Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36358 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Ali Gunawan
"Konduktivitas termal menunjukkan seberapa cepat panas mengalir pada bahan tertentu pada pengujian ini bahan yang akan diuji menggunakan serat luffa sebagai cooling pad yang diaplikasikan pada sistem evaporative cooling. Untuk mengetahui nilai panas yang dipindahkan dari heat pipe ke cooling pad pada alat evaporative cooling yang ditambahkan heat pipe perlu diketahui termal konduktivitas dari serat yang akan dijadikan media pendingin. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui nilai konduktivitas termal dari serat luffa dengan menggunakan alat konduktivitas termal berbasis termoelektrik dan mengetahui kinerja dari evaporative cooling berbasis finn heat pipe. Metode yang digunakan yaitu metode axial flow dengan variasi temperatur 35-50 oC. Sedangkan variasi temperatur pada evaporative cooling digunakan untuk mengetahui kinerja dari sistem evaporative cooling pada temperatur 35-45 oC pada udara masuk sistem serta variasi temperatur air 20 oC dan 25 oC pada cooling pad. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa nilai konduktivitas termal pada temperatur 35 oC dari serat luffa sebesar 0,0459 W/mK dan serat luffa sebesar 0,1746 W/mK. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai untuk nilai penurunan temperatur terbesar yang didapat 6,67°C, effectiveness wet bulb 49,94%, effectiveness dew point 37,99% kemudian untuk EER 6,32.

Thermal conductivity evaluates how fast heat flow through with a bahan once it is tested using luffa fiber as a cooling 1,1 m/sfor the cooling pad used for an evaporative cooling system. The thermal conductivity of the fiber that will be used as the cooling 1,1 m/sshould be known in determining the value of heat transferred from the heat pipe to the cooling 1,1 m/sin the evaporative cooler with the extra heat pipe. The purpose of this research is to use a thermoelectric-based Ogawa Saiki thermal conductivity instrument to determine the thermal conductivity value of luffa fiber and to evaluate the performance of finn heat pipe-based evaporative cooling. The axial f0,4 m/s method was used, with a temperature variation of 35-50 oC while the temperature variation in evaporative cooling is used to determine the performance of the evaporative cooling system at a temperature of 35-45oC in the air intake system and variations in air temperature of 20 oC and 25oC on the cooling pad cooling media, the temperature variation in evaporative cooling is used to determine the performance of the evaporative cooling system at a temperature of 35-45oC in the air intake system and variations in air temperature of 20oC and 25oC. The thermal conductivity value of luffa fiber at a temperature of 35oC was 0.0459 W/mK, while luffa fiber was 0.1746 W/mK, according to the test. According to the calculations, the value for the largest temperature drop is 6.67°C, the wet bulb effectiveness is 49.94 %, the dew point effectiveness is 37.99 %, as well as the EER is 6.32."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Evi Sofia
"Sebagian besar penelitian tentang evaporative cooling hanya berfokus pada proses termodinamika dan optimalisasi kinerja beberapa konfigurasi dasar, seperti direct evporative cooling (DEC) dan tipe tubular atau plat indirect evaporative cooling (IEC). Penelitian mengenai beberapa teknologi evaporative cooling terbaru seperti heat pipe IEC, dew point IEC dan semi indirect evaporative cooling, masih sedikit dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sistem pengkondisian udara yang menggunakan indirect evaporative cooling yang dikombinasikan dengan finned heat pipe sebagai pemindah panas dan cooling pad dari bahan serat alami. Tahapan awal dilakukan dengan melakukan studi literatur mengenai indirect evaporative cooling dan heat pipe, melakukan evaluasi terhadap penelitian yang pernah dilakukan, melakukan pengujian terhadap karakteristik finned heat pipe yang akan digunakan, melakukan penelitian terhadap bahan media pendingin berbahan serat alami yang akan digunakan, merancang bangun kombinasi indirect evaporative cooling dan finned heat pipe dengan media pendingin berbahan serat alami. Selain itu pada penelitian ini juga akan dicari beberapa hubungan atau korelasi antara parameter-parameter yang ada pada indirect indirect evaporative cooling dengan tujuan meningkatkan efektifitasnya. Hasil dari pengujian ini menunjukkan bahwa efektivitas indirect evaporative cooling meningkat ketika digunakan serat alami berbahan nanas dibandingkan dengan serat lain (rami dan luffa), nilai maksimumnya 90% untuk efektivitas wet bulb dan 71% untuk efektivitas dew point, serta nilai EER yang mencapai 62%. Selain itu kinerja finned heat pipe sebagai pemindah panas bekerja dengan baik pada sistem ini terbukti dengan nilai kapasitas pendinginan maksimum yang mencapai 1180W.

The majority of evaporative cooling research only considers the thermodynamic operations and performance enhancement of a few fundamental configurations, such as direct evaporative cooling (DEC) and indirect evaporative cooling (IEC) tubular or plate kinds. There is still little research on some of the most recent evaporative cooling techniques, including indirect evaporative cooling (IEC) heat pipes, indirect evaporative cooling (IEC) dew points, and semiindirect evaporative cooling. With the use of finned heat pipes for heat transfer, cooling pads made of natural fibers, and indirect evaporative cooling, an air conditioning system is being developed. The first stage involves researching indirect evaporative cooling and heat pipes in the literature, assessing previous research, testing potential finned heat pipe characteristics, researching potential cooling media materials made of natural fibers, and designing buildings with a combination of indirect evaporative cooling and finned heat pipes and a natural fiberbased cooling medium. In addition, this study will look for connections or correlations between the present indirect evaporative cooling factors in an effort to increase its efficiency. The results of this test demonstrate that using natural fibers made from pineapple increases the effectiveness of indirect evaporative cooling when compared to other fibers (ramie and luffa); the maximum value is 90% for the wet bulb effectiveness and 71% for the dew point effectiveness, and the EER value reaches 62%. Additionally, this system effectively transfers heat thanks to the finned heat pipes, as shown by the maximum cooling capacity of 1180 W."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Renaldy Abdurachman
"Pengkondisian udara dengan maksud untuk mengatur nilai temperatur dan kelernbaban udara sangat penting untuk mendapatkan suatu udara yang nyaman bagi ma usia dan mandukung proses industri. Dengan metode pandinginan evaponatif udara dapat dikondisikan agar mempunyai temperatur dan kelembaban relatif yang tartentu.
Pendinginan evaporatif bertujuan untuk menurunkan temperatur bola kenng udara dan menaikkan kelembaban relatif dengan temperatur bola basah yang konstan. Tujuan penufisan skripsi ini adalah untuk mengetahui unjuk kerja dari alat eksperimen pendingin evaporatif iangsung dengan menvanasikan peletakan penyearah aIiran pada posisi 0 cm dan dimajukan sejauh 20 cm dan posisi awal.
Alat eksperimen pendingin evaporatif langsung dengan menggunakan fan sentrifuga! sebgai komponen pengolah udara untuk menghembuskan udara melewati media basah yang dibasahi oleh air. Dengan melakukan pengujian pada alat eksperimen didapafkan data-data temparatur bola kering dan temperatur bola basah.
Dari data-data tersebut dilakukan perhitungan-perhitungan dengan rumus-rumus yang diketahuf dan diagram psikometri. Dan hasil pengujian didapatkan penumnan iemperatur bola kering yang disertai juga dengan penurunan temperatur bola basah sehingga kelembaban relatif udara tersebut juga rnengalami penurunan Dan hasif parhitungan juga didapat penumnan nano humiditas yang berarti kandungan uap air dafam udara berkurang atau berubah menjadi aiu Kesalahan pengujian disebabkan oleh kesalahan pengukuran temperatur bofa basah dengan menggunakan termokopal, dimana penempatan dan penggunaan kain basah sebagai pembasah tidak bekerja dengan efektif.
Alat eksperimen menunjukkan penurunan temperatur bola kering rata-rata sebesar 0,88 °C, temperatur bofa basah sabesar 0,38 °C pada posisi penyearah aliran di 0 Cm dan efisiensi alat rata-rata 31,3% Pada saat penyearah aliran dimajukan sejauh 20 Cm penurunan temperatur bola kering dan bola basah terjadi rata-rata sebesar 0,2"C dan 0,73 ?C sehingga didapatkan elisiensi alat rata-rata yaftu 13,3%. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S37016
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harinaldi
"A greater heat load due to the miniaturization of electronic products causes the need for a new cooling system that works more efficiently and has a high thermal capacity. A synthetic jet is potentially useful for the cooling of electronic components. This paper reports the results of our experimental studies and the influence of orifice shape for Impinging Synthetic Jet cooling perfomance. The effect of shape of the orifice of an impinging synthetic jet assembly on the apparatus cooling of a heated surface is experimentally investigated. It will be seen that the characteristics of convective heat transfer will occur by moving the piezoelectric membrane. The prototype of the synthetic jet actuator is coupled with two piezoelectric membranes that operate by 5 volt electrical current and create a sinusoidal wave. The orifice shapes considered are square and circular. The results show the significant influence of orifice shape and sinusoidal wave frequencies on the heat transfer rate that were obtained. The temperature drop with a square orifice is found to be larger than that with circular shapes. A square orifice has a larger covered area if compared to the circular orifice at the same radius, thus resulting in a larger entrainment rate that leads to an increase of heat transfer performance."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2013
UI-IJTECH 4:3 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andonyev, S.M.
Moscow: Mir, 1976
669.8 AND e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Pradipta Luthani
"Pada era informasi ini, komputer yang lebih baik dirancang untuk mengimbangi perkembangan teknologi. Seiring dengan komputer yang lebih baik dirancang, Central Processing Unit (CPU) dengan kekuatan lebih baik juga dibutuhkan. CPU mengeluarkan panas sesuai dengan kekuatan komputasinya, yang membutuhkan solusi pendingin yang lebih baik agar CPU berjalan pada suhu yang aman. Selain itu, trend pendingin berbasis air sebagai metode baru untuk mendingin CPU dikenalkan yang mempunyai kapabilitas yang lebih baik dibanding pendingin berbasis angin.
Penelitian ini juga memfokuskan kepada perkembangan pendingin berbasis air dengan cara menambahkan heat pipe. Penelitian ini menyelidiki pendingin berbasis air yang ditambahkan dengan heat pipe dalam hal thermal disipasinya. Kombinasi dari Pendingin berbasis air dan heat pipe menghasilkan hasil yang terburuk dibandingkan dengan pendingin komersil yang sudah dijual dipasaran. Kombinasi dengan heat pipe yang lebih pendek membuahkan hasil yang lebih baik, akan tetapi performanya yang dihasilkan tidak sebagus dengan pendingin komersil, baik yang berbasis angin dan air.

On this era of information, a better computer is built to cope with the rising of development of technology. As better computer is built, higher power of central processing unit is required. While better Central Processing Unit (CPU) produces higher heat, a better cooling solution is developed to cope with the higher generation of heat to keep components operates on the permissible temperature. The trend of liquid cooling as a new method is introduced for better cooling capability compared to air cooling counterpart. Furthermore, Personal Computer with liquid cooling has a tendency to produce less noise than personal computer with air cooling counterpart.
This study focuses on the development of addition of heat pipes with heat spreader on both ends to the liquid cooling unit which is a room for future development to the liquid cooling unit as a whole. This study compares the performance of liquid cooling with the addition unit in terms of thermal dissipation to the liquid cooling without one. The combination of water-cooling and long heat pipe is proven to be worst compared to the existing commercial cooling design, the combination of water-cooling and shorter heat pipe is proven to be second worst in terms of performance.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan
"Proses perlakuan terhadap udara dengan mengatur suhu, kelembaban, kebersihan, pengaluran kecepatan, dan penyisihan partikel dari uap beracun telah dimanfaatkan manusia baik untuk kenyamanan (comfort) maupun untuk keperluan industri. Terdapat beberapa metode atau cara yang dikenai dalam pengkondisian udara, salah satu diantaranya adalah dengan menggunakan sistem pendinginan evaporatif (evaporative cooling). Dengan metode pendinginan evaporatif udara dikondisikan agar temperatur yang berupa kalor sensibel diturunkan suhunya dengan menaikan kelernbaban dalam bentuk kalor iaten (kandungan uap air).
Untuk menurunkan temperatur dan menaikkan kelembaban udara maka diperlukan media yang dapat memberikan perpindahan kalor dan massa dari udara dengan media tersebut. Pada pendinginan evaporatif air pengisi disirkulasikan oleh suatu pompa sehingga media evaporatif (wet-pad) menjadi basah atau mengandung air. Pada saat udara dialirkan maka terjadi kontak anmra aliran udara dari fan dengan air sirkulasi pada wet-pad sehingga terjadi evaporasi dari air ke aliran udara.
Pada penelitian ini dilakukan pengujian terhadap suatu Direct evaporative Cooler jenis aliran silang (crossflow) buamn Munters. Data-data berupa temperatur diukur dengan menggunakan termokopel dan data acquisition control system HP 3497A. Dari hasil pengujian dan pengolahan data diperoleh bahwa pada kondisi temperatur air sirkulasi normal ( 25 °C), terjadi penurunan temperatur bola kering udara rata-rata 3.4 °C clan kenaikan rasio kelcmbaban 1,25 gr uap air/kg udara kering pada temperatur bola basah relatif konstan. Pada temperatur air sirkulasi dingin (dibawah 20 °C) teriadi penurunan temperatur bola kering 6,2 °C, temperatur bola basah 1.9 °C dan rasio kelembaban udara juga turun 0,3 gr uap air/ kg udara kering. Dan pada saat temperatur air sirkulasi dipanaskan (diatas 30 °C) maka terjadi kenaikan balk temperatur maupun kelernbaban udara. Tempcramr bola kering naik 1°C, bola basah 4 °C serta rasio kelembaban naik sebesar 6,6 gr uap air / kg udara kering."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Rizqullah Akbar
"Konduktivitas termal adalah suatu besaran yang menunjukan kemampuan suatu zat dalam menghantarkan energi panas. Konduktivitas termal merupakan suatu fenomena transport yang diakibatkan akibat adanya perbedaan temperatur sehingga menyebabkan tranfer energi dari bagian yang panas ke bagian dengan temperatur lebih rendah. Salah satu metode untuk mengukur konduktivitas termal dapat menggunakan metode komparatif. Kelebihan dari metode komparatif ini dibandingkan dengan metode lainnya ialah dia dapat mengukur nilai konduktivitas termal dari material berfasa cair. Dalam keadaan yang sekarang ini, alat ukur nilai konduktivitas termal material berfasa cair sangat dibutuhkan di berbagai bidang. Mesin pengukur nilai konduktivitas termal material berfasa cair biasanya memiliki harga yang tidak ekonomis, oleh sebab itu dilakukanlah percobaan untuk membuat mesin pengukuran nilai konduktivitas termal material berfasa cair yang ekonomis. Dasar pengujian ini dilakukan dengan menggunakan termelektrik dengan menggunakan material referensi tembaga. Termoelektrik adalah suatu perangkat yang dapat mengubah energi panas menjadi energi listrik dan juga sebaliknya, dimana terdapat dua fenomena pada termoelektrik yaitu efek seebeck dan efek peltier. Tembaga merupakan suatu unsur yang memiliki nomor atom 29 dan berlambang Cu pada tabel periodik. Unsur ini ketika dalam keadaan murni memiliki warna jingga kemerahan dengan sifat yang halus dan lunak.

Thermal conductivity is a quantity that shows the ability of a substance to conduct heat energy. Thermal conductivity is a transport phenomenon caused by temperature differences that cause energy transfer from hot parts to parts with lower temperatures. One method to measure thermal conductivity can be to use the comparative method. The advantage of this comparative method compared to other methods is that it can measure the value of thermal conductivity of a liquid-based material. In the current state, measuring devices for the thermal conductivity of liquid-based materials are needed in various fields. Measuring machines for the thermal conductivity of liquid-based materials usually have an uneconomic price, so an experiment was made to make a machine for measuring the thermal conductivity values of liquid-phase materials. The basis of this test is carried out using thermelectric using copper reference material. Thermoelectric is a device that can convert heat energy into electrical energy and vice versa, where there are two phenomena in the thermoelectric namely the seebeck effect and the peltier effect. Copper is an element that has an atomic number of 29 and has the symbol Cu on the periodic table. This element when in pure state has a reddish orange color with a smooth and soft nature."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Peniel S.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S36320
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firmansyah
"Fluida yang di dalamnya tersuspensi partikel padat berukuran nanometer disebut sebagai fluida nano. Partikel nano yang tersuspensi merubah morfologi dari cairan dasarnya dan meningkatkan perpindahan energi di dalamnya. Ukuran dan fraksi volume partikel nano merupakan parameter kunci yang mempengaruhi segi termal dan konduktivitas termal fluida nano. Semakin kecil ukuran partikel nano yang tersuspensi, pengaruh perpindahan energi akibat gerak acak partikel menjadi dominan, sehingga pengaruh ini dapat digunakan untuk memprediksi konduktivitas termal fluida nano.
Di dalam skripsi ini penulis mencoba menurunkan persamaan untuk memprediksi konduktivitas termal fluida nano dengan rnemperhitungkan pengaruh gerak brown dan faktor kenaikan temperatur, At N. Dari pengukuran karakteristiknya, fluida nano besar kemungkinan dapat dijadikan fluida kerja, oIeh karena itu perlu diteliti mengenai mekanisme perpindahan kalor konveksi pada fluida ini, karena parameter koefisien konveksi memegang peranan penting dalam proses perpindahan kalor secara konveksi.
Dalam skripsi ini, untuk menentukan nilai koefisien konveksi fluida nano digunakan korelasi Dittus-Boelter, Sieder-Tate dan Petukhov pada fluida nano A1203-Air. Hasil prediksi menunjukkan bahwa koefisien konveksi fluida nano meningkat terhadap koefisien konveksi fluida dasarnya, yaitu air."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S37063
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>