional digunakan dalam penelitian ini, menggunakan kuesioner The Checklist of Individual Strengts sebagai instrumen untuk mengukur kelelahan. Sebanyak 87 pengemudi truk skid-tank LPG PT. X diwawancarai pada Maret 2017.
Hasil analisis univariat menunjukkan 24,1 pengemudi mengalami kelehan. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna ?=0,05 antara durasi mengemudi nilai p=0,046 dan waktu terjaga nilai p=0,017 terhadap kelelahan. Pengemudi yang mengalami kelelahan memiliki durasi mengemudi dan waktu-terjaga yang lebih panjang dibandingkan pengemudi yang tidak menalami kelelahan. Penelitian ini menunjukkan bahwa durasi mengemudi dan waktu-terjaga yang panjang berhubungan dengan meningkatnya risiko kelelahan pada pengemudi truk skid-tank LPG. Tindakan perbaikan diperlukan untuk mengendalikan jam kerja yang panjang dan kualitas dan kuantitas tidur yang buruk untuk memperbaiki derajat keselamatan dan kesehatan di tempat kerja.

Driver fatigue is one of the main causes of road accident. Truck driver is one of many job that susceptible experiencing fatigue because of the long work hour, long driving hour, and other factors. This study is aimed to analyze fatigue risk factors such as work shift, driving hours, overtime duration, road condition, sleep quantity, time ndash awake, and commuting time among LPG skid tank truck driver at PT. X 2017. This study design is cross sectional and using The Checlist of Individual Strength as instrument for measuring fatigue. Total 87 LPG Skid Tank Drivers are interviewed during March 2017. Univariate analysis results shows that 24,1 of driver experienced fatigue.
Bivariate analysis results shows that driving duration p value 0,046 and time ndash awake p value 0,017 are signifantly associated with driver fatigue. The drivers that experiencing fatigue has longer driving duration and longer time ndash awake than the drivers that was not. This study suggests that long driving duration and time awake are associated with increased risk of fatigue. Corrective action is needed to manage excessive work hours and poor sleep to improve safety and health at the workplace.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S67741
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eriza Putri Kenanti
"Kelelahan adalah penyebab utama kecelakaan yang melibatkan pengemudi kendaraan berat, salah satunya adalah truk. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bahaya kelelahan dan menganalisis tingkat risiko kelelahan, agar nantinya dapat ditemukan pengendalian yang tepat. Variabel yang diteliti adalah durasi kerja, shift kerja, lingkungan kerja, beban kerja, waktu istirahat, kondisi fisik, kuantitas tidur, gangguan tidur, dan stress. Setiap variabel dilakukan identifikasi bahaya kelelahan dan dilakukan analisis tingkat risiko kelelahan. Identifikasi risiko dilakukan dengan observasi langsung dan wawancara dengan pengemudi dan operator. Analisis tingkat risiko kelelahan dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dan dihitung dengan mengalikan nilai consequence dan nilai likelihood.

Fatigue is the major cause of accident involving heavy vehicle drivers, one of them is truck drivers. Therefore, the purpose of this research is to identify fatigue hazard and analyze fatigue risk level, so that the appropriate control can be determined. Variables studied include length of work, work shift, work environment, workload, rest time, physical condition, sleep quantity, sleep disturbance, and stress. Identification of fatigue hazard and analysis of fatigue risk level conducted to each variable. Identification of fatigue hazard was conducted by observation and interview with the drivers and the operator. Analysis of fatigue risk level was conducted by qualitative method and calculated with crossing consequences level and likelihood level."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adhelina Zulfiana, autho
"Industri manufaktur merupakan salah satu sektor industri yang pekerjanya berisiko mengalami fatigue. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan fatigue pada pekerja wanita di PT. X. Penelitian dilakukan pada bulan Juni – Juli 2021 dengan melibatkan 5 orang responden yang terdiri dari pekerja wanita di PT. X yaitu 2 orang pekerja di bagian manajemen dan 3 orang pekerja di bagian produksi di PT. X. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain studi deskriptif kualitatif dengan pengambilan data berupa data primer yang dilakukan dengan cara wawancara mendalam dan data sekunder yang didapatkan dari PT. X. Faktor risiko fatigue yang diteliti terdiri dari faktor risiko terkait kerja dan faktor risiko tidak terkait kerja. Faktor risiko terkait kerja terdiri dari shift kerja, waktu istirahat, jam kerja lembur, commuting time, beban kerja, jenis pekerjaan, pekerjaan sampingan, dan stress kerja. Faktor risiko tidak terkait kerja terdiri dari usia, status kesehatan, kualitas dan kuantitas tidur, status kehamilan dan menyusui, peran dan tanggung jawab dalam keluarga, stress dan konflik peran ganda, kebiasaan konsumsi alkohol dan kafein. Hasil penelitian menunjukkan seluruh responden mengalami kelelahan dengan keluhan kelelahan fisik dan emosional atau mental. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian lebih lanjut dalam mencegah dan menangani masalah fatigue di PT. X.

The manufacturing industry is one of the industrial sectors whose workers are at risk of experiencing fatigue. The purpose of this study was to identify and analyze the factors associated with fatigue in female workers at PT. X. The research was conducted in June – July 2021 involving 5 respondents consisting of women workers at PT. X, namely 2 workers in the management section and 3 workers in the production section at PT. X. The research design used in this study is a qualitative descriptive study design with data collection in the form of primary data conducted by in-depth interviews and secondary data obtained from PT. X. The fatigue risk factors studied consisted of work-related risk factors and non-work-related risk factors. Work-related risk factors consist of work shifts, rest periods, overtime hours, commuting time, workload, type of work, side work, and work stress. Non-work related risk factors consist of age, health status, sleep quality and quantity, pregnancy and lactation status, roles and responsibilities in the family, stress and dual role conflict, alcohol and caffeine consumption habits. The results showed that all respondents experienced fatigue in physical and mental fatigue. Therefore, it is necessary to carry out further control in preventing and dealing with fatigue problems at PT. X.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aziz Rofi'i
"Pengemudi dump truck merupakan salah satu jenis pekerjaan yang berisiko mengalami kelelahan karena adanya faktor terkait pekerjaan dan tidak terkait pekerjaan yang dapat mempengaruhi pengemudi. Pada HSE Monthly Report pada bulan Desember 2021 didapatkan bahwa angka lagging indicator untuk night work lebih tinggi dari day work. Dari sudut pandang ini, penelitian dilakukan untuk melihat gambaran kelelahan dan melakukan analisis faktor risiko yang berhubungan dengan kelelahan pada pengemudi dump truck shift malam dengan sistem double shift. Penelitian dengan desain studi cross sectional dilakukan pada 130 pengemudi dump truck PT X. Faktor terkait pekerjaan yang dilakukan penelitian adalah waktu kerja, kondisi pencahayaan, getaran kabin, dan beban kerja, sedangkan faktor tidak terkait pekerjaan yang dilakukan penelitian adalah durasi tidur, kualitas tidur, umur, pekerjaan sampingan, indeks massa tubuh, aktifitas fisik, konsumsi minuman berenergi tinggi gula dan dukungan keluarga. Uji chi-square dilakukan untuk menganalisis keeratan hubungan antara variabel dependen dan independent sedangkan uji regresi logistik berganda digunakan untuk mengetahui variabel yang paling dominan berhubungan dengan variabel terikat. Prevalensi kelelahan pada pengemudi dump truck adalah sebesar 37,7% dan 62,3% tidak mengalami kelelahan. Dari empat faktor risiko terkait pekerjaan yang diteliti, pencahayaan, getaran dan beban kerja memiliki hubungan secara statistik dengan kelelahan. Sedangkan dari delapan faktor risiko tidak terkait pekerjaan yang diteliti, waktu tidur, kualitas tidur, usia, pekerjaan sampingan, aktifitas fisik, dan dukungan keluarga memiliki hubungan secara statistik dengan kelelahan. Pada hasil akhir multivariat didapatkan jika beban kerja dan pencahayaan memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan p-value < 0,05. Untuk mengurangi kelelahan pada pengemudi dump truck PT X Jobsite TB maka disarankan melakukan pengukuran kelelahan secara rutin sesuai dengan faktor risiko kelelahan yang dominan yaitu beban kerja, dan pencahayaan.

Dump truck driver is one type of work that is at risk of experiencing fatigue due to work-related and non-work related factors that can affect the driver. In the HSE Monthly Report in December 2021, it was found that the number of lagging indicators for night work is higher than day work. From this point of view, the study was conducted to see the description of fatigue and to analyze the risk factors related to fatigue in night shift dump truck drivers with a double shift system. Research with a cross-sectional study design was conducted on 130 PT X dump truck drivers. Factors related to the work carried out by the study were working time, lighting conditions, cabin vibration, and workload, while factors not related to the work carried out by the study were sleep duration, sleep quality, age, side work, body mass index, physical activity, consumption of energy drinks. high in sugar and family support. The chi-square test was conducted to analyze the close relationship between the dependent and independent variables, while the multiple logistic regression test was used to determine the most dominant variable associated with the dependent variable. The prevalence of fatigue in dump truck drivers is 37.7% and 62.3% do not experience fatigue. Of the four work-related risk factors studied, lighting, vibration and workload were statistically associated with fatigue. Meanwhile, of the eight non-work-related risk factors studied, sleep time, sleep quality, age, side work, physical activity, and family support were statistically associated with fatigue. In the final multivariate result, it was found that the workload and lighting had a statistically significant relationship with p-value <0.05. To reduce fatigue on PT X Jobsite TB dump truck drivers, it is recommended to carry out regular fatigue measurements according to the dominant fatigue risk factors, namely workload, and lighting."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Ulfha Aulia
"ABSTRAK
Kelelahan merupakan hal yang sering terjadi di berbagai industri, termasuk industri transportasi dalam hal ini khususnya pada masinis KRL. Aktivitas yang dilakukan oleh masinis KRL memiliki potensi menimbulkan terjadinya kelelahan kerja dikarenakan karakteristik pekerjaan dari masinis yang berisiko terpapar oleh faktor fisik postur janggal, psikososial usaha, peghargaan, overcommitment, pekerjaan monoton, dukungan social dari rekan kerja, atsan dan keluarga, stres kerja dan shift , dan faktor individu umur, indeks massa tubuh, status merokok. Penelitian ini dilakukan pada masinis KRL UPT Crew Depok PT. KCI. Desain penelitian yang dilakukan pada penelitian ini bersifat kuantitatif observasional dangan pendekatan cross sectional. Penelitian sebelumnya terkait kejadian kelelahan kerja meneliti faktor risiko psikososial sedangkan masih sedikit penelitian yang meneliti faktor risiko fisik. Selain itu penelitian terkait kelelahan kerja pada umumnya menggunakan instrumen kuesioner sedangkan dalam penelitian ini selain menggunakan instrumen kuesioner juga melakukan pengukuran secara objektif melalui pengukran Salivary Alpha Amilase SAA menggunakan cocorometer sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat stres dan menggunakan aplikasi sleep-2-peak untuk mengukur kelelahan kerja. Hal tersebut yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian terkait gambaran kelelahan kerja serta mengalisis hubungan faktor fisik, psikososial, dan faktor individu terhadap kelelahan kerja pada masinis KRL PT. KCI tahun 2018.

ABSTRACT
Fatigue is a common occurrence in many industries, including the transportation industry in this case particularly in electric train drivers. Activities performed by commuter train drivers have the potential to cause fatigue due to job characteristics of train drivers are at risk of exposure to physical factor awkward posture , psychosocial factors effort, reward, overcommitment, monotonous work, social support from co workers, supervisor and family, work related stress and shift, and individual factors age, body mass index, smoking status . This research was carried out on the train drivers of UPT Crew Depok PT. KCI. The design of this research is quantitative observational with crossectional approach. Previous studies have linked the incidence of work related fatigue to psychosocial risk factors while only few studies have examined physical risk factors. In addition, the study related to work fatigue in general used questionnaire instrument while in this study in addition to using the questionnaire instrument also made an objective measurement through Salivary Alpha Amylase SAA using cocorometer as one of the indicators to measure stress levels and using sleep 2 peak applications to measure work related fatigue. This is the background to conduct research related to the overview of work related fatigue as well as to analyze the relationship of physical factors, psychosocial, and individual factors to work related fatigue in train drivers of PT. KCI 2018."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liazul Kholifah
"ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan pada perawat di RS X Jakarta Timur yang memiliki aktivitas berisiko mengalami stres kerja dan kelelahan kerja. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kelelahan kerja dan stres dengan melihat faktor risiko fisik, psikososial dan lingkungan. Penelitian dilakukan pada 87 responden dengan menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan melakukan observasi, pengisian kuisioner, melakukan pengujian aktivasi enzim amylase dalam saliva dengan alat Cocorometer (Nipro Cocoro), pengukuran waktu reaksi dengan aplikasi smartphone Sleep 2 Peak (S2P) dan pencahayaan dengan Luxmeter. Faktor karakteristik individu (usia, jenis kelamin, status gizi, status pernikahan, dan masa kerja), faktor risiko fisik (punggung statis, punggung dinamis, bahu/lengan, pergelangan tangan dan leher), faktor psikososial (beban kerja, shift kerja, perkembangan karir, dukungan sosial, peran di organisasi, dan kepuasan kerja) dan lingkungan kerja (pencahayaan) menjadi faktor independen penelitian terhadap stres dan kelelahan kerja. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Quick Exposures Checklist untuk menilai faktor risiko fisik, NIOSH Generic Job Stress untuk menilai faktor risiko psikososial dan stres kerja. Kelelahan kerja diukur dengan menggunakan kuesioner Sweedish Occupational Fatigue Inventory (SOFI). Hasil penelitian responden berjenis kelamin perempuan (70,1%), sudah menikah (83,9%), dengan usia 36 tahun dan masa kerja selama 134 bulan (11 tahun). Menggunakan uji Chi-Square terdapat hubungan yang bermakna antara status pernikahan dengan kelelahan Pvalue <0,05 (OR=4,20), masa kerja dengan terjadinya kelelahan Pvalue<0,05 (OR=3,26), faktor risiko fisik (punggung bergerak) dengan terjadinya stres kerja dengan Pvalue <0,05 (OR=4,37), faktor risiko fisik (bahu/lengan) dengan terjadinya stres kerja dengan Pvalue <0,05 (OR=2,90), beban kerja dengan terjadinya kelelahan kerja dengan Pvalue <0,05 (OR=3,85) dan terdapat hubungan yang bermakna antara kepuasan kerja dengan terjadinya kelelahan dengan Pvalue (OR=0,24)



ABSTRACT
The object of this study is nurses in RS X East Jakarta who are at risk having work related stress and fatigue due to their task. The purpose of this study is to identify the physical factors, psychosocial factors and environment factor of work related stress and fatigue. Population of the study is 149 people, and the sample is 87 responded. The design used in this study is cross-sectional design by conducting the observation, sharing questionnaires and do the test of Salivary Amylase Activation (SAA) with Cocorometer (Nipro Cocoro), the test of time reacting with Sleep 2 Peak application on a mobile phone and environment factor (lighting) with Luxmeter. The tools used in this study are Quick Exposure Checklist to assess physical factors, NIOSH Generic Job Stress to assess psychosocial factors and Salivary Amylase Activation teststo assess work related stress and fatigue among nurses. Fatigue subjective measurement uses tools from Swedish Occupational Fatigue Inventory (SOFI). Physic factors (back static, back movement, shoulder/arm, wrist/hand and neck), psychosocial factors (job demand, shift work, career development, social support, role in the organization, and job satisfaction) and environment factor (lighting) are the independent variables of work related stress and fatigue which are the dependent variable in this study. The result of this study is female (70,1%), married (83,9%), average age 36 years old and working period for 134 months (11 years). The result of this study shows that risk factor (married) has a correlation with fatigue Pvalue 0,05 (OR=4, 20), years of service has correlation with fatigue Pvalue0, 05 (OR=3, 26). Physic factors (back movement) have correlation with stress Pvalue 0,05 (OR=4, 37), Physic factors (shoulder/arm) has a correlation with stress Pvalue 0,05 (OR=2, 90), job demand has correlation with fatigue Pvalue 0,05 (OR=3, 85) psychosocial factors (job satisfaction) have correlation with fatigue Pvalue (OR=0, 24).

 

"
2018
T50895
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alleluia Victoria Aljonak
"Komputer merupakan alat kerja yang sudah tidak asing lagi bagi pekerja kantor. Aktivitas ini dapat meningkatkan risiko terjadinya ketidaknyamanan pada tubuh, hingga dapat menyebabkan keluhan nyeri muskuloskeletal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor individu (postur, usia, jenis kelamin, dan indeks massa tubuh) dan lingkungan kerja (suhu, pencahayaan, dan stasiun kerja) terhadap keluhan gangguan otot rangka akibat kerja (GOTRAK) di PT. X. Penelitian ini juga menilai ergonomi stasiun kerja pada PT. X berdasarkan PERMENKES no. 48 tahun 2016 tentang Standar K3 Perkantoran. Desain penelitian ini adalah potong lintang kepada 42 pekerja dan observasi langsung. Hasil yang didapatkan adalah 61,9% pekerja mengalami nyeri pada tubuh selama 1 bulan terakhir. Berdasarkan pengisian Nordic Body Map, keluhan terbanyak berada pada titik 5 (punggung) sebanyak 57,7%, titik 7 (pinggang) sebanyak 53,8%, dan titik 0 (leher atas) sebanyak 46,2%. Pada hasil analisis penelitian ini didapatkan bahwa pada faktor individu, hanya faktor indeks massa tubuh yang memiliki korelasi (rho = 0,330 = berpengaruh positif yang sedang) dan signifikan (p-value = 0,033) terhadap keluhan nyeri. Sedangkan pada faktor lingkungan kerja, hanya faktor pencahayaan yang memiliki korelasi (rho = -0,323 = berpengaruh negatif yang sedang) dan signifikan (p-value = 0,037) terhadap keluhan nyeri. Stasiun kerja pada PT. X membutuhkan beberapa perbaikan karena dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya keluhan GOTRAK pada pekerja.

Computers are work tools that are familiar to office workers. This activity can increase the risk of discomfort to body and become musculoskeletal pain. This study aims to analyse the relationship of individual factors (posture, age, sex, and body mass index) and work environment (temperature and lighting) on occurrence of work-related musculoskeletal disorders at PT. X. This paper is also assessing the ergonomics of work station at PT. X based on PERMENKES no. 48 of 2016 concerning Office K3 Standards. The design of this study was cross-sectional with 42 workers and direct observation. 61.9% of workers experienced pain in the body during the last 1 month. The results of Nordic Body Map questionnaire show the most pain occurrence are at point 5 (back) as much as 57,7%, point 7 (waist) as much as 53,8%, and point 0 (upper neck) as much as 46,2%. Through quantitative analysis, it is known that on the individual factors, only the body mass index factor has a correlation (rho = 0,330 = moderate positive correlation) and significant (p-value = 0,033) on pain occurrence. Meanwhile, on the work environment factor, only the lighting factor has correlation (rho = -0.323 = moderate negative correlation) and significant (p-value = 0.037) on pain occurrence. Work station at PT. X needs some improvements because an unergonomic work station can be one of the contributors of work-related musculoskeletal disorders occurrence complaints among workers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mufida Fati
"Dalam industri transportasi, permasalahan kelelahan menjadi salah satu isu penting yang erat kaitannya dengan kesehatan dan kualitas hidup pengemudi, serta potensi kecelakaan. Pekerjaan mengemudi merupakan suatu pekerjaan yang membutuhkan tingkat konsentrasi tinggi karena memerlukan koordinasi yang cepat dan tepat antara indera, sehingga mengemudi merupakan suatu pekerjaan yang sangat berisiko tinggi mengalami kelelahan. Terdapat banyak faktor risiko kelelahan pada pengemudi, baik itu dari faktor pekerjaan maupun faktor non pekerjaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko pekerjaan dan non pekerjaan dengan kelelahan pada pengemudi. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang diadopsi dari kuesioner Fatigue Assessment Scale (FAS) dan Occupational Fatigue Exhaustion Recovery (OFER) untuk mengukur kelelahan pengemudi secara subjektif dan menggunakan aplikasi Sleep-2-Peak untuk mengukur kelelahan pengemudi secara objektif. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja, waktu isitrahat, jenis pekerjaan, monotoni, usaha kerja, penghargaan kerja, stress kerja, usia, dan kualitas tidur dengan kelelahan. Oleh karena itu perlu diadakan pengembangan program pencegahan dan pengendalian kelelahan (fatigue management) di tempat kerja, melihat hubungan faktor pekerjaan lebih dominan terhadap kelelahan dibandingkan faktor non pekerjaan.

In the transportation industry, fatigue has become one of the important issues that are closely related to the health and quality of life of the driver, as well as the potential for accidents. Driving is a job that requires a high level of concentration because it requires fast and precise coordination between the senses, so driving is potentially pose a greater risk to fatigue. There are many risk factors that can contribute to driver fatigue from work related and non work related factors. This study was conducted  to determine the relationship between work related and  non-work related factors to driver fatigue. The research is using cross sectional study design. Data was collected by using an adopted questionnaire from the Fatigue Assessment Scale (FAS) and Occupational Fatigue Exhaustion Recovery (OFER) to measure driver fatigue subjectively and the Sleep-2-Peak application to measure driver fatigue objectively. Univariate and bivariate logistic regression  was used to analyze the data. The results showed that there was a significant association between work period, rest breaks, type of work, monotony,effort, reward, work stress, age, and quality of sleep with fatigue. Therefore, it is necessary to develop a fatigue management program in the workplace, refers to the result that the relationship between work related factors and fatigue is more dominant than non-work related factors."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Innes Marinda
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan proporsi kelelahan fisik pada pekerja PT. X. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2015 di PT. X. Data diperoleh melalui pengisian kuesioner yang diisi secara mandiri, pengukuran antropometri, dan 24H food record dengan jumlah sampel 126 responden. Analisis data menggunakan uji Chi-square untuk melihat perbedaan proporsi antara variabel independen dengan variabel dependen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi antara asupan protein (P value =0,049), konsumsi air putih (P value=0,022), dan status merokok (P value=0,027) dengan kelelahan fisik. Sebaiknya perusahaan menyediakan botol untuk menampung urin, sehingga pekerja dapat mengukur warna urin dan mengetahui kecukupan konsumsi air putih selama bekerja.

This study aims to describe the proportional difference between fatigue, physical fatigue of worker in PT. X. This study is a quantitative study using cross-sectional study design. The data were collected in May-June 2015. The data were collected by using self-administered questionnaire, anthropometric measurement, and 24H food record involving 126 respondents. The data were analyzed using Chi-square test to describe the proportion difference between the independent variables and the dependent variables.
The result shows that t there are proportional differences between protein intake (P value=0,049), mineral water consumption (P value=0,022), smoking status (P value=0,027), and physical fatigue. The company is suggested to be more concerned regarding the menu in the canteen. Furthermore, the worker are suggested to be more active like increase their exercise frequency and routine by using the facilities in the company. The company should provide a bottle to accommodate the urine , so that workers can measure the color of the urine and aware of the sufficiency of white water consumption during work.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S60229
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>