Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98094 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hania Azzahra Dewanto
"Latar Belakang: Mahasiswa kedokteran gigi tingkat akhir memainkan peran penting dalam pelaksanaan perawatan kedokteran gigi di masa depan, termasuk perawatan yang melalui teledentistry, sehingga penting untuk mengetahui bagaimana minat mahasiswa-mahasiswa ini untuk menggunakan. Minat mahasiswa untuk menggunakan teledentistry dapat diprediksi oleh domain-domain Model UTAUT.
Tujuan: Untuk mengetahui kemampuan Model UTAUT beserta domain-domainnya untuk memprediksi minat mahasiswa profesi kedokteran gigi di Indonesia untuk menggunakan teledentistry.
Metode: Penelitian deskriptif analitik potong lintang pada 472 mahasiswa profesi kedokteran gigi di Indonesia menggunakan kuesioner yang telah diadaptasi serta diuji validitas dan reliabilitasnya.
Hasil: Model UTAUT dan dapat memprediksi mahasiswa kedokteran gigi untuk menggunakan teledentistry (R2 = 51,4%). Seluruh domain model UTAUT memiliki pengaruh terhadap BI mahasiswa untuk menggunakan (PE R2 = 0,328, EE R2 = 0,371, SI R2 = 0,382, FC R2 = 0,346). Karakteristik kesukarelaan mahasiswa memiliki hubungan yang signifikan secara statistik dengan minat menggunakan teledentistry.
Kesimpulan: Model UTAUT dapat memprediksi minat mahasiswa kedokteran gigi di Indonesia untuk menggunakan teledentistry dan seluruh domain nya memiliki pengaruh terhadap minat penggunaan teledentistry. Karakteristik kesukarelaan mahasiswa dapat mempengaruhi minat untuk menggunakan teledentistry.

Background: Final year dental students play an important role in the implementation of future dental care including those through teledentistry, so it is important to know how interested these students are in using teledentistry. Interest (Behavioral Intention (BI)) can be predicted by the UTAUT Model’s construct (PE, EE, SI & FC).
Objective: To determine the ability of the UTAUT model in predicting the interest of dental students to use teledentistry and to determine the relationship between the characteristics of dental students and their interest.
Method: Cross-sectional analytic descriptive study on 472 dentistry students using a questionnaire that has been adapted and tested for its validity and reliability.
Results: The UTAUT model was significant in predicting the behavioral intention of dental students to use teledentistry (R2 = 51,4%). All domains of the UTAUT model have influence on students’ BI to use teledentistry (R2 = 0.328, 0.371, 0.382, 0.346). Voluntariness of use has a significant relationship with interest in using teledentistry.
Conclusion : The UTAUT model can predict dental students in Indonesia’s interest to use teledentistry and all of its domains have influence on the interest in using teledentistry. Student’s voluntariness of use also affected their interest in using teledentistry.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isni Puji Lestari
"Latar Belakang: Kemajuan Teknologi dan Komunikasi (TIK) serta peningkatan jumlah internet dan smartphone dimasyarakat berpeluang menciptakan paradigma baru dimana interaksi pasien dengan praktisi klinis tidak terbatas pada kunjungan pada layanan kesehatan. Penggabungan TIK dalam kedokteran gigi menghadirkan suatu solusi yang dapat dimanfaatkan dalam menghadapi era digitalisasi salah satunya adalah teledentistry. Kondisi ini menuntut dokter gigi untuk memiliki literasi teknologi, sehingga perlu diketahui penerimaan teledentistry dengan menggunakan model UTAUT yang mencerminkan minat dokter gigi terhadap penggunaan teledentistry melalui empat faktor determinan yaitu : ekspektansi kinerja, ekspektansi usaha, pengaruh sosial dan kondisi yang memfasilitasi. Keempat faktor ini juga dimoderasi oleh umur, jenis kelamin, pendidikan, wilayah geografis dan pengalaman.
Metode: Studi Cross-Sectional dilakukan pada bulan November 2022 terhadap 491 dokter gigi di Provinsi Aceh yang terdaftar dan berstatus aktif menggunakan metode total sampling. Responden diminta melengkapi kuesioner yang berisi pertanyaan terkait karakteristik sosiodemografi, karaktersitik penggunaan teledentistry dan faktor determinan dari model UTAUT. Analisis statistik menggunakan Mann-Whitney dan Kruskall Wallis dan analisis multivariat menggunakan SEM-PLS untuk memprediksi faktor yang paling berperan terhadap penerimaan teledentistry pada dokter gigi.
Hasil: Model UTAUT terbukti memiliki pengukuran yang valid dan reliabel serta goodness of fit yang baik. Model ini dapat menjelaskn varian minat dokter gigi terhadap penggunaan teledentistry sebesar 54,6% dengan kriteria sedang dan setiap perubahan pada minat mampu diprediksi oleh variabel pengaruh sosial (β = 0,265; p<0,05), kondisi yang memfasilitasi (β = 0,262; p<0,05) dan ekspektansi kinerja (β = 0,225; p<0,05) namun pengaruh yang diberikan masih dalam kategori rendah. Interaksi antara faktor determinan UTAUT dengan faktor moderasi menunjukkan bahwa tidak memiliki efek terhadap hubungan antar faktor determinan dengan minat dokter gigi terhadap penggunaan teledentistry.
Kesimpulan: Model UTAUT mampu memprediksi minat dokter gigi dalam menggunakan teledentistry. Prediksi ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan sosialisasi dan keterampilan dokter gigi di Aceh dalam menggunakan teledentistry dalam praktik kedokteran gigi sehari-hari.

Background: The development of Information and Communication Technology (ICT) and the increase of internet users and smartphones in the community have created a new paradigm where patient-practitioner interactions are clinically not limited to visits to health services. Integrating ICT in dentistry provides a solution that can be used to address the digital era of teledentistry. This condition requires dentists to be technologically literate. Thus, it is necessary to know the acceptance of teledentistry using the UTAUT model, which reflects dentists' intention to use teledentistry through four determinant factors: performance expectancy, effort expectancy, social influence, and facilitating conditions. These factors are also moderated by age, gender, education, geographical area, and experience.
Methods: A cross-sectional study was conducted in November 2022 on 491 registered and active dentists in Aceh using the total sampling method. Respondents were asked to complete a questionnaire related to sociodemographic characteristics, characteristics of the use of teledentistry, and the determinants of the UTAUT model. Statistical analysis using Mann-Whitney, Kruskall-Wallis, and multivariate analysis using SEM-PLS to predict the factors most contributing to dentists' intention to use teledentistry.
Results: The UTAUT model has valid and reliable measurements and adequate goodness of fit. This model can explain the variance of dentists' behavior intention to use teledentistry by 54.6% with moderate criteria, and any change in interest can be predicted by social influence (β = 0,265; p<0,05), facilitating conditions (β = 0.262; p 0.05), and performance expectancy (β = 0.225; p<0.05). However, they have a low effect size. The interaction between the determinants of UTAUT and the moderating factors shows that it does not affect the relationship between the determinants and dentists' interest in teledentistry.
Conclusion: The UTAUT model can predict dentist interest in using teledentistry. This prediction can improve dentists' socialization and skills in Aceh when using teledentistry in their daily dental practice.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heriandi Sutadi
Jakarta: UI-Press, 2005
PGB 0451
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Ike Siti Indiarti
"The purpose of the present study was to determine the standard mesiodistal' diameter and bucolingual diameter of the crown size and the dental arch size in the primary and permanent dentition of Indonesian-Jakarta children. The samples were obtained from dental plaster models of 400 Indonesian-Jakarta children who were selected from a cross section of the population and who ranged in age from 3 1/2 years to 6 1/2 years and from 10 I/2 years to 13 I/2 years. The mean values of the mesiodistal and bucolingual diameter of primary dentition are found tended to be larger in boys than in girls. The mean values of the mesiodistal and bucolingual diameter of permanent dentition are found tended to be larger in boys than in girls. Also for mean values of the dental arch width and length of primary and permanent dentition are found tended to be larger in boys than in girls."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Tazkia Kirana Wiryasmoro
"[ABSTRAK
Latarbelakang: Perubahan akibat menua yang terjadi pada gigi dan jaringan sekitarnya dapat mempengaruh ikualitas hidup seseorang. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan antara status kesehatan gigi mulu tdengan kualitas hidup lansia menggunakan alat ukur Oral Health Assessment Tool (OHAT) dan Geriatric Oral Health Assessment Index (GOHAI). Di Indonesia, masih banyak daerah yang tidak terjangkau dokter gigi, sehingga diperlukan alat ukur yang dapat digunakan oleh tenaga kesehatan selain dokter gigi dan kader. Tujuan: Uji kesepakatan antar rater, validasi dan reliabilitas OHAT dan GOHAI, menganalisis hubungan kesehatan gigi mulut dan kualitas hidup serta mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap kesehatan gigi mulut dan kualitas hidup lansia. Metode: Potong Lintang. Pencatatan data sosiodemografis dan pemeriksaan intraoral. Wawancara untuk pengisian kuesioner kualitas hidup lansia. Hasil: Penilaian antar rater dengan uji Kappa menunjukkan konsistensi yang cukup baik. Alat ukur kualitas hidup valid dan reliabel. Padauji chi-square, tidak terdapat hubungan antara status kesehatan gigi mulut dankualitas hidup. Kesehatan gigi mulut berhubungan bermaknadengan jenis kelamin (p=0.026) dan pendidikan (p=0.015). Kualitas hidup berhubungan bermakna dengan tingkat ekonomi (p=0.01). Kesimpulan: Alat ukur Oral Health Assessment Tool dan Geriatric Oral Health Assessment Index dapat digunakan di Indonesia. Tidak ada hubungan antara status kesehatan gigi mulut dan kualitas hidup lansia di Indonesia. Jenis kelamin merupakan faktor yang paling mempengaruhi kualitas hidup lansia.

ABSTRACT
Background: Alterations on oral tissue due to aging may affect one's quality of life (QoL). This study is to analyze the association between oral health status and QoL of the elders, using Oral Health Assessment Tool (OHAT) and Geriatric Oral Health Assessment Index (GOHAI). In Indonesia, many region are inaccessible by dentist, ergo an assessment tool that could be exercised by health care professionals other than dentist and caregiver is required. Objective: To analyze the inter-rater agreement, to validate the reliability of OHAT & GOHAI, to analyze the association between oral health status and QoL of the elders, and to explore the key factor. Methodology: Cross-sectional. Sociodemographic data were obtained, intraoral examination and interview for QoL questionnaire were conducted. Result: Kappa test result showed a substantial aggrement and QoL assessment tool was reported to be valid and reliable. Chi-square test result indicated that there was no significant relation between oral health status and QOL. However, significant relation was found between oral health status and sex (p = 0.026) and education (p = 0.015). Significant relation was also found between QoL and economy status (p = 0.01). Conclusion: OHAT and GOHAI were applicable in Indonesia. There were no association between oral health status and QOL of the elders in Indonesia. Sex is the key factor in determining QoL of the elders.;Background: Alterations on oral tissue due to aging may affect one's quality of life (QoL). This study is to analyze the association between oral health status and QoL of the elders, using Oral Health Assessment Tool (OHAT) and Geriatric Oral Health Assessment Index (GOHAI). In Indonesia, many region are inaccessible by dentist, ergo an assessment tool that could be exercised by health care professionals other than dentist and caregiver is required. Objective: To analyze the inter-rater agreement, to validate the reliability of OHAT & GOHAI, to analyze the association between oral health status and QoL of the elders, and to explore the key factor. Methodology: Cross-sectional. Sociodemographic data were obtained, intraoral examination and interview for QoL questionnaire were conducted. Result: Kappa test result showed a substantial aggrement and QoL assessment tool was reported to be valid and reliable. Chi-square test result indicated that there was no significant relation between oral health status and QOL. However, significant relation was found between oral health status and sex (p = 0.026) and education (p = 0.015). Significant relation was also found between QoL and economy status (p = 0.01). Conclusion: OHAT and GOHAI were applicable in Indonesia. There were no association between oral health status and QOL of the elders in Indonesia. Sex is the key factor in determining QoL of the elders.;Background: Alterations on oral tissue due to aging may affect one's quality of life (QoL). This study is to analyze the association between oral health status and QoL of the elders, using Oral Health Assessment Tool (OHAT) and Geriatric Oral Health Assessment Index (GOHAI). In Indonesia, many region are inaccessible by dentist, ergo an assessment tool that could be exercised by health care professionals other than dentist and caregiver is required. Objective: To analyze the inter-rater agreement, to validate the reliability of OHAT & GOHAI, to analyze the association between oral health status and QoL of the elders, and to explore the key factor. Methodology: Cross-sectional. Sociodemographic data were obtained, intraoral examination and interview for QoL questionnaire were conducted. Result: Kappa test result showed a substantial aggrement and QoL assessment tool was reported to be valid and reliable. Chi-square test result indicated that there was no significant relation between oral health status and QOL. However, significant relation was found between oral health status and sex (p = 0.026) and education (p = 0.015). Significant relation was also found between QoL and economy status (p = 0.01). Conclusion: OHAT and GOHAI were applicable in Indonesia. There were no association between oral health status and QOL of the elders in Indonesia. Sex is the key factor in determining QoL of the elders.;Background: Alterations on oral tissue due to aging may affect one's quality of life (QoL). This study is to analyze the association between oral health status and QoL of the elders, using Oral Health Assessment Tool (OHAT) and Geriatric Oral Health Assessment Index (GOHAI). In Indonesia, many region are inaccessible by dentist, ergo an assessment tool that could be exercised by health care professionals other than dentist and caregiver is required. Objective: To analyze the inter-rater agreement, to validate the reliability of OHAT & GOHAI, to analyze the association between oral health status and QoL of the elders, and to explore the key factor. Methodology: Cross-sectional. Sociodemographic data were obtained, intraoral examination and interview for QoL questionnaire were conducted. Result: Kappa test result showed a substantial aggrement and QoL assessment tool was reported to be valid and reliable. Chi-square test result indicated that there was no significant relation between oral health status and QOL. However, significant relation was found between oral health status and sex (p = 0.026) and education (p = 0.015). Significant relation was also found between QoL and economy status (p = 0.01). Conclusion: OHAT and GOHAI were applicable in Indonesia. There were no association between oral health status and QOL of the elders in Indonesia. Sex is the key factor in determining QoL of the elders., Background: Alterations on oral tissue due to aging may affect one's quality of life (QoL). This study is to analyze the association between oral health status and QoL of the elders, using Oral Health Assessment Tool (OHAT) and Geriatric Oral Health Assessment Index (GOHAI). In Indonesia, many region are inaccessible by dentist, ergo an assessment tool that could be exercised by health care professionals other than dentist and caregiver is required. Objective: To analyze the inter-rater agreement, to validate the reliability of OHAT & GOHAI, to analyze the association between oral health status and QoL of the elders, and to explore the key factor. Methodology: Cross-sectional. Sociodemographic data were obtained, intraoral examination and interview for QoL questionnaire were conducted. Result: Kappa test result showed a substantial aggrement and QoL assessment tool was reported to be valid and reliable. Chi-square test result indicated that there was no significant relation between oral health status and QOL. However, significant relation was found between oral health status and sex (p = 0.026) and education (p = 0.015). Significant relation was also found between QoL and economy status (p = 0.01). Conclusion: OHAT and GOHAI were applicable in Indonesia. There were no association between oral health status and QOL of the elders in Indonesia. Sex is the key factor in determining QoL of the elders.]"
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ismu S. Suwelo
"

Pada kesempatan yang berbahagia ini saya akan mengemukakan pandangan mengenai peranan pelayanan kesehatan gigi anak dalam menunjang peningkatan kualitas sumber daya manusia di masa mendatang dalam menyongsong abad ke 21 yang penuh tantangan dan saingan. Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat agar tingkat kesehatan masyarakat menjadi lebih baik. Pembangunan di, bidang kesehatan gigi adalah bagian integral pembangunan kesehatan nasional. Ini berarti bahwa untuk melaksanakan pembangunan di bidang kesehatan, pembangunan di bidang kesehatan gigi tidak boleh ditinggalkan; juga sebaliknya bila ingin melaksanakan pembangunan di bidang kesehatan gigi, tidak boleh, melupakan kerangka. yang lebih luas, yaitu pembangunan di bidang kesehatan umumnya.

Di bidang kesehatan gigi indikator untuk penelitian epidemiologis sangat penting artinya bagi perencanaan pengembangan ketenagaan, material, dan penganggaran. Selain itu data penelitian epidemiologis juga diperlukan untuk pengembangan, evaluasi, dan pemantapan usaha pencegahan, kuratif, dan rehabilitatif di bidang kesehatan gigi baik regional maupun nasional. Peta dunia tentang distribusi kerusakan gigi (biasa disebut karies) menunjukkan perbedaan prevalensi dari tahun ke tahun pada beberapa negara. Terjadi penurunan frekuensi dari DMF-T (indeks kerusakan gigi dewasa) di negara maju, tetapi terjadi kenaikan pada negara yang sedang berkembang. Sebagian besar penurunan frekuensi karies gigi disebabkan karena adanya program pemberian fluor secara intensif antara lain melalui,air minum.

"
Jakarta: UI-Press, 1997
PGB 0446
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Joel Bolang
"ABSTRAK
Latar Belakang: Diagnosis dari fraktur mandibula diperlukan pemeriksaan klinis dan evaluasi radiologi yang akurat. Pemeriksaan radiolografis diperlukan untuk pemeriksaan ketebalan tulang dan evaluasi dari kondisi tulang tersebut, sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya kerusakan struktur anatomi tulang antara lain cedera akar gigi dan kanalis mandibula.CBCT merupakan radiografis teknologi digital tiga dimensi yang dapat digunakan untuk melihat kondisi tulang tersebut. Tujuan: Mengetahui ketebalan tulang kortikal bukal dan tulang bukal pada regio gigi C P1 P2, serta ketebalan tulang kortikal regio foramen mental yang diukur menggunakan CBCT pada pria jika dibandingkan dengan wanita. Metode Penelitian: 32 sampel penelitian terdiri dari 16 pria dan 16 wanita yang merupakan pasien di RSGM RE Martadinata Ladokgi. Hasil foto radiografis CBCT dilakukan pengukuran ketebalan tulang kortikal bukal, tulang bukal pada regio gigi C P1 P2, dan ketebalan tulang kortikal regio foramen mental. Hasil: Ketebalan tulang kortikal bukal dan tulang bukal regio gigi C P1 P2, serta ketebalan tulang kortikal regio foramen mental jika dibandingkan antara pria terhadap wanita terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) dimana pada pria menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan pada wanita. Kesimpulan: Ketebalan tulang kortikal bukal dan tulang bukal regio gigi C P1 P2, serta ketebalan tulang kortikal regio foramen mental yang diukur menggunakan CBCT menunjukkan hasil yang berbeda antara pria dan wanita.

ABSTRACT
Background: Accurate clinical examinations and radiographic evaluations are required to construct a proper diagnosis for mandibular fractures. To reduce risks of anatomical bone damages such as injuries to dental roots or mandibular canal, radiographic examinations are suggested to determine bone thickness and evaluate bone conditions. CBCT is a digital 3D radiographic technology used in such circumstances. Aim: To determine mandibular buccal cortical bone and buccal bone thickness in canine, first premolar and second premolar region and cortical bone thickness in mental foramen region under gender differentiation using CBCT. Research Method: 32 subjects comprised of 16 male and 16 female patients from RSGM RE Martadinata Ladokgi Hospital; with CBCT radiographs analyzed to determine mandibular buccal cortical bone and buccal bone thickness in canine, first premolar and second premolar region and cortical bone thickness in mental foramen region. Results: There is a significant differences (p<0.05) between females? and males? thickness of mandibular buccal cortical bone and buccal bone in canine, first premolar and second premolar region and the thickness of cortical bone in mental foramen region. Male subjects was found to have greater number of thickness compared to those of females?. Conclusion: Determination of mandibular buccal cortical bone and buccal bone thickness in canine, first premolar and second premolar region and cortical bone thickness in mental foramen region under different gender using CBCT, showed a different result."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Harini Soemartono
Jakarta: UI-Press, 1998
PGB 0453
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Nurul Izzah
"Latar Belakang: Pandemi COVID-19 berdampak pada seluruh aspek kehidupan manusia, tak terkecuali bidang kedokteran gigi. Pengunaan rotary instrument memungkinkan aerosol atau droplet yang berisi saliva dan darah tersebar di lingkungan praktik gigi dan menjadikan lingkungan praktik dokter gigi berisiko tinggi infeksi COVID-19. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pedoman modifikasi dan penguatan SOP praktik sesuai dengan yang telah ditetapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara berbagai faktor sosiodemografi, karakteristik pekerjaan, kecemasan, pengetahuan, dan pengalaman pelatihan dengan modifikasi dan penguatan SOP praktik dokter gigi pada masa pandemi COVID-19 di DKI Jakarta.
Metode: Studi cross-sectional dengan metode purposive sampling menggunakan kuesioner daring kepada 184 dokter gigi di DKI Jakarta pada Oktober hingga Desember 2021. Kuesioner berisi 40 pertanyaan meliputi sosiodemografi, karakteristik pekerjaan, kecemasan, pengetahuan, pengalaman pelatihan, dan modifikasi dan penguatan SOP praktik dokter gigi. Uji bivariat Mann-Whitney, Kruskal-Wallis, dan Spearman dilakukan untuk analisis statistik.
Hasil: Sebagian dokter gigi (56%) merasa cemas terkait pandemi COVID-19. Lebih dari 95% dokter gigi telah mengetahui dengan benar manfaat penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), kebersihan tangan, serta menghindari tindakan yang menghasilkan droplet dan aerosol. Namun hanya 65-75% responden yang mengetahui disinfeksi dan pemasangan serta pelepasan APD yang tepat. Selain itu, pelatihan mengenai modifikasi dan penguatan SOP praktik dokter gigi baru diikuti oleh sebagian responden (54.9%). Uji Mann-Whitney menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan secara statistik (p<0.05) antara item pengalaman pelatihan dengan modifikasi dan penguatan SOP praktik. Uji Spearman menunjukkan adanya korelasi positif lemah yang signifikan secara statistik (p<0.05) antara item pengetahuan dengan modifikasi dan penguatan SOP praktik.
Kesimpulan: Secara umum, dokter gigi di DKI Jakarta telah melakukan modifikasi dan penguatan SOP praktik dengan baik meskipun praktik yang lebih rendah ditemukan pada beberapa komponen, seperti penggunaan rubber dam dan High-Volume Evacuator (HVE) atau saliva ejector bervolume tinggi, serta pemeriksaan COVID-19 kepada pasien sebelum melakukan perawatan gigi. Modifikasi dan penguatan SOP praktik dokter gigi memiliki asosiasi dengan pengalaman pelatihan dan pengetahuan.

Background: The COVID-19 pandemic has an impact on all aspects of human life, include dentistry. The use of a rotary instruments allow aerosols or droplets containing saliva and blood to be dispersed in the dental practice environment and make the dental environment at a high risk place for COVID-19 transmission. Therefore, it is important to carry out the practice modification guidelines that have been established. This study aims to determine the relationship between various sociodemographic factors, job characteristics, anxiety, knowledge, and training experience with dental practice modifications during the COVID-19 pandemic in DKI Jakarta.
Methods: A cross-sectional survey was conducted online using purposive sampling method, including 184 dentists in DKI Jakarta collected from October to December 2021. The questionnaire contains 40 questions covering sociodemography, job characteristics, anxiety, knowledge, training experience, and practice modification of the respondents. Mann-Whitney, Kruskal-Wallis, and Spearman Tests were performed for statistical analysis.
Results: Some dentists (56%) feel anxious about the COVID-19 pandemic. More than 95% of dentists are well aware of the benefits of using Personal Protective Equipment, hand hygiene, and avoiding procedures that generate droplets and aerosols. However, only 65-75% of respondents are aware of workplace disinfection and the proper donning and doffing of Personal Protective Equipment (PPE). In addition, training on dental practice modification was attended by some of the respondents (54.9%). The Mann-Whitney test showed a statistically significant difference between training experience and practice modification (p<0.05). Spearman's test showed a statistically significant difference with weak positive correlation between knowledge and practice modification (p<0.05).
Conclusion: In general, dentists in DKI Jakarta have modified their practice well, although lower practice was found in several components, such as the use of rubber dam and High-Volume Evacuator (HVE) or high-volume saliva ejector, and COVID-19 test on patients before dental treatment. Dental practice modification is associated with training experience and knowledge.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Soemarijah Samhadi
"Rongga mulut merupakan salah satu bagian tubuh yang cukup unik sehubungan dengan kesehatan penderita, oleh karena rongga mulut merupakan pintu pertama masuknya bahan-bahan kebutuhan untuk pertumbuhan,individu yang sempurna serta kesehatan yang optimal.
Sebagaimana kita ketahui rongga mulut dapat mengalami bermacammacam kelainan yang merupakan problema yang belum dapat diatasi sepenuhnya. Sebagai contoh misalnya karies gigi, penyakit jaringan penyangga gigi / periodontal dan penyakit mukosa mulut sampai saat ini belum diketahui etiologinya secara tepat. Kondisi lingkungan rongga mulut sangat kompleks, dimana kemungkinan iritasi mekanik, fisik dan kimiawi serta banyaknya macam mikroorganisme dan susunan saliva dapat mempengaruhi terjadinya perubahan kondisi lingkungan rongga mulut dan memungkinkan terjadinya suatu penyakit.
Penyakit yang terjadi didalam mulut khususnya mukosa mulut dapat memberikan keluhan atau tanpa keluhan bisa berupa kelainan jinak dan keganasan. Bilamana penyakit jaringan lunak rongga mulut tidak memberikan gejala rasa sakit umumnya pasien tidak datang berobat, padahal kemungkinan besar lesi yang tidak memberikan keluhan itu merupakan tanda awal dari suatu keganasan atau tanda awal dari penyakit sistemik yang berbahaya, sehingga seringkali pasien dengan lesi-lesi semacam itu barn datang ke klinik Oral Medicine sudah dalam keadaan sakit berat atau stadium terminal. Keadaan ini akan memperburuk prognosa penyakitnya karena mulut yang sakit akan terganggu fungsinya sehingga pemasukan makanan akan menurun dengan akibat defisiensi nutrisi.
Sebelum uraian lebih lanjut tentang penyakit mulut akan saya utarakan terlebih dulu pengertian tentang Oral Medicine, ruang lingkup serta sejarah perkembangannya.
Oral Medicine adalah cabang ilmu Kedokteran Gigi yang berkompeten khusus dalam mengelola kesehatan pasien secara menyeluruh meliputi diagnosa dan perawatan yang bersifat non bedah pada kelainan primer maupun sekunder di rongga mulut dan sekitarnya (Mazzeo & Chasens 1975). Secara luas Oral Medicine dapat diartikan sebagai salah satu aspek Kedokteran Gigi untuk mengetahui hubungan antara mulut dengan bagian tubuh yang lain, baik dalam keadaan sehat maupun sakit atau diformulasikan sebagai suatu kemampuan khusus dalam praktek Dokter Gigi serta kaitannya dengan pengelolaan kesehatan pasien secara menyeluruh.
Ruang lingkup Oral Medicine tidak terbatas pada penyakit mulut yang primer atau lokal saja melainkan juga mengelola pasien-pasien dengan manifestasi oral penyakit sistemik. Oleh karenanya Dokter Gigi berkewajiban mengetahui latar belakang penyakit setiap pasien sebelum memulai perawatan gigi. Perawatan gigi mulut bisa gagal bila klinisi tidak tanggap akan keadaan pasien yang sedang dalam status pengawasan medik untuk penyakit sistemiknya. Atau bahkan terjadi resiko yang fatal atau timbul penyakit lain sebagai akibat tindakan perawatan Dokter Gigi.
Oral Medicine sampai saat ini masih merupakan salah satu bidang ilmu Kedokteran Gigi yang belum banyak dikenal baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat umumnya karena cabang ilmu tersebut relatif masih muda dibandingkan dengan cabang ilmu Kedokteran Gigi lainnya. Masih banyak pendapat yang beranggapan bahwa tugas dan tanggung jawab Dokter Gigi terbatas pada penanganan penyakit yang berhubungan dengan gigi saja sehingga pasien dengan lesi pada mukosa mulut tidak datang ke Dokter Gigi tetapi meminta pertolongan dokter Umum."
Jakarta: UI-Press, 1991
PGB Pdf
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>