Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134627 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Herfira Triana
"Secara global, konsumsi energi pada bangunan didominasi sebesar 55% oleh penggunaan energi listrik selama bangunan beroperasi. Sementara di Jakarta, sebesar 15 – 25% dari keseluruhan konsumsi energi digunakan untuk sistem pencahayaan buatan, berdasarkan riset tahun 2009. Untuk menurunkan konsumsi energi, serta mengurangi dampak negatif emisi pada lingkungan, diterapkan upaya peningkatan efisiensi energi. ASHRAE 189.1 merupakan standar yang disusun oleh sebuah asosiasi profesional Amerika, yang menjadi acuan teknis dunia untuk mendesain bangunan dengan penggunaan energi yang efisien. Melihat pencahayaan buatan pada bangunan seni multifungsi memegang peran yang penting, konsumsi energi pada tipe bangunan ini berpotensi didominasi oleh sistem pencahayaannya.
Penulisan ini mengkaji sistem pencahayaan buatan pada salah satu bangunan seni multifungsi, yaitu Makara Art Center Universitas Indonesia, untuk mengetahui apakah konsumsi energi sistem pencahayaan buatan pada bangunan telah efisien menurut standar ASHRAE 189.1. Kajian ini diawali dengan meninjau literatur yang berkaitan dengan bahasan, dilanjutkan dengan mengukur dan mengevaluasi iluminasi sistem pencahayaan bangunan studi kasus secara manual berdasarkan standar SNI 7062: 2019 serta dengan simulasi menggunakan perangkat lunak DIALux evo 10.1, yang kemudian disetarakan dengan standar ASHRAE 189.1. Hasil pengukuran 36 ruangan pada bangunan ini menunjukkan konsumsi energi untuk sistem pencahayaannya berlebih sebesar 0.17%. Berdasarkan 6 ruangan yang mengkonsumsi energi berlebih, terdapat 5 ruang yang lebih dominan menggunakan pencahayaan alami. Maka secara keseluruhan, konsumsi energi untuk sistem pencahayaan buatan Makara Art Center telah mendekati efisien, namun tetap dapat ditingkatkan kembali.

Globally, energy consumption in buildings is dominated by 55% use of electrical energy during building operations. Meanwhile in Jakarta, 15 – 25% of the total energy consumption is used for artificial lighting systems, based on research in 2009. To reduce energy consumption, and reduce the negative impact of emissions on the environment, efforts to improve energy efficiency are implemented. ASHRAE 189.1 is a standard compiled by an American professional association, which is a world’s technical reference for designing buildings with energy efficient use. Seeing that artificial lighting in multifunctional art buildings plays an important role, energy consumption in this building type has the potential to be dominated by the lighting system.
This paper examines the artificial lighting system in one of the multifunctional art buildings, namely Makara Art Center Universitas Indonesia, to find out whether the energy consumption of the artificial lighting system in the building is efficient according to ASHRAE 189.1 standards. This study begins by reviewing the literature related to the discussion, followed by measuring and evaluating the lighting system’s illumination of the case study building manually based on the SNI 7062: 2019 standard and by simulating it using the DIALux evo 10.1 software, which is then compared to the ASHRAE 189.1 standard. The measurement results of 36 rooms in this building show that the energy consumption for the lighting system is 0.17% excessive. Based on 6 rooms that consume excess energy, there are 5 rooms that use natural lighting more dominantly. So overall, the energy consumption of Makara Art Center's artificial lighting system is nearly efficient, but still can be increased.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kuat Riyanto
"Pemakaian energi pada gedung merupakan sumber terbesar konsumsi energi. green building merupakan konsep penghematan energi yang berstandar internasional. Audit energi bangunan menggunakan simulasi software adalah salah satu cara untuk mengetahui bagaimana konsumsi energi bangunan dan mencari alternatif untuk mengurangi konsumsi energinya agar memenuhi kriteria sebagai gedung hemat energi. Dalam penelitian ini digunakan software EnergyPlus yang memiliki keunggulan dibanding software simulasi energi lainnya. Simulasi dilakukan dengan menggunakan sistem pendingin unitary dan VAV pada rancangan gedung MRC FT-UI. Dari hasil simulasi tersebut diketahui bahwa sistem VAV merupakan sistem yang lebih efisien dengan konsumsi energi sebesar 1386,67 GJ/tahun dan dapat menjaga dengan baik kondisi kenyaman ruangan pada temperatur 24,5 oC dan relative humidity antara 45%-65%.

Energy used in buildings is the largest source of energy consumption. Green building is the concept of energy saving or energy efficient based on international standard. Energy audits of buildings using the simulation software is one of the way to find out how the building energy consumption and find alternatives to reduce the energy consumption of its buildings to meet the criteria as energy- efficient buildings. This study used the EnergyPlus software which has more advantage then the other energy simulation software. The simulation using unitary and VAV cooling system in the MRC FT-UI building. From the simulation results can be known that the VAV system is more efficient with energy consumption of 1386,68 GJ/year and can maintain good indoor comfort conditions at the temperature of 24,5 oC and relative humidity between 45% -65%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1068
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Henokh Eulogeo El`Azar
"Indonesia merupakan salah satu negara tropis dengan suhu yang relatif hangat. Oleh karena itu Thermal Energy Storage (TES) perlu dipasang pada bangunan untuk menjaga kenyamanan suhu ruangan. Penelitian ini mempelajari sifat-sifat material perubahan fasa dengan campuran minyak kelapa dan grafit yang diperluas untuk aplikasi penyimpanan energi bangunan. Sebagai PCM organik, minyak kelapa memiliki konduktivitas termal yang rendah, oleh karena itu digunakan grafit yang diperluas sebagai bahan pendukung untuk meningkatkan kinerja termal PCM. PCM dibuat dengan mensonikasi grafit yang diperluas ke dalam minyak kelapa dengan fraksi massa 0,1 sampai 0,5% berat. Percobaan konduktivitas termal dilakukan dengan thermostatic bath Huber dan KD 2 Pro analyzer. Morfologi dibangkitkan dengan eksperimen SEM. Struktur kimia campuran dihasilkan dari percobaan FTIR. Ukuran partikel grafit yang diperluas dihasilkan dengan eksperimen PSA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PCM campuran grafit dan minyak kelapa terekspansi menunjukkan peningkatan konduktivitas termal yang berkelanjutan. dengan kenaikan tertinggi 19% pada fraksi massa 0,5 wt%. Begitu juga dengan metode pencampuran dan hasil FTIR menunjukkan bahwa grafit terekspansi dan minyak kelapa tidak mengalami perubahan struktur kimia.

Indonesia is one of tropical country with a relatively warm temperature. Therefore, Thermal Energy Storage (TES) need to be installed at building to maintain its comfort room temperature. This research studies the properties of phase change material with coconut oil and expanded graphite mixture for building energy storage applications. As an organic PCM, coconut oil has a low thermal conductivity, therefore expanded graphite are used as the supporting material to enhance thermal performance of the PCM. PCMs was prepared by sonicating expanded graphite into coconut oil with the mass fraction of 0.1 until 0.5 wt%. Thermal conductivity experiment was conducted with Huber thermostatic bath and KD 2 Pro analyzer. The morphology was generated with SEM experiment. The chemical structure of the mixture was generated by FTIR experiment. Particle size of the expanded graphite was generated with PSA experiment. The result in this study showed that expanded graphite and coconut oil mixture PCM show an continues improvement in thermal conductivity. with the highest increase of 19% at mass fraction of 0.5 wt%. also with sociation mixing methods and FTIR result shows that expanded graphite and coconut oil has no change in chemical structure."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faza Furqan Wibisana
"Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis, menyebabkan Indonesia cenderung mendapatkan sinar matahari secara merata dan memiliki temperature yang cukup panas. Hal tersebut dapat dimanfaatkan sebagai keuntungan dalam pemanfaatan energi surya dan juga menyebabkan kerugian pada tinggi nya suhu pada ruang bangunan akibat energi termal. panasnya energi termal menyebabkan ketidaknyamanan termal pada bangunan, sehingga dibutuhkan sistem pendinginan ruangan yang dapat menyebabkan peningkatan konsumsi listrik. oleh karena itu sistem konservasi energi merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi permaslahan tersebut. penelitian ini menggunakan sistem Closed loop pulsating heat pipe dengan fluida kerja biner DI Water- Methanol untuk konservasi energi pada bangunan Gedung. Closed loop pulsating heat pipe bekerja dengan prinsip heat exchange pada tiga bagian yaitu evaporator, adiabatic dan kondensor. bagian evaporator diharapkan dapat menyerap panas dan menggerakan fluida kerja sebagai medium perpindahan panas melalui bagian adiabatik ke bagian kondensor untuk melepas panas. studi ini dilakukan untuk mengetahui kinerja sistem CLPHP dengan fluida kerja biner DI Water-Methanol sebagai perangkat reduksi termal dan konservasi energi Gedung serta pemanfaatan Kembali panas yang dilepas pada bagian kondensor sebagai pemanas air. eksperimen ini menggunakan variasi antara lain Mixing ratio 10:1, 5:1, 1:1, 1:5, 1:10 sudut inklinasi 5°, 10° , 15° dan Heat Input 25 W 35 W 45 W. Hasil pengujian menunjukan bahwa Mixing ratio 1:5 dengan sudut inklinasi 5 danHeat Input 45 W menghasilkan hasil paling optimum dengan nilai resistensi termal (0,741°C/W) dan perolehan suhu akhir pada tangki kondensor (34,89 °C).

Indonesia is a tropical country, which means it tends to receive sunlight evenly and has relatively high temperatures. This can be leveraged as an advantage in the utilization of solar energy but also poses a disadvantage in terms of high indoor temperatures due to thermal energy. The heat from thermal energy causes thermal discomfort in buildings, necessitating cooling systems that can increase electricity consumption. Therefore, energy conservation systems are an appropriate solution to address this issue. This research utilizes a Closed loop pulsating heat pipe (CLPHP) system with a binary working fluid of DI Water-Methanol for energy conservation in buildings. The Closed loop pulsating heat pipe operates on the principle of heat exchange in three sections: the evaporator, the adiabatic section, and the condenser. The evaporator is expected to absorb heat and move the working fluid as a heat transfer medium through the adiabatic section to the condenser to release heat. This study aims to determine the performance of the CLPHP system with the binary working fluid DI Water-Methanol as a thermal reduction device and energy conservation for buildings, as well as the reutilization of heat released in the condenser section for water heating. This experiment employs variations including Mixing ratios of 10:1, 5:1, 1:1, 1:5, 1:10; inclination angles of 5°, 10° , 15°; and Heat Inputs of 25 W, 35 W, and 45 W. The test results show that working fluid with Mixing ratio of 1:5 with an inclination angle of 5° and a Heat Input of 45 W produces the most optimal results with thermal resistance value of 0.741 °C/W and a final temperature gain in the condenser tank of 34.89°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gafero Priapalla Rahim
"Pada desain bangunan saat ini, pemakaian ruang terbuka ukuran besar dengan ketinggian ceiling sudah banyak dipakai. Panas dan asap adalah faktor yang membuat kebakaran berbahaya. Menggunakan model eksperimental dengan ukuran 2.4m x 1.6m x 1m, sirkulasi asap saat kebakaran diteliti dalam penelitian ini. Efek penimbunan dan pembuangan asap berkorelasi dengan kepekatan, temperatur, heat release rate dan laju pembuangan massa. Penggunaan sabut kelapa yang dibakar dengan menggunakan kompor berventilasi mekanik dapat menggambarkan kebakaran membara dengan laju produksi asap yang tinggi. Penggunaan massa sabut kelapa sebesar 40, 60 & 80 gr dapat mensimulasikan kondisi penumpukan asap dengan tingkat kepekatan asap yang sangat tinggi hingga 99%. Berdasarkan persamaan physical scale models dengan pendekatan nondimensional, nilai HRR untuk pengujian 40 gr, 60 gr & 80 gr sabut kelapa setara dengan kebakaran pada kursi, sofa dan unit kasur. Pada eksperimen pembuangan asap, semakin banyak sabut kelapa yang digunakan untuk eksperimen, maka akan semakin lama asap terbuang.

In many building designs nowadays, large open spaces with high ceilings are becoming more common. Heat and smoke are the two things that make a fire hazardous. Using an experimental enclosure model that measures 2.4m x 1.6m x 1m in a Scaled Atrium Compartment, researchers examine smoke circulation during a fire incident in a large space. The effect of smoke filling and clearance correlation on occupancy density, temperature, heat release rate and mass loss observed. The use of coconut fiber that is burned using a mechanically ventilated stove can describe a smoldering fire with a high smoke production rate. The use of coconut coir mass of 40, 60 & 80 grams can simulate smoke filling conditions with a very high level of smoke thickness with an optical density level of up to 99%. Based on the physical scale models with non dimensional similarity, the heat release rate from the 40gr, 60gr, and 80gr of burning coconut fibres is equivalent to the heat release rate gained by burning of cotton chair, polyurethane chair, and mattress. In the smoke clearance experiment, the more coconut fiber used, the longer the smoke will be thrown away."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Sutisna
"Green Building adalah bangunan dimana sejak dimulai dalam tahap perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga dalam operasional pemeliharaannya memperhatikan aspek-aspek dalam melindungi, menghemat, mengurangi penggunaan sumber daya alam, menjaga mutu dari kualitas udara di dalam ruangan, dan memperhatikan kesehatan penghuninya yang semuanya berpegang kepada kaidah bersinambungan. Pada umumnya, gedung di negara tropis seperti Indonsesia menggunakan energy sistem tata cahaya sebesar 10 - 20 . Lighting System yang optimal pada bangunan gedung dapat mendorong penggunaan pencahayaan alami untuk mengurangi energy dan mendukung desain bangunan yang memungkinkan penggunaan pencahayaan alami seluas mungkin sehingga dapat menghemat lighting energy consumption. Untuk mengetahui besarnya penghematan lighting energy consumption menggunakan perhitungan EEC GBCI dengan cara membandingkan data baseline SNI dengan data design gedung. Simulasi menggunakan software dialux digunakan untuk mendapatkan daylight area pada gedung. Parameter-parameter yang paling berpengaruh adalah Lighting Power Density selama gedung beroperasi dan persentase luas daylight area. Semakin kecil nilai lighting power density selama gedung beroperasi maka penghematan lighting heat gain dan lighting energy akan semakin besar. Semakin besar persentase daylight area maka penghematan lighting heat gain dan lighting energy akan semakin besar.

AbstractGreen building is a construction building which during its scheme of the planning, development, and operational stage until its operasional maintenance has paid an attentioon to the aspects on how to protect, save, and reduce the usage of natural resources by maintaining the quality of room air and concerning the human health and comforts. In general, the buildings which located in tropical countries for example in Indonesia, they use 10 20 of the lighting system energy. The application of the optimum lighting system in the buildings can encourage the people to use the natural lighting on purpose to reduce the energy lighting consumption to know the amount of the enerfy consumption savings is by using EEC GBCI calculation and compare its calculation result to the building design data of SNI. The researcher also uses the computational process is dialux. The parameter which affected during the building operation is lighting power density and daylight area percentage. The lower of lighting power density value, the higher value of lighting heat gain saving and lighting energy produced . the higher value of daylight area also makes the lighting heat gain and lighting energy higher. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68962
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Waston, Donald
New York: McGraw-Hill, 1983
697.9 Was c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Fadhil Nugraha
"Pembangkit A adalah sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang berlokasi di Pulau Jawa. Pembangkit ini setiap tahun membangkitkan energi listrik rata-rata 7.900 GWh yang disalurkan dengan Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kV ke sistem interkoneksi Jawa melalui transformator utama (Generator Transformer) dengan menaikkan tegangan 17,5 kV menjadi tegangan 150. Sedangkan untuk sistem pemakaian sendiri, digunakan Main Auxiliary Transformer (MAT) dan Reserve Auxiliary Transformer (RAT). Rel pemakaian sendiri digunakan untuk memasok peralatan listrik di dalam pembangkit itu sendiri, antara lain instalasi penerangan, penyejuk udara, alat-alat, dan lain-lain. Namun, RAT mendapat pasokan daya dari rel jaringan pusat listrik kemudian memasok daya ke rel pemakaian sendiri, bukan dari generator. Dengan begitu, diajukan rangkaian alternatif dengan menambahkan dua circuit breaker 4.16 kV. Dari hasil simulasi aliran daya menunjukan persentase penggunaan tegangan tertinggi sebesar 99.3% serta terendah sebesar 97.4%. Untuk persentase loading transformator pada kondisi BFP Inactive (RSH) tidak mengalami overload. Dari hasil simulasi hubung singkat, breaking capacity dari circuit breaker pada setiap switchgear masih dapat menangani arus hubung singkat pada rangkaian terbaru dimana arus hubung singkat terbesar sebesar 61 kA dan terkecil sebesar 46.2 kA. Dari hasil perhitungan arus kas, didapatkan NPV bernilai Rp173.136.476,51, IRR bernilai 10,40% dengan payback period sekitar 18,48 tahun. Sehingga dari analisis tersebut, rangkaian alternatif layak untuk diaplikasikan pada Pembangkit A.

Power Plant A is an electric steam power plant that located at Java Island. Power Plant A annually generates an average of 7.900 GWh which is channeled by 150 kV high voltage air line to the Java and Bali Interconnection system through the main transformer (Generator Transformer) by increasing the voltage of 17.5 kV to a voltage of 150 kV. As for the usage system itself, the Main Auxiliary Transformer (MAT) and Reserve Auxiliary Transformer (RAT) are used. The  rail itself is used to supply electrical equipment inside the plant itself, including lighting installations, air conditioning, tools, and others. However, the Reserve Auxiliary Transformer (RAT) get power from the central electric network rails and then supply power to the usage rails itselves, not from generators. Therefore, alternative 6 is proposed by adding two 4.16 kV circuit breakers. From the results of the simulation of the power flow shows highest percentage of voltage usage  by 99.3% and the lowest by 97.4%. For the percentage of transformer loading in BFP Inactive (RSH) conditions, the system dont overload. From the results of a short circuit simulation, the breaking capacity of the circuit breaker at each switchgear can still handle the short circuit current in the new alternative circuit where the largest sort circuit current is 61 kA and the smallest is 46.2 kA. From the results of the calculation of cash flows, the NPV is valued at Rp173,136,476.51, the IRR is 10.40% with a payback period of around 18.48 years. So from this analysis, alternative 6 is feasible to be applied in Power Plant A.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivana Patricia Lilipaly
"Kerusakan lingkungan dan Pemanasan Global telah menjadi perhatian masyarakat Global termasuk Indonesia selama beberapa tahun kebelakang. Salah satu faktor yang menjadi penyebab Kerusakan lingkungan dan Pemanasan Global adalah semakin banyaknya jumlah bangunan tanpa mempertimbangkan kelestarian lingkungan sekitar. Konsep green building pada bangunan baru maupun bangunan yang sudah  ada diterapkan sebagai upaya untuk mengurangi kerusakan lingkungan. GBCI memiliki system rating yaitu greenship yang merupakan tolak ukur untuk bangunan hijau. Selain untuk mengurangi pemanasan global, dalam konsep green building juga diperlukan aplikasi nyata dari pihak yang bersangkutan melaksanakan upaya penerapan Green Building. Selain GBCI, regulasi dari pemerintah terkait penerapan Bangunan Hijau tertera pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia no. 02/PRT/M/2015 tentang Bangunan Gedung Hijau dan no. 21 Tahun 2021 tentang penilaian Kinerja Bangunan Gedung Hijau. Berdasarkan hasil evaluasi penerapan Green Building pada Kantor MMP di Balikpapan, didapatkan kesimpulan bahwa Gedung Kantor belum dapat dikatakan sebagai bangunan hijau baik berdasarkan GBCI maupun Permen PU. Rekomendasi teknis yang dapat dilakukan untuk perbaikan antara lain: pembuatan taman resapan, pemasangan instalasi panel surya, pemasangan sistem pengolahan air limbah domestic, dan pembuatan SOP penerapan hemat energi.

Environmental damage and Global Warming have become the concern of the global community including Indonesia for the past few years. One of the factors that causes environmental damage and global warming is the increasing number of buildings without considering the sustainability of the surrounding environment. The concept of green building in new buildings and existing buildings is applied as an effort to reduce environmental damage. GBCI has a rating system, namely greenship which is a benchmark for green buildings. In addition to reducing global warming, the concept of green building also requires real application from the parties involved in carrying out efforts to implement Green Building. Apart from GBCI, government regulations regarding the implementation of Green Buildings are listed in the Regulation of the Minister of Public Works and Public Housing of the Republic of Indonesia no. 02/PRT/M/2015 concerning Green Buildings and no. 21 of 2021 concerning the assessment of Green Building Performance. Based on the results of evaluating the implementation of Green Building at the MMP Office in Balikpapan, it was concluded that the Office Building cannot be said to be a green building either based on the GBCI or the PU Regulation. Technical recommendations that can be made for improvement include: creating an infiltration park, installing solar panels, installing a domestic wastewater treatment system, and making SOPs for energy-saving applications."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faris Baskoro
"Pengaturan pencahayaan yang baik akan memberikan kenyamanan pada saat melakukan aktivitas dan akan meningkatkan produktivitas. Penelitian ini melakukan audit sistem pencahayaan internal pada ruang kelas di Gedung S Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Dari hasil audit yang dilakukan pada siang hari, semua ruang kelas pada Gedung S FTUI telah memenuhi standar SNI 03-6575-2001. Namun, terdapat beberapa kelas yang memiliki persebaran cahaya yang buruk sehingga beberapa area bidang kerja pada tidak mendapatkan cahaya yang memenuhi standar. Pergantian sistem pencahayaan dengan tujuan untuk mendapat persebaran cahaya yang lebih baik dan merancang sistem pencahayaan yang lebih hemat energi. Desain dilakukan dengan tiga skenario. Skenario 1 dilakukan dengan mengganti lampu tanpa merubah titik lampu. Skenario 2 dilakukan dengan mengganti lampu dan merubah titik lampu. Skenario 3 menargetkan penambahan lampu dan titik lampu hanya pada ruangan yang memiliki masalah penyebaran cahaya dari hasil pengukuran. Ketiga skenario tersebut disimulasikan dengan kondisi malam hari dan siang hari. Hasil dari analisis desain pergantian menunjukkan bahwa persebaran cahaya pada skenario 2 adalah yang terbaik dari ketiga skenario tersebut dengan penghematan konsumsi energi sebesar 97,33 kWh dan penghematan biaya sebesar Rp9.745.493.

Lighting is one important aspect in human’s life. A good lighting system can provide convenience of sight on daily activities which, furthermore, can affect productivity. This research evaluates the lighting system in classrooms at S building of University of Indonesia. The result finds that every classroom has meet the lighting standards of SNI 03-6575-2001. However, some classroom has a problem in the light distribution across the room that cause certain area does not get enough lighting based on the standards. Three replacement scenarios are done to solve the problem and to make a system with lower energy consumptions. Scenario 1 is done by replacing all the lamp with new LED lamps. Scenario 2 is done by replacing all the lamp with the addition of changing the lights point of the room. Scenario 3 is done by adding lights only in the class that has problem with the light distribution. The study from the simulation shows that implementation of scenario 2 has successfully reduced the energy consumption by 97.33 kWh and reduced the cost by Rp9,745,493."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>