Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 65676 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aditya Raka Sabila Isliyana
"Tuberkulosis adalah bakteri penyebab penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Robert Koch menemukan bakteri Mycobacterium tuberculosis pada tanggal 2 Maret 1882. Penyakit tuberkulosis selama ini diobati dengan senyawa yang menghambat kerja salah satu enzim pada bakteri tersebut. Umumnya bakteri ini dapat diobati dengan isoniazid atau rifampin, atau kombinasi senyawa tersebut yang nantinya akan dibiosintesis oleh bakteri dan menghasilkan produk yang dapat menghambat kerja enzim InhA dalam bakteri tersebut. InhA adalah suatu enzim yang terdapat pada bakteri genus Mycobacterium yang berperan dalam pembentukan asam mikolat yang merupakan senyawa utama pada dinding sel bakteri genus tersebut, sehingga bakteri tersebut dapat dikendalikan dengan menggunakan obat yang dapat mengganggu kerja enzim tersebut. Namun beberapa mutasi pada InhA pada rantai 94 yang merubah asam amino serin menjadi alanin dalam bakteri genus Mycobacterium membuat bakteri tersebut resisten dengan isoniazid, sehingga dibutuhkan jenis antimikroba baru yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tersebut. Senyawa flavonoid dikenal sebagai senyawa bahan alam yang relatif aman dalam berbagai penggunaannya dan juga memiliki sifat antimikroba yang menarik perhatian dunia kesehatan. Dalam penelitian ini, akan dicari kandidat obat baru dari senyawa golongan flavonoid. Penelitian dilakukan dengan cara in silico. Untuk simulasi molecular docking, digunakan software MOE 2014.09 untuk mendapat informasi energi yang dilepas saat enzim berikatan dengan ligan dan nilai RMSD dari ikatan tersebut. Melalui uji farmakologi dengan pkCSM, 8 dari 10 senyawa flavonoid memiliki sifat toksisitas, sehingga hanya 2 senyawa flavonoid yang dapat menjadi kandidat obat tuberkulosis

Tuberculosis is an infecting contagious disease that caused by Mycobacterium tuberculosis. Robert Koch first to discover Mycobacterium tuberculosis bacteria at 2 March 1882. Tuberculosis disease can be cured by substance that can inhibit one of the enzyme in that bacteria. Generally this bacteria can be cured by isoniazid or rifampin, or combination of that substance later will be biosynthesized by that bacteria and make a product that can inhibit InhA enzyme of that bacteria. InhA are one of the enzyme that found in Mycobacterium genus bacteria that used in mycolic acid synthesis that make up the cell wall of that bacteria, therefore that bacteria can be controlled by drug that can disturb that enzyme work. But some mutation of InhA of the bacteria at chain number 94 that change from amino acid serine to alanine make the bacteria more resist against the isoniazid, therefore there is urgency to find new antimicrobe that can inhibit the bacteria growth. Flavonoid substances known for their antimicrobe properties that caught attention in pharmation world. In this research will find new drug candidate from flavonoids. The research will run in silico. For molecular docking simulation, MOE 2014.09 software will be used to get information about energy released by protein and ligand binding and RMSD value from the bond. From pharmacological studies with pkCSM, 8 out of 10 have toxicity properties, therefore only 2 flavonoid substances that can be new drug candidate for tuberculosis."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salikha Rizky Dirgantara
"Rifampisin dan isoniazid adalah obat anti-tuberkulosis yang digunakan bersamaan sebagai dasar regimen kombinasi kemoterapi untuk tuberkulosis. Namun, telah dilaporkan pada penelitian sebelumnya bahwa sebagian besar pasien penderita tuberkulosis paru memiliki kadar kedua obat ini yang berada di bawah rentang terapeutik. Kadar yang rendah ini berhubungan erat dengan resistensi dan kegagalan terapi, sehingga perlu dilakukan pemantauan kadar obat. Analisis dilakukan pada 9 pasien tuberkulosis dengan tujuan untuk memantau kadar rifampisin dan isoniazid pada pasien yang mendapat regimen terapi kedua obat tersebut. Sampel dianalisis menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dengan detektor photodiode array dan menggunakan cilostazol sebagai baku dalam. Pemisahan dilakukan menggunakan kolom C18 (Waters, Sunfire TM 5 µm; 250 x 4,6 mm), fase gerak yang terdiri dari kombinasi dapar amonium asetat-asetonitril-metanol (40:30:30), dan laju alir 0,5 mL/menit. Metode analisis dinilai telah memenuhi validasi parsial metode bioanalisis untuk linearitas kurva kalibrasi serta akurasi dan presisi within-run. Kurva kalibrasi rifampisin dan isoniazid linear pada konsentrasi 1-30 dan 0,4-10 µg/mL. Hasil analisis kadar rifampisin dan isoniazid menunjukkan konsentrasi terukur pada rentang 1,94-13,86 µg/mL untuk rifampisin dan 0,68-7,16 µg/mL untuk isoniazid. Pada hasil analisis, terdapat 3 dari 9 pasien yang memiliki konsentrasi kedua obat yang berada di bawah rentang terapeutik, sehingga perlu dilakukan penyesuaian dosis.

Rifampicin and isoniazid are antituberculosis drugs that are used together as the basis for combination chemotherapy regimens for tuberculosis. However, it has been reported in previous studies that most patients with pulmonary tuberculosis had levels of these drugs that were below the therapeutic range. This low concentration is closely related to resistance and therapy failure, so it is necessary to do the determination of rifampicin and isoniazid levels in blood which has correlation of its therapeutic. The analysis was conducted to monitor the levels of rifampicin and isoniazid in 9 patients who received these drugs. Samples were analyzed using HPLC-PDA and cilostazol as the internal standard. Separation was carried out using a C18 column (Waters, Sunfire TM 5 µm; 250 x 4.6 mm), the mobile phase is a combination of ammonium acetate buffer-acetonitrile-methanol (40:30:30), and a flow rate of 0.5 mL/ minute. The calibration curve of rifampicin and isoniazid was linear at concentrations of 1-30 and 0.4-10 µg/mL, respectively. The results of the analysis of rifampicin and isoniazid levels showed the concentrations range of 1.94-13.86 µg/mL and 0.68-7.6 µg/mL, respectively. In conclusion, there were 3 out of 9 patients who had concentrations of both drugs that were below the therapeutic range, so dosage adjustments were necessary."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel Senjaya Tjandra
"Akhir-akhir ini dunia dihebohkan dengan merebaknya wabah penyakit COVID19 yang menyerang seluruh dunia. Virus SARS-CoV-2 menyebabkan penyakit COVID19. Saat ini, 600 juta orang telah terjangkit penyakit ini di seluruh dunia, dengan 6 juta kasus menyebabkan kematian. Bagian dari virus yang disebut spike (S) glycoprotein berperan dalam perlekatan, fusi, dan masuknya virus ke dalam sel inang. Penghambatan proses ini bisa menjadi salah satu cara pengobatan COVID-19. Pada penelitian ini, senyawa alkaloid alami telah digunakan sebagai dasar dalam perancangan obat COVID19 dengan melihat interaksinya dengan glikoprotein S target multivariat SARS-CoV-2 dengan metode simulasi Molecular Docking dengan varian yang digunakan dalam penelitian ini adalah varian Alpha, Beta, Delta, dan Omicron. Tidak ada senyawa alkaloid alami yang dapat berinteraksi dengan keempat varian tersebut berdasarkan hasil yang diperoleh. Namun, telah ditemukan bahwa beberapa senyawa alkaloid alami dapat berinteraksi dengan glikoprotein S lebih dari satu varian, seperti senyawa axelopran sulfat dapat berinteraksi dengan baik dengan Glikoprotein S dalam varian alfa dan beta, dengan nilai pengikatan energi masing-masing sebesar -6,4049 kkal/mol dan -6,5135 kkal/mol. Sebaliknya, benztropine dapat berinteraksi dengan baik dengan varian delta dan omicron dengan nilai energi binding masing-masing sebesar -6,6719 kkal/mol dan -8,9244 kkal/mol.

Recently, the world has been shocked by the spread of the COVID-19 disease outbreak that has attacked throughout the world. The SARS-CoV-2 virus causes the COVID-19 disease. Currently, 600 million people have contracted this disease worldwide, with 6 million cases causing death. A part of the virus called the spike (S) glycoprotein plays a role in viruses' attachment, fusion, and entry into host cells. Inhibition of this process can be one way of treating COVID-19. In this study, natural alkaloid compounds have been used as a basis in the design of COVID-19 drugs by looking at their interaction with the S glycoprotein target of multivariate SARS-CoV-2 with the Molecular Docking simulation method with variants used in this study are the Alpha, Beta, Delta, and Omicron variants. No natural alkaloid compounds can interact with the four variants based on the result obtained. However, it has been found that some natural alkaloid compounds can interact with S glycoprotein in more than one variant, such as axelopran sulfate compound can interact well with the S Glycoprotein in alpha and beta variants, with the energy binding values of -6.4049 kcal/mol and -6.5135 kcal/mol, respectively. In contrast, benztropine can interact well with delta and omicron variants with the energy binding values of -6.6719 kcal/mol and -8.9244 kcal/mol, respectively."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linatri Purwati Latifah Supriatna
"Epidemi tuberkulosis masih menjadi beban Indonesia saat ini dimana tercatat sebanyak 845 ribu jiwa di Indonesia mengidap penyakit tuberkulosis dengan persentase terbanyak terdapat pada kelompok usia produktif, yaitu umur 15 – 64 tahun sebanyak 89,6%. Tuberkulosis adalah penyakit menular yang diakibatkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Kemunculan Multi-drug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) mendorong adanya pemanfaatan flavonoid sebagai sediaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Flavonoid memiliki kemampuan untuk mengembalikan resistensi antibiotik dan meningkatkan performa OAT saat ini. Perkembangan dalam penemuan obat saat ini dilakukan dengan melakukan studi in silico melalui penambatan molekuler antara beberapa senyawa golongan flavonoid dengan protein pada Mycobacterium tuberculosis. Penelitian ini menunjukkan bahwa kuersetin menghasilkan nilai penambatan dan konstanta inhibisi terbaik dengan nilai penambatan pada protein β-ketoacyl-ACP reductase (PDB ID:1UZN), Enoyl-Acyl Carrier Protein Reductase (PDB ID:2X23), dan Protein Kinase G (PDB ID:2PZI) masing-masing sebesar -8,0 kkal/mol; -9,2 kkal/mol; dan -8,0 kkal/mol serta konstanta inhibisi masing-masing sebesar 1,345 µM; 0,177 µM; dan 1,345 µM. Kuersetin dari daun keji beling (Strobilanthes crispus L.) selanjutnya diperoleh menggunakan metode Ultrasound Enzymatic-Assisted Aqueous Two-Phase Extraction (UEAATPE) dengan sistem etanol/amonium sulfat. Adapun rancangan sistem Aqueous Two-Phase terbaik yaitu etanol 33% (w/w) dan amonium sulfat 14% (w/w) dengan konsentrasi kuersetin yang dihasilkan sebesar 44,717±0,295 mg/L. Selain kuersetin, senyawa 1,14-tetradecanediol yang teridentifikasi oleh Gas Chromatography-Mass Spectophotometer (GC-MS) juga memiliki aktivitas anti tuberkulosis

Tuberculosis epidemic is still a burden for Indonesia. There are 845 thousand of Indonesian people suffer from tuberculosis with the highest percentage in the productive age which 15 - 64 years by 89.6%. Tuberculosis is an infectious disease that caused by Mycobacterium tuberculosis infection. The emergence of Multi-Drug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) encourages the utilization of flavonoids as anti-tuberculosis drugs. Flavonoids have the ability to recover antibiotic resistance and improve current anti-tuberculosis drugs performance. Development of drug discovery is currently being carried out by in silico study through molecular docking between flavonoid compounds to protein targets in Mycobacterium tuberculosis. This study shows that quercetin produces the best docking score and inhibition constant with the docking score of β-ketoacyl-ACP reductase (PDB ID: 1UZN), Enoyl-Acyl Carrier Protein Reductase (PDB ID : 2X23), and Protein Kinase G (PDB ID: 2PZI) respectively are -8.0 kcal/mol; -9.2 kcal/mol; and -8.0 kcal/mol and the inhibition constants respectively are 1,345 µM; 0,177 µM; and 1,345 µM. Quercetin from Strobilanthes crispus L. is obtained using Ultrasound Enzymatic – Assisted Aqueous Two-Phase Extraction (UEAATPE) method with ethanol/ammonium sulfate system. The best proportion of the system is ethanol 33 wt% and ammonium sulfate 14 wt% with concentration of quercetin is 44.717±0,295 mg/L. Besides quercetin, 1,14-tetradecanediol compound identified by Gas Chromatography – Mass Spectophotometer (GC-MS) is also has an anti-tuberculosis."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Erlina
"Senyawa yang berperan sebagai inhibitor HDAC kelas IIa telah banyak dikembangkan sebagai obat antikanker, antiinflamasi, penyakit Huntington, human papiloma virus dan antidiabetes. Senyawa inhibitor HDAC antara lain golongan hydroxamic acid, peptida siklik, asam alifatik dan benzamide. Metode yang digunakan untuk mencari senyawa inhibitor HDAC kelas IIa salah satunya adalah melalui pendekatan farmakofor 3D berbasis ligan. Senyawa aktif HDAC4 dan HDAC7 dibuat ke dalam dataset training dan test untuk pembuatan dan validasi model farmakofor 3D berbasis ligan menggunakan LigandScout 4.09.1. Model farmakofor terbaik digunakan untuk penapisan virtual terhadap database herbaldb. Senyawa hit yang diperoleh selanjutnya dilakukan penambatan molekul menggunakan AutoDock4Zn, simulasi dinamika molekuler dan perhitungan nilai MMGB/PBSA menggunakan AMBER12. Berdasarkan hasil validasi model farmakofor 3D berbasis ligan, dipilih model farmakofor terbaik yaitu model 6 dan 10 HDAC4 dan model 1 HDAC7. Berdasarkan hasil penapisan virtual diperoleh 6 senyawa hit yaitu artocarpesin, avicularin, dimboa glucoside, eriodictin, luteolin dan mirabijalone c. Proses simulasi dinamika molekul selama 10ns menunjukan bahwa senyawa yang memiliki aktivitas terbaik yaitu senyawa artocarpesin HDAC4 , mirabijalone c dan eriodictin HDAC7. Asam amino esensial HDAC4 meliputi Asp196, Asp290 dan His198 untuk interaksi ZBG. Asam amino esensial HDAC7 meliputi Asp707, Asp801 dan His709 untuk interaksi ZBG.
Currently, compounds as the inhibitor of HDAC class IIa are developed as anticancer, antiinflammation, Huntington disease, human papilloma virus and antidiabetes. Inhibitor compounds of HDAC are mainly divided into hydroxamic acid, cyclic peptide, aliphatic acid and benzamide. 3D pharmacophore ligand based approached was used to found inhibitor compounds of HDAC class IIa. Active compounds of HDAC4 and HDAC7 were divided into training and test dataset for build and validation of 3D pharmacophore ligand based models using LigandScout 4.09.1. The best pharmacophore model, was used for virtual screening against herbaldb database. After this steps, hit compounds would be docking using AutoDock4Zn, molecular dynamic simulation, and MMGB PBSA calculation score using AMBER12. Based on the results of 3D model validation pharmacophore based ligand, selected models are models of best pharmacophore 6 and 10 HDAC4 and model 1 HDAC7. Based on the results of virtual screening, 6 hit compounds were obtained such as artocarpesin, avicularin, dimboa glucoside, eriodictin, luteolin and mirabijalone c. Molecular dynamics simulation process for 10ns indicate that the compound has the best activity are artocarpesin for HDAC4, mirabijalone c and eriodictin for HDAC7. Essential amino acids for HDAC4 include Asp196, Asp290 and His198 for ZBG interactions. Essential amino acids for HDAC7 include Asp707, Asp801 and His709 for ZBG interaction."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
T47080
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhiyadira Ayu Cendikia
"Adenilat siklase 10 merupakan suatu enzim yang berlokasi di sitosol yang berperan dalam
katalisis konversi ATP menjadi cyclic adenosine monophosphate (cAMP). Sebagai suatu
second messenger, cAMP berperan dalam pengaturan berbagai fungsi sel terutama
proliferasi dan apoptosis, termasuk pada sel kanker dalam kondisi patofisiologis. Enzim
ini diketahui memperparah kondisi kanker dengan meningkatkan proliferasi dan
menghambat apoptosis. Hal ini menjadikan inhibisi adenilat siklase 10 menjadi salah satu
target yang dapat dimanfaatkan untuk menjadi agen terapi antikanker. Studi penelitian
menunjukkan bahwa senyawa flavonoid diketahui memiliki aktivitas pada penekanan
proliferasi dan induksi apoptosis. Oleh karena itu, dilakukan analisis in silico untuk
mendapatkan senyawa kandidat inhibitor adenilat siklase 10 dengan afinitas terbaik.
Penambatan molekuler dilakukan menggunakan AutoDock 4, selanjutnya dilakukan
visualisasi interaksi hasil penambatan menggunakan LigPlot dan PyMOL. Parameter
optimisasi yang diperoleh untuk penambatan molekuler adenilat siklase 10 adalah
menggunakan grid box 40x40x40 unit dengan energi evaluasi 2.500.000 (medium).
Berdasarkan hasil penambatan, flavonoid amentoflavone merupakan kelompok senyawa
terbaik dengan afinitas ikatan tertinggi, yang mana tujuh dari delapan senyawanya
memiliki energi ikatan pada rentang -10,00 kkal/mol hingga -11,50 kkal/mol. Selain itu,
sepuluh senyawa flavonoid yang direkomendasikan adalah yang memiliki energi ikatan
pada rentang -10,00 kkal/mol hingga -11,50 kkal/mol. Dapat disimpulkan bahwa
senyawa-senyawa tersebut adalah senyawa potensial yang dapat dijadikan kandidat obat
inhibitor adenilat siklase 10.

Adenylyl cyclase 10 is an enzyme located in cytosol that plays a role in catalysis of ATP
to cyclic adenosine monophosphate (cAMP). As a secondary messenger, cAMP
physiologically regulates various cell functions especially proliferation and apoptosis,
including cancer cells in pathophysiological condition. This enzyme is known to worsen
the condition of cancer by increasing the proliferation and inhibiting the apoptosis. Hence,
the inhibition of adenylyl cyclase 10 is one of the targets that can be used to become an
anticancer therapy agent. Research studies show that flavonoid compounds are known to
have an activity on suppression of proliferation and induction of apoptosis. Therefore, an
in silico analysis needs to be done to obtain the candidate compound of adenylyl cyclase
10 inhibitor with the best affinity. Molecular docking was done by using AutoDock 4,
then the interactions of docking results is visualized by using LigPlot and PyMOL.
Optimization parameter obtained for molecular docking of adenylyl cyclase 10 was using
40x40x40 unit grid box with 2.500.000 energy evaluation (medium). Based on the
screening results, amentoflavone is the best group of compounds with the highest affinity
bond, which is seven of its eight compunds had the binding energy in the range of -10,00
kcal/mol to -11,50 kcal/mol. Other than that, the most ten recommended flavonoid
compounds are those with the lowest binding energy in the range of -10,00 kcal/mol to -
11,50 kcal/mol. These compounds are the potential compounds that can be used as
adenylyl cyclase 10 inhibitor drug candidates.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ihsan Muttaqin
"Tuberkulosis adalah penyebab utama kematian global tepat di bawah COVID-19 dan peringkat di atas HIV. Penyakit ini disebabkan oleh patogen yang disebut Mycobacterium tuberculosis yang menyebar dengan mudah melalui udara dan diketahui tetap laten di tubuh kebanyakan orang, yaitu sekitar seperempat dari populasi dunia. Masalah TB saat ini juga mencakup dua perhatian utama, vaksin resmi tidak benar-benar efektif, dan bakteri terus menjadi resisten terhadap obat. Dalam penelitian ini, kami mengusulkan strategi untuk membuat obat baru yang didesain untuk melewati resistensi tersebut dengan mensimulasikannya melalui metode in silico yang dijalankan melalui penambatan molekul, simulasi dinamis, dan prediksi farmakologi. Kami mengusulkan lima obat (peptida) yang kemudian dikonjugasikan dengan peptida penembus sel (CPP) yang dikenal akan kekuatan transferensinya, dengan protein QcrB sebagai reseptor. Kandidat tersebut ialah Noopept, Glycyl-L-Proline, Leuteonosticon, Alaptide, dan NNZ-2591. Semua kandidat dipilih mengikuti Ro5 Lipinski serta merunjuk pada ADME dan Toksisitas.

Tuberculosis is a global leading cause of death, just below COVID-19 and ranked above HIV. This disease is caused by a pathogen called Mycobacterium tuberculosis which spreads easily through the air and is known to remain latent in most people's bodies, about a quarter of the world's population. The current problems with TB also include two main concerns: the official vaccine is ineffective, and the bacteria keeps gaining resistance to drugs. In this research, we proposed a strategy to create a new drug to pass this resistance by simulating it through in silico methods by running molecular docking, dynamic simulation, and pharmacological prediction. We proposed five drugs (peptides) that were then conjugated with a cell-penetrating peptide (CPP) known for its transference prowess, with QcrB protein as the receptor. Those candidates are Noopept, Glycyl-L-Proline, Leuteonosticon, Alaptide, and NNZ-2591. All candidates were picked following Lipinski's Ro5 along with ADME and Toxicity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feby Lilia Rosa
"Kanker kolorektal merupakan masalah kesehatan masyarakat global dengan prevalensi tinggi yang pengobatannya masih memiliki keterbatasan. Senyawa flavonoid terutama kuersetin dinilai memiliki aktivitas biologis sebagai antikanker, sehingga beberapa senyawa flavonoid lainnya diharapkan juga memiliki aktivitas serupa. Tujuan dari studi ini adalah melakukan analisis secara in-silico dan in-vitro terhadap beberapa senyawa flavonoid terutama kuersetin dan turunannya sebagai agen apoptosis sel kanker kolorektal HT-29. Metode yang dilakukan secara in-silico meliputi jejaring farmakologi dan simulasi molekuler. Senyawa terbaik berdasarkan analisis in-silico diuji secara in-vitro dengan menilai aktivitas sitotoksisitasnya pada sel HT-29 menggunakan metode MTT Assay dan apoptosisnya dianalisis menggunakan flow cytometry. Protein target yang memiliki interaksi dengan kuersetin dan senyawa turunannya yaitu AKT1, APAF1, BCL2, CASP3, MAPK1 dan CASP9. Berdasarkan analisis prediksi ADMET, kuersetin dan turunannya masuk dalam kategori aman sebagai kandidat obat. Dua senyawa terbaik berdasarkan analisis in-silico yakni isoramnetin dan isokuersitrin dipilih untuk diuji secara in-vitro. Aktivitas sitotoksik kuersetin, isoramnetin dan isokuersitrin terhadap sel HT-29 dinyatakan dengan nilai CC50 berturut-turut 158,92mm + 5,4, 65,52mm + 5,0 dan 47,59mm + 2,5. Aktivitas apoptosis mencapai 16,7% hingga 62,4% jika dibandingkan dengan kontrol sel. Isoramnetin dan Isokuersitrin sebagai senyawa flavonoid turunan kuersetin berpotensi sebagai agen apoptosis sel kanker kolorektal HT-29.Kanker kolorektal merupakan masalah kesehatan masyarakat global dengan prevalensi tinggi yang pengobatannya masih memiliki keterbatasan. Senyawa flavonoid terutama kuersetin dinilai memiliki aktivitas biologis sebagai antikanker, sehingga beberapa senyawa flavonoid lainnya diharapkan juga memiliki aktivitas serupa. Tujuan dari studi ini adalah melakukan analisis secara in-silico dan in-vitro terhadap beberapa senyawa flavonoid terutama kuersetin dan turunannya sebagai agen apoptosis sel kanker kolorektal HT-29. Metode yang dilakukan secara in-silico meliputi jejaring farmakologi dan simulasi molekuler. Senyawa terbaik berdasarkan analisis in-silico diuji secara in-vitro dengan menilai aktivitas sitotoksisitasnya pada sel HT-29 menggunakan metode MTT Assay dan apoptosisnya dianalisis menggunakan flow cytometry. Protein target yang memiliki interaksi dengan kuersetin dan senyawa turunannya yaitu AKT1, APAF1, BCL2, CASP3, MAPK1 dan CASP9. Berdasarkan analisis prediksi ADMET, kuersetin dan turunannya masuk dalam kategori aman sebagai kandidat obat. Dua senyawa terbaik berdasarkan analisis in-silico yakni isoramnetin dan isokuersitrin dipilih untuk diuji secara in-vitro. Aktivitas sitotoksik kuersetin, isoramnetin dan isokuersitrin terhadap sel HT-29 dinyatakan dengan nilai CC50 berturut-turut 158,92mm + 5,4, 65,52mm + 5,0 dan 47,59mm + 2,5. Aktivitas apoptosis mencapai 16,7% hingga 62,4% jika dibandingkan dengan kontrol sel. Isoramnetin dan Isokuersitrin sebagai senyawa flavonoid turunan kuersetin berpotensi sebagai agen apoptosis sel kanker kolorektal HT-29.

Colorectal cancer is a global public health problem with a high prevalence, and its treatment still has limitations. Flavonoid compounds, especially quercetin, are considered to have biological activity as an anticancer, so several other flavonoid compounds are also expected to have similar activity. This study aimed to perform in-silico and in-vitro analysis of several flavonoid compounds, especially quercetin and its derivatives as apoptotic agents for colorectal cancer cells HT-29. The in silico method includes network pharmacology and molecular simulations. The best compounds based on in silico analysis were tested in-vitro by assessing their cytotoxic activity in HT-29 cells using the MTT Assay method. Their apoptosis was analyzed using flow cytometry. Target proteins interacting with quercetin and its derivatives are AKT1, APAF1, BCL2, CASP3, MAPK1 and CASP9. Based on ADMET prediction analysis, quercetin and its derivatives are included in the safe category as drug candidates. The best compounds based on in-silico analysis, isorhamnetin and isoquercitrin, were selected to be tested in-vitro. The cytotoxic activity of quercetin, isorhamnetin and isoquercitrin against HT-29 cells was expressed by CC50 values of 158.92 mm + 5.4, 65.52 mm + 5.0 and 47.59 mm + 2.5, respectively. Apoptotic activity reached 16.7% to 62.4% when compared to control cells. Isoramnetin and isoquercitrin, flavonoid compounds derived from quercetin, have potential apoptotic agents for HT-29 colorectal cancer cells."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Mufida Hadini
"Alzheimer merupakan penyebab paling umum dari demensia dan penyakit dengan jumlah pasien yang terus meningkat setiap tahunnya. β-Site Amyloid Precursor Protein Cleaving Enzyme1 (BACE1) diketahui sebagai protein yang sangat toksik dan dapat memicu penyakit Alzheimer. Propolis dengan flavonoid yang terkandung di dalamnya dilaporkan memiliki sifat pelindung saraf dalam studi in vitro dan in vivo melalui tindakan antioksidan, anti-inflamasi, dan imunomodulator. Pada penelitian ini, dilakukan studi in silico untuk mengetahui interaksi protein target BACE1 dan ligan pada senyawa propolis lokal Indonesia dengan melakukan molecular docking. Senyawa ligan yang digunakan pada penelitian ini yaitu, Sulawesin A, Broussoflanovol F, Sulawesin B, Glyasperin A, Deoxy-podophyllotoxin, Isorhamnetin, Xanthoxyletin, (--)- Isocalolongic acid, 2’,3’-Dihydro-3’-hydroxypapuanic acid, Isopapuanic acid, (1’s)-2-Cis,4 trans-abscisic acid, Curcumene, (1’s)-2-Trans,4 trans-abscisic acid, Tetraline, P-coumaric acid, dan Thymol. Hasil menunjukkan bahwa molecular docking antara protein target BACE1 dengan native ligand memiliki nilai docking terbaik yaitu, -11 kkal/mol. Sedangkan, senyawa ligan yang memiliki nilai docking terbaik yaitu, Sulawesin A dengan nilai -9,3 kkal/mol.

Alzheimer's is the most common cause of dementia and disease with the number of patients increasing every year. β-Site Amyloid Protein Precursor Cleaving Enzyme1 (BACE1) is known as a highly toxic protein and can trigger Alzheimer's disease. Propolis with flavonoids contained in it is reported to have neuroprotective properties in in-vitro and in-vivo studies through its antioxidant, anti-inflammatory, and immunomodulatory actions. In this study, an in-silico study was conducted to determine the interaction of the target protein BACE1 and its ligand on local Indonesian propolis compounds by molecular docking. The ligand compounds used in this study were Sulawesin A, Broussoflanovol F, Sulawesin B, Glyasperin A, Deoxy-podophyllotoxin, Isorhamnetin, Xanthoxyletin, (--)-Isocalolongic acid, 2',3'-Dihydro-3'-hydroxypapuanic acid., Isopapuanic acid, (1's)-2-Cis,4 trans-abscisic acid, Curcumene, (1's)-2-Trans,4 trans-abscisic acid, Tetraline, P-coumaric acid, and Thymol. The results showed that the molecular docking between BACE1 protein target and native ligand had the best docking value, namely -11 kcal/mol. Meanwhile, the ligand compound that has the best docking value is Sulawesin A with a value of -9.3 kcal/mol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>