Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195571 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdullah Ba'Agil
"Penelitian ini memaparkan kemunculan dan dinamika sebuah komunitas film independen bernama Bale Films yang berada di Desa Cibanteng, daerah pinggiran yang dianggap bukan sebagai pusat dari industri kreatif dan teknologi. Melalui participant observation dan wawancara mendalam ditemukan demokratisasi teknologi memainkan peranan penting untuk menjelaskan kemunculan dan dinamika komunitas film independen di Desa Cibanteng. Demokratisasi teknologi membuat teknologi untuk memproduksi film menjadi murah. Walaupun begitu, kata “murah” begitu relatif di tiap kelas sosial yang ada, perlu proses yang panjang untuk Bale Films memiliki berbagai teknologi produksi film skala kecil. Ditemukan juga, keadaan ini yang membuat teknologi semakin murah menguntungkan perusahaan besar industri film arus utama juga, dengan modal besar perusahaan arus utama mampu membuat film beranggaran besar yang menyingkirkan penawaran dari film independen yang beranggaran rendah, terlokalisasi, dan unik. Kesenjangan antara independen dengan dominasi industri mendorong perdebatan yang bermuara pada kritik budaya yang dilakukan oleh Bale Films sebagai komunitas film independen terhadap dominasi budaya film industri (film nasional arus utama). Kritik-kritik ini berada pada tataran wacana, wacana-wacana berupa film independen merdeka, bebas, jujur, seni di atas uang.

This research show the emergence and dynamics of an independent film community called Bale Films located in Cibanteng village, a suburb that is considered not as the center of creative industry and technology. Through participant observation and in-depth interviews, founds that the democratization of technology plays an important role in explaining the emergence and dynamics of the independent film community in Cibanteng Village. The democratization of technology makes the technology for producing films cheaply. Although word “cheap” is so relative in every existing social class, it takes a long process for Bale Films to have various small-scale film production technologies. Also, this situation makes technology increasingly profitable for the big film industry companies as well, with the large capital of mainstream companies being able to make big-budget films that block the offerings of low-budget, localized, unique independent films. The gap between independent and the domination of the industry, encourages contention which leads to the cultural criticism carried out by Bale Films as an independent film community against the cultural domination of the film industry (mainstream national films). These criticisms are at the level of discourse, discourses in the form of independent, free, honest films, art over money."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqiana Halim
"Kontaminan timbal dapat memberikan efek negatif bagi kesehatan manusia. Kandungan timbal dalam darah ibu hamil dikhawatirkan akan berdampak buruk bagi janin. Di Kabupaten Bogor pada tahun 2014, BBLR berada diurutan pertama dari dua puluh satu pola penyakit kasus rawat inap di rumah sakit golongan umur 0 - < 1 tahun dengan kasus baru sebesar 1.801 jiwa (24, 45%). Desa Cinangka merupakan lokasi dari kegiatan peleburan aki bekas ilegal yang marak dilakukan sejak tahun 1978 dan telah terkonfirmasi sebagai sumber pencemaran timbal.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh timbal dalam darah ibu hamil terhadap berat badan lahir bayi. Dilaksanakan di Desa Cinangka, Kec.Ciampea, Kab.Bogor pada Januari - Juni 2016 dengan desain kohort prospektif terhadap 31 ibu hamil. Proporsi ibu hamil yang terpajan timbal melebihi dari batas aman yang ditetapkan oleh WHO, yaitu 10 μg/dl adalah sebesar 51.6%.
Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara kadar timbal dalam darah ibu dengan berat badan lahir bayi dan berpola negatif, artinya semakin tinggi kadar timbal dalam darah ibu, maka semakin rendah berat badan lahir bayi (r= -0,880) dengan nilai p < 0,001. Model akhir dari analisis multivariat diperoleh koefisien B untuk variabel kadar timbal sebesar -60.264. Artinya, Setiap kenaikan kadar timbal dalam darah ibu sebesar 1 μg/dl, maka berat badan lahir bayi akan turun sebesar 60,264 gram setelah dikontrol variabel umur, pendapatan, dan kadar hemoglobin. Diperlukan upaya mengurangi pajanan timbal dengan menghentikan kegiatan peleburan aki bekas yang masih beroperasi, memberi penyuluhan pada masyarakat tentang bahaya dan dampak pencemaran lingkungan khususnya timbal, dan melanjutkan program enkapsulisasi tanah tercemar timbal.

Lead contaminant may give negative impact for human health. Lead substance ina mother's blood feared would be bad for the health of fetus. In Bogor Regency in 2014, LBW was a number one out of twenty one disease patterns case of hospitalized patient aged 0 - < 1 years old with new case of 1.801 people (24.45%). Cinangka Village is a place for illegal smelting batteries since 1987, and it has been confirmed as lead-contamination source.
This research aims to analyze the impact of lead in pregnant woman's blood towards the baby's birthweight. The research was conducted in Cinangka Village, Ciampea District, Bogor Regency in January - June 2016 using the prospective cohort design with 31 pregnant women as respondents. The proportion of pregnant women exposed to lead that exceeds the safe limit stipulated by the WHO, which is 10 μg/dl, is 51.6%.
The bivariate analysis result indicates that there is indeed a strong relationship between blood lead level of the mothers' and the baby's birthweight,
and it is inversely related: the higher the blood lead level of the mothers', the lower the baby's birthweight (r= -0,880) with value of p < 0,001. In the final model of multivariate analysis, it is discovered that the coefficient B for lead level variable is -60.264, which means that for each increase in the level of lead in the blood of mothers by 1 g / dl, the baby's birthweight will decrease by 60.264 grams after controlled by age, income, and hemoglobin concentration. Serious efforts need to be done to reduce the exposure to lead by stopping the smelting batteries activities, providing counseling for the people regarding the danger and impact of environmental pollution, particularly lead, and continuing the lead contaminated soil encapsulisation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46607
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yustiani S.
Semarang: Departemen Agama RI, 1994
297.8 YUS s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nana Maulana
"Penelitian ini membahas tentang pemberdayaan komunitas melalui pemanfaatan TIK oleh komunitas rewo-rewo di desa Kaliabu. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menunjukan pemberdayaan komunitas pada komunitas rewo-rewo melalui pemanfaatan TIK dapat meningkatkan kedua aspek yaitu dimensi pemberdayaan komunitas dan dimensi pemberdayaan individu. Dimana dalam dimensi berbasis komunitas terdapat peningkatan pada dimensi konsep informasional, dimensi pembangunan ekonomi dan dimensi pembangunan sosial. Sedangkan dalam dimensi individu terdapat peningkatan kemampuan pada dimensi informasional, dimensi sosial, dimensi psikologis dan dimensi ekonomi.

The research is about the community development through utilization of information and communication technology by rewo-rewo community in Kaliabu village. The research is qualitative research with descriptive design. The result of the research shows that community development in rewo-rewo community through utilization of information and communication technology can increase 2 aspects. They are community development dimension and individual development dimension. In community based dimension, there are upgrading on informational concept, economic development and social development dimensions. While in individual dimension, it shows that there are upgrading on informational, social, psychology and economy dimensions."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinny Riandini
"Banyaknya menhir di Kecamatan Ciampea, baik yang berdiri di dalam bangunan maupun yang berdiri sendiri merupakan suatu gejala yang menarik untuk dikaji sebagai sebuah penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat kecenderungan dalam bentuk, ukuran, posisi, dan penempatan menhir-menhir tersebut serta keterkaitannya dengan fungsi menhir-menhir itu sendiri. Data yang digunakan adalah seluruh menhir yang terdapat di Kecamatan Ciampea baik yang berdiri di dalam bangunan maupun yang berdiri sendiri. Menhir-menhir tersebut tersebar di lima situs. Adapun situs-situs tersebut adalah Situs Kramat Kasang, Situs Balaikambang, Situs Area Domas, Situs Komplek Jamipaciing, dan Situs Pasir Manggis. Seperti layaknya penelitian Arkeologi pads umumnya, metode analisis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis khusus dan metode analisis kontekstual. Pada analisis khusus, menhir-menhir tersebut diamati satu persatu mengenai bentuk, ukuran, dan orientasi dari tiap-tiap menhir yang ada di daerah penelitian. Setelah dilakukan analisis khusus, hasil dari analisis khusus ini digunakan untuk membuat pengelompokan menhir dengan membuat integrasi dari varibel-variabel analisis tersebut dengan tujuan untuk mengetahui tipe beserta variasi_variasinya. Setelah mendapatkan hasil tersebut, penelitian dilanjutkan dengan analisis kontekstual. Analisis kontekstual ini dilakukan untuk melihat adakah kecenderungan hubungan antara tipe-tipe menhir tersebut terhadap situsnya yang menjadi matriks dari keberadaan menhir itu sendiri. Pada akhirnya setelah rangkaian pendeskripsian dan tahapan analisis yang telah dilakukan, menghasilkan kesimpulan bahwa menhir yang terdapat di Situs Kecamatan Ciampea ini sebagian besar berbentuk balok pipih (Bd), dengan ukuran menhir yang relatif kecil (1lk) dengan tinggi maksimal 18-68 cm. Di letakkan di sebelah tenggara (Kh), dan di letakkan dengan posisi memanjang ke arah timur (PD). Apabila dikaitkan dengan fungsi berdasarkan tipe dan juga penempatannya maka terdapat menhir yang diperkirakan sebagai penopang, pembatas tema dan juga sebagai sarana pemujaan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11566
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1995
S33531
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bejo Untung
"Tesis ini bertujuan untuk menginvesitagasi secara mikroskopis struktur sosial masyarakat di desa dalam agenda negara tentang demokratisasi desa. Sebagaimana dipahami bahwa semenjak Indonesia memasuki era reformasi, desentralisasi dan demokrasi dikedepankan sebagai upaya untuk mengevaluasi pemerintahan Orde Baru yang sentralistik. Pada dasarnya desentralisasi dan demokratisasi adalah suatu agenda yang mengedepankan proses pembangunan berbasis komunitas atau community-driven development. Akan tetapi dalam perkembangannya analisis terhadap agenda demokratisasi desa sebagai lanjutan dari proses desentralisasi dan demokratisasi tersebut sering dilakukan dengan pendekatan legal-driven, suatu pendekatan yang menganggap bahwa urusan mendemokrasikan desa hanya berhenti pada sebatas penerapan UU. UU Desa yang diterbitkan belakangan sebagai evaluasi terhadap UU sebelumnya, dianggap sebagai UU yang cukup kuat sebagai dasar bagi pelaksanaan demokrasi desa, terutama karena secara normatif telah menjamin keberfungsian BPD dan berjalannya musyawarah desa. Sementara dalam praktiknya, UU Desa tidak selalu implementatif sehingga tidak ada jaminan bagi berfungsinya BPD dan berjalannya musyawarah desa. Dengan demikian arena demokrasi desa yang dibayangkan oleh UU Desa tidak selalu terwujud. Melalui penelitian etnografi selama empat bulan di Desa Pabuaran, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, tesis ini menunjukkan situasi politik di tingkat mikro bahwa warga desa dapat menciptakan arenanya sendiri selain arena demokrasi desa sebagaimana yang dibayangkan oleh UU Desa. Melalui proses pembentukan arena inilah kemudian dapat diperlihatkan gambaran praktik aktual demokrasi desa, suatu gambaran yang tidak dapat diungkap oleh pendekatan legal-driven. Untuk mengungkap sejauhmana praktik aktual demokrasi desa tersebut, tesis ini berangkat dari beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: Mengapa BPD dan musyawarah desa yang telah dijamin secara normatif oleh UU Desa tidak berjalan dan berfungsi dengan baik?; Bagaimana warga menyikapi ketidakberfungsian BPD dan musyawarah desa? Ketika arena demokrasi desa tidak terbentuk seiring dengan tidak berfungsinya BPD dan musyawarah desa, arena apa yang diciptakan oleh warga desa?; Bagaimana warga menciptakan arena tersebut?; Bagaimana arena tersebut dapat menampilkan warga desa biasa menjadi para tokoh yang dapat mempengaruhi penyelenggaraan pemerintahan desa?; dan Bagaimana para tokoh yang muncul tersebut kemudian memainkan peran publiknya sebagai pihak yang menjalankan peran kontrol di satu sisi dan mementingkan interes pribadinya di sisi lain?

This thesis aims to investigate the social structure microscopically in the village level on the state agenda of village democratization. As already known that since Indonesia entering the reformasi era, decentralization and democratization have been put forward as evaluations on centralistic of New Order government. Basically, decentralization and democratization both are the agenda that emphasize the community driven development processes. However, time by time, analysis of the village democratization agenda as a continuation of the decentralization and democratization process is conducted by a legal driven approach, an approach that consider that all the matters of village democratization just stop in the implementing of the Law. Village Law that enacted later as an evaluation of the previous laws, is considered as a strong legal basis for the implementation of village democracy, especially when normatively it gives a guarantee for the functioning of BPD and the progress of the village deliberation. However, practically Village Law is not always implemented so there is no guarantee for the functioning of BPD and the progress of the village deliberation. Therefore the arena of village democracy has been imagined by Village Law does not necesseraly establish. Through four months of ethnographic research in Pabuaran Village, Sukamakmur Sub District, Bogor Regency, West Java, this thesis shows the political situation at the micro level where villagers can create their own arena instead of arena of village democracy as envisaged by Village Law. Through such this arena creation the actual practice of village democracy can be depicted, a picture that can not be explained comprehensively by a legal driven approach. To reveal the extent of the actual practice of village democracy, this thesis departs from several research questions as follows Why is the BPD and village deliberation that have been normatively guaranteed by the Village Law not implement and functioning properly How do villagers respond to the non functioning of BPD and village deliberation When the arena of village democracy is not establised along with the non functioning of BPD and village deliberation, what arena is created by the villagers How do villagers create the arena How can the arena make ordinary villagers become leaders who can influence the administration of village government How do the leaders then play their public role as social control on the one hand and attach their personal interest on the other hand "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T50537
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oscar Muhamad R.
"ABSTRAK
Kabupaten Bogor bagian barat merupakan wilayah dengan angka putus sekolah yang tinggi, khususnya anak putus SMP. Fenomena anak putus SMP tersebut memiliki faktor yang beragam sesuai dengan kondisi wilayahnya. Kecamatan Dramaga, Ciampea, dan Tenjolaya merupakan wilayah kecamatan yang saling berbatasan namun memiliki kondisi wilayah yang berbeda dalam aspek ekonomi, sosial, dan pendidikan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memetakan dan menganalisis pola sebaran wilayah anak putus SMP berdasarkan aspek lokasi, kondisi desa, dan karakteristiknya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah lokasi sekolah, lokasi pasar dan industri, tingkat pendidikan penduduk, mata pencaharian penduduk, jenis kelamin, dan tingkat partisipasi PKBM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak putus SMP yang tinggi cenderung berada di wilayah yang tidak terjangkau oleh SMP berstatus negeri dan tidak terjangkau oleh pasar dan industri. Wilayah anak putus SMP yang tinggi juga cenderung berada pada wilayah dengan mata pencaharian sektor non-formal, seperti petani, pengrajin, dan buruh. Secara karakteristik anak putus SMP, anak laki-laki justru cenderung lebih mendominasi dibandingkan dengan anak perempuan. Selain itu, rendahnya anak putus SMP yang melanjutkan PKBM cenderung berada pada wilayah penduduk pendidikan dasar.

ABSTRAK
The western district of Bogor is an area with a high dropout rate, especially for junior high school dropouts. The phenomenon of dropout rates has various factors in accordance with the conditions of its territory. Sub district Dramaga, Ciampea, and Tenjolaya share the same borders but have different regional condition in economic, social, and educational aspects. Therefore, this research aims to map and analyze the pattern of junior high school dropout distribution based on location aspect, village condition, and characteristics. This research uses six variables, which is location of school, market and industry, education level of population, population livelihood, gender, and PKBM learning center program for society participation. The result shows that junior high school dropouts tend to be in the area that is not approached by public junior high school as well as market and industry. The high rate area of junior high school dropout also tends to be in area with non formal sector of livelihood, such as a farmer, craftsmen, and labor. Characteristically, the number of boy dropout is higher than the number of girl dropout. In addition, the low rate of dropout who takes the PKBM tends to be in the area of primary education population."
2017
S69005
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Citra Padmita
"Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama penyakit akut di seluruh dunia. Di Indonesia, prevalensi ISPA paling tinggi terjadi pada kelompok balita. Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah di Jawa barat dengan kasus ISPA yang tinggi. RW1 Desa Ciampea, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor merupakan lokasi pemukiman sekaligus lokasi industri pengolahan batu kapur. Keberadaan industri pengolahan batu kapur di sekitar area pemukiman merupakan sumber pencemaran udara yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciampea, ISPA merupakan penyakit dengan jumlah kasus terbanyak pada tahun 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor lingkungan (PM10 udara ambien, jarak rumah ke pabrik pengolahan batu kapur, suhu dan kelembaban udara rumah, ventilasi rumah, kepadatan hunian rumah, ada atau tidak anggota keluarga serumah yang terkena ISPA, ada atau tidak anggota keluarga serumah yang merokok, penggunaan obat anti nyamuk, jenis bahan bakar memasak, dan letak dapur) dengan kejadian ISPA pada balita di RW1 Desa Ciampea, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor tahun 2013. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan menggunakan data primer yang mana jumlah sampel sebanyak 106 orang balita.
Hasil analisis bivariat diperoleh bahwa faktor lingkungan yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian ISPA pada balita adalah PM10 udara ambien (7,40; 2,02-27,10) dan kepadatan hunian rumah (3,39; 1,39-8,32). Adapun karakteristik individu balita yang memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian ISPA pada balita berdasarkan hasil uji statistik dengan analisis bivariat adalah jenis kelamin (2,61; 1,08-6,34). Faktor yang paling dominan hubungannya dengan kejadian ISPA pada balita adalah PM10 udara ambien (9,62; 2,39-38,71). Kerjasama lintas sektoral diperlukan untuk menurunkan angka kejadian ISPA.

Acute Respiratory Infection (ARI) is a major cause of acute illness in the worldwide. In Indonesia, the prevalence of ARI is highest in the group of children under five years. Bogor district is one of region in West Java with high ARI case. Hamlet 1 of Ciampea Village is both settlement location and limestone processing industry location. The existence of limestone processing industry around the settlement area is source of air pollution that can affect people’s health. In the working area of Health Center of Ciampea Sub District, ARI is the disease with the highest case on 2012.
This study aims to determine the relationship between environmental factors (ambient PM10, distance from house to limestone processing plant, the temperature and the humidity of house, house ventilation, residential density of house, whether or not the family members at home who got acute respiratory infection, whether or not a family member at home who smoke, the use of mosquito repellent, type of cooking fuel, and the location of the kitchen) with the occurrence of ARI. This study uses cross-sectional study design and primary data with sample of 106 toddlers.
Result bivariate analysis shows that environmental factors which significantly associated with ARI among children under five years are ambient air PM10 (7.40; 2.02-27.10) and residential density of house (3.39; 1.39-8.32). The individual characteristic of a toddler who has a significant association with the occurrence of ARI among children under five years based on the results of statistical test with bivariate analysis is gender (2.61; 1.08-6.34). The most dominant factor associated with the occurrence of ARI among children under five years is ambient air PM10 (9,62; 2,39-38,71). Cross-sectoral cooperation is needed to reduce the number of ARI.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54059
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nissa Noor Annashr
"Timbal merupakan salah satu logam berat yang mencemari udara dan terus menjadi permasalahan kesehatan masyarakat yang paling serius. Absorpsi timbal yang meningkat menyebabkan terjadinya penurunan kadar Hb, penurunan jumlah dan pemendekan masa hidup eritrosit, peningkatan jumlah retikulosit dan peningkatan jumlah eritrosit berbintik basofilik.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis efek dari kadar timbal dalam darah terhadap kadar Hb dan eritrosit berbintik basofilik pada siswa SD di Desa Cinangka, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Sampel darah vena diambil dari 103 siswa SD Cinangka untuk diukur kadar timbal dalam darah, kadar Hb dan eritrosit berbintik basofilik. Kuesioner digunakan untuk mengetahui data mengenai tingkat pendidikan pendapatan orangtua dan asupan zat gizi. Variabel status gizi diketahui melalui perhitungan Indeks Massa Tubuh/Umur (IMT/U) yang dikonversikan ke dalam skala Z-Score.
Hasil penelitian menunjukkan 61,2% siswa SD memiliki kadar timbal dalam darah tinggi ( 10 μg/dl). Hasil analisis statisik dengan chi square menunjukkan bahwa asupan protein (p = 0,03; OR = 4,184 95% CI : 1,062-16,49) dan asupan zat besi (p = 0,008; OR = 5,398 95% CI : 1,406-20,718) memiliki hubungan yang signifikan dengan kadar Hb pada siswa SD Cinangka. Untuk variabel dependen eritrosit berbintik basofilik, hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kadar timbal dalam darah yang tinggi (p = 0,001; OR = 180 95% CI : 38,093-850,551) dan pendidikan ibu yang rendah (P = 0,005; OR = 3,92 95% CI : 1,459-10,532) merupakan faktor risiko terjadinya eritrosit berbintik basofilik pada siswa SD.

Lead is one of the heavy metals that pollute the air and lead exposure continues to be the most serious public health problem. Increased lead absorption causes a decrease in hemoglobin contentratiton, a decrease in the amount and shortening the life span of erythrocytes, increased number of reticulocytes and increased number of basophilic stippling.
The purpose of this study to analyze the effects of blood lead levels (BLL) on the hemoglobin concentration and basophilic stippling on elementary students in the Cinangka Village. This study used a cross-sectional design. Venous blood samples were taken from 103 elementary school students to measure BLLs, hemoglobin concentration and basophilic stippling . A questionnaire was used to determine the data on the level of parent?s education, parent?s income and nutrient intake. A nutritional status was known by calculating the Body Mass Index/Age (IMT/U) was converted into Z-Score scale.
The results showed 61.2% of elementary school students have high blood lead level ( 10μg/dl). Statistical analysis with chi square showed that the protein intake (p = 0.03; OR = 4.184 95% CI : 1.062 to 16.49) and iron intake (p = 0.008; OR = 5.398 95% CI : 1.406 to 20.718) has a significant relation with hemoglobin in elementary students. For basophilic stippling as a dependent variable, the statistical analysis showed that the high BLLs (p = 0.001; OR = 180 95% CI: 38.093 to 850.551) and low maternal education (p = 0.005; or = 3.92 95 % CI: 1.459 to 10.532) is a risk factor of basophilic stippling on elementary students.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43127
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>