Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166862 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gultom, Yosafat Darwin
"Danau Toba merupakan danau yang digunakan sebagai lahan budidaya perikanan. Hasil produksi dari budidaya perikanan tersebut tentunya didukung oleh peralatan-peralatan listrik di keramba. Namun, fasilitas tersebut selama ini dioperasikan oleh genset, yang telah menghabiskan biaya pengoperasian yang cukup mahal sehingga diperlukan energi terbarukan. Sebagai negara tropis, ketersediaan matahari di Indonesia yang berlangsung selama 4 jam setiap hari dapat dimanfaatkan menggunakan photovoltaic. Namun, untuk menggunakan photovoltaic sebagai sumber utama listrik untuk keramba, diperlukan perancangan PV yang optimal untuk kebutuhan penggunaan keramba dan disesuaikan dengan daya yang dikonsumsi oleh keramba, serta penyinaran pada daerah tersebut. Karena sinar matahari yang dapat dipanen hanya pada siang hari, baterai juga diperlukan sebagai sistem penyimpanan energi listrik yang mandiri (Off-Grid). Penelitian ini menggunakan simulasi pada aplikasi PVSyst dan menggunakan data radiasi dari Meteonorm. Aplikasi PVsyst dapat mensimulasikan kinerja sistem Solar PV yang telah ditentukan serta menghitung kemiringan dan arah peletakan PV dari data irradiansi yang telah didapatkan. Dengan metode ini, jumlah modul PV dan baterai yang optimal, yaitu 26 modul PV berkapasitas 250 Wp dan 48 buah baterai berkapasitas 100Ah, akan diperoleh sebagai pembangkit utama energi listrik untuk penggunaan keramba.

Lake Toba is a lake used for aquaculture. The production results from aquaculture are of course supported by electrical equipment in the cages. However, the facility has been operated by a generator so far, which has quite a lot of operating costs, so that renewable energy is needed. As a tropical country, the availability of the sun in Indonesia which lasts for 4 hours every day can be utilized using photovoltaic. Though, to use photovoltaic as the main source of electricity for the cages, it is necessary to design an optimal PV for the needs of using the cage and adjusted to the power consumed by the cage, as well as the irradiation in the area. Because sunlight can be harvested only during the day, batteries are also needed as an independent electrical energy storage system (Off-Grid). This study uses a simulation on the PVSyst application and uses radiation data from Meteonorm. The PVsyst application can simulate the performance of a predetermined Solar PV system and calculate the slope and direction of PV placement from the irradiance data that has been obtained. With this method, the optimal number of PV modules and batteries, which are 26 PV modules with a capacity of 250 Wp and 48 batteries with a capacity of 100Ah, will be obtained as the main generator of electrical energy for the use of cages."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vadio Putradeiv Noor
"Sebagai negara tropis, Indonesia mendapat sinar matahari yang bersinar sepanjang tahun. Energi matahari dapat dikonversi menjadi energi listrik menggunakan fotovoltaik. Namun, untuk menggunakan fotovoltaik sebagai sumber utama listrik untuk penggunaan bangunan Residential, perlu untuk merancang PV yang cocok untuk kebutuhan penggunaan Bangunan Residential dan disesuaikan dengan daya yang dikonsumsi oleh bangunan, serta penyinaran dalam daerah. Karena sinar matahari yang dapat dipanen hanya pada siang hari, baterai juga diperlukan sebagai sistem penyimpanan energi listrik. Penelitian ini menggunakan simulasi pada aplikasi PVsyst dan menggunakan data irrradiansi dari Meteonorm. Aplikasi PVsyst dapat mensimulasikan kinerja sistem PLTS yang telah ditentukan serta menghitung kemiringan dan arah peletakan PV dari data irradiansi yang telah didapatkan. Dengan metode ini, jumlah PV, baterai, dan inverter yang optimal akan diperoleh sebagai pembangkit utama energi listrik untuk penggunaan bangunan residential.

As a tropical country, Indonesia gets sunlight that shines throughout the year. The solar energy can be converted into electrical energy using photovoltaics. However, to use photovoltaic (PV) as the main source of electricity for Residential building usage, it is necessary to design a PV that is suitable for the needs of Residential Building usage and adjusted to the power consumed by the building, as well as the irradiance in the area. Due to the sunlight that can be harvested only during the daytime, batteries are also needed as an electrical energy storage system. This study uses simulations on the PVsyst application and uses irradiance data from Meteonorm. The PVsyst application can simulate and determine the number of series and parallel PV for certain power usage specifications and the irradiance data obtained. With this method an optimal amount of PV and batteries will be obtained as the main generator for residential building usage."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Nur Sabrina
"Tarif energi baru dan terbarukan (EBT) adalah kebijakan yang paling umum dan biasanya digunakan di dunia untuk mendorong pengembang swasta memasuki pasar pembangkit listrik EBT. Namun di Indonesia, tarif EBT yang berlaku saat ini berdasarkan Permen ESDM No. 50/2017 dianggap tidak mencukupi menguntungkan bagi pengembang swasta karena tarif EBT berbasis biaya Pembangkit PLN berbasis daerah (BPP, Harga Pokok Produksi) yang kena flat dengan pembangkit bahan bakar fosil, yang saat ini cenderung lebih mahal rendah dibandingkan dengan biaya investasi pembangkit EBT. Karena itu Dengan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Fotovoltaik Karena kasusnya, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji seperti apa struktur tarif tersebut EBT saat ini sesuai dengan kelayakan finansial dari potensi yang ada Pembangunan PLTS Fotovoltaik tertuang dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019-2028. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Pemodelan keuangan disimulasikan untuk dua skenario teknologi berbeda yaitu 1) PLTS Fotovoltaik on-grid tanpa menggunakan sistem baterai dan 2) PLTS Fotovoltaik on-grid menggunakan sistem baterai. Adapun, hasilnya dari studi ini adalah struktur tarif EBT saat ini, hanya sesuai kelayakan finansial 60% dari potensi pengembangan PLTS Fotovoltaik dalam RUPTL 2019-2028 dalam skenario PLTS Fotovoltaik on-grid tanpa sistem baterai. Sedangkan pada skenario PLTS Fotovoltaik menggunakan sistem baterai, Tarif EBT hanya sesuai dengan kelayakan finansial 24% dari potensi pengembangan PLTS Fotovoltaik dalam RUPTL 2019-2028.
ABSTRACT
Tarif energi baru dan terbarukan (EBT) adalah kebijakan yang paling umum dan biasanya digunakan di dunia untuk mendorong swasta memasuki pasar pembangkit listrik EBT. Namun di Indonesia, tarif EBT yang sesuai saat ini berdasarkan Permen ESDM No. 50/2017 respon tidak mencukupi menguntungkan bagi pengembang swasta karena tarif EBT berbasis biaya Pembangkit PLN berbasis daerah (BPP, Harga Pokok Produksi) yang kena flat dengan pembangkit bahan bakar fosil, yang saat ini cenderung lebih mahal dibandingkan dengan biaya investasi pembangkit EBT. Karena itu Dengan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Fotovoltaik Karena kasusnya, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji seperti apa struktur tarif tersebut EBT saat ini sesuai dengan kelayakan finansial dari potensi yang ada Pembangunan PLTS Fotovoltaik tertuang dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019 -2028. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Pemodelan keuangan yang disimulasikan untuk dua skenario teknologi yang berbeda yaitu 1) PLTS Fotovoltaik on-grid tanpa menggunakan sistem baterai dan 2) PLTS Fotovoltaik on-grid menggunakan sistem baterai. Adapun, hasilnya dari studi ini adalah struktur tarif EBT saat ini, hanya sesuai kelayakan finansial 60% dari potensi pengembangan PLTS Fotovoltaik dalam RUPTL 2019-2028 dalam skenario PLTS Fotovoltaik on-grid tanpa sistem baterai. Sedangkan pada skenario PLTS Fotovoltaik menggunakan sistem baterai, Tarif EBT hanya sesuai dengan kelayakan finansial 24% dari potensi pengembangan PLTS Fotovoltaik dalam RUPTL 2019-2028.

Tariff policy is important to induce RE developers to enter the market of electricity power plants. In Indonesia, the developers face uncertainty in business they experienced several changes in tariff structure for the last two years. According to MEMR Regulation No.50/2017, the current tariff structure is not the ideal case since the tariff uses mixed energy generation cost per region as the basis instead of renewable energy generation cost. Therefore, using solar PV generation as the case,this study aims to examine how the current tariff structure fits the potential development of solar PV power plants based on RUPTL 2019-2028. This research will be conducted using financial modeling to look at two scenarios, which are 1) Solar Photovoltaic on-grid without a battery system, 2) Solar photovoltaic on-grid with a battery system. The result of this study is the current tariff structure is only fits 60% of the potential development of solar PV power plants based on RUPTL 2019-2028 in a scenario without battery system and 24% of the potential development of solar PV power plants based on RUPTL 2019-2028 in a scenario with a battery system. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Abdul Fathah
"Energi surya merupakan sebuah energi terbarukan yang dapat menjadi energi listrik. Berdasarkan Instruksi Gubernur Nomor 66 Tahun 2019 ayat 7 mengenai peralihan ke energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dengan menginstalasi PLTS pada seluruh gedung pemerintah daerah. Indonesia mempunyai potensi energi bekisar 4,8 kWh/m2/hari yang dapat mengurangi polusi dari penggunaan energi fosil. Pemakaian energi pada hampir disemua sekolah cukup besar di siang hari dan saat malam hari hampir tidak adanya profil beban. Pembangkit Listrik Tenaga Surya mampu memberikan energi berkelanjutan dan penghematan biaya pemakaian listrik. Perancangan PLTS mempunyai standar kelayakan teknis dan ekonomis. Standar kelayakan teknis seperti, parameter irradiasi di lokasi, daya yang dihasilkan harus lebih besar 50% dari daya puncak beban, serta pemakaian luas area yang tersedia harus lebih besar dari yang terpakai untuk perancangan plts. Standar kelayakan ekonomis berdasarkan nilai NPV harus positif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan baik secara teknis maupun secara ekonomis dari perancangan ini. Energi listrik yang dihasilkan PLTS berasal dari sel surya berjenis monokristalin yang mempuyai tingkat efisien 24% lebih tinggi dibandingkan jenis sel surya yang lain. Sistem perancangan PLTS yang digunakan terhubung langsung dengan PLN dengan menggunakan grid tie converter serta pencatat kWh expor-impor. Daya PLTS yang dihasilkan harus lebih besar dari 50% daya puncak beban yang ada. Dari hasil analisis penelitian dapat disimpulkan bahwa perancangan PLTS di SDN 01 Pejaten Timur mempunyai nilai kelayakan secara teknis maupun secara ekonomis. Penelitian ini layak secara teknis karena, tingkat irradiasi matahari yang ada di lokasi sebesar 4 kWh/m2/hari, daya PLTS yang dihasilkan sudah lebih besar dari 50% daya puncak beban, dan luas area yang terpakai untuk perancangan plts di area sekolah masih lebih kecil dengan luas area sekolah yang tersedia. Penelitian ini layak secara ekonomis karena, nilai NPV yang didapatkan positif selama 25 tahun umur PLTS. Perancangan PLTS ini mempunyai lama titik impas berada pada tahun ke 18 penggunaan dan sudah mendapatkan keuntungan.

Solar energy is a renewable energy that can be electricity. Based on Governor Instruction Solar energy is a renewable energy that can be electricity. Based on Governor Instruction Number 66 Year 2019 paragraph 7 regarding the transition to renewable energy and reducing dependence on fossil fuels by installing PLTS in all local government buildings. Indonesia has an energy potential of around 4.8 kWh/m2/day which can reduce pollution from the use of fossil energy. Energy use in almost all schools is quite large during the day and at night there is virtually no load profile. Solar Power Plants are able to provide sustainable energy and reduce electricity consumption costs. The design of PLTS has technical and economic feasibility standards. Technical feasibility standards such as irradiation parameters at the site, the power produced must be greater than 50% of the peak power, and the use of the available area must be greater than that used for the design of PLTS. Standard of economic feasibility based on NPV value must be positive. This study aims to determine the level of feasibility both technically and economically from this design. The electrical energy produced by PLTS comes from monocrystalline solar cells which have an efficient level of 24% higher than other types of solar cells. The PLTS design system used is connected directly to PLN using a grid tie converter and export import kWh recorder. The PLTS power generated must be greater than 50% of the existing peak load power. From the results of the research analysis it can be concluded that the design of PLTS in SDN 01 Pejaten Timur has technical or economic feasibility. This research is technically feasible because, the level of solar irradiation at the site is 4 kWh/m2/day, the solar power generation generated is greater than 50% of the peak load power, and the area used for designing solar power in the school area is still smaller with the size of the school area available. This study is economically feasible because, the NPV value obtained is positive for 25 years of PLTS. The design of this PLTS has a break even point in the 18th year of use and has already benefited."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Restu Pramesti
"ABSTRAK
Pada COP ke-26 tahun 2021 di Glasgow, Pemerintah Indonesia menegaskan komitmen tanah air untuk mencapai net zero emissions (NZE) pada tahun 2060, seiring dengan aksi percepatan dalam rangka Paris Agreement dan United Nations Framework Convention on Climate Change. Fokus utama di sini adalah penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT), khususnya energi surya yang memiliki potensi sangat besar di Indonesia dan dianggap menjadi pemegang peran penting dalam mewujudkan serangkaian pilar Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu affordable and clean energy; industry, innovations, and infrastructure; dan climate action. Dalam upaya mencapai target 23% EBT pada bauran energi nasional tahun 2025, Pemerintah Indonesia sedang menggalakkan program pengembangan dari pemanfaatan PLTS atap, terutama untuk daerah perkotaan yang memiliki permasalahan keterbatasan lahan. Penelitian ini akan difokuskan terkait perancangan sistem PLTS atap on-grid pada Gedung Teknologi 3, BRIN yang mana memiliki intensitas radiasi matahari cukup tinggi sekitar 4,83 kWh/m2/hari dan potensi pemanfaatan area atap yang luas menggunakan perangkat lunak PVsyst. Selain itu, dilakukan perbandingan atas fixed tilted plane dengan seasonal tilt adjustment terhadap nilai optimum tilt angle (OTA) tertentu dalam rangka memaksimalkan radiasi matahari untuk dimanfaatkan oleh panel surya. Berdasarkan analisis dan evaluasi secara teknis maupun ekonomis melalui empat skenario yang mampu dilakukan berdasarkan kombinasi hasil perhitungan jumlah komponen dengan pengaturan orientasi, dihasilkan perancangan PLTS yang memiliki pembangkitan sebesar 106,015 kWp dengan kebutuhan komponen sebanyak 233 modul surya dan 4 inverter serta melalui pengaturan orientasi berupa seasonal tilt adjustment adalah berkinerja paling optimal. Menurut aspek teknis yang ditinjau, perancangan tersebut mampu memberikan kontribusi terhadap penggunaan energi listrik pada hari kerja sebesar 46% dan hari libur sebesar 61%, menghasilkan Performance Ratio (PR) sebesar 82,74%, dan menyediakan pembangkitan energi listrik sebesar 158.156 kWh per tahun dengan global incident in collector plane sebesar +2,4%, near shadings: irradiance loss sebesar -0,80%, dan IAM factor on global sebesar -1,84%. Sementara itu, menurut aspek ekonomis yang ditinjau, perancangan tersebut mampu memberikan kontribusi terhadap penghematan biaya tagihan listrik sebesar 37% per tahun, membutuhkan biaya investasi awal sebesar Rp2.220.984.249, menghasilkan Payback Period (PP) pada tahun ke-16, menyediakan Net Present Value (NPV) sebesar Rp2.612.851.243, dan membentuk Benefit Cost Ratio (BCR) sebesar 1,18 dengan umur proyek yang direncanakan selama 20 tahun.

ABSTRACT
At the 26th COP in 2021 in Glasgow, the Government of Indonesia emphasized the country's commitment to achieve net zero emissions (NZE) by 2060, along with accelerated action within the framework of the Paris Agreement and the United Nations Framework Convention on Climate Change. The main focus here is using renewable energy, especially solar energy, which has enormous potential in Indonesia and is considered to be an essential role holder in realizing a series of Sustainable Development Goals (SDGs) pillars, namely affordable and clean energy; industry, innovations, and infrastructure; and climate action. To achieve the 23% renewable energy target in the national energy mix by 2025, the Government of Indonesia is promoting a development program for using rooftop solar power plants, particularly in urban areas with limited land availability. This research will focus on designing an on-grid rooftop solar power plant system at Technology Building 3, BRIN, which has a high solar radiation intensity of around 4,83 kWh/m2/day and the potential to utilize a large roof area using PVsyst software. In addition, a comparison of the fixed tilted plane with the seasonal tilt adjustment to certain optimum tilt angle (OTA) values is carried out to maximize solar radiation to be utilized by solar panels. Based on the analysis and evaluation, technically and economically, through four scenarios that can be done based on the combination of the results of the calculation of the number of components with the orientation settings, the resulting solar power plant design has a generation of 106,015 kWp with a component requirement of 233 solar modules and 4 inverters and through orientation setting in the form of seasonal tilt adjustment is the most optimal performance. According to the technical aspects reviewed, the design can contribute to the use of electrical energy on weekdays by 46% and weekends by 61%, resulting in a Performance Ratio (PR) of 82,74%, and providing electrical energy generation of 158.156 kWh per year with a global incident in collector plane of +2,4%, a near shadings: irradiance loss of -0,80%, and a IAM factor on global of -1,84%. Meanwhile, according to the economic aspects reviewed, the design can contribute to savings in electricity bill costs of 37% per year, requiring an initial investment cost of IDR 2.220.984.249, generating a Payback Period (PP) in year 16, providing a Net Present Value (NPV) of IDR 2.612.851.243, and forming a Benefit Cost Ratio (BCR) of 1,18 with the planned project life of 20 years.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wildan Soefian
"Pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) konvensional masih menjadi pilihan utama untuk sistem berskala kecil yang terisolasi dari jaringan luar. Ini dapat terjadi karena kelebihan PLTD yang memiliki waktu start cepat dan juga kegunaannya sebagai beban puncak. Bagaimanapun, Indonesia sebagai negara tropis memiliki potensi cahaya matahari yang tinggi dan berlangsung sepanjang hari. Karena mesin diesel dikenal memiliki operasional yang mahal, sementara Indonesia memiliki potensi surya yang tinggi, ide untuk menggabungkan sistem PLTD dengan PLTS (PV) sebagai suplai utama pada sistem berskala kecil dapat direalisasikan. Pembangkit hibrid PLTD-PV belum terbukti secara teknis. Maka dari itu, akan dilakukan simulasi pembangkitan hibrid PLTD-PV menggunakan perangkat lunak DIgSILENT PowerFactory. Beberapa studi yang dilakukan adalah studi aliran daya dan stabilitas dengan berbagai variasi skenario yang telah disiapkan. Hasil simulasi aliran daya dan stabilitas telah memenuhi standar yang berlaku dan telah terbukti secara teknis untuk menjadi pilihan sebagai suplai utama pada sistem kecil terisolasi dari grid luar.

Diesel power plants are still the main choice for a small system isolated from the grid. This can occur because of the fast start-up and its utility for the peak load which is diesel power plant excess. However, Indonesia as a tropical country has a high intensity of solar radiation that lasts all day long. Because diesel is less economically relevant and Indonesia also has a high potential of solar radiation, the idea of pairing diesel power plants with photovoltaic power generating on an isolated grid can be realized. A hybrid diesel-PV power system on isolated grids has not been proven technically. Therefore, a hybrid diesel-PV power system study will be conducted using the DIgSILENT PowerFactory software. Some of the studies that will be carried out including the study of power flow and stability within various scenarios that have been prepared. The outcome results show that the simulation of the hybrid diesel-PV power system has reached the existing standard and technically proven to be an option for the isolated grid."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Syauqi
"Indonesia sebagai Negara tropis memiliki potensi energi surya yang tinggi dengan radiasi harian rata-rata sebesar 4.5 kWh/m2/hari (Muhammad Bachtiar, 2006). Pembangunan PLTS atap pada gedung fasilitas kesehatan dapat dijadikan sebagai salah satu solusi guna membantu gedung agar dapat bekerja selama 24 jam melayani masyarakat. Penelitian dilakukan untuk mengetahui besar kapasitas PLTS atap beserta jumlah komponen-komponennya dan besar modal biaya yang diperlukan pada awal pendirian PLTS atap. Hasil dari simulasi menunjukkan bahwa sistem PLTS atap yang optimal untuk didirikan pada Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok memiliki kapasitas sebesar 9,28kW dengan produksi listrik tahunan mencapai 12.712kWh. Perincian komponen-komponen pada sistem yang dibangun antara lain, 30=3 modul PV dengan daya 300Wp, 22 baterai Li-ion 12V-100ah, 4.37kW konverter. Adapun lahan yang diperlukan untuk memasang modul PV seluas 64,03m2 derta modal yang dibutuhkan untuk membangun PLTS atap berkapasitas 9,28kW tersebut adalah senilai Rp223.229.232,10.

Indonesia as a tropical country has a high solar energy potential with an average daily irradiance of 4.5kWh/m2/day (Muhammad Bachtiar, 2006). The establishment of rooftop solar power plant on healthcare center can be considered as one of the solution to help the building work 24 hour a day to serve the people in need of medical assistance. This study conducted to determine the optimal rooftop solar power plant capacity along with the components and the amount of capital investment needed at the start of the rooftop solar power plant establishment. The result of the study shows that the optimal rooftop solar power plant system to be built at the Tanjung Priok Sud-district Healthcare Center has a capacity of 9,28kW with annual electricity production reaching 12.712kWh. Te details of the components needed for the system included 33 PV module with 300Wp capacity, 22 12V-100ah Li-ion batteries, and 4,37kW converter. The area of land required to install the PV modules is an area of 64,03m2 as well as the capital investment needed to build the 9,28kW rooftop solar power plant is worth IDR223.229.232,10."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafi Danu Rifqi
"Energi listrik saat ini menjadi salah satu sumber energi yang dibutuhkan di berbagai industri. Hal ini menyebabkan peningkatan kebutuhan energi listrik seiring berjalannya waktu. Namun hal ini tidak didukung dengan kondisi sumber daya alam seperti batu bara yang saat ini kondisinya semakin menipis persediaannya. Selain itu, kondisi dunia saat ini yang secara tidak langsung memaksa seluruh manusia untuk peduli terhadap lingkungan dengan meminimalisir emisi karbon yang salah satu penghasilnya adalah pembangkit listrik. Hadirnya pembangkit listrik energi baru terbarukan menjadi solusi dari permasalahan ini, salah satunya adalah penerapan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang menjadikan energi matahari sebagai sumber energi primernya. Energi matahari merupakan salah satu potensi terbesar sebagai sumber energi primer pada pembangkit EBT karena jangkauannya serta ketersediaannya. Rugi daya akibat bayangan atau Shading Losses menjadi salah satu masalah yang perlu dihadapi pada perencanaan PLTS yang dapat ditangani dengan pengaturan panjang jarak antar barisan PV (Pitch), namun hal ini tentunya akan memperluas kebutuhan area dari PLTS semenetara kondisi ketersediaan lahan yang terus berkurang hingga saat ini. Studi ini akan mempelajari pengaruh pengaturan Pitch terhadap produksi energi PLTS pada suatu area yang terbatas dan dihasilkan nilai Pitch optimum sebesar 7 meter.
.....Electricity became one of primary needs for human right now and used in many kinds of need and industry. This condition will relate to the cause of electrical energy needs keep increasing as time goes by. But natural resources such as coal that used in conventional power plant keep decreasing in terms of availability. Added with the earth environment conditions that keep getting worse because of carbon emissions leads humans to develop power plant with renewable energy primary resources such as solar power plant. Solar chosen to be one of renewable energy that commonly used and developed for electricity power plant because of its availability in almost all over the world and can be used as unlimited source of energy. Shading Losses is one of the energy Losses that common to happen in solar power plant. These Losses can be decreased significantly by set the length of each PV row distance or usually called Pitch. But increasing Pitch means increasing area needed for the solar power plant, which the availability of free area keeps decreasing because of population growth. This study will analyze the connection between Pitch and PV energy production in a limited area which resulted as 7 m for the optimized Pitch configuration."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kerisna Manto
"

Penelitian dengan judul STUDI PENERAPAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA PADA ATAP BANGUNAN INDUSTRI PENGOLAHAN AIR, memliki rumusan masalah untuk menerapkan suatu sistem pembangkit listrk tenaga surya dengan metode on grid dengan menentukan spesifikasi dan desain dari modul surya, inverter, kabel dan sistem proteksi. Penerapan ini dibantu dengan perangkat lunak PVsyst. Berdasarkan analisa data yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa desain pembangkit listrik tenaga surya yang dilakukan sudah sesuai dengan kapasitas yang diinginkan. Dengan menggunakan 180 modul surya dengan daya 250 Wp dan 3 Inverter dengan daya 30 kW, sehingga menghasilkan kapasitas daya sebesar 90 kWp. Desain sistem PLTS yang dirancang memiliki nilai daya keluaran yang lebih kecil dibandingkan kurva bebannya. Sehingga, semua keluaran daya PLTS akan terpakai oleh beban dan tidak ada yang diekspor ke jaringan PLN. Sistem PLTS pada industri pengolahan air di penelitian ini menghitung dalam sisi ekonomi. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai payback period adalah 7 tahun 7 bulan.

 


The research entitled STUDY OF IMPLEMENTATION SOLAR POWER PLANT SYSTEM ON ROOF OF THE BUILDING WATER PROCESSING INDUSTRIES, has a problem statement to implementation a solar power system with on grid method by determining the specifications and design from the solar module, inverter, cable and protection system. This implementation was supported by a software PVsyst. Based on the analysis of the data carried out, it was concluded that the design of the PLTS carried out was in accordance with the desired capacity. By using 180 solar modules with a power 250 Wp and 3 inverters with a power 30 kW, resulting in a power capacity of 90 kWp. Solar power plant system design has a lower output power than the load curve. So that all solar power plant output will be used by the load and nothing will be exported to the PLN network.  Solar power plant system in the water processing industries in this study count on the economic side. Time needed to reach the pay back period is 7 years 7 months.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Aditya Rizkiyanto
"ABSTRAK
Solar photovoltaic Solar PV merupakan salah satu teknologi energi terbarukan yang telah berkembang dengan pesat. Efisiensi solar PV terus meningkat dan total biaya instalasinya semakin murah di beberapa tahun terakhir. Hal ini mempengaruhi tren kenaikan total kapasitas pembangkitan solar PV di dunia, baik tipe utility-scale PV maupun rooftop PV. Menurunnya biaya energi listrik yang dihasilkan rooftop PV juga akan mendorong konsumen beralih ke peralatan yang memanfaatkan listrik, seperti : dari kompor gas ke kompor listrik; dan kendaraan berbahan bakar minyak ke kendaraan listrik. Di sisi lain, integrasi solar PV ke suatu sistem jaringan berpotensi menimbulkan masalah karena sifatnya yang intermittent dan waktu pembangkitannya yang tidak dapat diatur. Penelitian ini akan membahas tentang dampak penetrasi solar PV pada sistem tenaga listrik Jawa - Bali. Metode yang digunakan adalah dengan memproyeksikan kapasitas terpasang solar PV lalu melakukan simulasi pembangkitan listrik untuk melayani permintaan beban pada tahun 2025. Rencana pengembangan kapasitas terpasang pembangkit listrik di Jawa - Bali diperoleh dari Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik RUPTL yang disusun oleh Perusahaan Listrik Negara PLN . Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem tenaga listrik Jawa - Bali berpotensi kekurangan pembangkit dengan fleksibilitas tinggi untuk mengantisipasi penetrasi solar PV dan pertumbuhan jumlah kendaraan listrik dan kompor listrik.

ABSTRACT
Solar photovoltaic Solar PV is one of the renewable energy technologies that has grown rapidly. The efficiency of solar PV continues to increase and the total installation cost is getting lower in this recent years. This affects the upward trend in total solar PV generation capacity in the world, for both utility scale PV and rooftop PV type. The decrease in the cost of electrical energy generated by rooftop PV will also encourage consumers to switch to equipment that utilizes electricity, such as from agas stove to an electric stove and oil fueled vehicles to electric vehicles. However, the integration of solar PV into a grid system has the potential to cause problems due to its intermittent nature and uncontrollable generation time. This research will discuss the impact of solar PV penetration on Java Bali grid system. The method used is by projecting the installed capacity of solar PV and then perform the simulation of electricity generation to serve the load demand in 2025. The development plan of power plant in Java Bali is obtained from the Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik RUPTL . The result shows that Java Bali grid system potentially lack of flexible generator to anticipate the penetration of solar PV and the growth of electric vehicle and induction stove."
2018
T51524
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>