Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129888 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hasti Nindyan Hapsari
"Metarhizium majus UICC 295 memiliki kemampuan untuk menggunakan cangkang Crustacea yang mengandung kitin sebagai substrat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan M. majus UICC 295 pada variasi konsentrasi tepung cangkang kerang hijau 10% (b/v), 15% (b/v), 20% (b/v), 25% (b/v) dalam Sabouraud Dextrose Yeast Extract Agar (SDYA) 10%. Selain itu, melihat kemampuan M. majus UICC 295 menggunakan tepung cangkang kerang hijau sebagai substrat melalui Scanning Electron Microscopy (SEM). Metarhizium majus UICC 295 umur 7 hari ditumbuhkan pada variasi konsentrasi tepung cangkang kerang hijau dalam SDYA dengan blok agar di suhu 26,5°C selama 10 hari dalam kondisi gelap. Hasil menunjukkan M. majus UICC 295 dapat tumbuh pada semua variasi konsentrasi tepung cangkang kerang hijau dalam SDYA 10%. Morfologi koloni yang terbentuk bervariasi berdasarkan pigmentasi, sporulasi, dan kerapatan miselium. Ukuran diameter koloni rata-rata terbesar pada tepung cangkang kerang hijau 10% dalam SDYA 10% menunjukkan penurunan 0,35% dibandingkan SDYA 10% sebagai kontrol. Hasil SEM memperlihatkan kemampuan M. majus UICC 295 menggunakan tepung cangkang kerang hijau 10% dalam SDYA 10% berdasarkan adanya hifa dan konidia, dan perubahan struktur berupa rongga pada permukaan substrat. Hasil menunjukkan M. majus UICC 295 dapat menggunakan tepung cangkang kerang hijau sebagai substrat dan nutrien untuk pertumbuhan.

Metarhizium majus UICC 295 has the ability to use chitin-contained crustacean shells as a substrate. This study aims to determine the growth of M. majus UICC 295 at various concentrations of green mussel shell powder at 10% (w/v), 15% (w/v), 20% (w/v), 25% (w/v) in Sabouraud Dextrose Yeast Extract Agar (SDYA) 10%, and, to investigate the ability of M. majus UICC 295 to use green mussel shell powder as a substrate using a Scanning Electron Microscopy (SEM). Agar blocks containing 7-days old M. majus UICC 295 were grown on various concentrations of green mussel shell powder in SDYA at 26.5°C for 10 days under dark conditions. The results showed that M. majus UICC 295 showed growth on all variations of green mussel shell concentration in SDYA 10%. Colony morphology varied based on pigmentation, sporulation, and mycelium density. The largest average colony diameter size in 10% green mussel shell powder in 10% SDYA showed a decrease of 0.35% compared to 10% SDYA as a control. The SEM results showed the ability of M. majus UICC 295 to use 10% green mussel shell powder in 10% SDYA by the presence of hyphae and conidia and structural changes of the substrate in the form of cavities on the substrate surface. The results showed that M. majus UICC 295 was able to use green mussel powder as a substrate and nutrient for growth."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Gayatri Widayana
"Metarhizium majus UICC 295 memiliki kemampuan untuk menggunakan cangkang Crustacea yang mengandung kitin sebagai substrat. Penelitian bertujuan untuk mengamati pertumbuhan M. majus UICC 295 pada tepung cangkang kerang tahu dengan variasi konsentrasi 10% (b/v), 15% (b/v), 20% (b/v) dan 25% (b/v) dalam Sabouraud Dextrose Yeast Extract Agar (SDYA) 10%. Selain itu, mengamati kemampuan M. majus UICC 295 dalam menggunakan tepung cangkang kerang tahu sebagai substrat pada SDYA 10% menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). Metarhizium majus UICC 295 pada SDYA 100%, suhu 26,5°C, umur 7 hari dalam kondisi gelap diinokulasikan ke medium dengan variasi konsentrasi tepung cangkang kerang tahu dalam SDYA menggunakan metode peletakan langsung blok agar, suhu 26,5°C, selama 10 hari dalam kondisi gelap. Hasil menunjukkan M. majus UICC 295 tumbuh pada semua variasi konsentrasi tepung cangkang kerang tahu dalam SDYA 10%. Morfologi koloni yang terbentuk bervariasi berdasarkan pigmentasi, sporulasi, dan kerapatan miselium. Ukuran diameter koloni rata-rata tertinggi pada medium dengan penambahan tepung cangkang kerang tahu 15% dalam SDYA 10% menunjukkan penurunan sebesar 9,25% dibandingkan pada SDYA 10% (kontrol). Hasil SEM memperlihatkan pertumbuhan M. majus UICC 295 dengan adanya konidia dan hifa, serta menyebabkan perubahan struktur pada tepung cangkang kerang tahu 15% dalam SDYA 10% dengan terbentuknya rongga dan retakan. Hasil menunjukkan M. majus UICC 295 memiliki kemampuan untuk menggunakan tepung cangkang kerang tahu sebagai substrat dan nutrien untuk pertumbuhan.

Metarhizium majus UICC 295 has the ability to utilize crustacean shells containing chitin as substrates. This study aims were to observe the growth of M. majus UICC 295 on hard clam shell powder with concentrations of 10% (w/v), 15% (w/v), 20% (w/v) and 25% (w/v) in 10% (w/v) Sabouraud Dextrose Yeast Extract Agar (SDYA), and to observe M. majus UICC 295 ability to utilize hard clam shell powder as a substrate in 10% SDYA using a Scanning Electron Microscopy (SEM). Block agar containing 7-days old M. majus UICC 295 was grown on various substrate concentrations and incubated in the dark at 26.5°C for 10 days. The results showed that M. majus UICC 295 was able to grow in various concentrations of hard clam shell powder in 10% SDYA. Colony morphology showed variation in pigmentation, sporulation, and mycelium density. The largest average colony diameter size in 15% hard clam shell powder in 10% SDYA showed a 9.25% decrease compared to colony diameter in SDYA 10% (control). The SEM result showed growth of M. majus UICC 295 on 15% hard clam shell powder in 10% SDYA by the presence of conidia and hyphae, and changes of the hard clam powder structure as indicated by the formation of cavities and cracks. These results showed that M. majus UICC 295 has the ability to utilize hard clam shell powder as a substrate and nutrient for growth.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bianca Permata Aulia
"Metarhizium majus UICC 295 memiliki kemampuan menginfeksi serangga Oryctes rhinoceros Linnaeus, dan menggunakan tepung cangkang Crustacea yang mengandung kitin sebagai substrat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan M. majus UICC 295 pada variasi konsentrasi tepung cangkang lobster 10% (b/v), 15% (b/v), 20% (b/v), dan 25% (b/v) dalam Sabouraud Dextrose Yeast Extract Agar (SDYA) 10% (b/v), serta melihat kemampuan M. majus UICC 295 dalam menggunakan tepung cangkang lobster sebagai substrat pada SDYA 10% menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM). Block agar yang mengandung M. majus UICC 295 umur 7 hari ditumbuhkan pada variasi konsentrasi tepung cangkang lobster dan diinkubasi dalam keadaan gelap pada suhu inkubasi 26,5°C selama 10 hari. Hasil menunjukkan M. majus UICC 295 tumbuh pada semua variasi konsentrasi tepung cangkang lobster dalam SDYA 10%. Morfologi koloni yang terbentuk bervariasi berdasarkan pigmentasi, sporulasi, dan kerapatan miselium. Ukuran diameter koloni terbesar rata-rata menunjukkan penurunan sebesar 18,77% dibandingkan diameter koloni pada SDYA 10%. Hasil SEM memperlihatkan pertumbuhan M. majus UICC 295 pada tepung cangkang lobster 10% dalam SDYA 10% dengan adanya miselia, konidia dan menyebabkan perubahan struktur tepung cangkang lobster yang ditandai dengan adanya rongga. Hasil penelitian mengindikasikan M. majus UICC 295 menggunakan tepung cangkang lobster sebagai substrat dan nutrien untuk pertumbuhan.

Metarhizium majus UICC 295 has the ability to infect Oryctes rhinoceros Linnaeus, and utilizes crustacean shells containing chitin as substrates. This study aims were to observe the growth of M. majus UICC 295 on lobster shell powder with various concentrations of 10% (w/v), 15% (w/v), 20% (w/v), and 25% (w/v) in 10% (w/v) Sabouraud Dextrose Yeast Extract Agar (SDYA), and to observe M. majus UICC 295 ability to utilize lobster shell powder as a substrate in 10% SDYA using a Scanning Electron Microscope (SEM). Block agar containing 7-days old M. majus UICC 295 was grown on various concentrations of lobster shell powder and incubated in the dark at 26.5°C for 10 days. The results showed that M. majus UICC 295 was able to grow in various lobster shell powder concentrations in 10% SDYA. Colony morphology showed variations in pigmentation, sporulation, and mycelium density. The largest average colony diameter size showed a 18.77% decrease compared to colony diameter in SDYA. The SEM results showed growth of M. majus UICC 295 on 10% lobster shell powder in 10% SDYA by the formation of mycelia and conidia, and changes in the lobster shell powder structure which were indicated by the presence of cavities. This study indicated that M. majus UICC 295 utilized lobster shell powder as a substrate and nutrient for growth."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raynaldi Prabowo
"Kapang entomopatogen Metarhizium majus UICC 295 dapat tumbuh pada substrat yang mengandung kitin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan M. majus UICC 295 pada konsentrasi tepung jangkrik 10% (b/v), 15% (b/v), 20% (b/v), dan 25% (b/v) dalam Sabouraud Dextrose Yeast extract Agar (SDYA) 10% (b/v) dan mengetahui kemampuan kapang dalam menggunakan tepung jangkrik sebagai substrat pada SDYA 10% (b/v) yang dilihat dengan Scanning Electron Microscope (SEM). Metarhizium majus UICC 295 ditumbuhkan pada variasi konsentrasi tepung jangkrik dalam SDYA mengggunakan metode blok agar (diameter 6 mm) di suhu 26,5°C dalam kondisi gelap. Hasil menunjukkan penambahan variasi konsentrasi tepung jangkrik dalam SDYA mampu meningkatkan diameter koloni rata-rata dibandingkan dengan kontrol (SDYA 100% dan 10%). Diameter koloni rata-rata terbesar diperoleh pada penambahan tepung jangkrik 10% dalam SDYA 100% dan penambahan tepung jangkrik 15% dalam SDYA 10% dengan persentase kenaikan masing-masing sebesar 73,38±4,11% dan 69,78±3,56%. Penambahan tepung jangkrik juga menghasilkan sporulasi berwarna olive green secara merata dan pertumbuhan miselia yang rapat pada koloni. Hasil SEM memperlihatkan pertumbuhan M. majus UICC 295 dengan adanya konidia dan hifa (miselia) pada substrat, dan perubahan struktur substrat (tepung jangkrik 15% dalam SDYA 10%) berupa rongga dibandingkan dengan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan M. majus UICC 295 dapat menggunakan tepung jangkrik sebagai substrat dan nutrien untuk pertumbuhan.

Entomopathogenic fungus Metarhizium majus UICC 295 is able to grow on substrates containing chitin. The objectives of this study were to investigate the growth M. majus UICC 295 on 10% (w/v), 15% (w/v), 20% (w/v), and 25% (w/v) cricket powder in 10% (w/v) Sabouraud Dextrose Yeast extract Agar (SDYA) and to observe the ability of M. majus UICC 295 to utilize cricket powder as a substrate in 10% SDYA (w/v) using Scanning Electron Microscope (SEM). Agar blocks (6 mm in diameter) containing M. majus UICC 295 colonies were inoculated on the media with addition of various concentrations of cricket powder in SDYA, then incubated at 26.5°C for 10 days in the dark. The results showed that M. majus UICC 295 were able to increase the average colony diameter in all concentrations of cricket powder in SDYA compared to control (100% and 10% SDYA). The largest average colony diameter was observed in 10% cricket powder in 100% SDYA and 15% cricket powder in 10% SDYA with increase percentage 73,38±4,11% and 69,78±3,56%, respectively. All concentrations of cricket powder supported colony’s growth with olive green sporulation and dense mycelia. SEM results showed M. majus UICC 295 growth by the presence of conidia and hyphae (mycelia) on the substrate and changes in the substrate (15% cricket powder in 10% SDYA) as cavities compared to control. This study showed that M. majus UICC 295 utilized cricket powder as a substrate and a nutrient for growth.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bianca Permata Aulia
"Metarhizium majus UICC 295 memiliki kemampuan menginfeksi serangga Oryctes rhinoceros Linnaeus, dan menggunakan tepung cangkang Crustacea yang mengandung kitin sebagai substrat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan M. majus UICC 295 pada variasi konsentrasi tepung cangkang lobster 10% (b/v), 15% (b/v), 20% (b/v), dan 25% (b/v) dalam Sabouraud Dextrose Yeast Extract Agar (SDYA) 10% (b/v), serta melihat kemampuan M. majus UICC 295 dalam menggunakan tepung cangkang lobster sebagai substrat pada SDYA 10% menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM). Block agar yang mengandung M. majus UICC 295 umur 7 hari ditumbuhkan pada variasi konsentrasi tepung cangkang lobster dan diinkubasi dalam keadaan gelap pada suhu inkubasi 26,5°C selama 10 hari. Hasil menunjukkan M. majus UICC 295 tumbuh pada semua variasi konsentrasi tepung cangkang lobster dalam SDYA 10%. Morfologi koloni yang terbentuk bervariasi berdasarkan pigmentasi, sporulasi, dan kerapatan miselium. Ukuran diameter koloni terbesar rata-rata menunjukkan penurunan sebesar 18,77% dibandingkan diameter koloni pada SDYA 10%. Hasil SEM memperlihatkan pertumbuhan M. majus UICC 295 pada tepung cangkang lobster 10% dalam SDYA 10% dengan adanya miselia, konidia dan menyebabkan perubahan struktur tepung cangkang lobster yang ditandai dengan adanya rongga. Hasil penelitian mengindikasikan M. majus UICC 295 menggunakan tepung cangkang lobster sebagai substrat dan nutrien untuk pertumbuhan.

Metarhizium majus UICC 295 has the ability to infect Oryctes rhinoceros Linnaeus, and utilizes crustacean shells containing chitin as substrates. This study aims were to observe the growth of M. majus UICC 295 on lobster shell powder with various concentrations of 10% (w/v), 15% (w/v), 20% (w/v), and 25% (w/v) in 10% (w/v) Sabouraud Dextrose Yeast Extract Agar (SDYA), and to observe M. majus UICC 295 ability to utilize lobster shell powder as a substrate in 10% SDYA using a Scanning Electron Microscope (SEM). Block agar containing 7-days old M. majus UICC 295 was grown on various concentrations of lobster shell powder and incubated in the dark at 26.5°C for 10 days. The results showed that M. majus UICC 295 was able to grow in various lobster shell powder concentrations in 10% SDYA. Colony morphology showed variations in pigmentation, sporulation, and mycelium density. The largest average colony diameter size showed a 18.77% decrease compared to colony diameter in SDYA. The SEM results showed growth of M. majus UICC 295 on 10% lobster shell powder in 10% SDYA by the formation of mycelia and conidia, and changes in the lobster shell powder structure which were indicated by the presence of cavities. This study indicated that M. majus UICC 295 utilized lobster shell powder as a substrate and nutrient for growth."
Depok: Fakultas Matematika Dan ILmu Pengetahuan Alam, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktarina Sumandari
"Metarhizium majus UICC 295 adalah kapang entomopatogen. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh penambahan tepung cangkang kerang hijau terhadap kemampuan M. majus UICC 295 menginfeksi larva O. rhinoceros dan viabilitas M. majus UICC 295 setelah dipreservasi dengan metode freezing pada suhu -80°C. Metarhizium majus UICC 295 pada medium Saboraud Dextrose with Yeast Extract Agar (SDYA) dengan penambahan tepung cangkang kerang hijau 10% (b/v) dapat membunuh larva O. rhinoceros 6,67%--100% dalam waktu 7--12 hari. Metarhizium majus UICC 295 pada medium SDYA dapat membunuh larva O. rhinoceros 3,33%--100% dalam waktu 7--11 hari. Metarhizium majus UICC 295 setelah dipreservasi selama 30 hari dalam gliserol 10% (v/v) dan dalam gliserol 10% (v/v) dengan glukosa 5% (v/v) tetap memiliki viabilitas. O. rhinoceros setelah dipreservasi selama 1 hari dalam gliserol 10% dan dalam gliserol 10% dengan glukosa 5% tetap memiliki viabilitas.

Metarhizium majus UICC 295 is an entomopathogenic fungus. This research investigated the effect of green mussel shell powder on the pathogenicity of M. majus UICC 295 to infect O. rhinoceros larvae and investigated the viability of M. majus UICC 295 after preservation with freezing at -80°C. Metarhizium majus UICC 295 in Saboraud Dextrose Agar with Yeast Extract (SDAY) medium with 10% (w/v) green mussel shell powder caused 6.67%--100% larval mortality in 7--12 days. Metarhizium majus UICC 295 in SDAY medium caused 3.33%--100% larval mortality in 7--11 days. Metarhizium majus UICC 295 after being preserved for 30 days in 10% (v/v) glycerol and 10% (v/v) glycerol with 5% (v/v) glucose are still viable. Metarhizium majus UICC 295 on cadaver of O. rhinoceros larvae after being preserved for 1 day in 10% glycerol and 10% glycerol with 5% glucose are still viable."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42982
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Grand Septia Yama
"Metarhizium majus UICC 295 merupakan kapang entomopatogen yang mampu membunuh serangga. Penelitian bertujuan menguji pengaruh penambahan tepung cangkang kepiting 10% (b/v) pada medium Saboraud Dextrose with Yeast Extract Agar (SDYA) terhadap kemampuan M. majus UICC 295 dalam menginfeksi larva Oryctes rhinoceros serta mengetahui pengaruh freezing pada -80o C menggunakan gliserol 10% (v/v) dan gliserol 10% (v/v) dengan penambahan laktosa 5% (b/v). Metarhizium majus UICC 295 pada SDYA dengan penambahan tepung cangkang kepiting 10% mampu membunuh larva 100% dalam waktu 13 hari. Preservasi pada -80o C menggunakan akuades, gliserol 10% (v/v) dan gliserol 10% (v/v) dengan penambahan laktosa 5% (b/v) mampu mempertahankan viabilitas M. majus UICC 295 pada SDYA dan SDYA dengan penambahan tepung cangkang kepiting 10% (b/v). Metarhizium majus UICC 295 pada kadaver larva O. rhinoceros tetap viabel setelah dipreservasi pada suhu -80o C.

Metarhizium majus UICC 295 is an entomopathogenic fungus with the ability to kill insects. This research investigated the effect of 10% (w/v) crab shell powder in Saboraud Dextrose Agar with Yeast Extract (SDAY) on the pathogenicity of M. majus UICC 295 to infect Oryctes rhinoceros larvae and to determine the effect of freezing at -80o C using 10% (v/v) glycerol and 10% (v/v) glycerol added with 5% (w/v) lactose. Metarhizium majus UICC 295 on SDAY added with 10% (w/v) crab shell powder caused 100% larval mortality within 13 days. Preservation at -80o C using 10% (v/v) glycerol and 10% (v/v) glycerol added with 5% (w/v) lactose maintained the viability of M. majus UICC 295 on SDAY and SDAY added with 10% (w/v) crab shell powder. Metarhizium majus UICC 295 on O. rhinoceros cadaver was viable after being preserved at -80o C."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43448
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Delafriadi Bustami
"ABSTRAK
Di Indonesia Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali dilaporkan terjadi di Jakarta dan Surabaya pada tahun 1968, yakni 15 tahun setelah terjadi wabah di Filipina. Pada tahun 1973 DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dan sejak tahun 1985 DBD telah menyebar di 28 propinsi kecuali propinsi Timor Timur (Sumarmo, 1989). Pada tahun 1993 seluruh propinsi di Indonesia telah melaporkan eksistensi DBD (Wuryadi, 1994).
DBa adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus Dengue dan terutama ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang tersebar luas di Indonesia, terutama di kota-kota besar (Surname, 1989).
Saat ini pencegahan atau pemberantasan penyakit DBD hanya efisien dilakukan dengan memutus rantai penularan manusia-nyamuk-manusia, yakni memberantas nyamuk penular Ae, aegypti karena vaksin dan obat anti virus belum ditemukan (Wuryadi, 1994). Berbagai cara pemberantasan Ae, aegypti yang telah dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia adalah pemberantasan kimiawi menggunakan malation untuk nyamuk dewasa dan temefos untuk stadium larva, di samping pemberantasan lingkungan melalui kegiatan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Namun demikian, hasil yang diperoleh masih belum memuaskan, bahkan jumlah kasus DBD cenderung meningkat dan penyebaran semakin luas. Di sisi lain, penggunaan insektisida sintetis walaupun memberikan hasil nyata dalam waktu relatif singkat, akan tetapi memerlukan dana yang besar. Selain itu pemakaian insektisida sintetis secara terus menerus dapat menimbulkan ketidak seimbangan lingkungan karena masuknya zat asing tersebut, dan juga meningkatkan kemungkinan timbulnya resistensi hewan sasaran serta musnahnya hewan bukan sasaran.
Selain penggunaan insektisida sintetis, terbuka juga kemungkinan penggunaan insektisida alami yang berasal dari tumbuhan. Salah satu tumbuhan yang menunjukkan potensi untuk itu adalah tumbuhan mindi.
Mindi (Melia azedarach lien.) adalah tumbuhan perdu yang tumbuh liar atau sengaja ditanam sebagai pelindung pada perkebunan kopi dan teh. Hampir seluruh bagian tumbuhan ini telah dimanfaatkan dalam pengobatan berbagai penyakit secara tradisional. Daun, buah, kulit batang dan kulit akar tumbuhan ini dijadikan bubuk kemudian diseduh dengan air panas untuk digunakan sebagai obat diare, cacing, dan penyakit lainnya (Burkill, 1935).
Berdasarkan hasil skrining fitokimia, diketahui bahwa tanaman mindi memiliki senyawa golongan flavonoid, saponin, tanin dan triterpenoid. Selain itu juga mengandung karotenoid, lipida, meliatin dan klorofil. Senyawa yang diduga memiliki aktivitas sebagai bahan insektisida adalah triterpen azadiraktin, meliantriol dan 7-trikosanol?
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Amalina Khodijah
"Metarhizium majus UICC 295 adalah kapang entomopatogen. Penelitian bertujuan menguji kemampuan M. majus UICC 295 pada medium Sabouraud Dextrose with Yeast Extract Agar (SDYA) dengan penambahan tepung kulit udang 10% (b/v) dalam menginfeksi larva Oryctes rhinoceros serta mengetahui pengaruh preservasi metode freezing pada suhu -80o C menggunakan protektan gliserol 10% (v/v) dan gliserol 10% (v/v) dengan penambahan sukrosa 5% (b/v). Metarhizium majus UICC 295 pada SDYA mampu membunuh larva 3,33%--100% dalam 7--11 hari dan dengan penambahan tepung kulit udang 10% membunuh larva 6,67%--40% dalam waktu 12--30 hari. Metarhizium majus UICC 295 pada medium SDYA tetap memiliki viabilitas setelah dipreservasi pada suhu -80o C menggunakan gliserol 10% dan gliserol 10% dengan penambahan sukrosa 5%. Metarhizium majus UICC 295 pada SDYA dengan penambahan kulit udang 10% kehilangan viabilitasnya setelah dipreservasi pada suhu -80o C. Metarhizium majus UICC 295 pada kadaver larva O. rhinoceros tetap memiliki viabilitas setelah dipreservasi pada suhu -80o C.

Metarhizium majus UICC 295 is an entomopathogenic fungus. This research investigated the pathogenicity of M. majus UICC 295 from Sabouraud Dextrose Agar with Yeast Extract (SDAY) medium added with 10% (w/v) shrimp shell powder to infect Oryctes rhinorecos larvae, and to determine the effect of preservation with freezing method at -80o C with 10% (v/v) glycerol and 10% (v/v) glycerol with addition of 5% (w/v) sucrose as protectants. Application of M. majus UICC 295 from SDYA caused 3.33%--100% larval mortality within 7--11 days, whereas addition of 10% shrimp shell powder caused 6.67%--40% larval mortality within 12--30 days. Metarhizium majus UICC 295 from SDYA was viable after being preserved at -80o C with 10% glycerol and 10% glycerol with addition of 5% sucrose as cryoprotectant, M. majus UICC 295 from SDYA with addition of 10% shrimp shell powder lost its viability after being preserved at -80o C with both cryoprotectants. Metarhizium majus UICC 295 on O. rhinoceros cadaver was viable after being preserved at -80o C."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43447
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dhian Chitra Ayu Fitria Sari
"Metarhizium majus UICC 295 adalah kapang entomopatogen. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh penambahan tepung jangkrik 10% (b/v) pada medium pertumbuhan M. majus UICC 295 terhadap kemampuan menginfeksi larva O. rhinoceros serta mengetahui pengaruh preservasi pada suhu -80o C menggunakan protektan gliserol 10% (v/v) dan gliserol 10% (v/v) dengan trehalosa 5% (b/v) terhadap viabilitas M. majus UICC 295. Konidia/hifa dari Saboraud Dextrose with Yeast Extract Agar (SDYA) dengan penambahan tepung jangkrik 10% (b/v) mampu membunuh larva 6,6--100% dalam 8--11 hari. Konidia/hifa yang dipreservasi selama 30 hari pada suhu -80o C menggunakan gliserol 10% (v/v) dan gliserol 10% (v/v) + trehalosa 5% (b/v) mengalami penurunan viabilitas. Konidia/hifa yang dipreservasi bersama kadaver larva selama 30 hari pada suhu -80o C menggunakan gliserol 10% (v/v) dan gliserol 10% (v/v) dengan trehalosa 5% (b/v) mampu dipertahankan viabilitasnya.

Metarhizium majus UICC 295 is an entomopathogenic fungus. This research aimed to investigate the effect of 10% (w/v) cricket powder in growth medium on the pathogenicity of M. majus UICC 295 to infect O. rhinoceros larvae and to investigate the effect of freezing in -80o C using 10% (v/v) glycerol and 10% (v/v) glycerol with 5% (w/v) trehalose on its viability. The conidia/hyphae from Saboraud Dextrose Agar with Yeast Extract (SDAY) with 10% (w/v) cricket powder was able to kill larvae 6.6%--100% in 8--11 days. Viability of conidia/hyphae after being preserved for 30 days in -80o C with 10% (v/v) glycerol and 10% (v/v) glycerol with 5% (w/v) trehalose was decreased. The conidia/hyphae on cadaver was still viable after being preserved at -80o C with 10% (v/v) glycerol and 10% (v/v) glycerol with 5% (w/v) trehalose."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43316
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>