Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138979 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadya Ganis Syahfitri
"Penelitian ini dilakukan di Daerah Irigasi Rawa Pasang Surut Karang Agung Hilir yang berada di dalam wilayah Kabupaten Banyuasin dan Kabupaten Musi Banyuasin. Tujuan dilakukannya penelitian ialah untuk menganalisis pengaruh pasang surut terhadap pola tata tanam, kebutuhan air dan ketersediaan air eksisting. Berdasarkan data rencana tata tanam dari Dinas PSDA Provinsi Sumatera Selatan terdapat dua kali masa tanam yang dapat ditanami padi-padi, palawija-palawija dan tanaman keras (kelapa). Pada penelitian ini dilakukan analisis berdasarkan kondisi eksisting dan analisis hidrotopografi dengan menggunakan Arc-Map dan MOD-LSQ. Pada kondisi eksisting ketersediaan airnya hanya dipengaruhi oleh curah hujan sehingga mengalami defisit sedangkan berdasarkan hasil analisis hidrotopografi, Daerah Irigasi Rawa Karang Agung Hilir terbagi menjadi tiga tipe yaitu A, B dan C. Melalui neraca air dapat diketahui bahwa lahan pasang surut tipe A dan B terjadi surplus karena dipengaruhi oleh tinggi muka air dari pasang surut Muara Sungai Lalan. Sementara itu, untuk lahan pasang surut tipe C terjadi defisit karena lahan tidak terluapi air pasang sepanjang tahun dan tanah di D.I.R Karang Agung Hilir mengandung gambut sebesar 50≤100 cm dan tergolong masam hingga sangat masam karena memiliki kisaran pH 3,50-5,45. Kedalaman piritnya termasuk kedalam kategori dangkal hingga sedang.

This research was conducted in the Karang Agung Hilir Tidal Swamp Irrigation Area which is located in the Banyuasin Regency and Musi Banyuasin Regency. The purpose of the study was to analyze the effect of tides on cropping patterns, water requirements and water availability. Based on the data cropping-pattern plan from the Dinas PSDA Sumatera Selatan, There are two planting periods that can be planted with paddy-paddy, palawih=ja-palawija and coconut. In this study, analysis was carried out based on existing conditions and hydrotopographic analysis using Arc-Map and MOD-LSQ. In the existing condition, the availability of air is only influenced by rainfall so that it experiences a deficit based on the results of hydrotopographic analysis, the Karang Agung Hilir Swamp Irrigation Area is divided into three types, namely A, B and C. Through the water balance it can be seen that the tidal land types A and B are surplus. because it is influenced by the water level from the ebb and flow of the Lalan River Estuary. Meanwhile, for tidal land type C, there is a deficit because the land is not flooded with tidal water throughout the year and the soil in Karang Agung Hilir DIR contains peat of 50-100 cm and is classified as acidic to very acidic because it has a pH range of 3.50-5.45. . The depth of the pyrite belongs to the shallow to medium category."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The potential land of Indonesia that serves its function as agriculture is about 162.40 million hectares. It consists of 33.4 hectares of swamp area is scatteres in several big island , among them are 9.37 million hectares of swamp area...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ateng Syafrudin
Bandung: Binacipta, 1985
352.03 ATE p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nurdin Eppendi
"Desain sistem irigasi adalah usaha rekayasa memaksimalkan ketersedian air untuk memenuhi kebutuhan air sesuai dengan pola tanam yang diinginkan. Penentuan pola tanam ini selain dipengaruhi oleh kondisi geografis dan iklim juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi pertanian, seperti potensi keuntungan petani. Jika situasi ekonomi berubah, maka pola tanam akan menyesuaikan diri agar petani mendapatkan keuntungan yang tertinggi dengan mengubah pola tanam. Perubahan pola tanam ini akan merubah kebutuhan air total irigasi atau gross irrigation requirement (GIR) dalam satu tahun. Kodisi perubahan pola tanam ini terjadi di Daerah Irigasi Pemali bawah, Kabupaten Brebes. Oleh karena itu, perlu dilakukan sebuah analisa sebagai dampak dari perubahan pola tanam tersebut terhadap infrastruktur irigasi supaya secara teknis sistem irigasi tersebut dapat dipertanggung jawabkan.

Irrigation systems design is about to find engineer solution to maximize water availability to fulfill cropping demand. The pattern cropping is determined not only by geographical and climate condition but also by profit potential yield by the selected pattern too. As such, economics condition will change the preference cropping pattern and the new cropping pattern requires new determination of gross irrigation requirement and new set of irrigation structure. This final project reviews on irrigation infrastructure system in Pemali Bawah Irrigation System, Brebes Regency, due to the change of cropping pattern driven by economic change."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50479
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Wakhid
"ABSTRAK
Salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya pertanian di lahan rawa pasang surut adalah waktu tanam.Waktu tanam tanaman pangan terutama padi mempunyai peranan yang sangat penting pada produksi akhir hasilpertanian. Di Indonesia saat ini dikenal 3 Musim Tanam, yaitu musim hujan, antara bulan November-Pebruari,musim kemarau I, antara bulan Maret-Juni; dan musim kemarau II, antara bulan Juli-Oktober. Akan tetapi,dinamika perubahan iklim seperti kekeringan (El Nino) dan kebasahan (La Nina) yang tidak menentu, berimbaspada pergeseran awal dan akhir musim tanam serta berdampak negatif bagi produktivitas tanaman padi. Adanyahal tersebut, analisis tentang waktu tanam padi di lahan rawa pasang surut Pulau Kalimantan perlu dilakukan.Waktu tanam di lahan pasang surut dimulai setelah jumlah air hujan mencukupi untuk melarutkan kadar besi yangada di dalam air. Realisasi tanam di Provinsi Kalimantan Barat umumnya terjadi pada Dasarian 28 (Oktober),Kalimantan Timur pada Dasarian 31 (November), serta Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah pada Dasarian7 (Maret). Waktu tanam di lahan rawa pasang surut menunjukkan tingkat kekukuhan yang tinggi terhadapperubahan iklim, dimana waktu tanam tidak terlalu berubah selama 10 tahun pada kondisi iklim yang berbeda."
Universitas Jenderal Soedirman. Fakultas Pertanian, 2018
630 AGRIN 22:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Aqiel Saiful Fatah
"Sumber energi terbarukan adalah solusi yang mungkin untuk meningkatnya kekhawatiran energi bahan bakar fosil yang terbatas dan tenggat waktu yang semakin dekat dari Perjanjian Paris. Indonesia sebagai negara kepulauan dapat berkontribusi terhadap pengurangan emisi karbon melalui pemanfaatan energi arus laut untuk listrik. Turbin aliran arus laut telanjang hanya dapat mengubah 59% energi kinetik menjadi energi mekanik. Modifikasi dengan diffuser dapat meningkatkan efisiensinya. Studi ini membandingkan turbin pasang surut diffuser dengan sudut diffuser 10,43 dan 20,04 dari penelitian sebelumnya, dan 28.6° melalui koefisien daya mereka. Studi sebelumnya menemukan korelasi di mana penurunan rasio penyumbatan menyebabkan penurunan deviasi hasil eksperimen dari hasil numerik. Penambahan diffuser ketiga berharap untuk membuktikan fenomena ini. Percobaan dilakukan dalam tangki aliran di mana arus 0,7m / s diinduksi ke turbin pasang surut diffuser augmented. Turbin terhubung ke pengaturan meter torsi di mana torsi yang dihasilkan pada kecepatan rotasi yang berbeda dicatat. Dari sana kita dapat menemukan koefisien daya dalam hal rasio kecepatan tip. Diffuser 28.6° mencapai koefisien daya 0,41 pada rasio kecepatan tip 2,91. Dengan peningkatan rasio penyumbatan menjadi 31% dalam percobaan ini hasilnya menyimpang dari hasil numerik sebesar 9.47%. Selanjutnya koefisien daya maksimum dari diffuser 28.6° memiliki nilai di atas dua diffusers lainnya, tetapi secara numerik harus memiliki nilai yang lebih tinggi. Ada efek rasio penyumbatan terhadap efisiensi. Rasio penyumbatan harus menjadi pertimbangan ketika menerapkan turbin pasang surut diffuser augmented. Studi lebih lanjut diperlukan untuk menentukan nilai maksimum rasio penyumbatan sehingga efisiensi turbin tidak terlalu terpengaruh.

Renewable energy sources are a probable solution to the growing concern of finite fossil-fuel energy and the approaching deadline of the Paris Agreement. Indonesia as an archipelago nation can contribute to carbon emission reduction through utilizing tidal energy for electricity. A bare tidal stream turbine can only convert 59% of kinetic energy into mechanical energy. Diffuser augmentation can improve its efficiency. This study compared diffuser augmented tidal turbines with diffuser angles of 10.43 and 20.04 of previous studies, and 28.6° through their power coefficient. Previous studies found a correlation where a decrease in blockage ratio caused a decrease in deviation of experimental results from the numerical results. The addition of the third diffuser hopes to prove this phenomenon. The experiment is conducted in a flow tank where a current of 0.7m/s is induced to the diffuser augmented tidal turbine. The turbine is linked to a torque meter setup where the torque produced at different rotational speeds are recorded. From there we can find the power coefficient in regards to tip speed ratio. The 28.6° diffuser attained a power coefficient of 0.41 at a tip speed ratio of 2.91. With the increase in blockage ratio to 31% in this experiment the results deviated from the numerical results by 9.47%. Furthermore the maximum power coefficient of the 28,6 diffuser sits slightly above the two other diffusers, but numerically it should have the higher value. There is an effect of blockage ratio towards the efficiency. Blockage ratio should be a consideration when implementing diffuser augmented tidal turbines. Further study is needed to determine the maximum value of blockage ratio so the efficiency of the turbine is not greatly affected."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Yani
Jakarta: Rajawali, 2011
328 AHM p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Abdullatief
"Air adalah nomor satu lingkungan. Kualitas air dapat dirubah dengan cara diencerkan atau diolah. pH Air dan tanah dapat diperbaiki dengan proses pencucian.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan pH air dan pH tanah karena adanya pengembangan rawa dengan sistem pencucian (leaching). Selain itu Pula hubungannya dengan penempatan penduduk transmigrasi dan lokal yang membuang limbahnya ke dalam saluran-saluran pematusan sehingga perubahan pH air tidak banyak, karena dicemari oleh limbah domestik dari penduduk tersebut.
Penelitian ini telah dilaksanakan dari, bulan Juni 1987 sampai bulan Desember 1987.
Selanjutnya diteliti juga persepsi masyarakat Karang Agung Hulu terhadap pengaruh perubahan pH air dan pH tanah dalam kaitannya dengan kesuburan dan produktifitas tanaman.
Metodologi yang digunakan untuk mengetahui pH air dan pH tanah adalah dengan pengukuran dan analisis laboratorium serta pengambilan sampel dengan Cara stratified random sampling. Daerah penelitian dibagi atas 4 strata yaitu strata I sepanjang saluran primer I, strata II sepanjang saluran primer II, strata III sepanjang saluran primer IV dan strata IV sepanjang saluran primer III dan V.
Jumlah titik pengukuran pH air dan tanah adalah 22 titik pada.lokasi.yang dikembangkan dan.sebagai pembanding 17 titik di lokasi yang tidak dikembangkan. Untuk analisa laboratorium diambil masing-masing 5 sampel air dan 5 sampel tanah.
Selanjutnya untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang pengaruh perubahan pH digunakan pengambilan data dengan kuesioner sebagai instrumen sebanyak 107 responden secara acak (random sampling).
Baku mutu air yang digunakan mengacu kepada:
1. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1 Sumatera Selatan No: 407/SK/XI/Tahun 1991,
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI No: 173/Men.Kes/Per/ VIII/'77 Tahun 1977,
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI No: 01/BIRHUKMAS/11 1975.
4. Baku mutu kesuburan tanah mengacu kepada ketentuan Lembaga Penelitian Tanah Bogor, 1970.
Metoda statistik yang dipakai untuk mengetahui pengaruh pengembangan rawa terhadap pH air dan pH tanah digunakan uji T untuk dua kelompok.
Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Perbedaan yang signifikan pada pH air dan tanah antara daerah sebelum dikembangkan dan setelah dikembangkan, yaitu diperoleh T hitung sebesar: 4,3822 untuk pH air, dan 3,3666 untuk pH tanah.
2. Dari perhitungan di atas dapat kita ketahui bahwa pH pada daerah yang telah dikembangkan adalah lebih tinggi dari daerah yang tidak dikembangkan. Sebagai contoh pH air dari 4,1136 berubah menjadi 4,6277. Sedangkan pH tanah dari 3,7000 berubah menjadi 3,888.
Dari hasil analisa tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesa satu dan dua adalah terbukti (signifikan).
Dengan demikian, maka hipotesa 1 yang mengatakan ada pengaruh pengembangan rawa pasang surut terhadap pH air dan pH tanah di daerah Karang Agung Hulu terbukti. Perhitungan rata-rata (mean) dari 107 kuesioner diperoleh sebesar 26,168 dari skor tertinggi sebesar 60. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa 2, yaitu masyarakat di daerah Karang Agung Hulu belum mengetahui akibat perubahan pH air dan pH tanah terhadap kesuburan tanah dan produktifitas tanaman, juga terbukti.

Water is number one of importance in the Environment. The water quality can change due to dilution or treatment. Soil and water pH can improve by the leaching process.
The objectives of this research are as follows:
1. To study the changes of soil and water pH as the result of swamp development through the leaching process and their correlation with the domestic waste from the transmigration and local population.
2. The community perception about the impact of changes of soil and water pH, correlation with the soil fertility and productivity.
The study of impact of the swamp development to the environmental quality at Karang Agung Hulu was carried out from June 1987 until December 1987. The project area was divided into four strata. Stratum I, located on the sides of the Primary Canal I. Stratum II, located on the sides of the Primary Canal II. Stratum III, located on the sides of the Primary Canal IV, and Stratum IV on the sides of the Primary Canals III and V.
In this study is used the incite measurement and laboratory analysis method of pH. Sampling was carried out by stratified random sampling.
Data pH collecting with pH measurement. 22 sample point of soil and water pH were measured at the swamp development area and 17 sample point at the swamp not developed area, as comparison. 5 Soil and water sample are taken for laboratory analysis.
Data collected was conducted by way of observation, interview and questionnaires of 107 respondents. The water quality standard used was issued by the:
1. The South Sumatera Governor Decree No:407/SK/XI/1991,
2. Ministry of Health Decree No: 173/Men.Kes/Per/VIII/1977,
3. Ministry of Health Decree No. Ol/BIRHUKMAS/I/1975.
4. The soil fertility standard used was issued by the: Lembaga Penelitian Tanah Bogor.
Statistical method used in this research is the T test. The results of the research can be summarized as follows:
1. The significant differences of soil and water pHs between the area before development and after development with T test = 4,3822 for water pH and 3,3666 for Soil pHI;
2. From the above calculations we can know the average pH, that at the developed area is higher than the area that was not developed, namely: water pH = 4,1136 changes to 4,6277 and Soil pH from 3,700 be-came 3,888. From the results of the study we conclude that first and second hypothesis are significant;
The mean calculation from the questioner is 26,168 from the highest score is 60. It is mean that the transmigration community didn't know the impact of changes of soil and water pHs to drinking water and soil fertility, so the third hypothesis is also significant.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Iskandar Wijaya T.
"Pasang surut adalah peristiwa alam tentang naik turunnya permukaan air laut yang terjadi secara berulang-ulang dan teratur karena adanya gaya gravitasi benda – benda di langit terutama bulan dan matahari terhadap massa air laut di bumi. Karateristik dan peramalan pasang surut dapat diketahui dengan cara perhitungan mengenai data amplitudo dan beda fase yang merupakan komponen pasang surut. Peramalan pasang surut ditujukan untuk memperoleh informasi tinggi muka air laut di masa mendatang pada saat dan lokasi tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karateristik pasang surut dengan metode Admiralty meramalkan pasang surut dengan menggunakan software World Tide dan mengetahui kedudukan muka air laut di perairan Desa Pagar Jaya, Lampung selama 5 tahun kedepan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8 April-22 April 2019 di Perairan Desa Pagar Jaya Lampung. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pasang surut pengamatan pada lokasi penelitian dan koordinat lokasi penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus dimana dalam penelitian ini data penelitian berupa angka yang dianalisa secara kuantitatif dengan metode Admiralty dan WorldTide yang akan menghasilkan karateristik pasang surut di perairan berupa nilai koefisien yang akan digunakan untuk mengetahui tipe pasang surut, LLWL dan HHWL di suatu perairan. Hasil penelitian dengan mengunakan metode Admiralty menunjukan bahwa tipe pasang surut di Perairan Desa Pagar Jaya, Lampung adalah tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda atau mixed tide prevailing semidiurnal dengan nilai Formzahl sebesar 0,52. Nilai Mean Sea Level (MSL) sebesar 96 cm, nilai Higest High Water Level (HHWL) sebesar 167 cm, dan nilai Lowest Low Water Level sebesar 25 cm. Peramalan pasang surut menggunakan World Tides dengan nilai MRE sebesar 0,3% menunjukan bahwa HHWL tertinggi terjadi di bulan Desember 2021 dengan nilai sebesar 178 cm dan LLWL terendah terjadi di bulan Juni 2021 dengan nilai sebesar 19 cm.

Tidal is natural events about the rise and fall of sea levels that occur repeatedly and regularly as because gravity objects - objects in the sky, especially the moon and sun on the sea water mass on earth. Characteristics and tidal forecasting can be determined by calculating the amplitude and phase difference of the data which is a component of the tides. Forecasting tidal aimed at obtaining information sea level in the future at a specific time and location. This study aims to determine the characteristics of ups and downs with the Admiralty method, predicted tidal using software World Tide and find out position of sea level on the waters of Pagar Jaya Village, Lampung during the next 5 years. This study was conducted on 8 April-22 April 2019 in Pagar Jaya Village, Lampung. The data used in this research is observational data of the tidal test site and the location coordinates research.  The method used in this study is the case study method in this study. The research data that produces numbers analyzed by the Admiralty and WorldTide methods will produce tidal characteristics in the findings that will be used to connect the tidal type, LLWL and HHWL at a meeting. The results of the study using the Admiralty method showed that the type of tidal waters Pagar Jaya Village, Lampung is a type of mixed tide prevailing semidiurnal with Formzahl value at 0,52. Value of Mean Sea Level (MSL) 96 cm, the value Higest High Water Level (HHWL) of 167 cm, and the value Lowest Low Water Level by 19 cm. Forecasting tidal using World Tides with MRE value of 0,3% indicates that the highest HHWL occurred in December 2021 at a value of 178 cm and the lowest LLWL occurred in June 2021 at a value of 19 cm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T54197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>