Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199606 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Feniati Rahayu Aisyah
"Gangguan mental merupakan masalah kesehatan global. Hal tersebut juga didukung dengan adanya pandemi COVID-19. Perlunya pencegahan untuk menjaga kesehatan mental, diantaranya dengan meningkatkan literasi kesehatan mental. Penelitian ini bertujuan untu mengetahui gambaran literasi kesehatan mental pada mahasiswa program sarjana Universitas Islam 45 Bekasi tahun 2021 dan hubungannya dengan karakteristik individu. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner daring kepada 146 mahasiswa program sarjana yang dipilih melalui kuota per fakultas. Penelitian dilaksanakan pada April-Desember 2021 di Universitas Islam 45 Bekasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor literasi kesehatan mental adalah 69,85 dari skala 100. Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan uang saku dengan tingkat literasi kesehatan mental. Hasil ini menyarankan intervensi kesehatan mental melalui edukasi dengan mengadakan kuliah umum atau webinar, kegiatan olahraga bersama, dan bazar. Selain itu, pihak universitas dapat mengaktifkan kembali unit layanan psikologi, menyediakan call center dan layanan daring kesehatan mental, dan memberikan masukan kepada pembimbing akademik untuk memantau mahasiswa, baik dari segi akademis maupun fisik dan psikis mahasiswa.

Mental disorders are a global health problem. This is also supported by the COVID-19 pandemic. The need for prevention to maintain mental health, including by increasing mental health literacy. This study aims to determine the description of mental health literacy in undergraduate students at Universitas Islam 45 Bekasi 2021 and its relationship with individual characteristics. Data collection was carried out through filling out online questionnaires to 146 undergraduate students selected through a quota per faculty. The research was carried out in April-December 2021 at the 45 Islamic University, Bekasi. The results showed that the average mental health literacy score was 69.85 out of a scale of 100. There was a significant relationship between gender and pocket money with the level of mental health literacy. These results suggest mental health interventions through education by holding public lectures or webinars, joint sports activities, and bazaars. In addition, the university can reactivate the psychological service unit, provide a call center and mental health online services, and provide input to academic supervisors to monitor students, both academically and physically and psychologically."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Hana Qatrunnada
"Mahasiswa Universitas Indonesia memiliki beberapa masalah berkaitan dengan kesehatan mental. Penelitian oleh Maulida 2012 menunjukkan bahwa 46,9 mahasiswa yang melakukan pencarian bantuan konseling di Badan Konseling Mahasiswa UI sudah mencapai tingkat depresi sedang. Namun jumlah pencarian bantuan oleh mahasiswa yang mempunyai masalah kejiwaan cukup rendah, dengan hanya sebanyak 22,5 ditangani dokter dan 2,4 ditangani psikolog Vidiawati, dkk., 2017.
Penelitian oleh Anita dan Hadjam 2017 menunjukkan adanya hubungan antara literasi kesehatan mental tinggi serta sikap positif terhadap kesehatan mental terhadap kecenderungan untuk mencari bantuan profesional dalam kasus gangguan mental.
Penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran literasi kesehatan mental pada mahasiswa tingkat satu program studi S1 Reguler Universitas Indonesia tahun 2018. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional dan bersifat deskriptif. Data yang dikumpulkan merupakan data primer dengan menggunakan kuisoner yang diisi responden secara mandiri. Kuesioner yang digunakan mengadaptasi dari Mental Health Literacy Questionnaire O Connor, 2015.
Pada penelitian didapatkan sebanyak 54,7 n = 204 responden memiliki tingkat literasi baik dan sebanyak 44,2 n = 165 memiliki tingkat literasi sedang. Literasi kesehatan mental mahasiswa tingkat satu program studi S1 Reguler Universitas Indonesia tahun 2018 sebagian besar sudah tergolong baik, namun masih banyak yang perlu ditingkatkan lagi.

University of Indonesia students have some problems related to mental health. Research by Maulida 2012 shows that 46.9 of students seeking counseling assistance at UI Student Counseling Body have reached moderate levels of depression. However, the number of seeking assistance by students who have psychiatric problems is quite low, with only 22.5 handled by doctors and 2.4 treated by psychologists Vidiawati, et al., 2017.
Research by Anita and Hadjam 2017 suggests an association between high mental health literacy as well as a positive attitude to mental health against a tendency to seek professional help in cases of mental disorders.
The aim of this research is to get mental health literacy picture on the first grade students of Regular University of Indonesia study program in 2018. The research uses quantitative approach with cross sectional design and is descriptive. The data collected is primary data by using questionnaires filled by respondents independently. The questionnaire used adapted from the Mental Health Literacy Questionnaire O 39 Connor, 2015.
The result showed that 54,7 n 204 had good literacy level and 44,2 n 165 had moderate literacy level. The mental health literacy of first year undergraduate students of Regular University of Indonesia in 2018 is mostly good, but there is still much that needs to be improved.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Karenina Sastroamidjoyo
"Kesehatan mental adalah komponen integral dari kesejahteraan yang mempengaruhi kemampuan individu dalam pengambilan keputusan, membangun hubungan, dan membentuk dunia sekitar mereka. Gangguan kesehatan mental mencakup disabilitas psikososial dan kondisi lain yang terkait dengan stres serta risiko melukai diri sendiri. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku tersebut adalah literasi kesehatan mental. Penelitian ini bertujuan mengetahui asosiasi determinan sosial kesehatan dengan literasi kesehatan mental pada mahasiswa program sarjana angkatan 2018 Universitas Pattimura dan mengevaluasi karakteristik individu dan determinan yang mempengaruhi literasi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan gambaran literasi kesehatan mental pada mahasiswa universitas Pattimura adalah 55, meskipun hubungan karakteristik individu seperti usia dan jenis kelamin dengan literasi kesehatan mental tidak signifikan secara statistik, ditemukan bahwa usia ≥ 19 tahun dan perempuan cenderung memiliki literasi yang lebih tinggi. Analisis determinan sosial kesehatan juga menunjukkan bahwa ada asosiasi signifikan antara suku kedua orang tua dengan literasi kesehatan mental. Hasil multivariabel menunjukkan bahwa suku kedua orang tua merupakan faktor dominan yang mempengaruhi skor literasi kesehatan mental, sedangkan status pasangan/pacar merupakan faktor confounding. Penelitian ini menekankan pentingnya peningkatan literasi kesehatan mental melalui pendidikan dan intervensi yang tepat untuk meningkatkan perilaku mencari bantuan pada mahasiswa.

Mental health is an integral component of well-being that influences an individual's ability to make decisions, build relationships, and shape the world around them. Mental health disorders include psychosocial disabilities and other conditions related to stress and risk of self-harm. One factor that influences this behavior is mental health literacy. This research aims to determine the association of social determinants of health with mental health literacy in undergraduate students class of 2018 at Pattimura University and evaluate individual characteristics and determinants that influence this literacy. The results showed that although the relationship between individual characteristics such as age and gender and mental health literacy was not statistically significant, it was found that those aged ≥ 19 years and women tended to have higher literacy. Analysis of social determinants of health also shows that there is a significant association between the ethnicity of both parents and mental health literacy. Multivariable results show that the ethnicity of both parents is the dominant factor influencing mental health literacy scores, while partner/boyfriend status is a confounding factor. This research emphasizes the importance of increasing mental health literacy through appropriate education and intervention to increase help-seeking behavior in college students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanatashya Tania
"Latar Belakang: Pandemi COVID-19 melibatkan berbagai sektor kehidupan yang berpeluang menimbulkan permasalahan yang menjadi sumber stress bagi masyarakat, salah satunya adalah perubahan metode pelaksanaan pembelajaran di perguruan tinggi menjadi pembelajaran daring melalui media dan terhubung dengan jaringan (internet). Pembelajaran daring dengan beban akademis ditambah kewajiban untuk isolasi dapat berpengaruh terhadap berkurangnya interaksi sosial dan menjadi faktor risiko untuk fenomena academic burnout dan penurunan nilai kesehatan mental. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan pembelajaran daring di masa pandemi Covid-19, faktor internal, dan faktor eksternal terhadap academic burnout dan kesehatan mental mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia tahun 2021. Metode: Studi cross-sectional berupa kuesioner online pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia tahun 2021 dengan total population sampling berjumlah 372 mahasiswa pada bulan Juli hingga Agustus 2021. Kuesioner terdiri dari 39 pertanyaan. Digunakan uji korelasi melalui uji Spearman dengan melihat nilai p-value dan r (koefisien korelasi) untuk analisis statistik. Hasil: Berdasarkan uji Spearman, terdapat hubungan yang signifikan (p<0,05) antara pembelajaran daring dengan academic burnout dan kesehatan mental, antara beberapa dimensi academic burnout dengan durasi pendidikan dan dukungan orang tua, dan antara beberapa dimensi kesehatan mental dengan dukungan orangtua dan dukungan peer group. Kesimpulan: Semakin baik persepsi mahasiswa terhadap kualitas pembelajaran daring, maka semakin rendah nilai academic burnout dan semakin tinggi kualitas kesehatan mentalnya. Selain itu, mahasiswa masih banyak mahasiswa yang memiliki nilai academic burnout di tingkat moderat dan tinggi, dan nilai kesehatan mental yang di bawah rata-rata. Kemudian, ditemukan bahwa durasi pendidikan dan dukungan sosial dari orang tua dan peer group memiliki hubungan dengan beberapa dimensi dari academic burnout dan kesehatan mental.

Background: The COVID-19 pandemic involves various sectors of life that may cause many problems that become a source of stress for the community, one of which is the change in the method of conventional learning in universities to online learning through media and connected to the internet. Online learning with an academic load and obligation to social distancing during a COVID-19 pandemic can affect reduced social interaction and be a risk factor for the phenomenon of academic burnout and mental health decline. Objective: To determine the relationship of online learning during the COVID-19 pandemic, internal and external factors to academic burnout and mental health of undergraduate Undergraduate Dental Students University of Indonesia in 2021. Methods: Cross- sectional study in the form of online questionnaires for undergraduate dental students with a total population sampling of 372 students from July to August 2021. The questionnaire consists of 39 questions. The correlation test is used through the Spearman test by looking at the p-value and r (correlation coefficient) for statistical analysis. Results: Based on the Spearman test, there was a significant relationship (p<0.05) between online learning and academic burnout and mental health, between several dimensions of academic burnout and the duration of education and parental support, and between several dimensions of mental health and parental support. peer group support. Conclusion: The better the student's perception of the quality of online learning, the lower the academic burnout value and the higher the quality of mental health. In addition, there are still many students who have moderate and high academic burnout scores, and mental health scores that are below average. Then, it was found that the duration of education and social support from parents and peer groups was associated with several dimensions of academic burnout and mental health."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Ayumaruti
"Literasi kesehatan mental merupakan pengetahuan serta keyakinan individu tentang masalah atau gangguan jiwa yang membantu proses pengenalan, pengelolaan, atau cara pencegahannya yang kemudian dapat digunakan untuk melakukan suatu tindakan yang bermanfaat khususnya bagi kesehatan mental individu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat literasi kesehatan mental mahasiswa program S1 reguler di Universitas Andalas dan faktor - faktor yang mempengaruhi. Penelitian ini menggunakan data Studi Literasi Kesehatan 2019 dengan menggunakan sampel dari mahasiswa angkatan 2018 di 15 fakultas di Universitas Andalas (n=363). Instrumen yang digunakan untuk pengukuran literasi kesehatan mental adalah kuesioner Mental Health Literacy Scale (MHLS) yang telah diadaptasi kedalam konteks budaya dan Bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor tingkat literasi kesehatan mental yang relatif rendah yaitu 59,96 dalam skala 1-100. Hasil analisis bivariat adalah determinan yang berasosiasi signifikan dengan literasi kesehatan mental yaitu jenis kelamin, suku, status tempat tinggal, status pacaran, rumpun ilmu, dan kepemilikan asuransi kesehatan. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan tingkat literasi kesehatan mental adalah rumpun ilmu, kepemilikan asuransi kesehatan, dan status pasangan/pacaran. Yang merupakan variabel dominan adalah rumpun ilmu kesehatan. Diperlukan intervensi untuk meningkatkan literasi kesehatan mental yang berfokus pada topik yang terkait dengan mahasiswa laki – laki dan mahasiswa non kesehatan melalui peningkatan edukasi serta pengembangan dan pemanfaatan pusat informasi kesehatan mental di Universitas Andalas.

Mental health literacy is individual knowledge and beliefs about mental problems or disorders that help the process of recognizing, managing or preventing them which can then be used to take action that is especially beneficial for individual mental health. The purpose of this study was to describe the level of mental health literacy of regular undergraduate students at Andalas University and the influencing factors. This study used data from the 2019 Health Literacy Study using samples from class 2018 students in 15 faculties at Andalas University (n=363). The instrument used for measuring mental health literacy is the Mental Health Literacy Scale (MHLS) questionnaire which has been adapted to the cultural context and the Indonesian language. The results showed that the average score for mental health literacy was relatively low, namely 59.96 on a scale of 1-100. The results of the bivariate analysis show that there are determinants that are significantly associated with mental health literacy, namely gender, ethnicity, residence status, dating status, academic background, and health insurance ownership. The results of the multivariate analysis show that the variables associated with the level of mental health literacy are knowledge cluster/major, ownership of health insurance, and partner/dating status. Which is the dominant variable is the health science cluster/major. Interventions are needed to increase mental health literacy that focuses on topics related to male students and non-health students through increased education and the development and utilization of mental health information centers at Andalas University."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Utari Kumalaningtyas
"Peningkatan literasi kesehatan mental dapat membantu kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi tanda dan gejala dari penyakit dan kesejahteraan mental serta penanganannya, termasuk pengobatan dan metode pencegahan yang mudah dijangkau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran literasi kesehatan mental mahasiswa sarjana Universitas Indonesia ditinjau dari atribut-atribut literasi kesehatan mental oleh Jorm (1997). Sebanyak 744 responden berpartisipasi dalam penelitian ini. Sumber data primer adalah data hasil penyebaran kuesioner online. Penelitian dilakukan di lingkungan Universitas Indonesia pada bulan Oktober-Desember 2022. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 78,6% responden memiliki tingkat literasi kesehatan mental yang baik, 20,8% responden memiliki tingkat literasi kesehatan mental sedang, dan 0,5% responden memiliki tingkat literasi kesehatan mental rendah. Atribut yang menunjukkan responden dengan skor yang baik adalah atribut mengenai kemampuan untuk mengenali gangguan kesehatan mental secara spesifik dengan 93,3% dari jawaban responden adalah jawaban benar. Sebagian responden masih memberikan jawaban yang kurang positif/optimis pada kesediaan untuk beraktivitas atau berkeluarga dengan pengidap gangguan mental serta pada kesediaan untuk menemui tenaga ahli kesehatan apabila mereka mengidap gangguan kesehatan mental.. Mengurangi stigma dan mengelola pandangan yang optimis dan positif pada gangguan kesehatan mental dan pengidapnya adalah salah satu kunci yang dapat membantu dan mendorong proses pencarian bantuan dan penanganan yang sesuai.

Improving mental health literacy will help advancing one’s ability to identify signs and symptoms of ailments in mental health and wellbeing, including the available treatment and affordable prevention methods. This research aims to assess the health literacy of undergraduate students in University of Indonesia based upon the attributes of mental health literacy cited from Jorm (1997). A total of 744 respondents participated in this research. Primary data is taken by distributing online questionnaires. The data is analyzed in univariate manner. Eesearch took place in University of Indonesia on October-December 2022. Result shows 78,6% of the respondents are showing good mental health literacy, 20,8% show moderate mental health literacy, and 0,5% show inadequate mental health literacy. Attribute showing most respondents with good scores is the ability to recognize specific disorders, with 93,3% of respondents answers are correct. Most respondents submitted less than positive/optimistic answers on the willingness to work and have family with person suffering from mental health disorder and willingness to seek help immediately instead of keeping the mental disorder to themselves. Reducing stigma and maintaining positive and optimistic view on mental health disorder and its patients will help and encourage the process of help seeking and appropriate treatment.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahoney, Bere
Devon: Learning Matters, 2011
155.2 MAH p (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Chicester: John Wiley & Sons, 1992
R 155.2 HAN
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Nafis Sjamsuddin
"Saat ini, masyarakat semakin mudah mengakses informasi melalui berbagai perangkat yang terhubung dengan teknologi internet. Namun, hal tersebut menimbulkan berbagai kekhawatiran baru, salah satunya penyebaran infromasi yang salah atau tidak akurat. Untuk mengatasinya, pendekatan literasi yang lebih spesifik dibutuhkan yaitu literasi kesehatan digital. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan determinan personal terhadap literasi kesehatan digital pada mahasiswa program sarjana Universitas Indonesia. Studi ini menggunakan analisis data sekunder dengan desain potong lintang. Data dikumpulkan melalui survei yang dilakukan oleh tim peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, menggunakan instrumen eHEALS dengan delapan pertanyaan tentang literasi kesehatan digital pada studi ini. Analisis menggunakan regresi linear berganda dengan literasi kesehatan sebagai variabel dependen dan determinan sosial meliputi jenis kelamin, usia, rumpun ilmu, dan uang saku sebagai variabel independen. Hasil penelitian menunjukkan tingkat literasi kesehatan digital pada mahasiswa program sarjana dalam kategori baik (M=3,14; SD=0,501). Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan variabel usia saku berhubungan secara signifikan dengan literasi kesehatan digital setelah dikontrol oleh variabel usia (β=0,926; 95% CI=0,037 – 1,785). Oleh karena itu, diperlukan upaya dalam pengembangan program edukasi kesehatan yang dapat menjangkau mahasiswa dari beragam latar belakang dengan tujuan meningkatkan literasi kesehatan digital mereka.

Currently, it is easier for people to access information through various devices connected to internet technology. However, this raises various new concerns, one of which is the spread of false or inaccurate information. To overcome this, a more specific literacy approach is needed, namely digital health literacy. This study aims to determine the relationship between personal determinants of digital health literacy in undergraduate students at the University of Indonesia. This study uses secondary data analysis with a cross-sectional design. Data was collected through a survey conducted by a research team from the Faculty of Public Health, University of Indonesia, using the eHEALS instrument with eight questions about digital health literacy in this study. The analysis uses multiple linear regression with health literacy as the dependent variable and social determinants including gender, age, knowledge class, and pocket money as independent variables. The results showed that the level of digital health literacy in undergraduate students was in the good category (M=3.14; SD=0.501). The results of multiple linear regression analysis show that the pocket age variable is significantly related to digital health literacy after controlling for the age variable (β=0.926; 95% CI=0.037 – 1.785). Therefore, efforts are needed to develop health education programs that can reach students from various backgrounds with the aim of increasing their digital health literacy."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Anggraini
"Pertengahan tahun 90-an, muncul sebuah istilah yang kemudian ramai dibicarakan, yaitu metroseksual. Metroseksual didefinisikan sebagai suatu gaya hidup, memiliki kecenderungan narsistik, yaitu pria yang sangat perhatian dengan penampilannya (penampilan dandy) (Kompas, 2003). Fenomena ini dilatarbelakangi oleh suksesnya gerakan feminis pada abad 20 yang menyuarakan kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan, sehingga terjadi pergeseran paradigma mengenai berbagai aktifitas yang dahulunya dikategorikan bersifat feminin, kini dilakukan oleh kaum pria. Salah satu aktifitas yang dimaksud ialah mengikuti kontes atau pageant. Salah satu kontes yang terdapat di Indonesia ialah pemilihan AbangNone Jakarta.
Fenomena yang menarik dalam pemilihan ini ialah ternyata terdapat individu-individu yang mengikuti pemilihan ini lebih dari satu kali, walaupun mereka sudah berhasil melewati seleksi awal dan menjadi finalis di tingkat wilayah. Bahkan ada yang mencoba mengikuti pemilihan ini sampai dengan empat kali, agar dapat lolos ke tingkat propinsi. Terdapat beberapa individu yang memiliki ketidakpuasan atas hasil penjurian dimana mereka merasa lebih pantas mendapatkan gelar tersebut.
Reaksi marah terhadap kegagalan merupakan salah satu ciri dari individu yang narciss (Rhodewalt dan Morf, 1998). Rhodewalt dan Morf (1998) menemukan bahwa individu yang mendapatkan skor tinggi pada Narcissistic Personality Inventory memiliki kecenderungan untuk mengatribusikan keberhasilan dengan kemampuan mereka sehingga akan timbul reaksi marah apabila mengalami kegagalan. Self esteem yang dimiliki individu dengan gangguan narsistik sangat rapuh, sehingga mereka dipenuhi pemikiran mengenai performa mereka atau bagaimana mereka dinilai oleh orang lain, dan merespon kritikan, dengan perasaan marah dan malu.
Millon (1994) mengemukakan sebuah konsep mengenai gaya kepribadian, yaitu gaya kepribadian narsisistik (narcissistic style personality). Mereka yang termasuk di dalamnya ialah individu dengan self-esteem tinggi, yang terlihat sangat percaya diri, merasa bahwa diri mereka spesial dan luar biasa, atau bahkan merasa ditakdirkan untuk menjadi orang hebat. Mereka memiliki pandangan yang hebat mengenai diri sendiri, seperti menjadi seorang pahlawan, atau ahli, dan menyadari ambisi-ambisinya untuk mencapai tujuan. Mereka memiliki cita-cita yang tinggi dan menikmati usaha mencapai kesuksesan. Millon (1994) menjabarkan sembilan karakteristik dari gaya kepribadian narsisistik, sebagai varian normal dari narsisisme.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dengan pedoman umum serta metode observasi sebagai penunjang. Tiga orang subjek dalam penelitian ini merupakan finalis abang yang pemah lolos menjadi finalis abang tingkat walikotamadya lebih dari satu kali.
Hasil dari penelitian ini adalah ditemukannya karakteristik gaya kepribadian narsisistik pada subjek yang merupakan finalis abang Jakarta yang mengikuti pemilihan ini lebih dari satu kali."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3367
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>